You are on page 1of 21

1

PENDAHULUAN Hukum sudah menjadi bagian yang tidak terlepaskan dari kehidupan

manusia bermasyarakat. Hukum berkaitan dengan tindakan-tindakan dan perilaku masyarakat. Oleh karena itu, pertumbuhan dan perkembangan hukum dipengaruhi dengan adanya perkembangan masyarakat yang dinamis yang diikuti dengan perubahan nilai dan norma yang baik dalam masyarakat tersebut. Hukum yang bukan semata-mata terdiri dari kaidah/norma dan asas tetapi juga gejala sosial budaya selama ini di Indonesia hanya dipandang melalui ajaran hukum normative yang bersumber dari mahzab positivisme yang salah satunya dipelopori oleh Hans Kelsen sehingga tak jarang di Indonesia terjebak pada ajaran hukum normatif yang diadopsi dari pemikiran-pemikiran ahli hukum barat dan ideologi hukum barat. Padahal dengan cepatnya pertumbuhan dan perkembangan hukum di Indonesia, dibutuhkan adanya teori hukum yang diciptakan yang diciptakan orang Indonesia dengan melihat dimensi dan kultur masyarakat Indonesia yang lahir, tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat Indonesia yang pluralistik.1 Tidak hanya teori hukum yang sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat Indonesia tetapi juga menggunakan kerangka acuan pada pandangan hidup masyarakat serta bangsa Indonesia berdasarkan asas Pancasila yang bersifat kekeluargaan yang meliputi struktur (structure), budaya (culture) dan substansi (substance) sebagaimana yang dikatakan oleh Lawrence W. Friedman. 2
1

Lilik Mulyadi, Teori Hukum Pembangunan Prof. DR. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M, http://www.badilum.info/images/stories/artikel/kajian_deskriptif_analitis_teori_hukum_pembangun an.pdf, 23/04/2012,22:27, hlm.1,
2

Dikutip Lawrence W. Friedman, American Law: An invaluable guide to the many faces of the law, and how it affects our daily our daily lives, W.W. Norton & Company, New York, 1984, hlm. 1-8. dan pada Legal Culture and Social Development, Stanford Law Review, New York, hlm. 1002-1010 serta dalam Law in America: a Short History, Modern Library Chronicles Book, New York, 2002, hlm. 4-7 menentukan pengertian struktur adalah, The structure of a system is its skeleton framework; it is the

Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

Dengan adanya pemikiran-pemikiran hukum yang berasal dari tokoh nasional maka itu dapat mempengaruhi perkembangan dan pembangunan hukum di Indonesia mengenai filsafat hukum dan asas-asas hukum fundamental yang sesuai dengan nilai-nilai, norma dan serta perilaku bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Adapun tokoh-tokoh nasional mengenai yang hukum telah memiliki lain peranan Mochtar

menyumbangkan

pemikirannya

antara

Kusumaatmadja, Satjipto Rahardjo dan Romli Atmasasmita yang mempengaruhi perkembangan hukum di Indonesia mengenai hukum itu sendiri.

IDENTIFIKASI MASALAH 1. Bagaimana pemikiran-pemikiran para tokoh nasional mengenai mengenai teori hukum di bidang filsafat hukum? 2. Bagaimana Perbandingan pemikiran-pemikiran para tokoh nasional mengenai teori hukum di bidang filsafat hukum? PEMBAHASAN I. Pemikiran-Pemikiran Para Tokoh Nasional Mengenai Filsafat Hukum a. Pemikiran Mochtar Kusumaatmadja : Teori Hukum Pembangunan Teori Hukum Pembangunan merupakan konsep pembinaan hukum yang dimodifikasi dan diadaptasi dari teori Roscoe Pound Law as a tool of social engineering serta dipengaruhi cara berpikir dari Herold D. Laswell dan Myres S. Mc

permanent shape, the institutional body of the system, the though rigid nones that keep the process flowing within bounds.., kemudian substansi dirumuskan sebagai, The substance is composed of substantive rules and rules about how institutions sh ould behave, dan budaya hukum dirumuskan sebagai, The legal culture, system their beliefs, values, ideas and expectation. Legal culture refers, then, to those ports of general culture customs, opinions ways of doing and thinking that bend social forces toward from the law and in particular ways., Lilik Mulyadi, Op.Cit.

Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

Dougal (Policy Approach) yang di olah oleh Moctar Kusumaatmadja dan disesuaikannya pada kondisi Indonesia.3 Pokok-pokok pikiran yang melandasi konsep Teori Hukum Pembangunan adalah bahwa ketertiban dan keteraturan dalam usaha pembangunan dan pembaharuan yang diinginkan bahkan mutlak diperlukan dan bahwa hukum dalam arti norma diharapkan dapat mengarahkan kegiatan manusia kearah yang dikehendaki oleh pembangunan dan pembaharuan itu. Prinsip mengenai fungsi dan peranan hukum dalam pembangunan nasional yang dikenal sebagai Teori Hukum Pembangunan adalah : 1. Semua masyarakat yang sedang membangun selalu dicirikan oleh perubahan dan hukum berfungsi agar dapat menjamin bahwa perubahan itu terjadi secara teratur. Perubahan yang teratur, dapat dibantu oleh perundang-undangan atau keputusan pengadilan atau kombinasi keduanya serta menolak perubahan yang tidak teratur dengan menggunakan kekerasan semata-mata. 2. Baik perubahan maupun ketertiban (keteraturan) merupakan tujuan awal dari masyarakat yang sedang membangun, maka hukum menjadi sarana (bukan alat) yang tidak dapat diabaikan dalam proses pembangunan. 3. Fungsi hukum dalam masyarakat adalah memepertahankan ketertiban melalui kepastian hukum dan juga hukum (sebagai kaidah sosial) harus dapat mengatur (membantu) proses perubahan dalam masyarakat. 4. Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the living law) dalam masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat itu.

Sidharta, Karakteristik Penalaran Hukum Dalam Konteks Ke-Indonesian, CV. Utomo, Jakarta, 2006, hlm. 411.

Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

5. Implementasi fungsi hukum tersebut hanya dapat diwujudkan jika hukum dijalankan oleh suatu kekuasaan, akan tetapi kekuasaan itu sendiri harus berjalan dalam batas rambu-rambu yang ditentukan.4 Teori Hukum Pembangunan mencerminkan suatu pemikiran hukum dalam konteks pembangunan hukum yang dalam mengalami masa transisi dari sistem pemerintahan yang bersifat tertutup ke sistem pemerintahan yang bersifat terbuka, dimana perubahan masyarakat dicapai melalui penerapan undang-undang dan yurisprudensi. Pertama, Hukum hidup dan berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat, merupkan pemikiran yang sejalan dengan pandangan aliran sociological jurisprudence, yaitu adanya perkembangan masyarakat hanya terddapat dalam putusan pengadilan dengana sumsi bahwa putusan pengadilan selalu mengandung nilai-nilai kebenaran yang diakui masyarakat dimana hukum itu hidup dan berkembang. Hal ini bertolak belakang dengan pemikiran Savigny yang menyatakan bahwa hukum selalu tertinggal dari perkembangan masyarakat. Selain itu, menurut Moctar Kusumaatmadja, perkembangan hukum yang sejalan dengan masyarakat pun tidak hanya dapat diciptakan dari adanya putusan pengadilan tetapi juga dapat diciptakan dengan adanya pembentukan perundangundangan. Dalam sistem hukum Indonesia, undang-undang menjadi sumber hukum utama. Setiap undang-undang merupakan produk politik yang tidak terlepas dari kepentingan pengaruh kekuasaan yang akan mempengaruhi nilai keadilan dari suatu produk hukum tersebut. Kedua, hukum sebagai sarana pembangunan bukan alat (tools) agar pembangunan dapat dilaksanakan dengan tertib dan teratur, hukum hanya dapat
4

Intisari dari Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam Pembangunan Nasional, Bina Cipta, Bandung, (tanpa tahun), yang dikutip dari Romli Atasasmita, Teori Hukum Intergratif , Rekonstruksi Terhadap Teori Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Progresif, Genta Publishing, Yogyakarta, 2012, hlm. 65-66.

Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

berfungsi jika hukum itu sesuia dengan hukum yang hidup dalam masyarakat dan merupakan pencerminan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Namun, pandangan tersebut tidak selalu seperti kenyataan karena berbgaia kepentingan partai politik di DPR RI masih sangat kuat dibandingkan dengan aspirasi dan kepentingan masyarakat luas. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa hukum dalam arti yurisprudensi yang dihasilkan pengadilan masih menjadi sangat penting dan strategis dalam memfungsikan hukum sebagai sarana pembaharuan. Hal ini disebabkan bahwa hakim di pengadilan dipercaya bahwa keputusan yang diambilnya dapat mewakili hari nurani manusia/masyarakat lainnya. Namun, sayangnya yurisprudensi tidak masuk ke dalam hierarki perundang-undangan dalam Undangundang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan PerundangUndangan. Ketiga, Kepastian hukum tidak boleh dipertentangkan dengan keadilan dankeadilan tidak boleh hanya ditetapkan sesuai dengan kehendak pemegang kekuasaan, melainkan harus sesuai dengan nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat. Dalam konsep Teori Hukum Pembangunan masih dianut aliran analytical jurisprudence, soiologigal jurisprudence dan juga pragmatic jurisprudence. Selain itu, dalam praktik untuk menerapkan Teori Hukum Pembangunan ini dilakukan melalui cara-cara pembentukan perundang-undangan atau melalui keputusan pengadilan maupun keduanya.5 Dalam praktik, tidak jarang menemukan hambatan-hambatan yang ditemukan untuk melaksanakan Teori Pembangunan Hukum konsepnya antara lain : sesuai dengan

Mochtar Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat, dan Pembinaaan Hukum Nasional; Lembaga Penelitian Hukum dan Kriminologi Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Bina Cipta, Bandung, 1976, hlm. 6-8.

Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

1. Pengambil kebijakan sering memanfaatkan celah untuk menggunakan hukum sekedar sebagai alat (mekanis) dengan tujuan memperkuat dan mendahulukan kepentingan kekuasaan daripada kepentingan dan manfaat bagi masyarakat seluas-luasnya.6 2. Sukarnya menentukan tujuan dari perkembangan hukum (pembaharuan) 3. Sedikitnya data empiris yang dapat digunakan untuk mengadakan suatu analisis deskriptif dan prediktif 4. Sukarnya mengadakan ukuran objektif untuk mengukur berhasil/tidaknya unsur pembaruan hukum.7 5. Para ahli hukum Indonesia telah menderita anomaly tentang sistem hukum yang dipandang cocok dianut dan dipraktikan dalam kehidupan masyarakat.

b. Pemikiran Satjipto Rahardjo : Teori Hukum Progresif Teori Hukum Progresif oleg Satjipto Rahardjo berawal dari kegelisahan karena setelah 60 tahun usia negara hukum Indonesia, tidak kunjung mewujudkan sutau kehidupan yang lebih baik sehingga Satjipto Rahardjo memikirkan kemungkinan adanya kekeliruan atau kekurangtepatan dalam memahami

fundamental hukum sehingga adanya perkembangan hukum tidak dapat diarahkan kepada yang benar. Mengikuti pendekatan holistik dalam ilmu hukum untuk menyatukan kembali hukum denga lingkungannya dan orde kehidupan yang lebih besar untuk menghilangkan
6

pemisahan

antara

hukum

dan

kehidupan

manusia

guna

Kekhawatiran ini merujuk kepada pendapat Mochtar Kusmaatmadja ketika menjelaskan perbedaan hukum sebaga sarana dan sebagai alat (mekanis) pembaharuan masyarakat, dengan mengatakan : aplikasi mekanistis (tools) akan mengakibatkan hasil yang tidak banyak berb eda dengan penerapan legisme yang dalam sejarah hukum Indonesia (hindia belanda) telah ditentang dengan keras, Mochtar Kusumaatmadja, ibid, hlm. 9. 7 Ibid., hlm. 4-5

Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

mengembalikan hukum ke dalam keutuhannya. Teori Hukum progresif oleh Satjipto Rahardjo terhadap hukum dengan cara mengoreksi kekeliruan dan kekurangan posivistik dalam ilmu hukum untuk berpikir ulang terhadap cara mempelajari dan cara berhukum yang bertujuan mebghadirkan sebenar keadilan atau keadilan substantive (berhukum dengan hati nurani).8 Teori Hukum Progresif lahir akibat kekecewaan kepada penegak hukum yang kerap berperspektif positivis, yaitu hanya terpaku pada teks dalam undang-undang tanpa mau menggali lebih dalam keadilan yang ada di masyarakat. Rule Breaking sebagai salah satu strategi menembus kebuntuan legalitas formal merupakan icon dalam merefleksikan gerakan hukum progresif baik pada peraturan perundangundangan maupun proses beracara. Satjipto Rahardjo membedakan karakteristik dan fungsi serta peranan hukum dalam pembangunan menjadi dua hal yaitu : 1. Hukum selalu ditempatkan untuk mencari landasan pengesahan atas suatu tindakan yang memegang teguh ciri prosedural dari dasar hukum dan dasar peraturan. 2. Hukum dalam pembangunan adalah sifat instrumental yang dipandang telah mengalami pertukaran dengan kekuatan-kekuatan di luar hukum sehingga hukum menjadi saluran untuk menjalankan keputusan politik atau hukum sebagai sarana perekayasa sosial, yaitu : a. Hukum ditujukan untuk memantapkan dan mengamankan

pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasilnya b. Hukum memberi dukungan dan pengarahan kepada upaya untuk mencapai kemakmuran untuk mecapai kemakmuran yang adil dan merata.

Suteki, Rekam Jejak Pemikiran Hukum Progresif Prof. DR. Satjipto Rahardjo, S.H., 2010, hlm.5

Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

c. Hukum menumbuhkan dan mengembangkan disiplin nasional dan rasa tanggung jawab sosial pada setiap anggota masyarakat. d. Hukum menciptakan iklim dan lingkungan yang mendorong kreativitas dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan serta mendukung stabilitas nassionala yang sehat dan dinamis.9 Pandangan Teori Hukum Progresif menurut Satjipto Rahardjo merupakan suatu penjelajahan suatu gagasan yang berintikan sembilan pokok pikiran yaitu : 1. Hukum menolak tradisi analytical jurisprudence dan berbagai paham dengan aliran seperti legal realism, freirechtslehre, sociological jurisprudence, interressenjurisprudenz di Jerman, teori hukum alam dan critical legal studies. 2. Hukum menolak pendapat bahwa ketertiban (order) hanya bekerja melalu institusi-institusi kenegaraan. 3. Hukum progresif ditujukan untuk melindungi rakyat menuju kepada ideal hukum. 4. Hukum menolak status quo serta tidak ingin menjadikan hukum sebagai teknologi yang tidak bernurani, melainkan suatu institusi yang yang bermoral. 5. Hukum adalah suatu institusi yang bertujuan mengantarkan manusia kepada kehidupan yang adil, sejahtera, dan membuat manusia bahagia. 6. Hukum progresif adalah hukum yang pro rakyat dan hukum yang pro keadilan. 7. Asumsi dasar hukum progresif adalah bahwa hukum adalah untuk manusia, bukan sebaliknya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka hukum
9

Satjipto Rahardjo, Hukum Progresif: Sebuah Sintesa Hukum Indonesia, Genta Publishing, Yogyakarta, 2009, hlm. 1-9.

Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

tidak ada untuk dirinya sendiri, melainkan untuk sesuatu yang lebih luas dan lebih besar. Maka setiap kali ada masalah dalam dan dengan hukum, hukumlah yang ditinjau dan diperbaiki, bukan manusia yang dipaksakan untuk dimasukan ke dalam sistem hukum. 8. Hukum bukan merupakan suatu institusi yang absolute dan final melainkan sangat bergantung pada bagaimana manusia melihat dan menggunakannya. Manusialah yang merupakan penentu. 9. Hukum selalu berda dalam proses untuk terus menjadi law as a process, law in the making.10

c. Pemikiran Romli Atmasasmita : Teori Hukum Integratif Teori Hukum Pembangunan dalam menghadapi tantangan perubahan mengandalkan hukum sebagai kekuatan normatif yang harus berakar ppada masyarakatnya, akan tetapi pada saat yang sama hukum harus diberdayakan untuk mengubah sikap dan perilaku masyarakatnya lebih utama dibandingkan dengan perubahan sikap dan perilaku birokrasi dalam sistem pemerintahan Indonesia. Berbeda dengan Teori Hukum Progresif yang tidak mengakui kelebihan kekuatan normative dari hukum tertulis atau undang-undang sebagai sarana untuk menemukan solusi dalam kehidupan masyarakat atau bahkan sebagai sarana pembaruan masyarakat karena semua produk hukum tertulis dipandang selalu mencerminkan kepentingan kekuasaan daripada kepentingan keadilan rakyatnya, dalam artian bahwa Teori Hukum Progresif memandang kekuatan hukum tiada lain merupakan pencerminan dari kehendak pemegang kekuasaan di mana manusia tidak diberdayakan sebagai subjek hukum yang harus dihormati melainkan justru telah dijadikan korban dari kekuasaan melalui hukum yang telah dibuatnya. Dalam
10

Romli Atmasasmita, Teori Hukum Integratif: Rekonstruksi Terhadap Teori Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Progresif, Genta Publishing, Yogyakarta, 2012, hlm. 88-89.

Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

10

hal ini, melalui Teori Progresif, Satjipto Rahardjo hendak mengembalikan hukum kepada jalur yang seharusnya dan untuk itulah dibutuhkan terbosan-terobosan hukum atau terobosan dalam proses pembentukan dan penegakkan hukum. Oleh karena itu, jika dilihat dari Teori Hukum Pembangunan oleh Mochtar Kusumaatmadja bahwa hukum merupakan sistem norma (system of norms) dan Teori Hukum Progresif oleh Satjipto Rahardjo, hukum merupakan sistem perilaku (system of behavior). Menurut Romli Atmasasmita, bahwa hukum tidak hanya merupakan sistem norma dan sistem perilaku, tetapi hukum juga merupakan sistem nilai (system of values). Ketiga hakikat hukum dalam konteks kehidupan masyarakat Indonesia harus dipandang sebagai satu kesatuan pemikiran yang cocok dalam menghadapi dan mengantisipasi kemungkinan terburuk abad globalisasi saat ini dengan tidak melepaskan diri dari sifat tradisional masyarakat Indonesia yang masih mengutamakan nilai moral dan sosial. Ketiga hakikat hukum dalam satu wadah disebut sebagai tripartite character of the Indonesian legal theory of Social and Bureucratic Engineering (SBE), yaitu rekayasa birokrasi dan rekayasa masyarakat yang dilandaskan pada sistem norma, sistem perilaku dan sistem nilai yang bersumber pada Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia, inilah yang dimaksud dengan Teori Hukum Integratif.11 Setiap langkah pemerintah dalam pembentukan hukum dan penegakan hukum merupakan kebijakan berlandaskan sistem norma dan logika berupa asas dan kaidah, dan kekuatan normative dari hukum harus dapat diwujudkan dalam perubahan perilaku masyarakat dan birokrasi ke arah cita-cita membangun negara hukum yang demokratis. Negara hukum demokratis dapat terbentuk jika dipenuhi secara konsisten tiga pilar yaitu penegakan berdasarkan hukum (rule by law), perlindungan HAM (enforcement of human rights), dan akses masyarakat memperoleh keadilan (access to justice). Dimana ketiga pilar tersebut haris diikat
11

Romli Atmasasmita, ibid, hlm. 95-97

10

Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

11

oleh Pancasila sebagai ideology bangsa Indonesia karena ikatan Pancasila merupakan sistem nilai tertinggi dalam perubahan sistem norma dan sistem perilaku yang berkeadilan sosial sehingga dapat diciptakannya kepatuhan hukum pada masyarakat dan birokrasi sehingga bersama-sama mewujudkan sistem birokrasi yang bersih dan bebas KKN. Teori Hukum Integratif dilandaskan tiga karakter sistem yang merupakan modal dasar ketahanan nasional bangsa Indonesia dalam memelihara dan mepertahankan bangsa Indonesia dan memeberikan pencerahan menganai relevansi dan arti penting hukum dalam kehidupan manusia Indonesia dan mencerminkan bahwa hukum sebagai sistem yang mengatur kehidupan masyarakat tidak dapat dipisahkan dari kultur dan karakter masyarakatnya serta letak geografis lingkungannya serta pandangan hidup masyarakat.12 Teori Hukum Integratif merupakan fungsi dan peranan hukum sebagai sarana pemersatu dan memperkuat solidaritas masyarakat dan birokrasi dalam menghadapi perkembangan dan dinamika kehidupan baik dalam lingkup nasional maupun internasional, guna menganalisis, mengantisipasi dan merekomendasikan solusi hukum yang tidak hanya mempertimbangkan aspek normative tetapi juga aspek sosial, ekonomi, politik, dan keamanan nasional dan internasional. Pandangan mengenai sistem nilai relevan dengan pandanga aliran Sejarah Hukum (Karl Von savigny) bahwa hukum harus sesuai dengan jiwa bangsa dan dalam arti negatif, hukum selalu tertinggal dari perkembangan masyarakat.13 Oleh Karena itu, nilai-nilai yang terkandung di dalam hukum di Indonesia harus sejalan dan sesuai
12 13

Ibid., hlm. 97-98 Mochtar Kusumaatmadja berpendapat bahwa aliran sejarah menolak menyamakan hukum dengan Undang-Undang bahwa segala pembuatan hukum (termasuk pembaharuannya) dapat begitu saja dilakukan dengan Undang-Undang. Mahzab sejarah menegaskan bahwa hukum itu tidak mungkin dibuat, melainkan (harus) tumbuh sendiri dari kesadaran hukum masyarakat. Mochtar Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat, dan Pembinaaan Hukum Nasional; Lembaga Penelitian Hukum dan Kriminologi Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Bina Cipta, Bandung, 1976, hlm. 3-4.

11

Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

12

dengan Pancasila, yang merupakan jiwa bangsa Indonesia dan merupakan nilai fundamental, menghormati berbagai padnangan atau nilai-nilai yang bersifat heterogen, serta tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak dulu. Nilai-nilai Pancasila yang merupakan sistem nilai harus terwujud dalam sistem norma dari suatu produk legislasi dan sistem perilaku dari aparatur hukum dan masyarakat, yang kedua sistem tersebut harus merupakan karakter yang berhubungan erat satu sama lain dan memberikan isi terhadap setiap produk legislasi sehingga merupakan satu bangunan piramida sistem hukum. Keterkaitan sistem nilai, sistem norma dan sistem perilaku merupan inti dari Teori Hukum Integratif yaitu : Hukum sebagai sistem norma yang mengutamakan norms and logics (Austin dan Kelsen) kehilangan arti dan makna dalam kenyataan kehidupan masyarakat jika tidak berhasil diwujudkan dalam sistem perilaku masyarakat dan birokrasi yang sama-sama taat hukum. Sebaliknya, hukum yang hanya dipandang sebagai sistem norma dan sistem perilaku saja, dan digunakan sebagai mesin birokrasi, akan kehilangan Roh-nya jika mengabaikan sistem nilai yang bersumber pada Pancasila sebagai puncak nilai kesusilaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.14 Sehingga bangunan sistem hukum harus dapat menjadi wadah relasi interaksionis dan relasi hirarkis ketiga sistem nilai tersebut. Relasi interaksionis dan relasi hirarkis merupakan relasi simetris (beraturan) sebgai cermin kemajuan peradaban umat manusia untuk mencapai cita kepastian hukum dan keadilan sosial.

II. Perbandingan Pemikiran-Pemikiran dari Para Tokoh Nasional mengenai Filsafat Hukum

14

Romli Atmasasmita, Op.Cit, hlm. 103

12

Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

13

Adanya Teori Hukum Pembangunan Oleh Mochtar Kusumaatmadja ini dilatarbelakangi oleh karena adanya asumsi bahwa hukum tidak dapat berperan bahkan menghambat perubahan masyarakat dan dalam kenyataan di masyarakat Indonesia telah terjadi perubahan alam pemikiran masyarakat ke arah hukum modern sehingga melalui Teori Hukum Pembangunannya untuk memfungsikan hukum dalam prose pembangunan nasional. Jika dibandingkan dengan munculnya Teori Hukum Progresif, alasan munculnya Teori hukum Progresif ini pun tidak jauh berbeda yaitu karena adanya kegelisahan dari Satjipto Rahardjo karena Indonesia sebagai negara hukum tidak atau belum juga memberikan perkembangan yang lebih baik yang dimungkinkan karenanya adanya ketidaktepatan atau kekeliruan memahami fundamental hukum, yang dipantau dari kenyataan dan pengalaman tidak bekerjanya hukum sebagai suatu sistem perilaku. Munculnya kedua teori ini sama-sama karena adanya hukum yang dianggap tidak dapat dilaksanakan ataupun terlaksanakan sebagaimana mestinya sehingga diharapkan adanya perubahan dengan adanya sumbangan pemikiran yang dihasilkan para tokoh nasional tersebut. Begitu juga dengan lahirnya Teori Hukum Integratif oleh Romli Atmasasmita yang tak jauh berbeda yaitu karena adanya sikap skeptis dan pesimis masyarakat terhadap kondisi pembentukkan perundang-undangan di Indonesia dan penegakan hukum di Indonesia yang disebabkan perkara hukum tidak ditangani dengan pasti dan dirasakan tidak adil karena dipengaruhi oleh kekuasaan dan uang, yang terlihat dalam kenyataan melalui pelaksanaan praktiknya di masyarakat. Dalam ketiga pemikiran hukum dari para tokoh atau ahli hukum nasional terdapat perbedaan pandangan mengenai hukum, Mochtar Kusumaatmadja dengan Teori Hukum Pembangunannya memandang hukum sebagai sistem norma (system of norms) sehingga mengandalkan hukum sebagai kekuatan normatif yang berakar dari masyarakat yang digunakan untuk mengubah sikap dan perilaku masyarakat.

13

Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

14

Satjipto Rahadjo dengan Teori Hukum Progresifnya memandang hukum sebagai sistem perilaku (system of behavior) yang tidak mengakui kekuatan normative dari hukum tertulis atau undang-undang sebagai sarana untuk menemukan solusi dalam kehidupan masyarakatatau bahkan sebagai pembaharuan masyarakat karena semua produk hukum tertulis dipandang selalu mencerminkan kepentingan kekuasaan daripada kepentingan keadilan rakyatnya. Berbeda juga dengan pemikiran Romli Atmasamita yang memandang bahwa hukum tidak hanya sebagai sistem norma dan sistem perilaku tetapi juga memandang hukum sebagai sistem nilai, dimana ketiga sistem nilai ini merupakan satu kesatuan untuk saling melengkapi, mengantisipasi kemungkinan terburuk yang terjadi akibat perkembangan globalisasi dalam kehidupan masyarakat. Rekayasa birokrasi dan rekayasa masyarakat dalam Teori Hukum progresif yang dilandaskan tiga pilar sistem yaitu sistem norma, sistem perilaku dan sistem nilai bersumber pada Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia. Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya di atas bahwa Teori Hukum Pembangunan diwujudkan dengan adanya peranan perundang-undangan yang sangat penting, sedangkan Konsep Teori Hukum Progresif yang dikemukan oleh Satjipto Rahardjo, tidak secara spesifik membahas pembaharuan hukum sehingga hingga saat ini tidak jelas arah tujuan pembaharuan hukum yang hendak dicapai menurut Teori Hukum Progresif. Di lain sisi, Romli Atmasamita dalam Teori Hukum Integratif yang merupakan pemikiran baru dalam perkembangan hukum di Indonesia yang merupakan hasil perkembangan dari Teori Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Progresif menerangkan bahwa Teori Hukum Integratif memiliki kinerja yaitu dengan melakasanakan penegakan berdasarkan hukum (Rule by Law), perlindungan HAM

14

Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

15

(enforcement of human right) dan akses masyarakat memperleh keadilan (access to justice) yang harus diikiat dengan Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia yang memiliki sistem nilai tertinggi dalam perubahan sistem norma dan perilaku yang berkeadilan sosial.15 Menurut Mochtar Kusumaatmadja, kepastian hukum dalam arti keteraturan masih harus dipertahankan sebagai pintu masuk menuju ke arah kepastian hukum dan keadilan yang bekerjanya hukum di dalam masyarakat tergantung dari sejauh manakah hukum telah sesuai dengan perkembangan nilai yang hidup dalam masyarakat, sedangkan Satjipto Rahardjo, bahwa demi kepentingan manusia, maka hukum tidak dapat memaksakan ketertiban kepada manusia, sebaliknya hukum harus ditinjau kembali, dan menambahkan bahwa hukum untuk manusia bukan sebaliknya serta hukum dijalankan dengan hati nurani. Kemudian Romli Atmasasmita menyatakan yang berlainan juga bahwa fungsi dan peranan hukum sebagai sarana pemersatu dan memperkuat solidaritas masyarakat dan birokrasi dalam menghadapi perkembangan dan dinamika kehidupan baik dalam lingkup NKRI maupun dalam lingkup perkembangan Internasional. Melihat Mochtar Kusumaatmadja yang memandang bahwa hukum seyogyanya diperankan sebagai sarana (bukan alat) pembaharuan masyarakat (law as a tool of social engneering), namun menurut Satjipto Rahardjo, model pemeranan hukum sebagai sarana (bukan alat) pembaharuan itu dikhawatirkan menghasilkan dark engineering jika tidak sesuai dengan hati nurani (manusia) penegak hukumnya. Sedangkan Romli Atmasasmita, yang pada dasarnya mengembangkan Teori Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Progresif sehingga menghasilkan satu pemikiran yang disebut sebagai tripartite character of the Indonesian legal theory of social and bureaucratic engineering yang maksudnya merupakan rekayasa
15

Romli Atmasasmita, Ibid, hlm.95-97

15

Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

16

birokrasi dan rekayasa masyarakat yang dilandaskan tiga sistem norma yaitu norma, perilaku dan nilai bersumber pada Pancasila untuk membangun negara hukum yang demokratis dengan sistem birokrasi yang bersih dan bebas KKN. Aliran sociological jurisprudence yang dipelopori oleh Roscoue Pound melandaskan ketiga pemikiran yang diberikan oleh Mochtar Kusumaatmadja, Satjipto Rahardjo dan Romli Atmasasmita, yang inti pemikiran dari aliran sociological jurisprudence ini merupakan terletak pada penekanan bahwa hukum yang baik adalah sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat.16 Sociological jurisprudence merupakan salah satu mahzab dalam filsafat hukum yang mempengaruhi timbal balik antara hukum dan masyarakat ataupun antara masyarakat dan hukum. Dengan berlandaskan aliran sociological jurisprudence ini berarti pemikiran ketiga tokoh mengenai teori-teori hukum tersebut menempatkan pentingnya akal dan pengalaman pada kedudukan yang sama sehingga akal dan pengalaman menjadi dasar yang dari pemikiran-pemikiran hukum yang dihasilkan karena hukum menurut sociological jurisprudence menjaga keseimbangan antarakepentingan penguasa dan kepentingan masyarakat sehingga outputnya

menghasilkan keseimbangan antara hukum formal dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. Selain aliran sociological jurisprudence, ketiga teori yang dikemukan para tokoh nasional tersebut juga berlandaskan aliran pragmatic, yaitu hukum tidak statis dan selalu bergerak secara terus menerus sesuai dengan perkembangan zamannya dan dinamika masyarakat. Hukum adalah alat untuk mencapai tujuan sosial dimana

16

Muhammad Erwin, Filsafat Hukum: Refleksi Kritis terhadap Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, hlm. 195.

16

Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

17

harus ada pemisahan antara das sollen dan das sein dengan melihat apa yang dilakuakn sebenarnya oleh pengadilan dengan orang-orangnya.17 Berbeda dengan pemikiran Satjipto Rahardjo, Mochtar Kusumaatmadja dan Romli Atmasasmita dalam Teori Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Integratifnya tidak melepaskan dasar dari teori analytical jurisprudence, yang menyatakan bahwa satu-satunya sumber hukum adalah kekuasaan yang tertinggi dalam suatu negara. Oleh karena itu, dengan berdasarkan teori analytical jurisprudence sehingga dalam perwujudan Teori Hukum Pembangunan, peraturan perundang-undanganlah yang memiliki peranan yang penting karena jika dilihat dari teori analytical jurisprudence dengan pemahaman John Austin bahwa yang dimaksud hukum adalah suatu atauran yang diberlakukan untuk memberikan arahan bagi manusia dari dan oleh manusia yang mempunyai kekuasaan.18 Selain menganut teori sociological jurisprudence dan pragmatic legal realism, Teori Hukum Progresif yang dikemukakan oleh Satjipto Rahardjo juga berlandaskan critical legal studies, yang merupakan bentuk kritik hukum yang berlaku yang nyatanya memihak kepada politik dan hukum itu sama sekali tidak netral sehingga tak heran jika Teori Hukum Progresif menentang keras ajaran-ajaran yang dianut dalam aliran positivisme seperti menolak bahwa peraturan perundang-undang memiliki peranan paling penting dalam kehidupan masyarakat sehingga memilih untuk mengikuti hati nurani sehingga tak heran dpaat ditemukan konsep rule breaking dalam Teori Hukum Progresif. Teori Hukum integratif dengan relasi simetrisnya sangat menentang Chaotic Theory, dimana teori yang tidak mengakui pemikiran manusia yang teratur dalam nalar keilmuan, selain itu juga bertentangan dengan hukum alam dan sejarah
17 18

Ibid, hlm. 208. Ibid., hlm. 159

17

Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

18

perkembangan manusia karena Teori Hukum intergratif memndang bahwa sistem hukum terbentuk relasi interaksionis dan hirarkis anatara sistem nilai, sistem norma dan sistem perilakudasalam satu kesatuan sistem sosial yang menguatkan terori musyawarah dan mufakat. Perbedaan Teori Hukum Integratif dengan Teori Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Progresif, Teori Hukum Integratif tidak hanya menjadi landasan pengkajian masalah pembangunan nasional dalam konteks inward looking melainkan juga dalam konteks pengaruh hubungan internasional ke dalam sistem kehidupan bangsa Indonesia karena dalam praktik hubungan internasional di tengah era globalisasi sering terjadi bahwa begara berkembang telah menjadi korban dari sikap negara maju yang bersifat hipokrit dan lebih mementingkan kepentingan nasionalnya daripada kepentingan kemajuan bersama bangsa-bangsa negara berkembang. 19

PENUTUP Pemikiran teori hukum oleh tiga tokoh hukum nasional yang memiliki karakteristik dan konsep yang berbeda walaupun dapat ditemukan juga persamaan yang di dalam konsep tersebut. Adapun teori hukum dari tokoh hukum nasional itu yaitu : 1. Mochtar Kusumaatmadja Teori Hukum Pembangunan yang memandang hukum sebagai sistem norma (system of norms) yang berdasarkan pada aliran sociological jurisprudence, pragmatic jurisprudence dan analytical jurisprudence yang di kombinasikan. Perwujudan dari Teori Hukum Pembangunan tersebut
19

Romli Atmasasmita, ibid, hlm. 99

18

Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

19

melalui peraturan perundang-undangan untuk menciptakan ketertiban dan keteraturan dalam pembangunan hukum. Teori Hukum

Pembangunan sebagai sarana pembaharuan hukum (law as a tool of social engineering), dimana tool disana bukan berarti alat melainkan sarana. 2. Satjipto Rahardjo Teori Hukum Progresif merupakan teori hukum yang memandang hukum sebagai sistem perilaku (systems of behavior) yang berdasarkan pada aliran hukum sociological jurisprudence, pragmatic legal realism dan critic legal studies, dimana hukum dilaksanakan berdasarkan hati nurani dan tidak tunduk pada ajaran positivisme karena dianggap sesuatu yang tidak netral dari kekuasaan. 3. Romli Atmasasmita Teori Hukum Integratif merupakan terori hukum yang memandang hukum tidak hanya sebagai sistem norma (system of norms) dan sistem perilaku (system of behavior) saja tetapi juga menganut bahwa hukum juga sebagai sistem nilai (system of values) yang menganggap keteiga karakter sistem tersebut sebagai satu kesatuan yang berdasarkan pancasila sebagai rekayasa birokrasi dan masyarakat. Teori hukum Integratif merupakan perkembnagan dari Teori Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Progresif yang sama-sama berlandasakan Sociological jurisprudence dengan menentang chaotic theory melainkan mewujudkan Teori Hukum integrative ini dengan teori mufakat dan musyawarah untuk mengahadapi dan mengatisipasi segala keadaan teburuk dalam perkembangan kehidupan masyarakat.

19

Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

20

Pemikiran-pemikiran hukum tersebut menghendaki agar hukum memiliki peranan jauh ke depan yaitu memberikan arah dan dorongan perkembangan masyarakat agar tercapai masyarakat yang tertib, adil dan sejahtera dan hukum bukan sekedar sebagai tools melainkan harus dipahami sebagai sarana (dinamis) untuk mencapai kemajuan peradaban masyarakat. Selain itu, hukum jangan hanya berpacu pada ajaran yang normatif tetapi juga harus berpacu pada nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dana berdasarkan hati nurani. Hukum tidak hanya sebagai sistem norma yang bersandar pada rules dan logik tetapi juga hukum sebagai sistem perilaku serta sistem nilai yang berdasarkan pada Pacasila sebagai Ideologi bangsa Indonesia sehingga sistem norma, sistem nilai dan sitem perilaku dapat berintegrasi dengan baik dalam pelaksanaannya dalam kehidupan masyarakat di Indonesia.

20

Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

21

DAFTAR PUSTAKA Lilik Mulyadi, Teori Hukum Pembangunan Prof. DR. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M, http://www.badilum.info/images/stories/artikel/kajian_deskriptif_analitis_te ori_hukum_pembangunan.pdf, 23/04/2012,22:27. Mochtar Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat, dan Pembinaaan Hukum Nasional; Lembaga Penelitian Hukum dan Kriminologi Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Bina Cipta, Bandung, 1976.

Muhammad Erwin, Filsafat Hukum: Refleksi Kritis terhadap Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2011.

Romli Atmasasmita, Teori Hukum Integratif: Rekonstruksi Terhadap Teori Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Progresif, Genta Publishing, Yogyakarta, 2012.

Satjipto Rahardjo, Hukum Progresif: Sebuah Sintesa Hukum Indonesia, Genta Publishing, Yogyakarta, 2009.

Sidharta, Karakteristik Penalaran Hukum Dalam Konteks Ke-Indonesian, CV. Utomo, Jakarta, 2006.

21

Teori Hukum Pembangunan Prima Annisa Widiastuti/110110090116/FH UNPAD

You might also like