You are on page 1of 12

30

BAB III SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

3.1.

Pengertian Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem

distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah; 1. Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan), dan 2. Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan. Karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi. Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik besar dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kV dinaikkan tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik tegangan menjadi 70 kV ,154 kV, 220 kV atau 500 kV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi. Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir (I2.R). Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya

Pemeliharaan Gardu Distribusi 20 KV Azis Nurrochma Wardana (21060110083011)

31

diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan kecil pula. Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan transformator penurun tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt . Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke konsumen-konsumen. Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan. Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan setinggi mungkin, dengan menggunakan trafo-trafo step-up. Nilai tegangan yang sangat tinggi ini (HV,UHV,EHV) menimbulkan beberapa konsekuensi antara lain berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga perlengkapan perlengkapannya, selain menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan yang dibutuhkan pada sisi beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan saluran yang tinggi ini diturunkan kembali dengan menggunakan trafo-trafo step-down. Akibatnya, bila ditinjau nilai tegangannya, maka mulai dari titik sumber hingga di titik beban, terdapat bagian-bagian saluran yang memiliki nilai tegangan berbeda-beda. Gambaran umum tentang sistem distribusi tertera pada gambar 3.1.

Pemeliharaan Gardu Distribusi 20 KV Azis Nurrochma Wardana (21060110083011)

32

Gambar 3.1. Gambaran Umum Sistem Distribusi Tenaga Listrik 3.2. Jaringan Tergangan Menengah Jaringan Tegangan Menengah adalah jaringan tenaga listrik yang berfungsi untuk menghubungkan gardu induk sebagai suply tenaga listrik dengan gardu gardu distribusi. Sistem tegangan menengah yang digunakan di Distribusi Area Semarang Kkhususnya di Rayon Semarang Timur pada umumnya adalah 20 kV. Jaringan ini mempunyai struktur/pola sedemikian rupa, sehingga dalam pengoperasiannya mudah dan handal.

Pemeliharaan Gardu Distribusi 20 KV Azis Nurrochma Wardana (21060110083011)

33

3.3.

Jaringan Sistem Distribusi Primer Sistem distribusi Primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari

gardu distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen. Pada sistem distribusi Primer bentuk saluran yang paling banyak digunakan ialah sistem radial. Sistem ini dapat menggunakan kabel yang berisolasi maupun konduktor tanpa isolasi. Sistem ini biasanya disebut sistem tegangan rendah yang langsung akan

dihubungkan kepada konsumen/pemakai tenaga listrik dengan melalui peralatanperalatan sebagai berikut : 1. Papan pembagi pada trafo distribusi 2. Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder). 3. Saluran Layanan Pelanggan (SLP) (ke konsumen/pemakai) 4. Alat Pembatas dan pengukur daya (kWH. meter) serta fuse atau pengaman pada pelanggan. Komponen saluran distribusi primer seperti ditunjukkan pada Gambar 3.2

Gambar 3.2. Komponen Sistem Distribusi Primer

Pemeliharaan Gardu Distribusi 20 KV Azis Nurrochma Wardana (21060110083011)

34

3.3.1. Jaringan Distribusi Pola Radial Tipe jaringan yang terdapat satu saluran antara titik sumber dan titik bebannya. Jaringan ini merupakan bentuk dasar, paling sederhana dan paling banyak digunakan. Dinamakan radial karena daya saluran ini ditarik secara radial dari suatu titik sumber jaringan itu kemudian dibagi dalam bentuk cabang ke setiap titik beban. Akibat pencabangan tersebut arus beban yang mengalir disepanjang saluran tidak sama besar. Karena arus beban sepanjang salurannya tidak sama besar, menyebabkan luas penampang konduktor padajaringan radial ukurannya dapat berbeda. Maksudnya, saluran paling dekat sumber memikul arus beban yang lebih besar maka ukuran penampang konduktor yang digunakan lebih besar sedangkan saluran cabang makin ke ujung arus beban semakin kecil sehingga ukuran konduktor yang digunakan akan lebih kecil. Sistem distribusi pola radial bisa kita lihat pada gambar 3.3

Pemeliharaan Gardu Distribusi 20 KV Azis Nurrochma Wardana (21060110083011)

35

Gambar 3.3. Jaringan Distribusi Pola Radial Adapun spesifikasi dari jaringan bentuk radial ini adalah: Kelebihan: Bentuknya sederhana. Biaya investasinya relatip murah.

Kelemahan Jatuh tegangan dan rugi daya yang terjadi pada saluran relatif besar Kontinuitas pelayanan daya tidak handal karena antara titik sumber dan titik beban hanya ada satu saluran sehingga jika terjadi gangguan pada saluran tersebut maka seluruh beban sesudah titik gangguan akan mengalami pemadaman secara total. Untuk meminimumkan gangguan, pada jaringan radial ini umumnya

dilengkapi dengan peralatan pengaman berupa fuse, sectionaliser, recloser atau alat pemutus beban lainnya, berfungsi untuk membatasi daerah yang mengalami pemadaman total yaitu daerah sesudah/di belakang titik gangguan selama gangguan belum teratasi. Misalkan gangguan terjadi di titik B, maka daerah C, D, E dan lainnya terjadi pemadaman total.

3.3.2. Jaringan Distribusi Pola Open Loop Pada jaringan ini terdapat dua alternatif saluran untuk melayani beban tapi dayanya berasal dari satu sumber, jaringan ini merupakan bentuk tertutup yang

Pemeliharaan Gardu Distribusi 20 KV Azis Nurrochma Wardana (21060110083011)

36

sering disebut bentuk jaringan "loop". Struktur rangkaian penyulang membentuk ring dimana beban dilayani oleh dua arah penyulang sehingga kontinuitas pelayanan lebih terjamin dan kualitas daya yang diterima konsumen menjadi lebih baik karena rugi tegangan dan rugi daya pada saluran menjadi lebih kecil. Pola ini bisa kita lihat pada gambar 3.4.

Gambar 3.4. Jaringan Distribusi Pola Open Loop 3.3.3. Jaringan Distribusi Pola Close Loop Sistem close loop ini layak digunakan untuk jaringan yang dipasok dari satu gardu induk, memerlukan sistem proteksi yang lebih rumit biasanya menggunakan rele arah (bidirectional). Sistem ini mempunyai kehandalan yang lebih tinggi dibanding sistem yang lain. Seperti pada gambar 3.5.

Pemeliharaan Gardu Distribusi 20 KV Azis Nurrochma Wardana (21060110083011)

37

Gambar 3.5 Jaringan Distribusi Pola Close Loop Untuk jaringan ini kualitas dan kontinuitas pelayanan daya lebih baik tetapi biaya investasinya lebih mahal karena menggunakan pemutus beban yang lebih banyak. Apabila jaringan dilengkapi dengan pemutus beban otomatis (dilengkapi recloser) maka pengamanan menjadi cepat dan praktis dan daerah gangguan akan lebih cepat beroperasi kembali. Jaringan tipe ini cocok digunakan pada daerah beban yang padat dan memerlukan kehandalan tinggi.

3.3.4. Jaringan Distribusi Pola Spindel Selain bentuk-bentuk dasar jaringan distribusi di atas dikembangkan juga bentuk modifikasi yang bertujuan meningkatkan keandalan dan kualitas sistem. Salah satu bentuk modifikasi yang populer adalah bentuk spindle yang pada umumnya terdiri dari maksimum 6 penyulang dalam keadaan berbeban (working feeder) dan satu penyulang dalam keadaan kerja tanpa beban (express feeder) seperti yang tertera pada gambar 3.6.

Pemeliharaan Gardu Distribusi 20 KV Azis Nurrochma Wardana (21060110083011)

38

Gambar 3.6. Jaringan Distribusi Pola Spindle Fungsi "express feeder" selain sebagai cadangan pada saat terjadi gangguan pada salah satu "working feeder" juga berfungsi untuk memperkecil terjadinya jatuh tegangan pada sistem distribusi. Biasanya pada tiap penyulang terdapat gardu tengah (middle point) yang berfungsi untuk titik manufer apabila terjadi gangguan pada jaringan tersebut.

3.3.5. Jaringan Distribusi Pola Cluster Sistem clutser ini hampir mirip dengan sistem spindel. Dalam sistem cluster tersedia satu express feeder yang merupakan feeder atau penyulang tanpa beban yang digunakan sebagai titik menufer beban oleh feeder atau penyulang lain dalam system cluster tersebut. Proteksi yang diperlukan untuk sistem yang relatif sama dengan sistem open loop atau sistem spindle. Jaringan tipe cluster terlihat seperti gambar 3.7.

Pemeliharaan Gardu Distribusi 20 KV Azis Nurrochma Wardana (21060110083011)

39

Gambar 3.7 Jaringan Distribusi Pola Cluster Dalam beberapa wilayah sistem jaringan distribusi tersebut juga dikontrol dari jarak jauh (remote control) oleh Unit Pengatur Distribusi (UPD). Dengan membuat topologi jaringan yang baik akan didapat performance jaringan yang handal dan optimal dalam arti akan diperoleh kerugian energi jaringan yang lebih kecil dan pelayanan kepelanggan yang lebih baik. Dalam membuat dan menentukan topologi jaringan perlu dilakukan perhitungan-perhitungan analisa teknis pada jaringan yang meliputi : 1. Analisa airan daya 2. Analisa Hubung Singkat 3. Analisa Drop tegangan 4. Pengaturan beban agar optimal Keuntungan / Kerugian : 1. Sistem opersai lebih mudah dibandingkan sistem spindle

Pemeliharaan Gardu Distribusi 20 KV Azis Nurrochma Wardana (21060110083011)

40

2. Tidak diperlukan tempat swiching (GH) dalam satu tempat 3. Panjang jaringan bisa lebih pendek untuk kawasan yang sama 4. Swiching bisa dilakukan disepanjang express feeder. Secara umum baik buruknya sistem penyaluran dan distribusi tenaga listrik ditinjau dari hal-hal berikut ini: a) Kontinuitas Pelayanan yang baik, tidak sering terjadi pemutusan, baik karena gangguan maupun karena hal-hal yang direncanakan. Kualitas daya yang baik, antara lain meliputi: kapasitas daya yang memenuhi. tegangan yang selalu konstan dan nominal (kerugian tegangan yang terjadi pada saluran relatif kecil sekali). b) frekuensi yang selalu konstan (untuk sistem AC).

Perluasan dan penyebaran beban yang dilayani seimbang. Khususnya untuk sistem tegangan AC 3 fasa, faktor keseimbangan/kesimetrisan beban pada masing-masing fasa sangat perlu diperhatikan.

c)

Fleksibel dalam pengembangan dan perluasan daerah beban. Perencanaan yang baik tidak hanya memperhatikan kebutuhan beban untuk waktu sesaat tetapi perlu dipertimbangkan perkembangan beban yang akan dilayani, bukan hanya menyangkut penambahan kapasitas dayanya tetapi juga dalam hal perluasan daerah beban yang harus dilayani.

Pemeliharaan Gardu Distribusi 20 KV Azis Nurrochma Wardana (21060110083011)

41

d)

Kondisi dan Situasi Lingkungan. Merupakan faktor pertimbangan dalam penentuan tipe sistem distribusi mana yang sesuai untuk lingkungan

bersangkutan, misalnya tentang konduktornya, konfigurasinya, tata letaknya, segi estetikanya dan sebagainya. e) Pertimbangan Ekonomis. Faktor ini menyangkut perhitungan untung rugi ditinjau dari segi ekonomis, baik secara komersil maupun dalam rangka penghematan anggaran yang tersedia.

Pemeliharaan Gardu Distribusi 20 KV Azis Nurrochma Wardana (21060110083011)

You might also like