You are on page 1of 2

A.

PENDAHULUAN Kapulaga adalah digunakan sejenis buah yang sering untuk

hingga 2,5 cm, hijau gelap. Daun-daun terletak berseling, duduk, bentuk lanset, 7,5-50 cm 3-10 cm, pangkalnya perlahan-lahan menyempit,

sebagai

rempah

(bumbu)

masakan tertentu dan juga untuk campuran jamu. Ada dua macam kapulaga yang banyak digunakan di Indonesia, yakni kapulaga Jawa (Amomum compactum) dan kapulaga sabrang atau kapulaga India (Elettaria cardamomum); kedua-duanya termasuk ke dalam suku jahe-jahean atau

ujungnya meruncing dengan runcingan sepanjang 3 cm, hijau mengkilap dengan banyak bintik yang awalnya putih namun akhirnya merah darah. Perbungaan muncul langsung dari rimpang, terpisah dari batang semu, adakalanya sebagian terbenam tanah; tandan bertangkai panjang hingga 10 cm, ditutupi oleh sisik-sisik yang rapat, yang tersusun seperti genting dan tidak rontok. Kelopak seperti tabung seperti seludang, 1,3 cm, berambut. Mahkota berupa tuba, bertaju-3, taju 8 mm panjangnya bentuk jorong memita, putih atau kekuningan. Labellum bundar telur lebar, 15-18 mm 10-15 mm, menyempit di pangkalnya, berambut halus di sisi dalam, kuning dengan pita tengah ungu gelap atau putih (kekuningan) dengan

Zingiberaceae.Di Indonesia, yang umum disebut kapulaga adalah A. compactum itulah; sementara di negara-negara yang berbahasa Inggris yang umum disebut cardamom (true cardamom) adalah jenis E. cardamomum (lihat pada catatan di

bawah). Uraian berikut ini merujuk pada A. compactum, tumbuhan asli dari Jawa, yang dahulu dikenal sebagai A. cardamomum.

B.

PENGENALAN Terna yang kuat, menahun, dan berbau aromatis pada pelbagai bagiannya. Tumbuh mencapai tinggi

pita tengah kuning diapit garis ungu. Buah kapsul bulat agak tertekan, berdiameter 1-1,5 cm, bergaris-garis rapat dan berambut pendek halus, bermahkota sisa perhiasan bunga. Biji banyak, kecil-kecil, terlindung dalam salut biji (arilus) berwarna keputihan.

Oleh : NENY YULICHA NUR RAHMAWATI, S.Hut Penyuluh Kehutanan Lapangan Kec. Sawahan

2 m, dengan rimpang yang tumbuh menjalar di bawah tanah, agak bulat gilig, gemang 1-2 cm, putih kekuningan, tertutupi sisik-kelopak tak berambut berwarna coklat kemerahan. Batang-batang semu muncul agak terpisah-pisah, tumbuh tegak 1,5-2 m, bulat gilig berdiameter

C. PENYEBARAN DAN EKOLOGI Kapulaga adalah tumbuhan asli dan endemik di wilayah perbukitan di Jawa bagian barat. Kini ditanam dan mungkin meliar di berbagai tempat, kapulaga terutama dihasilkan secara komersial

tangga untuk memupuk tanaman ini. Kapulaga dapat tumbuh subur di tempat teduh atau di bawah kayu tegakan Perhutani, yang sebagian besar berupa tanaman pinus. Kapulaga hanya mau tumbuh baik di bawah naungan. Komoditas ini cocok untuk

(tunas) kapulaga digemari sebagai lalap, baik mentah, dikukus, atau direbus. Dari bijinya diekstrak minyak atsiri yang

dimanfaatkan dalam industri parfum dan bahan pewangi. Bijinya juga digunakan sebagai bahan obat tradisional untuk menyembuhkan sakit perut, batuk, dan sebagai penguat tubuh setelah melahirkan.[2] Air rebusan semua bagian tanaman diminum jika badan terasa lemas dan untuk meringankan sakit rematik. Rimpangnya yang ditumbuk dan dikeringkan dipakai untuk mengatasi demam dan sakit usus. Biji kapulaga yang dikeringkan mengandung 2-4% minyak esensial, yang terutama terdiri dari 1,8cineol (hingga 70%), -pinen (16%), -pinen (4%), -terpineol (5%) dan humulen (3%). Rimpang dan akar segar mengandung minyak esensial sekitar 0,1%, yang berisi 1,8-cineol.

dari Jawa Barat ,Jawa Tengah dan Sumatra bagian selatan. Tanaman ini terutama menyenangi wilayah dengan kelembaban yang tinggi, curah hujan antara 2.500-4.000 mm pertahun, suhu tahunan yang kurang lebih hangat dan stabil (23-28 C), dan banyak hari hujan (sekurangnya 136 hari dalam setahun). Kapulaga juga menghendaki tempat yang setengah ternaungi, pada tanah-tanah yang

dikembangkan sebagai tanaman tumpangsari pada kebun-kebun tanaman keras. Misalnya di hutan jati, kebun kopi, kakao, petai, jeruk dan lain-lain yang bagian bawah tegakannya masih menerima sedikit sinar matahari. Kebun sawit dan karet misalnya, sulit untuk diberi tumpangsari kapulaga karena tajuknya sangat rapat. Bisa juga kapulaga ditumpangsarikan dengan pisang. Satu baris tanaman pisang diselingi dengan satu baris tanaman kapulaga. Untuk naungan kapulaga bisa dipilih lamtoro, glirisidia, kaliandra, albisia atau dadap. Meskipun sudah

terdrainase dengan baik, pH 5-6,8, dan memiliki kandungan bahan organik yang cukup tinggi. D. POTENSI PRODUK BUAH KAPULAGA Harga kapulaga kering mencapai Rp 40 ribu per kilogram, sedangkan kapulaga basah mencapai Rp 8 ribu per kilogram. Di samping itu, perawatan terhadap tanaman ini tidak terlalu rumit, bahkan sebagian besar menjadi kegiatan sampingan ibu-ibu rumah tangga. sekarang sudah dapat dipanen dengan masa panen setiap bulan sekali. Penanaman kapulaga ini sekaligus juga sebagai program pupuk organik yang dilakukan oleh para petani. Mereka

ditumpangsarikan dengan pisang, apabila tidak diberi naungan khusus, pertumbuhan kapulaga tidak akan optimal.

E. KEGUNAAN Kapulaga terutama ditanam orang untuk buahnya, yang setelah dikeringkan diperdagangkan sebagai bumbu atau rempah-rempah. Kapulaga merupakan unsur penting dalam masakan soto Betawi. Pucuk

memanfaatkan pupuk kandang dan kompos rumah

You might also like