You are on page 1of 5

TOPIK SPESIAL STRUKTUR

Ulfa Fertyas Chlarrasinta


10/303070/TK/37376

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012

1.

Perpanjangan Runway Sebuah runway dengan panjang 1800 m akan diperpanjang sepanjang 350

m. Perpanjangan runway tersebut akan melewati sebuah sungai dengan lebar sekitar 30 m. Runway merupakan perkerasan yang digunakan untuk pergerakan ( landing dan take off) pesawat terbang sehingga beban yang diterima oleh perkerasan runway sangat besar. Sebuah runway dirancang dengan memenuhi persyaratan dan telah ditentukan. Beberapa contoh persyaratan tersebut adalah runway harus datar (secara melintang) dengan kemiringan maksimum 1% ,

memiliki permukaan yang rata, dan menerus ( memanjang). Menerus disini dimaksudkan pada perpotongan memanjang runway tidak ada perubahan

elevasi secara tiba-tiba. Perubahan elevasi secara tiba-tiba akan menimbulkan gangguan pada pergerakan pesawat bahkan mengakibatkan kecelakaan. Permasalahan yang muncul pada perpanjangan runway tersebut adalah jenis konstruksi yang akan dibangun diatas sungai. Jika dibangun sebuah jembatan maka perlu dipertimbangkan lendutan yang akan ditimbulkan oleh balok. Lendutan tersebut jika terlalu besar akan mengakibatkan ketidakstabilan pada pergerakan pesawat. Selain itu kekuatan pilar juga perlu diperhitungkan agar mampu beban tinggi dari pesawat terbang. Permasalahan lain adalah ketika sebuah pilar mengalami penurunan atau bahkan kerusakan. Jika jembatan tersebut berupa simple beam maka beam bagian yang mengalami kerusakan tersebut akan mengalami keruntuhan. Jika digunakan continous beam maka jembatan tidak akan langsung mengalami kegagalan struktur. Namun beban yang diterima pada balok dan pilar akan bertambah. Momen dan lendutan yang timbul akan lebih besar. Lendutan yang bertambah besar tersebut akan lebih membahayakan pesawat yang melewatinya. Sambungan pada struktur perkerasan dengan jembatan juga akan menimbulkan permasalahan bagi pesawat. Perbedaan elevasi yang mungkin muncul dari kedua ujung sambungan akan mengganggu kinerja pesawat. Penyaluran beban dari struktur yang satu dengan yang lain juga dapat menimbulkan masalah pada kedua perkerasan tersebut.

Konstruksi yang memiliki solusi lebih baik adalah dengan menggunakan pelengkung. Pada konstruksi pelengkung ini tidak akan timbul momen. Bentuknya yang melengkung menyebabkan momen yang ada saling

menghilangkan. Keseluruhan bagian pelengkung menerima tekan, dan gaya tekan ini ditransfer ke abutmen dan ditahan oleh tegangan tanah dibawah pelengkung . Semakin besar sudut kelengkungannya (semakin tinggi

lengkungannya) maka pengaruh gaya tekan akan semakin kecil, namun itu berarti bentangnya menjadi lebih kecil, jika diinginkan membuat jembatan pelengkung dengan bentang panjang, maka sudut pelengkung harus diperkecil sehingga gaya tekanpun menjadi lebih besar dan diperlukan abutmen yang lebih besar untuk menahan gaya horizontal tersebut. Untuk mengatasi penurunan pada bagian jembatan yang mengakibatkan penurunan tak seragam pada runway maka dapat dilakukan sebuah rekayasa. Pada bagian atas lengkung dapat diurug dengan tanah. Tanah pada runway eksisting diuji dahulu kekuatannya. Maka kekuatan tanah urug dapat dipersiapkan sama dengan kondisi eksisting. Di bagian atas tanah urug diperkeras seperti runway eksistingnya. Dengan kata lain tanah urug tersebut berfungsi sebagai subgrade. Distribusi beban titik pada suatu perkerasan hingga ke tanah akan menyebar dengan wilayah yang semakin luas ke bawahnya. Tegangan yang terjadi semakin ke bawah semakin kecil. Sehingga pada bagian pelengkung hanya akan menerima tegangan yang lebih rendah. Dengan konstruksi seperti itu maka bagian perpanjangan runway akan homogen dengan runway eksistingnya. Terutama bagian jembatan yang melintang di atas sungai dengan perkerasan di tanah asli. Jika homogen maka perbedaan penurunan yang terjadi akan sangat kecil. Pada sambungan perkerasan tidak akan terjadi kesenjangan. Untuk memperkuat pada sambungan maka dapat digunakan tie bar. Tie bar akan memperkuat . Interlocking antar agregat.

2.

Keruntuhan Pilar Jembatan pada Continous Beam Jembatan jalan raya berupa continous beam memiliki bentang 26m.

Jembatan tersebut didukung oleh 2 pilar dengan yang membagi bentang jembatan menjadi 9m, 8m, dan 9m. Lebar jembatan 3,5m. Lalu sebuah pilar mengalami keruntuhan tetapi jembatan masih mampu berdiri dengan satu pilar. Bentang jembatan sekarang terbagi menjadi 17m dan 8m. Jembatan yang sebelumnya dapat dilewati oleh mobil kini hanya diperbolehkan dilewati oleh sepeda motor. Ketika sebuah pilar mengalami keruntuhan, jembatan tersebut tidak turut runtuh karena struktur yang ada masih memiliki kekuatan untuk

mempertahankan konstruksinya. Dalam merancang beton bertulang digunakan faktor keamanan yang telah diatur dalam SNI. Faktor keamanan terhadap beban digunakan perbesaran yang bervariasi dan bergantung pada kombinasi beban yang ada. Misalkan digunakan beban mati dan hidup yang bekerja dengan kombinasi perbesaran momen (1,2 D + 1,6 L). Faktor reduksi kekuatan bahan dengan nilai bervariasi dan bergantung pada jenis gaya yg bekerja pada komponen struktur yg ditinjau, misal 0,8 untuk beban lentur yang bekerja. Dengan penghitungan seperti itu sebenarnya struktur sudah cukup aman. Tetapi dalam perancangan dipehitungkan regangan maksimum yang terjadi pada serat beton yaitu sebesar 0,003. Sehingga struktur bekerja tidak dalam kekuatan maksimalnya. Beton memiliki kekuatan tarik walaupun rendah yang dalam penghitungan diabaikan nilainya. Lendutan yang terjadi pun dibatasi sehingga struktur hanya memakai sebagian kecil kemampuannya. Ketika satu pilar (pilar A) runtuh bentang jembatan yang semula 9-8-9 menjadi 17-9. Bentang yang kehilangan pilar A menjadi 2 kali lipat panjangnya hingga ke pilar berikutnya (pilar B). Beban mati yang ditanggung balok menjadi 2 kali lipat. Momen yang terjadi pada balok tersebut 2 kali lipat. Momen yang terjadi pada pilar B berkisar 3 kali lipat dari momen awal. Jika dipikir sepintas memang sepertinya beban yang ada menjadi sangat besar. Namun setelah terjadi keruntuhan pilar A kendaraan yang lewat dibatasi maksimal hanyalah

sepeda motor. Untuk mobil dan kendaraan yang lebih berat tidak diijinkan melewati jembatan tersebut. Jembatan dirancang pastinya dengan beban maksimum yang mungkin terjadi. Diasumsikan terjadi antrian di atas jembatan sehingga terjadi beban maksimum. Misal ukuran mobil 5mx2m dengan berat 2000 kg maka beban total yang terjadi adalah 10.000 kg. Sedangkan untuk sepeda motor berukuran 2mx1m dengan berat 150 kg maka beban totalnya adalah 5850 kg. Secara kasar dapat terlihat bahwa beban hidup yang terjadi pun berkurang hampir setengahnya sebesar 4000 kg. Pertambahan beban mati jika dibandingkan dengan pengurangan beban hidup karena beban mati yang bertambah tidaklah melebihi 1000 kg.

You might also like