Professional Documents
Culture Documents
( Bagian I )
Pendahuluan
Di dalam mahluk hidup berlangsung beraneka
energi
Pada lingkungan normal di dalam mahluk hidup kebanyakan reaksi biokimia berlangsung amat lambat sehingga tak mampu menunjang kehidupan
Pada dasarnya laju reaksi kimia dapat ditingkatkan dengan: meningkatkan kadar reaktan ( tak selalu dapat terlaksana pada mahluk hidup! ) meningkatkan suhu reaksi ( tak mungkin terjadi pada mahluk hidup! ) Solusi : pada mahluk hidup laju reaksi ditingkatkan dengan cara lain menggunakan katalis biologis (enzim)
Peningkatan laju reaksi oleh enzim Enzim Karbonik anhidrase Triosa fosfat isomerase Karboksipeptidase A Nuklease stafilococcus Laju reaksi tanpa enzim 1,3 x 10-1 4,3 x 10-6 3,0 x 10-9 1,7 x 10-13 Laju reaksi enzimatik 1 x 106 4300 578 95 Peningkatan laju reaksi 7,7 x 106 1 x 109 1,9 x 1011 5,6 x 1014
Struktur enzim
Secara kimiawi molekul enzim berujud protein (sebagian kecil enzim berupa RNAtidak dibicarakan di sini). Protein adalah makromolekul berupa rantai peptida yang terbentuk dari satuan-satuan asam amino yang terangkai oleh ikatan peptida. Urutan asam amino pada rantai peptida dinamai struktur primer protein. Rantai peptida akan melipat membentuk struktur sekunder berupa bentukan 3dimensi berujud heliks, -pleat, dan lipatan acak (random coil). Struktur sekunder melipat lebih lanjut
Metionin
Leusin
Aspartat
Tirosin
Rantai peptida
Ikatan peptida
Ikatan peptida
Struktur primer protein: Ikatan peptida merangkai unit-unit asam amino menjadi rantai peptida
-Pleat
Heliks
Struktur sekunder (heliks dan -pleat) dan tersier proein
Beberapa rantai peptida berstruktur tersier dapat bergabung melalui ikatan non-kovalen membentuk protein berstruktur kuarterner. Sebagian enzim berujud protein tersier dan sebagian lagi berupa protein kuarterner yang terbentuk dari beberapa unit rantai peptida. Struktur sekunder, tersier dan kuarterner terbentuk oleh ikatan non kovalen yang relatif lemah, sedangkan struktur primer terbentuk oleh ikatan kovalen berupa ikatan peptida yang kuat.
Struktur primer
Struktur sekunder
Struktur tersier
Struktur kuarterner
Pengaruh fisika dan kimia dapat memutus ikatan lemah intramolekul sehingga mengubah konfigurasi tiga dimensi protein. Pengaruh yang lebih kuat dapat merusak struktur kuarterner, tersier dan sekunder protein sehingga mengakibatkan denaturasi protein. Perubahan struktur protein dapat mempengaruhi kerja enzim sehingga berdampak pada efektifitasnya sebagai katalis.
Active site
Molekul enzim memiliki bagian yang secara tiga dimensi berbentuk celah, dikenal sebagai active site. Pada active site ini terikat substrat yang sesuai membentuk kompleks enzimsubstrat, ikatan berujud ikatan lemah (nonkovalen).
Kofaktor
Untuk dapat bekerja sebagai katalis, beberapa enzim memerlukan kofaktor Apoenzim (enzim asli=nya) + kofaktor = holoenzim Kofaktor dapat berupa: Koenzim, yang dapat berujud - Kosubstrat (koenzim): senyawa organik nonprotein yang terikat enzim melalui ikatan lemah, contoh NAD+ - Gugus prostetik: senyawa organik yang terhubung melalui ikatan kuat (ikatan kovalen) dengan enzim, contoh: Koenzim-A (CoASH) Aktivator ion logam, sepetti misalnya K+, Fe++, Cu++, Zn++, Mg++, Ca++.
Energi
Reaktan CO2 + H2O
Produk H2CO3
Koordinat reaksi
Energi
Dengan enzim Energi aktivasi dengan enzim Reaktan CO2 + H2O Keadaan transisi
Produk H2CO3
Koordinat reaksi
Spesifisitas enzim
Berbeda dengan katalis umum yang dapat mengkatalisis berbagai macam reaksi, enzim merupakan katalis spesifik yang hanya bekerja pada substrat atau jenis reaksi kimia tertentu saja Spesifisitas enzim ditentukan oleh ujud active site nya Untuk dapat mengkatalisis reaksi, substrat harus terikat pada active site Mekanisme pengikatan enzim-substrat dijelaskan menurut 2 hipotesis: Mekanisme lock and key
Menurut hipotesis ini struktur active site bersifat kaku dan tak dapat berubah bentuk Substrat memiliki struktur yang tepat komplementer dengan active site enzim (analogi anak kunci dengan kuncinya) Hipotesis ini menjelaskan spesifisitas enzim, namun tak dapat menjelaskan beberapa aspek mekanisme kerja enzim (mis. keadaan transisi)
Substrat
Kompleks enzimproduk
Menurut hipotesis ini, walau memiliki afinitas terhadap substrat, struktur active site dalam keadaan aslinya tidak tepat komplementer dengan substrat Active site (dan keseluruhan molekul enzim-nya) bersifat lentur, dan setelah berikatan dengan substrat akan sedikit berubah bentuk sehingga akhirnya menjadi tepat komplementer dengan substrat Hipotesis ini menjelaskan dapat menjelaskan spesifisitas enzim tertentu yang agak longgar terhadap beberapa substrat sejenis Mampu menjelaskan mekanisme kerja enzim dengan mempengaruhi keadaan transisi
Kompleks enzimsubstrat
Kompleks enzimproduk
Active site
Spesifisitas enzim
Terdapat beberapa derajat spesifisitas enzim:
Spesifisitas relatif (spesifisitas jenis ikatan/ spesifisitas rendah) Satu enzim dapat bekerja pada beberapa substrat yang memiliki ikatan kimia sejenis. Contoh: enzim amilase dapat menghidrolisis ikatan 1-4 glikosidik yang terdapat pada amilum, glikogen, dan dekstrin
Spesifisitas moderat (spesifisitas gugusan/ spesifisitas struktural) Satu enzim dapat bekerja pada beberapa substrat yang memiliki ikatan kimia sejenis yang menghubungkan gugus/struktur sejenis. Contoh: enzim pepsin menghidrolisis ikatan-ikatan peptida di bagian dalam rantai peptida dengan syarat : salah satu asam amino yang membentuk gugus amino dari ikatan peptida yang bersangkutan adalah asam amino aromatik .
Spesifisitas absolut (spesifisitas tinggi/spesifisitas substrat) Satu enzim hanya bekerja pada satu substrat saja. Contoh: - Laktase, hanya bekerja pada laktosa - Arginase, hanya bekerja pada arginin
Spesifisitas optis (stereospecificity) Satu enzim hanya bekerja pada salah satu isomer optis dari suatu senyawa spesifik. Contoh: - -glikosidase hanya bekerja pada ikatan -glikosidik, dan tak bekerja pada ikatan -glikosidik.
- L-amino acid oxidase hanya bekerja pada L-asam amino, dan tak bekerja pada D-asam amino
Laju reaksi
pH reaksi
Laju reaksi
Suhu reaksi
Akhir bagian I