You are on page 1of 21

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Kalorimeter

Disusun oleh : Nama NPM Kelompok Hari / Tanggal Waktu Asisten : Ghina Khoerunisa : 240210120091 : 2 / B1 : Kamis, 6 November 2012 : 13.00 15.00 WIB : Rijalul Fikri Rusyda Sofyan

LABORATORIUM FISIKA DASAR JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJAJARAN JATINANGOR 2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kalor merupakan salah satu bentuk energi dan memiliki satuan kalori. Dan energi memiliki satuan Joule, sehingga kita perlu suatu faktor pembanding antara dua satuan tersebut, dimana faktor pembanding tersebut dikenal sebagai tara panas listrik. Dalam kehidpan sehari-hari kita sering melihat alat-alat pemanas yang menggunakan energi listrik seperti teko pemanas, penanak nasi, kompor listrik ataupun pemanas ruangan. Pada dasarnya alat-alat tersebut memiliki cara kerja yang sama yaitu merubah energi listrik yang mengalir pada kumparan kawat menjadi energi kalor/panas. Sama halnya dengan kalorimeter yaitu alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai kalori) yang dibebaskan. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa energi kalor dapat mengubah wujud suatu benda, dalam hal ini saya akan menggunakan air sebagai contohnya. Air dalam suhu yang amat rendah (-40o Celcius ) akan berbentuk sebagai es yang berwujud padat, sedangkan pada suhu 0o Celcius air akan mengalami perubahan wujud dari padat ( es ) menjadi cair. Suhu air akan terus mengalami kenaikan ketika dipanaskan, yang pada akhirnya hinga di titik 100o Celcius akan mengalami perubahan wujud dari cair menjadi gas ( uap air ). Hukum kekekalan energi menyatakan energi didak dapat dimusnahkan dan dapat diciptakan melainkan hanya dapt diubah dari satu bentuk kebentuk lain.di alam ini bnayak terdapat energi seperti energi listri,energi kalor,energi bunyi,namum energi kalor hanya dapat dirasakan seperti panas matahari. Dalam percobaan ini akan dilakukan pembuktian bahwa penambahan arus listrik akan sebading dengan peningkatan suhu pada kalorimeter. Sebuah kumparan yang terdapat pada kalorimeter akan dilalui oleh arus listrik yang akan menimbulkan perubahan suhu atau timbul panas. Panas yang terjadi diukur dengan kalorimeter, yaitu alat yang dilengkapi dinding adiabatik (terisolasi).

1.2. Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini adalah praktikan dapat memahami : 1. Sistem kerja kalorimeter 2. Arti fisis tara panas listrik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kalorimeter adalah

alat

yang

digunakan

untuk

mengukur

jumlah kalor yang terlibat dalam suatu perubahan atau reaksi kimia.

2.1. Jenis Kalorimeter Adapun jenis-jenis kalorimeter yaitu: a. Kalorimeter Bom Kalorimeter bom adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih) suatu senyawa, bahan makanan, bahan bakar. Sejumlah sampel ditempatkan pada tabung beroksigen yang tercelup dalam medium penyerap kalor (kalorimeter), dan sampel akan terbakar oleh api listrik dari kawat logam terpasang dalam tabung. Contoh kalorimeter bom adalah kalorimeter makanan.

Gambar 1. Kalorimeter bom

Kalorimeter makanan. Kalorimeter makanan adalah alat untuk menentukan

nilai kalor zat makanan karbohidrat, protein, atau lemak. Alat ini terdiri dari sebuah tabung kaca yang tingginya kurang lebih 19 cm dan garis menengahnya kurang lebih 7,5 cm. Bagian dasarnya melengkung ke atas

membentuk sebuah penyungkup. Penyungkup ini disumbat dengan sebuah sumbat karet yang berlubang di bagian tengah. Bagian atas tabung kaca ini ditutup dengan lempeng ebonit yang bundar. Di dalam tabung kaca itu terdapat sebuah pengaduk, yang tangkainya menembus tutup ebonit, juga terdapat sebuah pipa spiral dari tembaga. Ujung bawah pipa spiral itu menembus lubang sumbat karet pada penyungkup dan ujung atasnya menembus tutup ebonit bagian tengah. Pada tutup ebonit itu masih terdapat lagi sebuah lubang, tempat untuk memasukkan sebuah termometer ke dalam tabung kaca. Tabung kaca itu diletakkan di atas sebuah keping asbes dan ditahan oleh 3 buah keping. Keping itu berbentuk bujur sangkar yang sisinya kurang lebih 9,5 cm. Di bawah keping asbes itu terdapat kabel listrik yang akan dihubungkan dengan sumber listrik bila digunakan. Di atas keping asbes itu terdapat sebuah cawanaluminium. Di atas cawan itu tergantung sebuah kawat nikelin yang berhubungan dengan kabel listrik di bawah keping asbes. Kawat nikelin itulah yang akan menyalakan makanan dalam cawan bila berpijar oleh arus listrik. Dekat cawan terdapat

pipa logam untuk mengalirkan oksigen.

b. Kalorimeter Larutan Kalorimeter larutan adalah alat yang digunakan untuk mengukur

jumlah kalor yang terlibat pada reaksi kimia dalam sistem larutan. Pada dasarnya, kalor yang dibebaskan/diserap menyebabkan perubahan suhu pada kalorimeter. Berdasarkan perubahan suhu per kuantitas pereaksi kemudian dihitung kalor reaksi dari reaksi sistem larutan tersebut. Kini kalorimeter larutan dengan ketelitian cukup tinggi dapat diperoleh dipasaran.

2.2. Bentuk kalorimeter Beker aluminium dan gelas plastik jenis polistirin (busa) dapat digunakan sebagai kalorimeter sederhana dengan termometer sebagai pengaduk. Keuntungan menggunakan gelas plastik sebagai kalorimeter adalah murah harganya dan setelah dipakai dapat dibuang. Kalorimeter yang biasa digunakan di laboratorium fisika sekolah berbentuk bejana biasanya silinder dan terbuat

dari logam misalnya tembaga atau aluminium dengan ukuran 75 mm x 50 mm (garis tengah). Bejana ini dilengkapi dengan alat pengaduk dan diletakkan di dalam bejana yang lebih besar yang disebut mantel/jaket. Mantel/jaket tersebut berguna untuk mengurangi hilangnya kalor karena konveksi dan konduksi.

2.3. Pengertian Kalor Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit. Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda(zat) bergantung pada 3 faktor, yaitu : 1. massa zat 2. jenis zat (kalor jenis) 3. perubahan suhu Sehingga secara matematis dapat dirumuskan : Q = m.c.(t2 t1) Dimana : Q adalah kalor yang dibutuhkan (J) m adalah massa benda (kg) c adalah kalor jenis (J/kgC) (t2-t1) adalah perubahan suhu (C)

2.5. Kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud (kalor laten), persamaan yang digunakan dalam kalor laten ada dua macam Q = m.U dan Q = m.L. Dengan U adalah kalor uap (J/kg) dan L adalah kalor lebur (J/kg) Dalam pembahasan kalor ada dua kosep yang hampir sama tetapi berbeda yaitu kapasitas kalor (H) dan kalor jenis (c) Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda sebesar 1 derajat celcius.

H = Q/(t2-t1) Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg zat sebesar 1 derajat celcius. Alat yang digunakan untuk menentukan besar kalor jenis adalah kalorimeter. c = Q/m.(t2-t1) Bila kedua persamaan tersebut dihubungkan maka terbentuk persamaan baru H = m.c Analisis grafik perubahan wujud pada es yang dipanaskan sampai menjadi uap. Dalam grafik ini dapat dilihat semua persamaan kalor digunakan.

Grafik perubahan wujud pada es menjadi uap

Keterangan : Pada Q1 es mendapat kalor dan digunakan menaikkan suhu es, setelah suhu sampai pada 0 C kalor yang diterima digunakan untuk melebur (Q2), setelah semua menjadi air barulah terjadi kenaikan suhu air (Q3), setelah suhunya mencapai suhu 100 C maka kalor yang diterima digunakan untuk berubah wujud menjadi uap (Q4), kemudian setelah berubah menjadi uap semua maka akan kembali terjadi kenaikan suhu kembali (Q5)

2.6. Hubungan antara kalor dengan energi listrik

Kalor merupakan bentuk energi maka dapat berubah dari satu bentuk kebentuk yang lain. Berdasarkan Hukum Kekekalan Energi maka energi listrik dapat berubah menjadi energi kalor dan juga sebaliknya energi kalor dapat berubah menjadi energi listrik. Dalam pembahasan ini hanya akan diulas tentang hubungan energi listrik dengan energi kalor. Alat yang digunakan mengubah energi listrik menjadi energi kalor adalah ketel listrik, pemanas listrik, dll. Besarnya energi listrik yang diubah atau diserap sama dengan besar kalor yang dihasilkan. Sehingga secara matematis dapat dirumuskan. W=Q Untuk menghitung energi listrik digunakan persamaan sebagai berikut : W = P.t Keterangan : W adalah energi listrik (J) P adalah daya listrik (W) t adalah waktu yang diperlukan (s) Bila rumus kalor yang digunakan adalah Q = m.c.(t2 t1) maka diperoleh persamaan ; P.t = m.c.(t2 t1) Yang perlu diperhatikan adalah rumus Q disini dapat berubah-ubah sesuai dengan soal.

2.7. Asas Black Menurut asas Black apabila ada dua benda yang suhunya berbeda kemudian disatukan atau dicampur maka akan terjadi aliran kalor dari benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah. Aliran ini akan berhenti sampai terjadi keseimbangan termal (suhu kedua benda sama). Secara matematis dapat dirumuskan : Q lepas = Q terima Yang melepas kalor adalah benda yang suhunya tinggi dan yang menerima kalor adalah benda yang bersuhu rendah. Bila persamaan tersebut dijabarkan maka akan diperoleh : Q lepas = Q terima

m1.c1.(t1 ta) = m2.c2.(ta-t2) Catatan yang harus selalu diingat jika menggunakan asasa Black adalah pada benda yang bersuhu tinggi digunakan (t1 ta) dan untuk benda yang bersuhu rendah digunakan (ta-t2). Dan rumus kalor yang digunakan tidak selalu yang ada diatas bergantung pada soal yang dikerjakan.

2.8.Tara Panas Listrik Kalor merupakan salah satu bentuk energi dan memiliki satuan kalori. Sedangkan energi sendiri memiliki satuan joule, sehingga diperlukan suatu faktor pembanding anatara dua satuan tersebut. Faktor pembanding tersebut dikenal dengan nama tara panas listrik. Tara kalor listrik adalah perbandingan antara energi listrik yang diberikan terhadap panas yang di hasilkan. J = W/H [Joule/kalori] Untuk tujuan penentuan tara panas listrik , kumparan (penghantar) yang terdapat pada kalorimeter yang dilalui arus listrik, yang akan menimbulkan perubahan suhu atau timbul panas (Q), yang sebanding dengan kuadrat arus (I), tahanan penghantar (R) dan lamanya arus mengalir (t). Q = a I2 R t Jika pada kalorimeter, pertukaran kalor dengan sekitarnya diabakan maka akan berlaku rumus :
a (mc C )T IVt

2.9.Prinsip Kerja Kalorimeter Panas jenis air jauh lebih besar dari pada panas jenis zat lain. Sebagai contoh, panas jenis air sepuluh kali lebih besar dari pada panas jenis aluminium. Karena kapasitas panasnya yang sangat besar, air adalah bahan yang baik sekali untuk menyimpan energi termis, seperti misalnya dalam sistem pemanasan solar/matahari. Air juga merupakan pendingin yang baik. Air dalam jumlah banyak, seperti danau atau lautan, cenderung membuat variasi temperatur tidak berlebihan didekatnya karena air dapat menyerap atau melepas energi termis dalam jumlah yang besar sementara mengalami perubahan tenperatur sangat kecil.

Karena panas jenis air praktis konstan meliputi jangkauan temperatur yang lebar, panas jenis sebuah benda dengan mudah dapat diukur dengan memanaskan benda sampai suatu temperatur tertentu yang mudah diukur, dengan

menempatkanya dalam bejana air yang massa dan temperaturnya diketahui, dan dengan mengukur temperatur kesetimbangan akhir. Jika seluruh sistem terisolasi dari sekitarnya maka panas yang keluar dari benda sama dengan panas yang masuk ke ai dan wadahnya. Prosedur ini dinamakan kalorimetri, dan wadah air yang terisolasi dinamakan kalorimeter (Tipler, 1998). Tidak ada usaha dikerjakan oleh sistem atau lingkungan. Sebagai akibatnya perubahan suhu lingkungan (air) hanyalah karena kalor yang dipertukarkan antara air dan sistem. Perubahan suhu ini diukur dengan sebuah termometer, dan kalor yang dipertukarkan dihitung dari massa dan kalor jenis air yang diketahui. Dari kekekalan tenaga, kalor yang diperoleh oleh sistem adalah harga negatif dari kalor yang hilang dari lingkungan dan sebaliknya. Dengan demikian kalorimeter mengukur kalor yang dipertukarkan oleh sistem dibawah syarat-syarat tertentu (Cromer, 1994).

BAB III METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat 1. Sebuah kalorimeter dilengkapi dengan kumparan pemanas dan pengaduk sebagai alat utama dalam praktikum ini (yang akan diteliti). 2. 3. 4. 5. 6. 7. Termometer untuk mengukur suhu. Sebuah voltmeter untuk mengukur beda potensial. Sebuah amperemeter untuk mengukur kuat arus. Sebuah gelas ukur untuk mengisi kalorimeter dengan air. Sebuah stopwatch untuk mengukur waktu. 5 kabel penghubung untuk menghubungkan dengan sumber tegangan.

3.1.2.

Bahan 1. Air

3.2. Prosedur

1. 2.

Menyiapkan alat dan bahan praktikum Dengan menggunakan gelas ukur yang tersedia, mengisi kalorimeter dengan air sebanyak 50 ml. Berapakan massa air pada kalorimeter tersebut

3.

Menyusun alat-alat percobaan seperti pada gambar. Sebelum suber tegangan diaktifkan, memeriksakan pada asisten.

4.

Menghubungkan arus dalam waktu yang singkat dan atur arusnya sebesar 1,5 A. Kemudian mematikan sumber tegangan DC lagi

5.

Mengaduk air dan mencatat suhu sebagai suhu awal T1

6.

Mengalirkan kembali arus listrik. Mencatat tegangan yang terukur di voltmeter

7.

Mencatat suhu pada saat 3 menit, 6 menit, 9 menit, 12 menit da 15 menit. Mengisi sebagai suhu akhir T2. Setelah 15 menit, mematikan sumber tegangan DC

8.

Mengganti air di dalam kalorimeter dan mengulangi percobaan diatas dengan besar arus 3,0 A

9.

Mengisi data pada tabel yang tersedia.

10. Menghitung tara panas listrik untuk masing-masing percobaan dan menghitung rata-ratanya. 11. Memberikan kesimpulan berkaitan dengan praktikum modul ini.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Percobaan

1.

Data Massa air suling Panas spesifik (c) a air = ( ) = 0,1 kg = 4,2 kJ/kg.K = 0,238

2.

Tabel T(C) 1 6 6 6 7 3 4 5 5,25 6,75

Tabel 1. Data I (A) V(V) t(s) 180 360 0,3 0,2 540 720 900 180 360 3,0 1,8 540 720 900 33 29 T1 (C) T2 (C) 30 35 35 35 36 36 37 38 38,25 39,75 a 3,8 X10-2 11,6 X10-2 7,8 X10-2 5,8 X10-2 5,4 X10-2 4,7 X10-2 3,1 X10-2 2,6 X10-2 2,0 X10-2 0,2 X10-2 2,9 X10-2 6,9 X10-2 arata-rata

4.2. Perhitungan 2. Hambatan

Data I Untuk, V = 0,2 volt; I = 0,3 A

Data II Untuk, V = 0,3 volt; I = 0,5 A

3.

Tara Panas listrik

Data I Untuk,

Untuk,

Untuk,

Untuk,

Untuk,

Data II Untuk,

Untuk,

Untuk,

Untuk,

Untuk,

4.

Kalor

Data I Untuk,

Untuk,

Untuk,

Untuk,

Untuk,

Data II Untuk,

Untuk,

Untuk,

Untuk

Untuk,

5. Ketelitian percobaan | |

untuk percobaan I | |

| |

untuk percobaan II | |

| |

6. Kesalahan relatif

Untuk percobaan I

Untuk percobaan II

4.3.Pembahasan

Pada praktikum kali ini, alat yang akan dipahami cara kerjanya yaitu kalorimeter. Dengan melakukan praktikum kalorimeter, kita dapat memahami beberapa prinsip ilmu fisika sekaligus. Pada praktikum ini dilakukan perhitungan untuk menghitung besar tara panas listrik, daya, hambatan, dan ketelitian serta kesalahan relatif. Nilai a merupakan nilai tara kalor. Tara kalor listrik adalah perbandingan antara energi listrik yang diberikan terhadap panas yang di hasilkan. Percobaan ini dilakukan dua kali untuk arus dan beda potensial yang berbeda. Masing-masing percobaan dilakukan dalam lima waktu yang berbeda untuk menghasilkan lima data T2. Nilai T2 semakin meningkat untuk setiap waktu yang berbeda. Semakin lama waktu, semakin besar nilai T2. Dengan kata lain, T2 berbanding lurus dengan waktu. Nilai T2 untuk percobaan kedua lebih besar daripada percobaan pertama. Pada percobaan kedua, besar kuat arus dinaikkan, sehingga besar beda potensialnya pun bertambah. Oleh karena itulah, kelima nilai T2 yang dihasilkan lebih besar jika dibandingkan dengan percobaan pertama. Semakin besar kuat arus, maka beda potensial semakin besar sehingga menyebabkan suhu semakin meningkat pula. Dengan kata lain, kuat arus dan beda potensial berbanding lurus serta kedua besaran tersebut berbanding lurus juga dengan suhu.

Setelah semua data diperoleh, maka dapat dilakukan perhitungan untuk tara panas listrik dan tara panas listrik rata-rata. Untuk percobaan pertama, nilai tara panas listrik rata-ratanya sebesar 6,9 x 10-2 kal/J. Sedangkan untuk percobaan kedua, nilai tara panas listrik rata-ratanya sebesar 2,9 x 10-2 kal/J. Nilai hambatan untuk masing-masing percobaan sebesar 0,67 dan 0,6 . nilai hambatan percobaan pertama lebih besar jika dibandingkan dengan percobaan kedua. Hal ini disebabkan karena kuat arus pada percobaan pertama lebih kecil daripada percobaan kedua. Semakin kecil nilai kuat arus, maka semakin besar nilai hambatannya. Dengan kata lain, kuat arus berbanding terbalik dengan hambatan. Daya untuk percobaan kedua lebih besar jika dibandingkan dengan percobaan kedua. Hal ini disebabkan karena besar kuat arus dan beda potensial pada percobaan kedua lebih besar daripada percobaan pertama. Semakin besar kuar arus dan beda potensial, semakin besar daya yang dihasilkan. Dengan kata lain, daya berbanding lurus dengan kuat arus dan beda potensial. Ketelitian relatif untuk percobaan pertama sebesar 71%, dan kesalahan relatifnya sebesar 28,99 %. Ketelitian relatif untuk percobaan kedua sebesar 87,81 %, dan kesalahan relatifnya sebesar 12,18 %. Pada percobaan ini, tingkat ketelitiannya rendah karena masih ada kesalahan yang terjadi. Masih adanya tingkat kesalahan pada praktikum ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya keterbatasan penggunaan alat-alat praktikum, ketidaktelitian pada saat pengukuran, kesalahan pembacaan skala termometer, dan faktor alat yang sudah sering digunakan sehingga mengurangi tingkat keakuratannya. Kesalahan penghitungan umum didapati walaupun data - data percobaan telah dihitung dengan bantuan kalkulator. Hal tersebut dapat terjadi karena kurang telitinya dalam mengolah hasil pengamatan, terutama dalam penghitungannya. Pembulatan angka umumnya sering dilakukan apabila didapati hasil percobaan yang berupa angka desimal dan cukup banyak jumlahnya. Biasanya dilakukan pembulatan 2 hingga 3 angka dibelakang koma. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan untuk mempengaruhi angka yang akan diperoleh pada percobaan walaupun mungkin tidak terlalu jauh berbeda. Terutama bila pembulatan angka itu dilakukan dari data yang pertama diperoleh hingga data terakhir, maka hasil yang diperoleh dapat jauh berbeda dengan nilai data yang seharusnya diperoleh.

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang daat diambil dari pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuki mengetahui besar energi yang dibebaskan pada suatu sistem. 2. Pada kalorimeter terdapat energi disipasi. Energi disipasi dapat berarti energi yang hilang dari suatu sistem. Hilang dalam arti berubah menjadi energi lain yang tidak menjadi tujuan suatu sistem (dalam percobaan, energi listrik berubah menjadi energi kalor) . Timbulnya energi disipasi secara alamiah tidak dapat dihindari. 3. Prinsip kerja kalorimeter dimulai dari masuknya listrik melewati kumparan, ada daya disipasi yang berupa panas, dan selanjutnya akan menaikkan suhu air. 4. Kalorimeter dapat digunakan untuk menentukan tara listrik dari suatu cairan. 5. Kesalahan yang terjadi pada saat praktikum dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya keterbatasan penggunaan alat-alat praktikum, kesalahan pengukuran, kesalahan pembacaan skala pada termometer, dan alat praktikum yang sudah sering digunakan sehingga mengurangi tingkat keakuratannya. 6. Nilai hambatan untuk masing-masing percobaan sebesar 0,66 dan 0,6 7. Ketelitian relatif untuk percobaan pertama sebesar 71%, dan kesalahan relatifnya sebesar 29 %. Ketelitian relatif untuk percobaan kedua sebesar 87,81 %, dan kesalahan relatifnya sebesar 12,18 %.

5.2. Saran Untuk mendapatkan hasil pengamatan yang akurat, praktikan disarankan untuk:

1. Memahami prinsip kerja calorimeter sehingga percobaan dapat terlaksana dengan baik. 2. Melakukan prosedur percobaan dengan baik untuk meminimalisir kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dan berdampak pada kesalahan pada pengambilan data. 3. Lebih teliti dalam mengamati termometer, amperemeter dan voltmeter 4. Menggunakan alat penunjang praktikum yang kondisinya masih baik dan menyusunnya dengan benar sesuai modul dan arahan dari asisten.

DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta : Penerbit Erlangga.

Halliday dan Resnick .1984.Fisika jilid II.Jakarta: Erlangga

Kanginan, Marthen. 1999. Fiska untuk SMU Kelas 1.Jakarta: Erlangga

Keenan. 1980.Kimia untuk Universitas Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Novia.

2009.

Kalorimeter.

Avaliavle

online

at

http://www.scribd.com/doc/20100823/Kalorimeter ( diakses 10 Desember 2012; pukul 17:50)

Tipler, P.A.1998. Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan). Jakarta : Penerbit Erlangga.

Sukabdiyah, Sri. 1998. IPA Fisika untuk kelas VIII . Jakarta: Yudhsitira

Zaida. 2009. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar.Jatinangor:Universitas Padjadjaran

You might also like