You are on page 1of 7

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Kolkisin merupakan senyawa alkaloid yang bersifat mempengaruhi pembelahan mitosis pada sel. Sehingga mempengaruhi penambahan jumlah sel.. Menurut Suryo (1995), Sheeler dan Bianchi (1957) dalam Haryanti, et al (2009) larutan kolkisin pada konsentrasi kritis tertentu akan menghalangi penyusunan mikrotubula dari benangbenang spindle yang mengakibatkan ketidakteraturan pada mitosis. Apabila benangbenang spindle tidak terbentuk pada pembelahan mitosis sel diploid, kromosom yang telah mengganda selama interfase gagal memisah pada anaphase. Kolkisin hanya ada di tumbuhan sebagai bagian dari mekanisme pertahanan tumbuhan tersebut. Tetapi senyawa kolkisin sendiri juga merupakan senyawa beracun yang bisa mengakibatkan mutasi pada sel karena sifatnya. Mutasi mungkin bisa membahayakan sel anakannya terutama pembelahan meiosis. Oleh karena itu akan dijelaskan mekanisme penghambatan pembelahan mitosis yang diakibatkan oleh Kolkisin.

1.2.

Tujuan Masalah a. Menjelaskan pengertian mitosis b. Menjelaskan tentang senyawa kolkisin c. Pengaruh Kolkisin terhadap pembelahan mitosis

1.3.

Rumusan Masalah a. Apa pengertian dari mitosis? b. Apa yang disebut dengan Kolkisin? c. Apakah pengaruh kolkisin terhadap mitosis?

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Mitosis Pioner dari proses pembelahan mitosis ini adalah Walther Flemming yang mengamati subtansi inti sel yang diberinama kromatin. Beliau memperhatikan bahwa kromatin dalam sel tidak memperlihatkan penampakan yang sama di setiap sel (OConnor, 2008). Menurut OConnor (2008).Mitosis merupakan periode pembelahan sel yang berlangsung pada jaringan titik tumbuh (meristem), seperti pada ujung akar atau pucuk tanaman. Proses mitosis terjadi dalam empat fase, yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase. Namun sebagian ilmuwan membagi mitosis menjadi lima fase yaitu dengan menyelipkan fase prometafase sebagai penghantar pada proses metafase setelah fase profase. Fase-fase mitosis tersebut terjadi pada sel tumbuhan maupun hewan. Setiap fase meliputi tahapan proses penyusunan dan pemisahan kromosom. Begitu proses mitosis selesai sel akan terbagi menjadi dua dengan proses yang disebut sitokinesis. Proses mitosis menjamin setiap sel anak akan mengandung satu copy DNA sel ibu dengan jumlah kromosom yang sama. Berbeda dengan meiosis yang anakan nya mempunyai kromosom setengah dari kromosom induknya. Mitosis terjadi pada sel sel somatis atau di sebut sel tubuh. Sedangkan meiosis terjadi pada sel sel kelamin. Perbedaan mendasar antara mitosis pada hewan dan tumbuhan adalah pada hewan terbentuk aster dan terbentuknya alur di ekuator pada membran sel pada saat telofase sehingga kedua sel anak menjadi terpisah. Berikut gambar proses fase-fase mitosis :

(Gambar. 1) Proses Fase Mitosis

2.1.1. Profase Menurut Campbell, et al (1999) Pada awal profase, sentrosom dengan sentriolnya mengalami replikasi dan dihasilkan dua sentrosom. Masingmasing sentrosom hasil pembelahan bermigrasi ke sisi berlawanan dari inti. Pada saat bersamaan, mikrotubul muncul diantara dua sentrosom dan membentuk benang-benang spindle, yang membentuk seperti bola sepak. Pada sel hewan, mikrotubul lainnya menyebar yang kemudian membentuk aster.

2.1.2. Prometafase Sebelum memasuki metafase sel memasuki prometafase dimana selama prometafase selubung nucleus mulai terfragmentasi. Mikrotubula pada gelondong sekarang dapat memasuki nucleus dan berinteraksi dengan kromosom, yang telah menjadi lebih padat. Berkas mikrotubula memanjang dari setiap kutub kearah pertengahan sel. Masing-masing dari kedua kromatid yang berasal dari satu kromosom sekarang memiliki struktur khusus yang disebut kinetokor yang terletak di daerah sentomer. Sebagian mikrotubula melekat di kinetokor, interaksi ini menyebabkan kromosom mulai melakukan gerakan yang tersentak-sentak (Arfiandinata, 2011).

2.1.3. Metafase

Menurut Campbell, et al (1999) Ringkasnya metafase terlihat pada kondisi dimana masing-masing sentromer mempunyai dua kinetokor dan masing-masing kinetokor dihubungkan ke satu sentrosom oleh serabut kinetokor. Sementara itu, kromatid bersaudara begerak ke bagian tengah inti membentuk keping metafase /metaphasic plate.

2.1.4. Anafase Tahap anafase ini dimulai ketika pasangan sentromer dari setiap kromosom berpisah, yang akhirnya melepaskan kromatid bersaudara bergerak ke arah kutub sel yang berlawanan. Enzym yang memecah kohesi yang mengikat sister kromatid selama profase juga membantu pelepasan sister kromatid. Setelah berpisah setiap kromatid sekarang dianggap sebagai kromosom lengkap (Arfiandinata, 2011).

2.1.5. Telofase Telofase dimulai saat kromatid sampai di masing-masing kutub sel, benang mikrotubul menghilang, dan selubung lapisan inti mulai tampak terlihat disekitar kedua set kromosom. Fosforilasi dan defosforilasi lamina di ujung sel memberikan formasi membran inti dilingkari setiap kelompok baru set kromosom yang kini menjadi kurang tergulung rapat (Arfiandinata, 2011).

2.2.

Kolkisin Kolkisin (C22H25O6N) merupakan alkaloid yang diekstrak dari biji dan umbi

tanaman Colchicum aurumnale Linn (Suryo, 1995, Crowder, 1990). Menurut Eigsti dan Dustin (1957) dalam Haryanti, et al (2009) kolkisin juga ditemukan pada tanaman Merendra sp, Gloriosa superba, Veratrum album, Tulipa sylvestris, dan lain-lain dengan bentuk dan kadar serta keaktifan yang berbeda-beda.

2.3. Pengaruh Kolkisin terhadap pembelahan mitosis Kolkisin (C22H25O6N) menurut Burns (1978) merupakan alkaloid yang mempengaruhi penyusunan mikrotubula, sehingga salah satu efeknya adalah menyebabkan penggandaan jumlah kromosom tanaman (terbentuk tanaman poliploid). Penggunaan
4

kolkisin dengan konsentrasi yang tepat dapat meningkatkan jumlah kromosom, sehingga tanaman bersifat poliploid. Tanaman yang bersifat poliploid umumnya memiliki ukuran morfologi lebih besar dibandingkan tanaman diploid (Suminah, et al, 2002 dalam Haryanti, et al, 2009). Hal ini yang sering dicari dalam penelitian pertanian dalam rangka untuk meningkatkan untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Dengan demikian tanaman poliploidi diharapkan lebih baik daripada tanaman diploidi. S Crowder (1997) menyatakan bahwa Kolkisin bekerja menghambat pembentukan benang spindle, pemisahan kromosom pada anaphase, dan menghambat terbentuknya dinding sel baru sehingga menyebabkan jumlah kromosom ganda pada satu sel (poliploid). Selanjutnya Suryo (1995), larutan kolkisin pada konsentrasi kritis tertentu akan menghalangi penyusunan mikrotubula dari benang-benang spindle yang mengakibatkan ketidakteraturan pada mitosis. Apabila benang-benang spindle tidak terbentuk pada pembelahan mitosis sel diploid, kromosom yang telah mengganda selama interfase gagal memisah pada anaphase. Sebuah membrane inti kemudian terbentuk mengelilingi dua sel kromosom diploid yang seharusnya menghasilkan dua sel anak, menghasilkan sel dengan empat sel kromosom (tetraploid) (Gardner et al, 1991). Bahkan ada suatu kasus, apabila kolkisin diberikan konsentrasi tinggi akan meningkatkan pecahnya dinding sel akibat penambahan jumlah kromosom yang terus menerus karena tidak bisa menghasilkan sel anakan yang baru. kualitas

BAB III KESIMPULAN

3.1.Mitosis merupakan periode pembelahan sel yang berlangsung pada jaringan titik tumbuh (meristem), seperti pada ujung akar atau pucuk tanaman. Proses mitosis terjadi dalam empat fase, yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase.

3.2.Kolkisin (C22H25O6N) merupakan senyawa alkaloid yang diekstrak dari biji dan umbi tanaman Colchicum aurumnale Linn.

3.3. Kolkisin (C22H25O6N) merupakan alkaloid yang mempengaruhi penyusunan

mikrotubula, sehingga salah satu efeknya adalah menyebabkan penggandaan jumlah kromosom. Kolkisin bekerja menghambat pembentukan benang spindle, pemisahan kromosom pada anaphase, dan menghambat terbentuknya dinding sel baru sehingga menyebabkan jumlah kromosom ganda pada satu sel (poliploid).

DAFTAR PUSTAKA
Arfiandinata, Nofian. 2011. Pembelahan Sel Secara Mitosis dan Meiosis. Mataram.

Burns, G.W.1972. The Science Of Genetics, an Introduction to Heredity Edisi ke-2. The Macamillan Company. New York.

Crowder, L.V. 1990. Genetika Tumbuhan, penerjemah Lilik Kusdiarti. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Eigsti, O.J., and P. Dustin. 1957. Colchicine ain Agriculture Medicine, Biology and Chemistry. Iowa State College Press. Iowa.

Haryanti, Sri, H. B, Rini, Setyari, Nintya dan Banowo, Agung. 2009. Pengaruh Kolkisin Terhadap Pertumbuhan, Ukuran Sel Metafase dan Kandungan Protein Biji Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata (L) Wilczek). Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 10, No. 2: 112 120. OConnor, C.2008. Chromosom Segregration in Mitosis: The Role of Centromeres. Nature Education 1 (1). http://www.nature.com/scitable/topicpage/chromosom-segregrationmitosisthe- role-centromeres. Diakses : 27 Mei 2013 OConnor, C. 2008. Meiosis, Genetic Recombination, and Sexual Reproduction. Nature Education 1(1). http://www.nature.com/scitable/topicpage/meiosis-genetic recombinationand- sexual-reproduction. Diakses : 27 Mei 2013

Sheeler, P. and D.G. Bianchi. l987. Cell and Molecular Biology. John Wiley and Sons, Inc. Canada.

Suminah, Sutarno, A. D. Setyawan. 2002. Induksi poliploidi bawang merah (Allium ascalonicum L.) dengan pemberian kolkisin. BIODIVERSITAS. 3 (1) : 174 180.

Suryo. l995. Sitogenetika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta


7

You might also like