Bismillahirrohmanirrohiim

IMMUNOLOGI DAN ALERGI

LITERATURE READING

OLEH : HOESNY HASSAN T.R

SISTEM IMMUN

ELEMEN KOMPLEK

SELF NON SELF

MELINDUNGI DARI PATOGEN ASING TETAPI TIDAK TERHADAP KOMPONEN YANG BESIFAT SELF KOMPONEN SISTEM IMMUN SPESIFIK NON SPESIFIK

UNTUK MENJALANKAN FUNGSINYA SISTEM IMMUN MEMPUNYAI KEMAMPUAN UNTUK : 1. MEMORY 2. SPECIFICITY 3. MOBILITY 4. REPLICABILITY

IMMUNITAS SPESIFIK BERPERAN DIDALAMNYA : 1. LIMFOSIT T 2. LIMFOSIT B 3. IMMUNOGLOBULIN SPESIFITAS TERJADI KARENA ADANYA RESEPTOR SPESIFIK PADA PERMUKAAN LIMFOSIT TERSEBUT. MERUPAKAM PERTAHANAN LAPIS KEDUA SETELAH IMMUNITAS NON SPESIFIK.

DIKENAL ADANYA : 1. ANTIGEN 2. ANTIBODI 3. RESEPTOR ANTIGEN SEL T

IMMUNITAS NON SPESIFIK PENGENALAN ANTIGEN ASING BERSIFAT NON SPESIFIK & TIDAK MEMILIKI MEMORI. RESPONS IMMUN MEMERLUKAN ADANYA SEL PENGUBAH DAN PENGUAT (AMPLIFIERS AND MODIFIERS), SEPERTI : 1. PMN LEKOSIT DAN MONOSIT 2. ANTIGEN PRESENTING CELL (APC) 3. KOMPLEMEN 4. INTERLEUKIN 5. INTERFERON 6. SITOKIN SITOKIN LAIN (SEPERTI TUMOR NECROSING FACTOR) 7. SISTEM BIOLOGIS LAIN ( SEPERTI KULIT, ASAM LAMBUNG, LISOZIM, FLORA NORMAL )

ORGAN DAN JARINGAN SISTEM IMMUN BERDASARKAN DIFERENSIASI DARI STEM CELLS 1. LIMFOID PRIMER THYMUS SUMSUM TULANG SEKUNDER 2. MYELOID THYMUS - ORGAN YANG KOMPLEKS - TERBENTUK DARI KANTONG FARING KE 3 & 4 - PENTING UNTUK PEKEMBANGAN MHC - BEKERJA MENGONTROL SELURUH SIST IMMUN DENGAN MEMODIFIKASI SEL SEL LIMFOSIT YANG MELALUINYA.

 SUMSUM TULANG - MEMBENTUK PREKURSOR LIMFOSIT T,LIMFOSIT B, DAN HEMATOPOETIK .

CLUSTER OF DIFFERENTIATION (CD) CLASSIFICATION SYSTEM ANTIGEN PERMUKAAN SEL BERVARIASI TGT : - JALUR DIFERENSIASI (LYMFOID,MYELOID) - TINGKATAN MATURASI - DERAJAT AKTIVASI IMMUN POLA ANTIGEN PERMUKAAN SEL BERHUBUNGAN DENGAN FUNGSI SEL TERSEBUT. SIST CD DIGUNAKAN U/ MENGGAMBARKAN ANTIGEN ANTIGEN PADA PERMUKAAN SEL SIST IMUN.

TIPE TIPE SEL UTAMA PADA RESPON IMMUN SEL T - DIKLASIFIKASIKAN MENJADI BERBAGAI SUBSET, BERDASARKAN ANTIGEN PERMUKAANNYA. ANTIGEN YG TERPENTING ADALAH : - CD 2, CD 3 (SELURUH SEL T) - CD 4 (HELPER/INDUCER) 1. 60 % SEL T PERIFER 2. MENINGKATKAN INTERAKSI ANTARA T-T , T-B, T-MAKROFAG. 3. MERANGSANG SEL SITOTOKSIK/SUPRESOR 4. IMPLAMASI ALERGI DITANDAI DENGAN RESPONS T2 MELEBIHI T1

SEL T1 : a. MEMPRODUKSI IL 2 DAN INTERFERON GAMMA KETIKA TERAKTIVASI. b. MEMBENTUK SITOTOKSISITI, INFLAMASI LOKAL c. MENGHAMBAT SEL B SEL T2 : a. MEMPRODUKSI IL-4,5,6 DAN 10 b. MENSTIMULASI SEL B CD 8 (CITOTOKSIK/ SUPRESOR) 1. MERUPAKAN 20 30 % SEL T PERIFER 2. MEMBUNUH TARGET SEL YG SPESIFIK 3. MENGHAMBAT RESPON SEL B DAN SEL T LAINNYA 4. PENTING DALAM TOLERANSI IMMUNOLOGIS

 SEL B : -MERUPAKAN 5 15 % LIMFOSIT DLM SIRKULASI -IMMUNOGLOBULIN PERMUKAANNYA TERUTAMA I G -POSITIF U/ CD19,20 DAN 22 -MEMBAWA ANTIGEN MHC KLAS 2 PADA PERMUKAANYA NULL CELL -SEL INI BERUKURAN BESAR, MERUPAKAN LIMFOSIT GRANULAR YG BUKAN SEL B MAUPUN SEL T. -FUNGSINYA SEBAGAI : 1. NATURAL KILLER CELL MERUPAKAN SEL LIMFOID NON SPESIFIK YANG BERKEMAMPUAN U/ MENGELIMINASI SEL-SEL YANG SECARA SPONTAN MENJADI GANAS

KARAKTERISTIK NATURAL KILER CELL : - MERUPAKAN 15 % DARI LIMFOSIT DARAH - POSITIF U/ CD 16 DAN 56 - SITOTOKSIK U/ SEL YG TERINFEKSI VIRUS - MEMPUNYAI RESEPTOR I G
2. KILLER CELL - MERUPAKAN SEL YG BERPERAN DALAM ADCC (ANTIBODY DEPENDENT CITOTOXICITY)

SEL SEL MIELOID TERDAPAT TIGA TIPE SEL MIELOID YG UTAMA : - MAKROFAG - ANTIGEN PRESENTING CELLS (APC) - PMN GRANULOSIT SEL MIELOID TERUTAMA BERFUNGSI DALAM FAGOSITOSIS DAN PENYAJI ANTIGEN SITOKIN MEDIATOR TERLARUT DALAM RESPON IMMUN - DAHULU DISEBUT LIMFOKIN KARENA DISANGKA BERASAL DARI LIMFOSIT - DIPRODUKSI OLEH SEMUA TIPE SEL - MEMODULASI SEMUA TIPE SEL DAN MEMBANTU DALAM REGULASI RESPON IMMUN. - SITOKIN BUKAN ANTIGEN SPESIFIK TETAPI DAPAT DISTIMULASI OLEH ANTIGEN.

TIPE TIPE SITOKIN 1. 2. 3. 4. INTERFERON (IFN) COLONY STIMULATING FACTORS (CSF) TUMOR NECROSIS FAKTORS (TNF) INTERLEUKINS

RESPON IMMUN SEMUA MEKANISME BIOLOGIK YANG MEMBUAT TUBUH MEMPUNYAI KEMAMPUAN UNTUK MENGENAL BENDA BENDA ASING DAN MELENYAPKANNYA ATAU MENGUBAH METABOLISME BENDA BENDA TERSEBUT DENGAN ATAU TANPA MERUSAK JARINGAN TUBUH ITU SENDIRI.

ALERGI REAKSI ALERGI MERUPAKAN RESPON IMUN DENGAN EFEK YANG BURUK TERHADAP HOST 17 % POPULASI MENDERITA ALERGI GELL AND COOMBS MENGKLASIFIKASIKAN KEDALAM 4 TIPE REAKSI ALERGI

HISTAMIN 1. MERUPAKAN MEDIATOR UTAMA DALAM REAKSI ALERGI FASE CEPAT, TAPI DAPAT DITEMUKAN JUGA PADA FASE LAMBAT. 2. VASODILATOR 3. MENINGKATKAN PERMEABILITAS KAPILER 4. BRONKOKONSTRIKTOR 5. MENIMBULKAN EDEMA JARINGAN 6. MEMPUNYAI DUA TIPE RESEPTOR JARINGAN : - H : PADA OTOT POLOS PEM. DARAH, BRONKUS, SEL GOBLET DAN MUKOSA GIT. - H2 : PADA SEL T SUPRESOR, BASOFIL, SEL MAST, NEUTROFIL DAN SEL GASTER

HEPARIN 1. ANTI KOAGULASI 2. MENEKAN PRODUKSI HISTAMIN 3. MENINGKATKAN FAGOSITOSIS TRYPTASE, BETA-GLUCOSAMINIDASE - ENZIM PROTEOLITIK

EOSINIPHYL DAN NEUTROPHYL KEMOTAKTIK FAKTOR 1. TOSYL-L-ARGININE METHYL ESTER ESTERASE 2. ENZIM DEGRADATIF 3. KININOGENASE : MENYEBABKAN EDEMA MUKOSA

LEKOTRIEN VASOAKTIF KEMOTAKSIS BRONKOKONSTRIKTOR

PROSTAGLANDIN DAN THROMBOXAN 1. BRONKOKONSTRIKTOR 2. MENIMBULKAN AGREGASI PLATELET 3. VASODILATOR

TANDA DAN GEJALA ALERGI MATA HIDUNG MULUT FARING LARING DAN PARU-PARU

MATA 1. ALLERGIC SHINERS 2. LONG SILKY EYELASHES 3. DENNIES LINES (GARIS HORIZONTAL HALUS PADA KELOPAK MATA BAWAH) 4. KONJUNGTIVITIS,RASA TERBAKAR DAN GATAL 5. TIMBUL AGREGAT LIMFOID PADA CONJUNGTIVA PALFEBRALIS 6. TIMBUL INJEKSI PADA CONJUNGTIVA BULBARIS

HIDUNG 1. GATAL 2. ALLERGIC SALUTE AND SUPRATIP CREASE , BERHUBUNGAN DENGAN RASA GATAL DAN USAHA MENGGOSOK-GOSOK HIDUNG. 3. MUKA YANG MENYERINGAI (FACIAL GRIMACE) 4. OBSTRUKSI NASAL AKIBAT DARI EDEMA MUKOSA & PRODUKSI MUKUS YANG BERLEBIHAN. 5. BERSIN - BERSIN

MULUT 1. BERNAPAS LEWAT MULUT YANG KRONIS AKIBAT SUMBATAN HIDUNG. 2. RASA GATAL DI PALATUM 3. NOCTURNAL TOOTH GRINDING FARING 1. KERING, IRITASI, SERING NYERI TENGGOROKAN AKIBAT PAPARAN ALERGEN, NAPAS LEWAT MULUT ATAU KEDUANYA. 2. SERING BERUSAHA MEMBERSIHKAN TENGGOROK 3. AGGREGATES/PATCHES LIMFOID DI DINDING POSTERIOR FARING.

LARING DAN PARU 1. SERAK 2. ASMA DENGAN BATUK, WHEEZING, SERTA MELAMBATNYA EKSPIRASI 3. BATUK BERDAHAK, TERUTAMA PADA ALERGI JAMUR

INHALANT ALLERGY 1. PERENNIAL ALLERGENS 2. SEASONAL ALLERGENS

PERENNIAL ALLERGENS ALLERGEN INI ADA SEPANJANG TAHUN SULIT UNTUK MENGHINDARINYA TERDIRI DARI : 1. HOUST DUST 2. DUST MITE 3. ANIMAL DANDERS 4. MOLD 5. COCKROACH

SEASONAL ALLERGENS BIASANYA BERUPA POLLENS TUMBUHAN THOMMENS POSTULAT - POLLENS AKAN MENJADI ALLERGEN YANG EFEKTIF JIKA BERSIFAT : 1. MUDAH TERBAWA ANGIN 2. CUKUP RINGAN UNTUK DIBAWA JARAK JAUH ( BIASANYA DIAMETER< 38 MIKROMETER) 3. DIPRODUKSI DALAM JUMLAH BANYAK. 4. DISTRIBUSI/PENYEBARAN LUAS 5. ALLERGENIC

DIAGNOSIS ALLERGI DITEGAKKAN BERDASARKAN : 1. NASAL CYTOLOGY 2. SPECIFIC ALLERGEN TESTNG 3. IN VITRO ALLERGY TESTING

1. NASAL CYTOLOGY MERUPAKAN PROSEDUR YANG SEDERHANA DAN SANGAT MEMBANTU MEMBUAT DIAGNOSA BANDING PENGAMBILAN SAMPLE HARUS DILAKUKAN SEBELUM ADANYA MANIPULASI LAIN DILAKUKAN SCRAPING PADA BAGIAN TENGAH KONKA INFERIOR , MENGHEMBUSKAN SEKRET KEDALAM KANTONG PLASTIK ATAU KEDUANYA DILAKUKAN PEWARNAAN WRIGHT GIEMSA

DIAGNOSIS BERMAKNA ADALAH : 1. SEL GOBLET : MENINGKAT PADA ALERGI DAN INFEKSI AKUT DAN KRONIK 2. EOSINOFIL : MENINGKAT PADA ALERGI INHALASI ( DI DIAGNOSIS JIKA EOSINOFIL > 20 % DARIPADA GRANULOSIT), NON ALLERGIC EOSINOPHILIC RHINITIS , SERTA SINDROM SENSITIFITAS PADA ASPIRIN. 3. MAST SEL DAN BASOFIL : MENINGKAT PADA ALERGI MAKANAN DAN NASAL MASTOCYTOSIS 4. NETROFIL : SERING TERLIHAT BERSAMA SAMA DENGAN BAKTERI, MENANDAKAN ADANYA INFEKSI BAKTERI. 5. CILIOCYTOPHORIA : RUSAKNYA EPITEL BERSILIA OLEH VIRUS

2. SPECIFIC ALLERGEN TESTING DILAKUKAN DENGAN SKIN TEST : 1. EPICUTANEOUS 2. INTRADERMAL : - SCRATCH TEST - PRICK TEST - SERIAL DILUTION ENDPOINT TITRATION (SDET)

3. IN VITRO ALLERGY TESTING DILAKUKAN DENGAN PEMERIKSAAN RAST (RADIOALLERGOSORBENT TEST)

INDIKASI PEMERIKSAAN RAST : 1. PASIEN YG TIDAK BERESPONS DENGAN MODIFIKASI LINGKUNGAN & TH/ MEDIKAMENTOSA 2. BAYI DAN ANAK ANAK DENGAN ATOPI 3. PASEN YANG TIDAK DAPAT DILAKUKAN TEST KULIT IN VIVO (EXZEMA , DERMATOGRAPHISM) 4. PASEN YG TAK DAPAT MENGHENTIKAN TH/ YANG DAPAT MENGGANGGU HASIL SKIN TEST 5. PASEN YANG TELAH MELAKUKAN IMMUNOTH/ TAPI TAK TERATUR 6. EVALUASI SENSITIVITAS INDIVIDUAL KETIKA AKAN MEMULAI IMMUNOTH/ SPESIFIK PADA PASEN YG ATOPI 7. PENGIRIMAN PASEN UNTUK IMMUNOTH/ 8. VENOMSENSITIVITY 9. DIAGNOSIS PADA I E MEDIATED FOOD SENSITIVITY

IN VITRO ALLERGY TESTING DILAKUKAN DENGAN PEMERIKSAAN RAST (RADIOALLERGOSORBENT TEST)

KONTRA INDIKASI PEMERIKSAAN RAST : 1. PASEN DENGAN RIWAYAT SENSITIVITAS, TAPI DAPAT DIATASI DENGAN TH/ NON SPESIFIK 2. PASEN ATOPI YANG ASIMPTOMATIK DAN SEDANG DALAM IMMUNOTH/ 3. PASEN DENGAN SIMPTOM POSITIF TETAPI HASIL TEST KULIT NEGATIF 4. PASEN DENGAN I E TOTAL KURANG DARI 10 U/ml 5. DIAGNOSIS KELAINAN YANG BUKAN DIPERANTARAI OLEH I E

PENATALAKSANAAN ALLERGI INHALASI KONTROL LINGKUNGAN FARMAKOTERAPI IMMUNOTERAPI KONTROL LINGKUNGAN DILAKUKAN TERUTAMA TERHADAP : JAMUR DEBU ANIMAL DANDERS

FARMAKOTERAPI DIINDIKASIKAN UNTUK : 1. GEJALA RINGAN SAMPAI SEDANG , YAITU GEJALA YANG TIMBUL 3 4 BL/TH 2. GEJALA YANG HILANG / MEMBAIK SEMENTARA SAAT MULAI TERAPI 3. GEJALA YANG TIMBUL SAAT IMUNOTH/ SEDANG DILAKUKAN OBAT YANG DIGUNAKAN : 1. ANTIHISTAMIN 2. DEKONGESTAN SISTEMIK 3. DEKONGESTAN TOPIKAL 4. KORTIKOSTEROID (PARENTERAL,ORAL,TOPIKAL)

IMMUNOTERAPI
Y.I PROSES PENINGKATAN DOSIS ALERGEN YANG DISUNTIKAN SECARA SUBKUTAN DALAM WAKTU TERTENTU SEBAGAI TERAPI UNTUK MENURUNKAN GEJALA ALERGI RESPON IMMUNOTH/ YANG MEMUASKAN MEMERLUKAN : 1. IDENTIFIKASI ALERGEN YANG BAIK 2. HUBUNGAN IMUNOTH/ DENGAN GAMBARAN KLINIS 3. PEMBERIAN DOSIS TH/ YANG ADEKUAT 4. WAKTU TH/ YANG ADEKUAT (3-4 TH ATAU LEBIH)

INDIKASI IMMUNOTH/ :
1. GEJALA YANG DIINISIASI OLEH I E 2. ALERGI PERNAPASAN- PERENNIAL NASAL ALERGY,SEASONAL HAY FEVER, ASMA BRONKIALE 3. GEJALA YG BERAT TIDAK TERKONTROL DENGAN TH/ MEDIKAMENTOSA DAN TIDAK HILANG 4. MUSIM YANG PANJANG 5. MULTIPLE SEASONS 6. GEJALA PERENNIAL

KONTRA INDIKASI : 1. GEJALA YANG BUKAN DESEBABKAN KARENA MEKANISME IMMUNOLOGI 2. GEJALA RINGAN- DAPAT DENGAN MUDAH DIKONTROL DENGAN METODA SEDERHANA 3. ALERGEN DAPAT DENGAN MUDAH DIHINDARI 4. DERMATITIS ATOPIK 5. GASTROINTESTINAL FOOD ALERGY 6. MUSIM YANG SANGAT PENDEK 7. PASEN YANG TIDAK TAAT 8. ALERGI MAKANAN 9. PASEN YANG SEDANG MENGGUNAKAN BLOKER

KONTRA INDIKASI RELATIF 1. BAYI DAN ANAK KURANG DARI 2 TAHUN 2. SENSITIV TERHADAP OBAT DAN ZAT KIMIA YANG DIPERANTARAI Ig E KOMPLIKASI IMMUNOTH/ 1. PENGGUNAAN ANTIGEN YANG SALAH 2. PEMBERIAN DOSIS DARI VIAL YG SALAH 3. PENINGKATAN DOSIS YG TERLALU CEPAT 4. ALERGI MAKANAN YANG TAK DIKETAHUI 5. ADANYA STIMULASI SIST IMUN YANG TAK BERHUBUNGAN, SEPERTI ISPA

KESIMPULAN SISTEM IMMUN ADALAH SEMUA MEKANISME BIOLOGIK YANG MEMBUAT TUBUH MEMPUNYAI KEMAMPUAN UNTUK MENGENAL SELF DAN NONSELF SERTA MELENYAPKAN ATAU MERUBAH BENDA NON SELF DENGAN ATAU TANPA MERUSAK JARINGAN TUBUH ITU SENDIRI. SISTEM IMUN TERBAGI ATAS SISTEM HUMORAL DAN SISTEM SELULAR MEKANISME IMMUNOLOGIS MERUPAKAN MEKANISME YANG KOMPLEKS DAN SANGAT RUMIT (ANTARA LAIN MELIBATKAN BERBAGAI ORGAN, JARINGAN, SISTEM SERTA MEDIATOR DI DALAM TUBUH) ALERGI MERUPAKAN SUATU RESPON IMMUN YANG MEMBERIKAN EFEK YANG BURUK PADA TUBUH

TERIMA KASIH ALHAMDULILLAH