You are on page 1of 16

DASAR-DASAR AQUAKULTUR

KELAYAKAN LAHAN UNTUK BUDIDAYA IKAN NILA


Disusun Oleh: AGUM BAYU GUMELAR 125080101111072 M05

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013


1

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 3 1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 3 BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 6 2.1 Aspek Tanah .............................................................................................................. 6 a. Topografi ................................................................................................................. 6 b. Tekstur Tanah.......................................................................................................... 6 c. pH (Derajat Keasaman)............................................................................................ 6 d. Kesuburan Tanah .................................................................................................... 7 2.2 Aspek Ekologis........................................................................................................... 8 a.Suhu ......................................................................................................................... 8 b.Kualitas air................................................................................................................ 8 c.Ketersediaan air ....................................................................................................... 8 d. Kondisi Lingungan sekitar Lokasi............................................................................. 8 e.Ketersediaan pakan.................................................................................................. 9 2.3 Aspek Biologi ............................................................................................................ 9 a. Sumber benih .......................................................................................................... 9 b. Sifat Organisme ..................................................................................................... 10 c.Vegetasi .................................................................................................................. 10 d. Hama dan Penyakit ............................................................................................... 10 2.4 Aspek Sosial Ekonomi............................................................................................. 12 a. Aspek Sosial ........................................................................................................... 12 b. Aspek Ekonomi...................................................................................................... 13 BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 14 3.1 KESIMPULAN ........................................................................................................... 14 3.2 SARAN ..................................................................................................................... 15 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan spesies yang berasal dari kawasan Sungai Nil dan danau-danau sekitarnya di Afrika. Bentuk tubuh memanjang, pipi kesamping dan warna putih kehitaman. Jenis ini merupakan ikan konsumsi air tawar yang banyak dibudidayakan setelah Ikan Mas (Cyrprinus Carpio) dan telah dibudidayakan di lebih dari 85 negara. Saat ini, ikan ini telah tersebar ke Negara beriklim tropis dan subtropics, sedangkan pada wilayah beriklim dingi tidak dapat hidup dengan baik. Nila disukai oleh kalangan karena mudah dipelihara, dapat dikonsumsi oleh segala lapisan serta rasa daging yang enak dan tebal. Tekstur daging Ikan Nila memiliki ciri tidak ada duri kecil dalam dagingnya. Apabila dipelihara di tambak akan lebih kenyal, dan rasanya lebih gurih, serta tidak berbau lumpur. Oleh karena itu, Ikan Nila layak untuk digunakan sebagai bahan baku dalam industry fillet dan bentuk-bentuk olahan lain. Ekspor Nila dari Indonesia umumnya dalam bentuk frozen fille (600 g) dan surimi. Bibit Nila didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Peneliti perikanan Air Tawar (Balitkanwar) dari Taiwan pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, ikan ini kemudian disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan. Pada tahun 1980-1990, Nila Merah diintrodusir masuk dari Taiwan dan Filipina oleh Perusahaan Aquafarm. Pada tahun 1994, Balitkanwar kembali mengintroduksi Nila GIFT (Genetic Improvement for Farmed Tilapia) strai G3 dari Filipina dan Nila Citralada dari Thailand. Secara genetic Nila GIFT telah terbukti memiliki keunggulan pertumbuhan dan produktivitas yang lebih tinggi dibandinggkan dengan jenis ikan Nila lain. Tahun 2000, salah satu perusahaan swasta nasional, CP Prima mengintrodusir Nila Merah NIFI dan Nila GET dan Filipina tahun 2001. Pada tahun 2002, BBAT Jambi memasukan Nila JICA dari Jepang dan Nila Merah Citralada dari Thailand. Nila dapat memanfaatkan plankton dan perifiton, serta dapat mencerna Blue Green Algae. Nila umumnya matang kelamin mulai umur 5-6 bulan. Ukuran matang kelamin berkisar 30-350 g. Rasio betina : jantan berkisat antara (2-5) : 1, keberhasilan

pemijahan berkisar 20-30% per minggu dengan jumlah telur antara 1-4 butir/gram induk. Kelulushidupan (Survival Rate-SR) dari telur menjadi benih (ukuran < 5 gram) dapat mencapai 70-90%. SR fingerling menjadi ikan konsumsi berkisar 500-600 g dapat mencapai 70-98%. Nila menpunyai pertumbuhan cepat, rataan pertumbuhan harian (Average Daily Growth-ADG) dapat mencapai 4,1 gram/hari. Nila mempunyai sifat omnivora (pemakan nabati maupun hewani), sehingga usaha budidayanya sangat efisien dengan biaya pakan yang rendah. Nilai Food Convertion Ratio (FCR) cukup baik, berkisar 0.8-1.6. Artinya, 1 kilogram Nila konsumsi dihasilkan dari 0.8-1.6 KG pakan, sebagai berbandingan nilai efisiensi pakan atau konversi pakan (FCR), ikan Nila yang dibudidayakan di tambak atau keramba jarring apung adalah 0.5-1.0; sedangkan ikan Mas sekitar 2.2-2.8. Pertumbuhan Ikan Nila jantan dan betina dalam satu populasi kan selalu jauh berbeda, karena Nila jantan 40% lebih cepat dari pada Nila betina. Nila betina, jika sudah mencapai ukuran 200 g pertumbuhannya semakin lambat, sedangkan yang jantan tetap tumbuh dengan pesat. Hal ini akan menjadi kendala dalam memproyeksikan produksi. Beberapa waktu lalu, telah ditemukan teknologi proses jantanisasi; yaitu membuat populasi ikan jantan dan betina maskulin melalui sex- reversal; dengan cara pemberian hormone 17 Alpa methyltestosteron selama perkembangan larva sampai umur 17 hari. Saat ini teknologi sex reversal telah berkembang melalui hibridisasi antarjenis tertentu untuk dapat menghasilkan induk jantan super dengan kromosom YY; sehingga jika dikawinkan dengan betina kromosom XX akan menghasilkan anakan jantan XY. Pembenihan ikan Nila dapat dilakukan secara missal di perkolaman secara terkontrol dalam bak-bak beton. Pemijahan secara missal ternyata lebih efisien, karena biaya yang dibutuhkan relatif lebih kecil dalam memproduksi larva untuk jumlah yang hamper sama. Pembesaran ikan nila dapat dilakukan di Keramba Jaring Apung (KJA), kolam, kolam air deras, perairan umun baik sungai, danau maupun waduk dan tambak. Budidaya Nila secara monokultur di kolam rata-rata produksinya adalah 25.000 kg/ha/panen, di keramba jaring apung 1.000 kg/unit/panen (200.000 kg/ha/penen), dan ditambak sebanyak 15.000 kg/ha/panen. Budidaya Ikan Nila di tambak, pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan di kolam atau di jaring apung. Nila ukuran 5- 8 cm yang dibudidayakan di tambak selama 2.5 bulan dapat mencapai 200 g. sedangkan di kolam untuk mencapai ukuran yang sama diperlukan waktu 4 bulan.

Nila merupakan jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara luas di Indonesia. Teknologi budidayanya sudah di kuasai dengan tingkat produksi yang cukup tinggi. Jenis ikan Nila yang telah berkembang di masyarakat adalah Nila Hitam dan Nila Merah. Dalam rangka perbaikan genetik, jenis yang telah berhasil dikembangkan adalah Nila GESIT, Nila JICA, Nila LARASTI, Nila BEST, Nila NIRWANA, Nila JATIMBULAN. Peluang pasar Ikan Nila cukup besar baik di pasar lokal maupun ekspor. Kebutuhan pasar dalam negeri untuk ikan nila umumnya berukuran dibawah 500 gram/ekor, dengan harga berkisar antara Rp. 11.000-15.000/kg untuk wilayah Jawa dan Sumatera , sedangkan untuk wilayah timur Indonesia mencapai Rp. 20.000-30.000/kg. kebutuhan pasar ekspor umumnya dalam bentuk fillet dengan harga berkisar Rp. 30.00040.000/kg dengan Negara tujuan ekspor yaitu Amerika Serikat, Eropa, Timur Tengah, dan Hongkong. Untuk mendapatkan 1 kg fillet Nila, dibutuhkan 3 ekor ikan nila segar. Oleh karena itu upaya pengembangan usaha budidaya Nila masih terbuka untuk dikembangkan dalam berbagai skala usaha.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Aspek Tanah
a. Topografi Topografi (kemiringan) tanah sebaiknya diperhitungkan jika akan membuat kolam ikan agar dapat menentukan anggaran biaya yang diperlukan. Derajat kemiringan tanah yang cocok untuk usaha perikanan adalah berkisar 2% - 5%. Artinya,setiap jarak 100 m tanah horizontal (mendatar) terjadi perubahan ketinggian 2 5. Tanah-tanah yang terlalu berbukit dan bergelombang tidak menguntungkan untuk usaha perikanan. Dengan memperhitungkan derajat kemiringan tanah,maka akan memudahkan pengaturan tata letak kolam sehingga kolam tersebut mudah untuk diisi dan mudah untuk dikeringkan. b. Tekstur Tanah Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam. Tekstur tanah yang baik untuk kolam dan tambak budidaya ikan nila adalah liat dengan sedikit pasir dan lempung, dimana air tidak cepat keluar sehingga kolam maupun tambak tidak mudah bocor. Sumber air tersedia terus menerus dan berkualitas baik.

Untuk kolam, sumber air dapat berasal dari irigasi maupun air tanah (sumur). c. pH (Derajat Keasaman) Derajat keasaman (pH) air dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan.Derajat keasaman air yang sangat rendah atau sangat asam dapat menyebabkan kematian ikan dengan gejala gerakannya tidak teratur, tutup insang bergerak sangat aktif, dan berenang sangat cepat di permukaan air.Keadaan air yang sangat basa juga dapat menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat. Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5. Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8.Namun, ikan Nila masih dapat hidup pada pH air antara 5 11.

d. Kesuburan Tanah Persyaratan tanah memegang peranan penting dalam menentukan baik tidaknya tanah untuk budidaya nila. Tanah yang baik, tidak hanya yang mampu menahan air, tapi tanah tersebut harus mampu menyediakan berbagai unsur hara bagi makanan alami untuk udang yang dipelihara. Dengan demikian fungsi utama tanah dasar disamping untuk menahan air, juga untuk menyediakan unsur hara dalam tanah yang sangat dibutuhkan. Kemampuan tanah menyediakan berbagai unsur hara yang sangat diperlukan makanan alami dipengaruhi oleh kesuburan tanah yang bersangkutan yang ditentukan oleh komposisi kimiawi tanah. Tanah yang alkalis (basa) lebih subur dan produktif dari pada tanah yang asam. Selain kesuburan tanahnya, tanah budidaya juga harus mampu menahan air. Tanah yang dapat menahan air sangat tergantung dari tekstur tanah. Semakin jelas teksturrnya,tanah tersebut makin kuat menahan air.Bahan organik yang ada di dalam tanah merupakan faktor yang menentukan sifat kimia dari pada tanah. Bahan organik merupakan reservoir atau tendon unsur nitrogen (N) di dalam tanah. Proses perombakan bahan organik terurai, unsur nitrogen terkandung akan dilepas dalam bentuk ikatan kimia yang dapat diserap oleh algae dasar.Unsur hara yang terdapat di lokasi budidaya sangat bermanfaat dalam menentukan kualitas lokasi budidaya yang akan dibuat.. Unsur hara yang dibutuhkan pertumbuhan klekap dan tanaman air adalah Nitrogen dan Fosfor.

2.2 Aspek Ekologis


a.Suhu Temperatur atau suhu air sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan ikan. Temperatur atau suhu air yang tidak cocok, misalnya terlalu tinggi atau terlalu rendah, dapat menyebabkan ikan tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Temperatur air yang cocok untuk pertumbuhan ikan adalah berkisar antara 15C 30C dan perbedaan suhu antara siang dan malam kurang dari 5C. Perubahan suhu yang mendadak berpengaruh buruk pada kehidupan ikan. Suhu air untuk ikan nila berkisar 2530oC. b.Kualitas air Kualitas air untuk pemeliharaan Ikan Nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Tingkat kecerahan air dapat diukur dengan alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Pada kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik antara 20 30 cm. Kedalaman air minimal 5 meter dari dasar jaring pada saat surut terendah, kekuatan arus 20 40 cm/detik. Persyaratan kualitas air untuk pembesaran ikan nila adalah pH air antara 6 8,5, suhu air berkisar antara 25 30 0C. Oksigen terlarut lebih dari 5 mg/l,kadar garam air 0 28 ppt, dan Ammoniak (NH3) kurang dari 0,02 ppm. c.Ketersediaan air Air yang tersedia untuk budidaya harus terjamin dalam jumlah dan kualitas. Pada musim kemarau, masukan dari pengairan diharapkan masih tersedia sehingga tidak mengganggu kegiatan budidaya. Sementara saat hujan, diusahakan agar air tidak berlebih, agar tidak timbul banjir. Ketersediaan air sangat penting dikarenakan kegiatan pembenihan sangat memerlukan air yang relatif cukup banyak. d. Kondisi Lingungan sekitar Lokasi Tempat budidaya sebaiknya berada ditempat yang bebas polusi baik itu polusi air tanah maupun udara.Jauh dari aktivitas yang dapat mengganggu pertumbuhan ikan yang dibududaya yaitu jauh dari kawasan industri dan pabrik.Besarnya tempat budidaya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan keuangan yang kita miliki.lokasi budidaya harus mudah di jangkau oleh alat transportasi agar dalam proses budidaya seperti pembelian benih,penjualan dll,dapat bekerja secara efektif.

e.Ketersediaan pakan Pakan merupakan

unsur

penting dalam

menunjang

pertumbuhan

dan

kelangsungan hidup ikan. Usaha pengembangan budidaya perikanan khususnya pada ikan nila dan lele sangat dipengaruhi oleh ketersediaan pakan yang cukup dalam jumlah dan kualitasnya untuk mendukung produksi yang lebih maksimal.Dalam budidaya ikan nila dan lele faktor pakan merupakan komponen biaya terbesar, sekitar 60 70% ,salah satu upaya untuk meningkatkan produksi adalah dengan penyediaan pakan berkualitas baik dan murah dari segi ekonomi maupun kualitasnya.Jadi sebaiknya pakan harus tersedia secara kontinyu dan cukup,jika tidak terdapat pakan alami atau pakan alami sedikit maka harus diberikan pakan tambahan.

2.3 Aspek Biologi


a. Sumber benih Bobot induk betina sebesar 0.4 kg, sedangkan jantan sebesar 0.4 kg. perbandingan induk jantan dan betina dikawinkan adalah 1 : 2. Padat penebaran induk, untuk tiap pasang induk atau 3 ekor ikan, setidaknya disediakan lahan minimal 4 m2. Perawatan induk dilakukan dengan memberikan makanan tambahan seperti pellet, dedak, dan ampas tahu. Penambahan pakan alami dikolam dapat dilakukan dengan cara menggantungkan karung pupuk di bagian kolam tertentu, dengan terlebih dahulu melubaginya. Cara ini dimaksudkan agar pembusukan yang berlangsung di dalam karung tidak mengganggu kaulitas air kolam. Setelah beberapa hari biasanya disekitar karung akan tumbuh plankton. Persiapan produksi larva dilakukan dengan mengeringkan dasar kolam selama kurang lebih 3 hari. Lubang-lubang pada pematang kolam ditimbun dengan tanah. Pengapuran diperlukan untuk memperbaiki dan pH tanah dan mematikan bibit penyakit maupun hama ikan. Pemupukan dilakukan untuk menyediakan makanan alami ikan bagi benih yang baru menetas. Selanjutnya, kolam diairi hingga air mencapai ketinggian 50-70 cm. Proses produksi larva dilakukan dengan pemeliharaan induk. Proses pemijahan alami pada suhu air berkisar 25-30 derajat celcius , keaseman (pH) 6.5-7.5, dan ketinggian air 0.6-1m. pemasukan induk ikan ke dalam kolam dilakukan pada padi dan sore hari karena suhu tidak tinggi, dan untuk menjaga agar induk tidak stress, induk dimasukkan satu persatu.

Induk jantan akan mulai menggali sarang induk jantan segera memburu induk betina pelepas telur oleh induk betina, yang dengan cepat dibuahi oleh induk jantan dengan cara menyemprotkan spermanya. Selesai pemijahan, induk betina menghisap telur-telur yang telah dibuahi untuk dierami di dalam mulutnya. Induk jantan akan meninggalkan induk betina, membuat sarang dan kawin lagi. Anakan yang telah keluar dari mulut induk segera dipanen dan dipisahkan tersendiri pada bak pemeliharaan larva. Panen benih sudak boleh dilakukan dengan menggunakan serokan/waring dan ditampung dalam ember/baskom untuk dipindahkan ke kolam pendederan. Penangkapan sebaiknya dilakukan pada pagi hari di saat benih biasanya berkumpul di permukaan air. Bila matahari makin tinggi dan suhu air meningkat biasanya benih akan berada di bagian dasar kolam mencari tempat yang sejuk. Penangkapan biasanya beberapa kali dan membutuhkan waktu 2 jam. Masa- masa kritis berkisar 10 hari, karena benih sangat rentan mengalami kematian, sehingga pemeliharaan harus dilakukan secara hati-hati. b. Sifat Organisme Nila umumnya hidup dan banyak dipelihara di perairan air tawar. Namun ada juga Nila yang ditemukan hidup di perairan payau. ketinggian lokasi yang cocok untuk budi daya ikan nila adalah 0-500 m dpl dengan suhu 25-30C.Ikan nila memilki pertumbuhan yang cepat. Selain pertumbuhannya yang cepat, ikan tersebut memiliki sifat-sifat unggul yang lain, yaitu tahan terhadap perubahan lingkungan, bersifat omnivora, mampu mencerna makanan secara efisien dan tahan terhadap serangan penyakit (Suyanto 1998) c.Vegetasi Vegetasi yang tumbuh di suatu tempat dapat dijadikan indikator untuk menentukan kualitas tanah dan kepentingan pemilihan lokasi. Vegetasi merupakan cerminan dari mineral tanah yng terkandung di sekitar lokasi tersebut. Permukaan tidak boleh tertutup rapat oleh sampah. d. Hama dan Penyakit Hama 1) Bebeasan (Notonecta) Berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian: menuangkan minyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi. 2) Ucrit (Larva cybister) Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek. 10

Pengendalian: sulit diberantas; hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam. 3) Kodok Makan telur telur ikan. Pengendalian: sering membuang telur yang mengapung; menangkap dan membuang hidup-hidup. 4) Ular Menyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan penangkapan; pemagaran kolam. 5) Lingsang Memakan ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang jebakan berumpun. 6) Burung Memakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning. Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberi rumbai-rumbai atau tali penghalang. Penyakit 1) Penyakit pada kulit Gejala: pada bagian tertentu berwarna merah, berubah warna dan tubuh berlendir. Pengendalian: (1) direndam dalam larutan PK (kalium permanganat) selama 30-60 menit dengan dosis 2 gram/10 liter air, pengobatan dilakukan berulang 3 hari kemudian. (2) direndam dalam Negovon (kalium permanganat) selama 3 menit dengan dosis 2-3,5 %. 2) Penyakit pada insang Gejala: tutup insang bengkak, Lembar insang pucat/keputihan. Pengendalian: sama dengan di atas. 3) Penyakit pada organ dalam Gejala: perut ikan bengkak, sisik berdiri, ikan tidak gesit. Pengendalian: sama dengan di atas.

Secara umum hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya penyakit dan hamapada budidaya ikan nila: a) Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen. b) Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas penyakit.

11

c) Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas. d) Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi satu pintu pemasukan air. e) Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya. f)Penanganan saat panen atau pemindahan benih hendaknya dilakukan secara hatihati dan benar. g) Binatang seperti burung, siput, ikan seribu (lebistus reticulatus peters) sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal perkolaman.

2.4 Aspek Sosial Ekonomi


a. Aspek Sosial Ditinjau dari aspek sosiologis/ social , lokasi yang dipilih untuk budidaya ikan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Lingkungan hidup dan kelestarian alam dapat dijaga, artinya lahan yang digunakan tidak merusak lingkungan yang sudah ada sehingga nantinya dapat terjalin hubungan yang baik dengan masyarakat pengguna tanah di sekitarnya. 2.Sumberdaya alam sekitar dapat digunakan, artinya dalam penyediaan sarana dan prasarana tidak perlu harus dicari ke daerah lain. 3. Penduduk sekitar dapat digunakan sebagai tenaga kerja, artinya orang yang bekerja pada usaha yang akan dibangun berasal dari lingkungan sekitarnya sehingga dapat mengurangi pengangguran. 4. Ada dampak positif bagi masyarakat sekitar, artinya lokasi usaha yang akan dibangun dapat dijadikan contoh bagi masyarakat dan adapat diadakan kerja sama produksi dengan penduduk sekitarnya 5. Keamanan lokasi terjamin atau tidak terganggu oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

12

b. Aspek Ekonomi Aspek ekonomis berkaitan dengan faktor-faktor pendukung kemudahan produksi dan pemasaran.Semakin sulit menyiapkan faktor produksi dan pemasaran maka semakin besar biaya yang dikeluarkan dan otomatis menekan keuntungan. 1. Dekat dengan sumber air, tetapi bukan daerah banjir, serta harus dapat diairi sepanjang tahun. Semakin jauh dengan sumber air, maka semakin banyak biaya pengadaan air untuk budidaya ikan. 2. Dekat dan atau memiliki sarana penunjang seperti : sarana komunikasi, jaringan listrik, dan sarana atau prasarana transportasi 3. Tidak terlalu jauh dari sumber pakan, benih, sarana produksi lainnya, serta alat dan bahan untuk membangun komplek budidaya. 4. Dekat dengan daerah pemasaran Jarak yang dekat dengan pemasaran dapat menekan biaya transportasi dan penurunan kualitas ikan. 5. Tidak dekat dengan pemukiman dan industry Pemukiman dan industry yang menghasilkan limbah menjadikan kualitas air untuk budidaya berkurang dan mengganggu pertumbuhan ikan. 6. Mudah mendapatkan tenaga kerja Kemudahan mendapatkan tenaga kerja dari warga sekitar dapat menekan biaya mendatangkan tenaga kerja dari daerah lain, serta memberikan pendapatan bagi masyarakat sekitar. 7. Sesuai dengan rencana induk pengembangan daerah setempat 8. Status kepemilikan dengan bukti sertifikat sangat berguna untuk mengatasi masalah tanah atau dapat digunakan sebagai agunan

13

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya,maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Aspek tanah sangat penting dalam penentuan lokasi dan kesuksesan dalam budidaya ikan nila,adapun kondisi tanah yang baik untuk budidaya ikan nila yaitu kemiringan tanah 2% - 5%, tekstur tanah untuk lahan budidaya ikan nila yaitu jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam., kaya akan unsur hara, dan nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5. Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8. 2. Aspek ekologis sangat penting dalam penentuan lokasi dan kesuksesan dalam budidaya ikan nila,adapun aspek ekologi yang baik untuk budidaya ikan nila yaitu memiliki suhu 25-30oC,Kualitas air untuk pemeliharaan Ikan Nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.kualitas dan kuantitas air harus terjamin.Pada kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik antara 20 30 cm. Kedalaman air minimal 5 meter dari dasar jaring pada saat surut terendah, kekuatan arus 20 40 cm/detik. Persyaratan kualitas air untuk pembesaran ikan nila adalah pH air antara 6 8,5, suhu air berkisar antara 25 30 0C. Oksigen terlarut lebih dari 5 mg/l,kadar garam air 0 28 ppt, dan Ammoniak (NH3) kurang dari 0,02 ppm.kondisi sekitar lokasi harus baik dan sesuai dengan skala usaha yang dilakukan, dan Pakan nila harus tersedia secara kontinu di lokasi budidaya. 3. Aspek biologis dalam penentuan lokasi budidaya ikan nila yang perlu diperhatikan yaitu sumber benih, sifat organime, vegetasi, penyakit dan hama. 4. Aspek sosial dalam penentuan lokasi budidaya ikan nila yang perlu diperhatikan yaitu Lingkungan hidup dan kelestarian alam dapat dijaga,Sumberdaya alam sekitar dapat digunakan,Penduduk sekitar dapat digunakan sebagai tenaga kerja,Ada dampak positif bagi masyarakat sekitar,Keamanan lokasi terjamin atau tidak terganggu oleh orangorang yang tidak bertanggung jawab.

14

5. Aspek ekonomis dalam penentuan lokasi budidaya ikan nila yang perlu diperhatikan yaitu Status kepemilikan dengan bukti sertifikat ,Sesuai dengan rencana induk pengembangan daerah setempat ,Mudah mendapatkan tenaga kerja ,Tidak dekat dengan pemukiman dan industri ,Dekat dengan daerah pemasaran ,Tidak terlalu jauh dari sumber pakan, benih, sarana produksi lainnya, serta alat dan bahan untuk membangun komplek budidaya,Dekat dengan sumber air, tetapi bukan daerah banjir, serta harus dapat diairi sepanjang tahun,Dekat dan atau memiliki sarana penunjang seperti : sarana komunikasi, jaringan listrik, dan sarana atau prasarana transportasi.

3.2 SARAN
Sebelum memulai usaha budidaya ikan nila dan budidaya ikan lainnya sebaiknya pengusaha harus memperhatikan dengan matang-matang aspek-aspek berikut yaitu aspek tanah,aspek ekologi,aspek biologi,dan aspek sosial ekonomi agar nantinya dapat melakukan budidaya dengan baik dan dengan hasil yang memuaskan. Untuk seseorang yang baru mulai menggeluti dunia budidaya perikanan dan belum begitu tau aspek-aspek penting dalam budidaya sebaiknya dia harus punya konsultan atau teman yang mengerti dan paham tentang dunia budidaya agar nantinya dapat memperoleh hasil yang maksimal.

15

DAFTAR PUSTAKA
Cahyono Bambang.2000.Budidaya Ikan Air Tawar.Kanisius.Yogyakarta http://aaccujungbatee.wordpress.com/2012/11/24/pengembangan-pakan-sederhanapada-pemeliharaan-ikan-nila-dan-lele/ http://ardiansyah.ubb.ac.id/wp-content/uploads/2012/03/Pemilihan-lokasi-danpersiapan.pdf http://dkp.acehselatankab.net/upload/brosur/8/Pembesaran_Nila.pdf http://dkp.kaltimprov.go.id/berita-153-budidaya-ikan-nila-oreochromis-sp.html http://rustadi1-budidayaperikanan.blogspot.com/2012/08/mengenal-berbagai-jenisikan-nila.html http://usahasatriamandala.blogspot.com/2013/02/budidaya-ikan-nila.html http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=3&doc=3a6 http://www.smecda.com/files/budidaya/ikan_nila.pdf

16

You might also like