You are on page 1of 2

Belajar Cerdas dari Alam

oleh Mohammad Fauzil Adhim pada 14 Oktober 2012 pukul 7:43 Siang itu anak-anak makan penuh semangat. Begitu habis, mereka mengambil nasi lagi dan melahapnya dengan nikmat. Ikan goreng yang tinggal kepalanya saja, mereka lirik dengan penuh selera. Sebuah antusiasme yang sempurna. Hari itu kami bahkan harus dua kali menanak nasi. Apa yang terjadi pada anak-anak sehingga mereka makan dengan begitu bersemangat? Mancing. Siang itu mereka kami ajak ke tempat pemancingan dan untuk pertama kalinya mereka berhasil memperoleh ikan. Begitu satu anak berhasil mendapatkan ikan, yang lain semakin gigih berusaha agar turut memperoleh pengalaman sukses seperti adiknya. Sementara yang berhasil, semakin meluap-luap semangatnya untuk melempar umpan lagi. Puncaknya, ketika pulang dari pemancingan, mereka seperti tidak sabar untuk segera menggoreng hasil pancingannya dan mengajak anggota keluarga seluruhnya untuk menikmati. Pelajaran apa yang menarik dari peristiwa ini? Pengalaman. Belajar yang memberikan pengalaman kepada anak bukan sekedar menjalaniakan membuatnya lebih antusias. Hasrat belajarnya tumbuh dan rasa ingin tahunya berkembang. Mereka memperoleh apa yang biasa dikenal sebagai intrinsic reward penguatan dari dalam diri mereka sendiriatas apa yang mereka lakukan. Artinya, mereka semakin bersemangat bukan karena memperoleh hadiah atau tepuk tangan meriah, tetapi karena usaha itu sendiri sudah memberi kebahagiaan bagi mereka. Sementara itu, tumbuhnya hasrat belajar akan membuat anak berusaha lebih sungguh-sungguh. Mereka mencurahkan perhatian yang lebih besar dan menggunakan kemampuannya secara lebih optimal. Dengan demikian, hasil yang mereka capai juga cenderung lebih baik, sehingga memperkuat keyakinannya bahwa ia memiliki kompetensi. Bukan sekedar mampu melakukan. Munculnya kesadaran tepatnya perasaanbahwa ia memiliki kompetensi, sangat penting bagi anak untuk menumbuhkan konsep diri positif. Anak memandang dirinya memiliki kecakapan yang bermanfaat bagi orang lain. Dan ini sangat berpengaruh terhadap harga diri (self esteem) anak. Jika orangtua atau guru mampu memanfaatkan peristiwa belajar yang bersifat pengalaman (experiential learning) tersebut dengan baik, anak akan memiliki sikap positif terhadap belajar. Sikap mempengaruhi perilaku, termasuk perasaan anak ketika melakukan aktivitas tersebut. Tiga hal ini, yakni kesadaran tentang kompetensi (sense of competence), harga diri yang kuat serta sikap positif terhadap belajar, merupakan bekal sangat penting untuk membangun budaya belajar yang tinggi pada siswa di jenjang pendidikan dasar, khususnya kelas bawah. Tiga hal inilah yang harus ada pada anak usia 4-8 tahun. Belajar dengan pengalaman juga efektif untuk membangkitkan hasrat meneliti dan berpikir mendalam. Tentu saja, sekedar melakukan tidak dengan sendirinya menciptakan pengalaman. Harus ada keterlibatan fisik dan emosi. Secara fisik anak melakukan, secara mental dia terlibat.

Agar dorongan meneliti berkembang dari kegiatan belajar dengan pengalaman, anak perlu memiliki keyakinan yang kuat bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini punya manfaat. Tidak ada yang sia-sia. Kuatnya keyakinan bahwa setiap tumbuhan misalnya, ada bermanfaat bagi manusia akan mendorongnya meneliti untuk menguak manfaat di baliknya. Salah satu cara merangsang anak agar mampu belajar cerdas dari alam adalah dengan mengajak mereka melakukan eksperimen. Awas! Jangan bayangkan eksperimen sebagai rangkaian aktivitas yang rumit dan membuat kening berkerut-kerut. Anak TK B misalnya atau SD kelas satu bisa diajak melakukan eksperimen mengupas bawang merah. Sesudah itu, kita iris bawang merah yang sudah dikupas dan ajak anak-anak merasakan sensasi dengan menjilat bagian yang berair. Minta mereka untuk menceritakan pengalamannya. Sesudah itu, kita bisa mengajak anak memanfaatkan bawang merah. Bisa untuk bumbu masakan, bisa untuk obat. Yang jelas, anak perlu memperoleh pengalaman tentang bagaimana memperoleh manfaat dari alam. Langkah selanjutnya, kita ajak anak-anak untuk melihat apa yang terjadi jika kita salah memanfaatkan bawang merah, apa yang akan terjadi? Berawal dari peristiwa sederhana ini, kita ajak anak-anak untuk melihat bahwa segala sesuatu perlu ilmu. Kita perlu memahami bagaimana cara tepat memperlakukan alam serta manfaat apa yang bisa kita peroleh; dan bagaimana sikap yang keliru serta kerugian apa yang mungkin terjadi. Pada akhirnya, kita ajak anak-anak untuk meyakini bahwa keteraturan itu berasal dari Alllah Azza wa Jalla, sehingga untuk memanfaatkan alam secara cerdas harus memahami aturan yang Allah Taala berikan. Wallahu alam bish-shawab.

You might also like