You are on page 1of 9

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI Farmakodinamik obat-obat otonom

KELOMPOK : III Fernia Stevani 102009127 Yosephina Mastiur 102009130 Kalista Yeni 102009133 Adhicea Handayani Pally 102009134 Kristina Aurora Handen 102009136 Ramos Silalahi 102009137 Jhon Morris Sirait 102009138

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

PENDAHULUAN Latar Belakang Sistem saraf secara anotmi dibagi dua, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer. Sistem saraf perifer terbagi menjadi serabut afferent dan sebabut effernt. Serabut eferent dibagi menjadi sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom. Karakteristik utama sistem saraf otonom adalah kemampuan memengaruhi yang sangat cepat (misal: dalam beberapa detik saja denyut jantung dapat meningkat hampir dua kali semula, demikian juga dengan tekanan darah dalam belasan detik, berkeringat yang dapat terlihat setelah dipicu dalam beberapa detik, juga pengosongan kandung kemih). Sifat ini menjadikan sistem saraf otonom tepat untuk melakukan pengendalian terhadap homeostasis mengingat gangguan terhadap homeostasis dapat memengaruhi seluruh sistem tubuh manusia. Dengan demikian, sistem saraf otonom merupakan komponen dari refleks visceral. Secara anatomi sususnan saraf otonom terdiri atas saraf praganglion, ganglion dan pasca ganglion yang mempersarafi sel efektor. Serat eferen persarafan otonom terbagi atas sistem persarafan simpatis dan parasimpatis. Didalam sistem saraf otonom terdapat obat otonom. Obat otonom adalah obat yang bekerja pada berbagai bagaian susunan saraf otonom, mulai dari sel saraf sampai dengan sel efektor. Banyak obat dapat mempengaruhi organ otonom, tetapi obat otonom mempengaruhinya secara spesifik dan bekerja pada dosis kecil. Obat-obat otonom bekerja mempengaruhi penerusan impuls dalam susunan saraf otonom dengan jalan mengganggu sintesa, penimbunan, pembebasan atau penguraian neurohormon tersebut dan fungsnyaa atas reseptor spesifik

Tujuan 1. Mampu menjelaskan faktor- faktor yang berpengaruh terhadap efek obat selain hal farmakokinetik 2. Mampu menjelaskan perbedaan efek plasebo dengan efek obat intrinsik. 3. Mampu menjelaskan apa yang perlu diinformasikan sebelum memberikan obat pada pasien. 4. Mampu menjelaskan prinsip penilaian efek obat.

PERCOBAAN TERSAMAR GANDA PLASEBO KONTROL

A. Persiapan a. Alat dan Bahan 1. Tensimeter 2. stetoskop 3. Mistar 4. Gelas ukur 5. Bekerglass 6. Metronome b. Obat 1. Atropin 0,5 mg Belladone extract 2. Efedrin 25 mg 3. Plasebo 4. Propranol 20 mg

B. Tatalaksana Dua orang mahasiswa dari tiap meja menjadi orang percobaan setelah disetujui pengawas meja. Anggota kelompok sudah harus memutuskan siapa yang akan jadi orang percobaan sebab obat harus diminum dalam keadaan lambung kosong. Mahasiswa dengan gangguan ritme jantung, hipertensi, asma, dan tukak lambung tidak boleh menjadi orang percobaan karena merupakan kontraindikasi obat yang mungkin diminum. Hal yang harus diobservasi oleh pengamat: 1. Frekuensi nadi dan tekanan darah darah pada sikap berbaring. 2. Frekuensi napas/ menit 3. Ukur lebar pupil, usahakan pada intensitas cahaya yang konstan. 4. Produksi saliva selama 5 menit. Untuk merangsang keluarnya liur, setiap OP akan diberi 4 permen karet masing- masing untuk control, 20, 40, 80 setelah minum obat.

Liur ditelan sampai rasa manis permen karet hilang. Baru ditampung untuk mengukur produksi liur selama 5 menit. Buang permen karet setiap pengukuran selesai. 5. Sebelum dan 80 menit sesudah minum obat OP lari setempat selama 2 menit dengankecepatan 120 kali angkat kaki per menit( 60 kanan, 60 kiri sesuai irama metronom) tekanan darah dan nadi diukur untuk mendapatkan delta tekanan darah dan denyut nadi setelah lari di tempat. Kaki diangkat cukup tinggi sampai paha sejajar sendi panggul dan telapak kaki terangkat 30 cm dari lantai sehingga latihan fisik ini sekurang- kurangnya meningkatkan TD 30 mmHg sistolik dan denyut nadi 30- 50/ menit. Pengukuran tekanan darah dan nadi ini harus dilakukan secepatnya dalam 1-3 setelah berhenti lari. Kalau sebelum obat diminum tekanan darah dan nadi diukur setelah 2 menit berhenti berlari, setelah 80 menit minum obat tekanan darah dan nadi juga diukur setelah 2 menit berhenti lari. Dalam praktikum ini, OP maupun pengamat tidak tahu apa yang ditelan. Ini yang disebut desain TERSAMAR GANDA. Lakukan observasi sebelum minum obat dan pada menit ke 20, 40, 80, setelah menelan obat, kecuali lari di tempat hanya dilakukan sebelum minum obat dan pada menit ke 80.

C. Hasil Percobaan

Orang Percobaan I

Orang Percobaan II

D. Pembahasan Belladona Belladonna menghasilkan banyak efek dalam tubuh, termasuk mengurangi kejang pada saluran pencernaan (lambung dan usus), kandung kemih, dan saluran empedu. Hal ini bermanfaat dalam kondisi seperti kolitis , kandung kemih kejang, diverticulitis , kolik ginjal dan empedu, ulkus peptikum, dan sindrom iritasi usus besar . Belladonna juga mengurangi sekresi banyak organ, sehingga membantu untuk mengontrol kondisi seperti produksi asam lambung berlebihan. Belladonna digunakan untuk mengobati kekakuan, tremor, sekresi air liur berlebihan dan berkeringat berlebihan. Belladonna juga digunakan untuk mengobati mabuk perjalanan , mual, muntah, kram perut yang berkaitan dengan menstruasi, dan untuk mengurangi kencing malam hari.

Efedrin Efedrin adalah alkaloid pertama yang dikenal sebagai obat simpatomimetik. Efedrin sebagai obat adrenergik dapat bekerja ganda dengan cara melepaskan simpanan norepinefrin dari ujung saraf dan mampu bekerja memacu secara langsung di reseptor dan . Pada sistem kardiovaskuler, efedrin meningkatkan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik melalui vasokonstriksi dan pompa jantung. Efek bronkodilatasinya lemah dan lebih lambat dibandingkan epinefrin atau isoproteronol. Efedrin memacu sistem saraf pusat secara ringan sehingga menjadi siaga, mengurangi kelelahan, tidak memberi efek tidur dan dapat digunakan sebagai midriatik. Efedrin digunakan sebagai dekongestan hidung, karena efeknya berupa vasokonstriktor lokal bila diberikan secara topikal pada permukaan mukosa hidung, karena itu bermanfaat dalam pengobatan kongesti hidung pada Hay fever, rinitis alergi, influenza dan kelainan saluran napas atas lainnya. Efek farmakologis efedrin terhadap sistem kardiovaskuler baik pada pemberian oral maupun parenteral dapat meningkatkan tekanan darah, mempercepat irama jantung, meningkatkan curah jantung dan konstriksi pembuluh darah perifer. Bila refleks kardiovaskuler normal, maka peninggian tekanan darah akan menyebabkan pacuan baroreseptor untuk meningkatkan tonus vagus sehingga denyut jantung menjadi lambat.

Propranolol Propranolol adalah adalah prototype obat beta-bloker yang sangat berguna untuk menurunkan tekanan darah pada hipertensi ringan dan hipertensi sedang. Propranolol menghambat stimulasi produksi rennin oleh katekolamin. Tampaknya efek propranolol sebagian besar disebabkan oleh penekanan terhadap sistem rennin-angiotensinaldosteron. Walaupun paling efektif pada penderita dengan aktivitas plasma renin yang tinggi, propranolol juga menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan aktivitas rennin normal atau bahkan dengan aktivitas rennin yang rendah.

Orang percobaan I Pada orang percobaan I kelompok menebak propanolol, namun obat sebenarnya adalah belladona. Hal ini disebabkan karena kelompok kurang teliti dalam melihat kondisi OP.

Selain itu juga mungkin efek obat terhadap OP tidak begitu kuat, dimana tidak terdapat dilatasi pupil meskipun ada pengurangan sekresi saliva.

Orang percobaan II Pada orang percobaan II kelompok menebak efedrin, namun obat sebenarnya adalah belladona. Pada kasus ini kelompok melihat dilatasi pupil pada OP sedangkan efek berkurangnya sekresis saliva tidak diperhatikan dengan baik.

E. Pembahasan Data Kelompok Lain Kelompok IV Pada OP I, kelompok menebak plasebo, namun obat sebenarnya adalah propanolol. Hal ini mungkin karena OP dosis obat yang diberikan kurang memberikan efek OP sehingga tidak timbul gejela yang terlalu berarti, dimana tekanan darahnya juga tidak terlalu ada perbedaan. Pada OP II, kelompok menebak dengan benar, yaitu belladona. Hal ini dapat dilihat dari penurunan sekresi saliva yang terjadi pada OP.

Kelompok VI Pada OP I, kelompok menebak efinerfin namun obat sebenarnya adalah belladona. Hal ini karena pada saat pengamatan tidak terjadi penurunan saliva yang terlalu berarti pada OP. Pada OP II, kelompok menebak propanolol, namun obat sebenarnya plasebo. Hal ini mungkin dapat terjadi apabila OP adalah plasebo reaktor.

KESIMPULAN

Hasil dari praktikum yang telah dibuat, dapat disimpulkan bahawa obat-obat beta agonis seperti efedrin dapat meningkatkan tekanan darah, bronkodilatasi bronkus serta peningkatan diameter pupil. Propranolol pula merupakan satu beta bloker yang dapat dipakai sebagai obat antihipertensi. Semua tujuan praktikum tercapai. Belladona dapat menyebabkan midriasis dan menurunnya sekresi saliva.

SUMBER Dapertemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Farmakologi dan terapi edisi 5. Balai penertbi FKUI, Jakarta;2008

You might also like