You are on page 1of 3

Lihat Lingkungan Kami Ketika kebersihan tak lagi jadi keutamaan Lingkungan menjadi saksi keburaman Ketika kebersihan

tak lagi di nomor satukan Lingkungan menjadi saksi kepalsuan Sampah berserakan dimana-mana Kotor telah menjadi kebiasaan setiap manusia Apa harus selalu amarah jadi penyelesaian Untuk masalah yang sebenarnya tidak harus dibahas terlalu dalam Mana kepedulian setiap orang? Untuk lingkungan yang terasa mencekang Untuk sekitar yang menjadi cerminan Lingkungan baik penuh kedamaian Damai papua Kau angkat senjatamu untuk sebuah peperangan Kau ciptakan permusuhan dalam kekeluargaan Kau hebohkan nusantara yang penuh kedamaian Dengan perbuatan menakutkan Kau tenggelamkan banyak jiwa Untuk nyawa yang tak berdosa Kau ciptakan luka-luka Untuk orang yang tak bersalah Berhentilah Karena semua itu hanya menambah luka pilu di hati Bukan untuk mendecak kagum penuh haru Tetapi kemauan yang besar untuk menderu

Goresan Pilu Bangsaku sayang bangsaku malang Kelam, sungguh tragis nasibnya Orang tua itu hanya menatap Masa depannya yang gelap

Pemuda itu tertawa Tersenyum sambil meneguk minuman Diam mabuk, pikirannya melayang moralnya sudah lenyap seperti debu ditiup angin Pemudi itu melenggak-lenggok seperti bebek Ditatap oleh ribuan mata lelaki Tetapi di senang seperti tak punya malu Memuaskan nafsu binatang mereka Bangsaku sayang bangsaku malang Kelam , sungguh tragis nasibnya Aku hanya mampu diam melihat generasi bobrok itu menindas dirimu

Puisi Untukmu Kepada dirimu Cinta? Sayang? Suka?

Mengapa engkau tanyakan hal itu berulang kali Bukankah sudah aku utarakan kepadamu? Dalam bentuk lantunan kata-kata Sebuah jawaban untukmu Memang kata-kata ini hanyalah sebuah kata-kata Tidak lebih dari sebuah ucapan manis belaka Yang mungkin menyenangkan hatimu Walau hanya sesaat Tapi biarlah Biarkan waktu yang menjawab Biarkan waktu yang akan menunjukan Kalau aku tidak hanya bisa ngomong Sudah Sudah cukuplah

Untuk saat ini izinkanlah aku Menjadikanmu puisi cinta buatanku

You might also like