You are on page 1of 5

I.

PENDAHULUAN Saat ini dunia farmasi dan kedokteran telah berkembangpesat, sehingga sudah banyak dibuat dan dipakai berbagai jenis obat-obatan yang diproduksi oleh pabrik-pabrik farmasi. Adanya krisis moneter dan krisis ekonomi yang berkepanjangan di akhir-akhir ini membuat harga obat-obatan produksi pabrik menjadi semakin mahal dan semakin tidak terjangkau lagi oleh masyarakat kecil. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu digalakkan penggunaan obat-obatan tradisional, khususnya yang dibuat dari ramuan tanaman. Tanaman, khususnya tanaman obat tradisional mudah diperoleh karena dapat ditanam sendiri di pekarangan rumah, selain itu tanaman (tumbuhan) merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui sehingga tidak akan mengalami kepunahan apabila dilestarikan. Tanaman dikenal banyak mengandung senyawa-senyawa kimia khususnya senyawa metabolit sekunder. Salah satu senyawa metabolit sekunder yang terkandung di dalam tanaman adalah senyawa Triterpenoid. Senyawa tersebut dapat dijumpai pada bagian akar, batang, daun, buah maupun biji tanaman. Triterpenoid adalah senyawa metabolid sekunder yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan diturunkan dari hidrokarbon C 30 asiklik , yaitu skualena. Senyawa ini berbentuk siklik atau asiklik dan sering memiliki gugus alkohol, aldehida, atau asam karboksilat. Sebagian besar senyawa Triterpenoid mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol sehingga dalam kehidupan sehari-hari banyak dipergunakan sebagai obat seperti untuk pengobatan penyakit diabetes, gangguan menstuasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria. Sedang bagi tumbuhan yang mengandung senyawa Triterpenoid terdapat nilai ekologi karena senyawa ini bekerja sebagai anti fungus, insektisida, anti pemangsa, anti bakteri dan anti virus. Uji kimia yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya senyawa Triterpenoid dalam bagian tumbuhan adalah dengan menggunakan pereaksi Liebermann- Burchard, sedangkan untuk mengetahui adanya keaktifan biologis dari ekstrak bagian tanaman yang mengandung senyawa Triterpenoid dapat dilakukan dengan uji Brine Shrimp menggunakan hewan uji Arthemia Salina Leach.

II. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui adanya senyawa Triterpenoid pada tanaman dapat dilakukan dengan menambahkan pereaksi Lieberman-Burchard yang terdiri dari asam sulfat pekat dan asam asetat anhidrat. Jika pada bagian tanaman yang dianalisis mengandung senyawa Triterpenoid, maka ekstrak bagian tanaman yang diuji menunjukkan terjadi perubahan

warna yaitu warna merah, merah jambu atau ungu. Untuk mengetahui seberapa banyak kandungan Triterpenoid yang terdapat pada bagian tanaman, maka intensitas warna yang ditimbulkan pada penambahan pereaksi Liebermann-Burchard dibandingkan dengan intensitas warna yang terjadi pada ekstrak biji mahoni yang ditambah pereaksi LiebermannBurchard. Digunakan biji mahoni sebagai pembanding karena di dalamnya terkandung banyak senyawa Triterpenoid yang diberi tanda (+++). Pada penelitian ini dikumpulkan beberapa spesies tanaman obat tradisional yang biasa dipergunakan oleh masyarakat pedesaan Propinsi Bengkulu. Bagian yang diambil meliputi akar, batang , daun, bunga dan buah. Sebanyak 4 gram sampel segar (bagian tanaman dapat berupa akar, daun, kulit batang, bunga atau buah) digerus dalam lumpang porselin dan dilarutkan dengan kloroform sebanyak 10 ml. Filtrat yang dihasilkan dipindahkan ke dalam pelat tetes dan dibiarkan sampai menguap pelarutnya. Kemudian ke dalamnya ditambahkan pereaksi Liebermann-Burchard (1 tetes asam sulfat pekat dan 3 tetes asam asetat anhidrat). Dari hasil penelitian tersebut juga dapat diketahui tanaman-tanaman uji yang mengandung senyawa triterpenoid sebagai berikut. No 1. Nama daearah/Latin/famili Kamboja / Plumeria acuminata /apocynaceae Kapuk/randu / Caiba petrandra /bombaceae Selasih / Ocinum bacilicum Mengkudu/ Morinda citrifolis Kunyit/ Curcuma domestica / Bagian yang mengandung Triterpenoid / kadar Kulit batang (+), bunga (+)

2.

Daun (+++), kulit batang (+) Akar (+++), daun (+), batang (+), bunga (+++), akar (+++) Daun (++++), kulit batang (+++) , buah (++++) Daun ( +) , umbi (+++) Akar (++), daun (+), batang (+) Kulit buah,(+), buah (++) Daun (+), akar (++)

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

zingiberaceae Kangkung/ Ipomea reptans Sirsak/Anona annonaceae Sirihppiper betle/piperaceae Serai/ Andropogon nardus muricata/

/gramineae Jeruk nipis/ Citrus

Daun (+), akar (++)

aurantifolia/ Daun ( +), buah (+)

rutaceae 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. Kemuning / Murraya paniculata Jarak pagar/ Jatropa curcar Melati/ Jasminum sambac/Oleaceae Daun anjuang/ Cordyline terminalis Jagung/ Zea mais, Linn/ graminae Jambu biji/ Psidium guajava, Linn Kecubung/ Datura metel / solanaceae Singkong/ Manihot utilissima, Pohl Kumis kucing / Orthosiphon stamineus Kemiri / Aleurites moluccana, Willd Keji beling / Strobilanthes crispus/ acanthaceae Temu lawak / Curcuma xanthorrhiza, Roxb Alang-alang / Imperata cylindrica, beav /gramineae Lengkuas / Alpiniaofficinarum hance /zingiberaceae Alpokat / Parsea americana, Mill/ lauraceae Dadap / Erythrina orientalis Lamtoro / Leucaena glauca / leguminosae Jahe / Zingiber officinale / zingiberaceae Jeruk purut / Citrus hystrix, D.C. / rutaceae Kencur / Kaemphera galanga, L / Pule (pelawi)/ Alstonia scholari Daun (++), kulit batang (+++), buah (+++) Daun (+), kulit batang (+) Bunga (++) Daun (+++), kulit batang (+) Kulit batang (++), rambut (+) Daun (+), buah (+) Bunga (++) Daun (+++), kulit batang (+) Daun (+), batang (++), bunga (+++) Daun (+), kulit batang (+++) Kulit batang (+)

22.

Daun (+), rimpang (+++)

23.

Daun (+)

24.

Daun (+), batang (+) , rimpang (++)

25. 26. 27.

Kulit batang (+) Daun (++), kulit batang (+) Daun (+), kulit batang (+), bunga (+), buah (++), kulit buah (+) Daun (+), umbi (+++), akar (+)

28.

29. 30. 31.

Daun (+++) Daun (+) Kulit batang (++++), daun (++++), getah (+++)

32.

Pepaya / Carica papaya / caricaceae Jarak (ginje)/ Thevetio peruviana / apocynaceae Asam jawa / Tamarindus indica , L

Daun (+), batang (+), akar (+), buah (+) bunga (++) Daun (+), kulit batang (+++), bunga (+++), kulit buah (+++), biji (++++) Kulit batang (+)

33. 34.

Keterangan : (+) = sedikit Triterpenoid (++) = cukup banyak Triterpenoid (+++) = mengandung banyak Triterpenoid (++++) = mengandung sangat banyak

Pada penelitian ini, bioassay (uji aktivitas biologis) dilakukan pada bagian tanaman yang mengandung kadar Triterpenoid banyak (+++) dan sangat banyak (++++).Bagian tanaman yang mengandung banyak dan sangat banyak senyawa Triterpenoid tersebut diekstrak dengan alat ekstraksi sokhlet menggunakan pelarut metanol. Dipilihnya alat ekstraksi sokhlet karena alat tersebut mempunyai beberapa keuntungan antara lain dapat mengekstrak sampel dalam jumlah banyak (skala gram), penyarian dapat dilakukan berulang-ulang sehingga semua ekstrak dapat terambil, dan pelarut yang digunakan dapat digunakan kembali karena tidak menguap. Pada penelitian ini untuk mengetahui adanya aktivitas biologis dari ekstrak tanaman yang mengandung Triterpenoid digunakan uji Brine Shrimp. Metode ini dipilih karena dapat digunakan untuk mengetahui adanya efek sitotoksik dan juga untuk memperoleh hewan uji lebih mudah, harganya murah, telurnya dapat tahan beberapa tahun bila disimpan ditempat kering, mengerjakannya sederhana dan lebih cepat. Jika ekstrak bagian tanaman yang diuji mempunyai harga LC50 < 1000 ppm maka ekstrak tersebut dinyatakan mempunyai aktivitas biologis yaitu mengandung senyawa yang bersifat sitotoksik. Adapun pelaksanaan bioassay adalah sebagai berikut : sebanyak 500 ml larutan garam dimasukkan ke dalam wadah sebagai tempat penetasan yang dibuat terdiri dari dua bagian yaitu separo bagian tertutup dan separo bagian lain dibiarkan terbuka. Dimasukkan ke dalamnya Brine shrimp eggs secukupnya, kemudian ditempatkan di bawah sinar lampu yang diberi airasi. Setelah telur menetas, larva akan bergerak bebas. Ditunggu selama 2 hari sampai tumbuh menjadi larva

dewasa. Kemudian disiapkan larutan sampel yaitu larutan ekstrak bagian tanaman yang mengandung Triterpenoid, dengan konsentrasi 10 ppm, 100 ppm, dan 1000 ppm. Ke dalam 3 buah tabung reaksi masing-masing dimasukkan larutan sampel dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 10 ppm, 100 ppm dan 1000 ppm serta satu tabung (tabung ke empat) diisi larutan blanko sebagai kontrol. Pada setiap tabung yang telah diisi larutan sampel dan larutan blanko di atas dimasukkan sebanyak 10 individu larva shrimp. Pengamatan dilakukan setelah 24 jam untuk mengetahui adanya larva shrimp yang mati. 8 ekstrak bagian tanaman tersebut mempunyai aktivitas biologis terhadap Arthemia salina Leach atau mengandung senyawa yang bersifat sitotoksik. Namun untuk mengetahui apakah senyawa yang mempunyai aktivitas tersebut adalah Triterpenoid, perlu dilakukan penelitian lanjutan, yaitu dengan mengisolasi Triterpenoid yang terdapat pada ekstrak tersebut. Setelah dihasilkan Triterpenoid murni maka diuji kembali dengan uji Brine shrimp.

III. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Dari beberapa spesies tanaman obat tradisional yang dianalisis diperoleh 34 spesies tanaman mengandung senyawa Triterpenoid dan tidak semua bagian tanaman yang dianalisis mengandung Triterpenoid. b. Dari 8 ekstrak bagian tanaman yang mengandung banyak dan sangat banyak senyawa Triterpenoid diketahui semuanya mempunyai aktivitas terhadap Brine shrimp berarti ekstrak kasar ke 8 bagian tanaman tersebut mempunyai aktivitas biologis.

IV. DAFTAR PUSTAKA Widiyati, Eni., 2005, Penentuan Adanya Senyawa Triterpenoid dan Uji Aktivitas Biologis Pada Beberapa Spesies Tanaman Obat Tradisional Masyarakat Pedesaan Bengkulu, Jurusan Kimia Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Unversitas Bengkulu, Indonesia

You might also like