You are on page 1of 65

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SELATAN

LAPORAN STUDI LAPANGAN

TINJAUAN ATAS PENERAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI BELANJA PADA LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2011 DI BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SUMATERA UTARA

Diajukan oleh: August Frans Sebastian Pangaribuan NPM: 093060016288

Mahasiswa Program Diploma III Keuangan Spesialisasi Akuntansi

Untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Dinyatakan Lulus Program Diploma III Keuangan Tahun 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus yang telah melimpahkan segala berkat dan kasih karunia-Nya kepada kita semua. Dengan kuasa-Nya juga penulis dapat menyelesaikan laporan studi lapangan yang berjudul TINJAUAN ATAS PENERAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI BELANJA PADA LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2011 DI BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SUMATERA UTARA. Selain untuk menambah wawasan penulis dalam bidang akuntansi pemerintah, laporan studi lapangan ini juga disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menyelesaikan perkuliahan di Program Diploma III Spesialisasi Akuntansi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Dalam menyelesaikan laporan studi lapangan ini, penulis banyak sekali

mendapatkan bantuan dari dukungan dari berbagai pihak. Dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Opung boru dan opung doli yang telah membesarkan dan menanamkan nilai yang baik dalam hidup saya. 2. Bapak dan Almarhum Ibu yang telah merawat dan membesarkan saya. 3. Bou Gopas, Bou Melda, Bou Hotlin, Bapak tua Boris, Kak Indri, dan Bang Gopas yang telah membimbing dan memberi banyak nasihat yang sangat bermanfaat kepada saya. 4. Bapak Kusmanadji, Ak, MBA selaku Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. v

5. Bapak Budi Waluyo, SST, MM selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu dalam penyusunan laporan studi lapangan ini. 6. Bapak/Ibu Widyaiswara dan Dosen STAN yang telah mengajarkan saya ilmu dan nilai-nilai kehidupan yang sangat berguna selama saya berkuliah di STAN. 7. Keluarga besar HORAS (Himpunan Orang Rantau Asal Sumatera Utara). 8. Seluruh Pegawai BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis dalam pengumpulan data untuk laporan studi lapangan ini. 9. Teman-teman kelas 1 A, 2 Q, dan 3 M Akuntansi Pemerintahan. 10. Teman-teman saya, Pebry, Ilham, Lia, & Raymond, yang telah mendukung saya 11. Pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, yang mungkin belum saya sebutkan di kata pengantar ini. Tidak lupa penulis juga meminta maaf kepada semua pihak apabila dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan studi lapangan ini, ada kata-kata dan tindakan penulis yang tidak berkenan. Penulis telah menyusun laporan ini dengan segenap kemampuan yang dimiliki. Namun, penulis menyadari bahwa laporan studi lapangan ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan yang tidak disadari karena keterbatasan penulis dalam hal wawasan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan sarannya. Harapan penulis semoga laporan studi lapangan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Tangerang Selatan, Agustus 2012 Penulis

August Frans Sebastian Pangaribuan vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL . i PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN STUDI LAPANGAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN STUDI LAPANGAN ...........................iii PERNYATAAN LULUS DARI TIM PENILAI LAPORAN STUDI LAPANGAN.. iv KATA PENGANTAR .. . v DAFTAR ISI ... vii DAFTAR TABEL ..................................................................................................... ix DAFTA LAMPIRAN .. xi BAB I PENDAHULUAN .. 1 A. Latar Belakang Penulisan.. 1 B. Tujuan Penulisan 3 C. Metode Pengumpulan Data.... 3 D. Sistematika Penulisan ... 4 BAB II DATA DAN FAKTA... 5 A. Gambaran Umum Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Sumatera Utara . 5 1. Tugas Pokok dan Fungsi...... 5 2. Struktur Organisasi...... 7 3. Visi dan Misi.................................................................................... 8

vii

B. Gambaran Umum Belanja pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Sumatera............................... 9 1. Jenis Belanja........................................................................... 10 2. Belanja Akrual................................................................................ 14 3. Standar Operasional Belanja... 14 BAB III LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN...................... 18 A. Landasan Teori. 18 1. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat... 18 2. Sistem Akuntansi Keuangan... 20 3. Kebijakan Akuntansi Belanja..... 22 B. Pembahasan ..................... 32 1. Tinjauan atas Pengakuan Belanja pada Laporan Keuangan TA 2011............................................................................... 32 2. Tinjauan atas Pencatatan Belanja pada Laporan Keuangan TA 2011............................................... 33 3. Tinjauan atas Penyajian dan Pengungkapan Belanja pada Laporan Keuangan TA 2011............ 37 4. Tinjauan Perbandingan Anggaran dan Realisasi Belanja pada Laporan Realisasi Anggaran TA 2010 dan TA 2011..... 40 BAB IV PENUTUP........................... 43 A. Simpulan... 43 B. Saran. 45

viii

DAFTAR PUSTAKA.. 47 LAMPIRAN 48

ix

DAFTAR TABEL
Halaman Tabel II.1 Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Belanja TA 2011 Tabel II.2 Rincian Realisasi Belanja Pegawai TA 2011 dan TA 2010 Tabel II.3 Realisasi Belanja Modal TA 2011 dan TA 2010 Tabel II.4 Anggaran dan Realisasi Belanja per Program Tahun 2011 Tabel II.5 Anggaran dan Realisasi Belanja per Sumber Dana Tahun 2011 Tabel II.6 Anggaran dan Realisasi Belanja per Organisasi Tahun 2011 10 11 12 13 13 14

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran I Struktur Organisasi BPKP Lampiran II Klasifikasi Belanja Menurut Peraturan Perundang-undangan Lampiran III Rincian Realisasi Belanja Pegawai TA 2011 Lampiran IV Formulir Jurnal Belanja Akrual Lampiran V Laporan Realisasi Anggaran TA 2011 Lampiran VI Laporan Realisasi Anggaran TA 2010 48 49 50 51 52 53

xi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan pasal 11 ayat (4) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, belanja negara dalam APBN digunakan untuk keperluan

penyelenggaraan tugas pemerintahan pusat dan pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah. Jadi, dalam hal ini terdapat dua jenis pengeluaran pemerintah, yaitu belanja pemerintah dan pengeluaran transfer. Belanja pemerintah dikelola oleh bendahara pengeluaran, yaitu orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan

mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada kantor/satuan kerja kementerian negara/lembaga. Menurut Paragraf 34 PSAP Nomor 02, ditetapkan bahwa belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi. Rincian tersebut merupakan persyaratan minimal yang harus disajikan oleh entitas pelaporan. Selanjutnya dicontohkan pada Paragraf 39 PSAP 02, klasifikasi belanja menurut ekonomi (jenis belanja) yang dikelompokkan lagi menjadi belanja operasi, belanja modal dan belanja lain-lain/tak terduga. Belanja operasi adalah belanja yang dikeluarkan dari Kas Umum Negara/Daerah dalam rangka menyelenggarakan operasional pemerintah, sedangkan belanja modal adalah belanja yang diperuntukkan 1

2 dalam rangka membeli dan/atau mengadakan barang modal. Belanja operasi selanjutnya diklasifikasikan lagi menjadi belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain/tak terduga. Disamping itu, klasifikasi belanja menurut fungsi dibagi menjadi: pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan ketentraman, ekonomi, perlindungan lingkungan hidup, perumahan dan pemukiman, kesehatan, pariwisata dan budaya, agama, pendidikan, dan perlindungan sosial. Pengklasifikasian ini mengikuti pola Government Financial Statistics (GFS) yang diterbitkan oleh International Monetary Fund (IMF). Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), yang merupakan lembaga pemerintah nonkementerian yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan yang berupa audit, konsultasi, asistensi, evaluasi, pemberantasan KKN serta pendidikan dan pelatihan, juga mempunyai belanja. Belanja pada BPKP dikelola oleh bendahara pengeluaran. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), yang merupakan salah satu badan audit selain Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), mempunyai standar akuntansi yang andal mengenai belanja yang dikelolanya. Penulis ingin mengetahui apakah BPKP, yang tugasnya sebagai lembaga audit dan pendamping dalam penyusunan laporan keuangan bagi satuan kerja lain, telah mengakui, mencatat, menyajikan, dan mengungkapkan belanja ini sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Oleh karena itu, penulis menyusun laporan studi lapangan dengan judul, Tinjauan Atas Penerapan Kebijakan Akuntansi Belanja pada Laporan Keuangan Tahun 2011 di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Sumatera Utara.

3 B. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan Laporan Studi Lapangan ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Keuangan Spesialisasi Akuntansi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. 2. Memberikan gambaran secara lengkap tentang pengakuan, pencatatan, penyajian, dan pengungkapan belanja pada Laporan Keuangan Tahun 2011 di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Sumatera Utara. 3. Menganalisis perbandingan data antara anggaran dan realisasi belanja dengan mengikutsertakan analisis pada data tahun sebelumnya. C. Metode Pengumpulan Data Data yang relevan adalah data yang harus digunakan dalam penyusunan laporan studi lapangan. Dalam rangka memperoleh data yang relevan sebagai dasar penyusunan laporan, penulis merencanakan pengumpulan data-data dengan metode sebagai berikut: 1. Metode Penelitian Kepustakaan Penelitian kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan, membaca, dan menelaah berbagai literatur, artikel, dan bahanbahan kuliah yang mempunyai relevansi dengan materi pembahasan, seperti: buku-buku, peraturan perundangundangan, dan catatan-catatan selama kuliah. 2. Metode Penelitian Lapangan Penelitian lapangan ini menggunakan dua metode yaitu: a. Metode wawancara, yaitu mewancarai bendahara pengeluaran sebagai pihak yang berkompeten dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban belanja.

4 b. Metode observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan dan penelitian secara langsung di BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara. D. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, serta sistematika penulisan.
BAB II DATA DAN FAKTA

Bab ini memuat gambaran umum yaitu mengenai tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi, dan visi dan misi. Dalam bab ini ini juga diuraikan mengenai gambaran umum belanja, yang terdiri dari jenis belanja, belanja akrual, dan standar operasional, yang terjadi selama tahun anggaran 2011 di BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara.
BAB III LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis melakukan analisis terhadap data dan fakta yang ada dengan menerapkan pengetahuan yang penulis miliki dan

menentukan alternatif pemecahan masalah yang paling efektif menurut penulis.


BAB IV PENUTUP

Bab ini berisi simpulan dari uraian-uraian pada bab sebelumnya dan saran atau usul sebagai masukan terhadap permasalahan yang dihadapi di lapangan.

BAB II

DATA DAN FAKTA

A. Gambaran Umum Kantor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara 1. Tugas pokok dan fungsi. Sesuai dengan Pasal 52, 53, dan 54 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, BPKP mempunyai tugas melaksanakan tugas Pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, BPKP menyelenggarakan fungsi: a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan; b. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan; c. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPKP; d. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan pengawasan keuangan dan pembangunan; e. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga. 5

6 Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, BPKP mempunyai kewenangan: a. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya; b. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro; c. Penetapan sistem informasi di bidangnya; d. Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan, dan supervisi di bidangnya; e. Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidangnya; f. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu: 1) Memasuki semua kantor, bengkel, gudang, bangunan, tempat-tempat penimbunan, dan sebagainya; 2) Meneliti semua catatan, data elektronik, dokumen, buku perhitungan, surat-surat bukti, notulen rapat panitia dan sejenisnya, hasil survei laporan-laporan pengelolaan, dan surat-surat lainnya yang diperlukan dalam pengawasan; 3) Pengawasan kas, surat-surat berharga, gudang persediaan, dan lain-lain; 4) Meminta keterangan tentang tindak lanjut hasil pengawasan, baik hasil pengawasan BPKP sendiri maupun hasil pengawasan Badan Pemeriksa Keuangan, dan lembaga pengawasan lainnya. Fungsi BPKP saat ini telah diperluas dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Sebagai auditor yang bertanggung jawab kepada presiden seperti

7 dinyatakan dalam PP tersebut, BPKP berperan mendukung akuntabilitas Presiden dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan negara melalui fungsi pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu yang meliputi: a. Kegiatan yang bersifat lintas sektoral, yaitu kegiatan yang dalam pelaksanaannya melibatkan dua atau lebih kementerian/lembaga atau pemerintah daerah yang tidak dapat dilakukan pengawasan oleh aparat pengawasan intern pemerintah pada kementerian/lembaga, kewenangan; b. Kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN). Khusus dalam rangka pelaksanaan pengawasan intern atas kegiatan kebendaharaan umum negara, Menteri Keuangan melakukan koordinasi kegiatan yang terkait dengan instansi pemerintah lainnya; c. Kegiatan lain berdasarkan penugasan dari presiden, yaitu: 1) Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebelum disampaikan Menteri Keuangan kepada Presiden (Pasal 57 ayat 4); 2) Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). 2. Struktur organisasi. Organisasi dan Tata Kerja Kantor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, diatur dengan Keputusan Kepala BPKP Nomor: Kep-06.00.00-286/K/2001 tanggal 20 Februari 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan BPKP yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Kepala BPKP Nomor: Per-955/K/SU/2011. Kantor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara mempunyai tugas melaksanakan tugas provinsi, atau kabupaten/kota karena keterbatasan

8 pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Visi dan Misi. a. Pernyataan visi. Sejalan dengan perubahan lingkungan strategis, termasuk terbitnya mandat baru sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008, BPKP menegaskan jati dirinya sebagai Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) yang bertanggung jawab kepada presiden. Konsekuensinya, BPKP dituntut untuk dapat memberikan informasi yang berharga bagi presiden dari hasil pengawasan yang dilakukan dan mampu memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi pemerintahan. Kontribusi BPKP tersebut dimaksudkan untuk membantu pemerintah mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai BPKP yang merepresentasikan manfaat yang dapat diberikan BPKP kepada shareholder/stakeholder-nya. Visi BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara memberikan penekanan pada pemberian bantuan kepada pihak manajemen pemerintah, meskipun demikian, BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara dalam bekerja tetap mempertahankan independensinya. Independensi ini sangat tepat untuk menggambarkan BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara sebagai aparat pengawasan intern yang dapat dipercaya. Kepercayaan adalah modal utama dalam hubungan antara prinsipal dengan agen. Sebagai salah satu Kantor Perwakilan BPKP, BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara dalam pernyataan visinya mengacu dan mengelaborasi visi dan misi dari BPKP Pusat. Komitmen ini selanjutnya dituangkan dalam pernyataan visi yang

9 sudah disetujui oleh jajaran BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, yaitu: Auditor Presiden Yang Responsif, Interaktif, Dan Terpercaya Untuk Mewujudkan Akuntabilitas Keuangan Negara Yang Berkualitas. b. Pernyataan misi. Untuk mewujudkan visi BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara tersebut, perlu dirumuskan misi, yang menggambarkan amanah apa yang harus dituntaskan oleh organisasi, agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil sesuai dengan visi yang ditetapkan. Sebagaimana halnya dengan visi, misi BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara juga mengacu kepada misi BPKP Pusat. Oleh karena itu, misi BPKP Perwakilan Sumatera Utara ditetapkan dalam empat rumusan sebagai berikut : 1) Meningkatkan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara yang mendukung tata kepemerintahan yang baik dan bebas KKN di Sumatera Utara; 2) Meningkatkan efektivitas pembinaan sistem pengendalian intern instansi pemerintah di Sumatera Utara; 3) Mengembangkan kapasitas pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten di Sumatera Utara; 4) Menyelenggarakan sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi pemerintah di Sumatera Utara. B. Gambaran Umum Belanja pada Kantor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara pada Tahun 2011 mempunyai alokasi anggaran sebesar Rp22.259.806.000. Realisasi belanja sampai dengan akhir

10 Tahun Anggaran (TA) 2011 sebesar Rp21.295.075.421 atau 95,67 persen dari anggarannya. 1. Jenis belanja. BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara menyajikan belanja berdasarkan klasifikasi jenis belanja pada Laporan Realisasi Anggaran, sedangkan di Catatan atas Laporan Keuangan disajikan menurut organisasi, fungsi, dan sumber dana. a. Klasifikasi ekonomi/jenis belanja. Berdasarkan klasifikasi ekonomi/jenis belanja, belanja pada BPKP

Perwakilan Provinsi Sumatera Utara terbagi atas tiga bagian, yaitu belanja pegawai, belanja barang, dan belanja modal. Realisasi belanja terbesar pada tahun 2011 terdapat pada belanja pegawai, yaitu sebesar Rp11.361.305.229, sedangkan realisasi belanja terkecil terdapat pada belanja modal, yaitu sebesar Rp639.553.000. Realisasi belanja barang pada tahun 2011 sebesar Rp9.294.217.192. Tabel II.1 Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Belanja TA 2011
Kode 51 52 53 Jenis Belanja Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Anggaran 11.924.294.000 9.684.512.000 650.000.000 Realisasi 11.361.305.229 9.294.217.192 639.553.000 (%) 95,28 95,97 98,39

Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan BPKP Perwakilan Provinsi Sumut TA 2011 1) Belanja pegawai Pada BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, belanja pegawai dibagi atas beberapa jenis belanja, yaitu: belanja gaji pokok PNS, belanja pembulatan gaji PNS,

11 belanja tunjangan suami/istri PNS, belanja tunjangan anak PNS, belanja tunjangan struktural PNS, belanja tunjangan fungsional PNS, belanja tunjangan Pajak Penghasilan PNS, belanja tunjangan beras PNS, belanja uang makan PNS, belanja tunjangan lain-lain termasuk uang duka PN, belanja tunjangan umum PNS, belanja uang honor tidak tetap, dan belanja uang lembur. Tabel II. 2 Rincian Realisasi Belanja Pegawai TA 2011 dan TA 2010
Uraian TA 2011 TA 2010 % Naik (Turun) Bel. Gaji Pokok PNS Bel. Pembulatan Gaji PNS Bel. Tunj. Suami/Istri PNS Bel. Tunj. Anak PNS Bel. Tunj. Struktural PNS Bel. Tunj Fungsional PNS Bel. Tunj. PPh PNS Bel. Tunj Beras PNS Bel. Uang Makan PNS Bel. Tunj. Lain-lain termasuk uang duka PNS Bel. Tunjangan Umum PNS Bel. Uang Honor Tidak Tetap Bel. Uang Lembur Rp 93.025.000 Rp 210.482.000 Rp 109.110.000 Rp 424.912.500 -14.74 -50,46 Rp 7.425.356.930 Rp 204.136 Rp 598.045.599 Rp 206.479.696 Rp 151.871.000 Rp 1.208.100.000 Rp 264.534.498 Rp 523.575.070 Rp 666.780.000 Rp 12.852.300 Rp 7.044.953.260 Rp 171.548 Rp 576.316.360 Rp 202.695.616 Rp 143.210.000 Rp 1.302.225.000 Rp 210.811.388 Rp 496.982.160 Rp 696.550.000 Rp 10.452.000 5,40 19,00 3,77 1,87 6,05 -7,72 25,48 5,35 -4,27 22.96

Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan BPKP Perwakilan Provinsi Sumut TA 2011 2) Belanja barang Belanja barang terbagi atas beberapa jenis belanja, yaitu: belanja keperluan perkantoran, belanja penambah daya tahan tubuh, belanja pengiriman surat dinas pos

12 pusat, honor terkait operasional satker, belanja barang operasional lainnya, belanja barang non operasional lainnya, belanja langganan daya dan jasa, belanja jasa profesi, belanja jasa lainnya, belanja biaya pemeliharaan gedung dan bangunan, belanja biaya pemeliharaan peralatan dan mesin, belanja perjalanan biasa, belanja perjalanan lainnya, dan honor terkait output kegiatan. 3) Belanja modal Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Pada BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, belanja modal dibagi atas belanja modal peralatan dan mesin dan belanja penambahan nilai gedung dan bangunan. Tabel II. 3 Rincian Realisasi Belanja Modal TA 2011 dan TA 2010
Uraian Bel. Modal Peralatan dan Mesin TA 2011 Rp 178.533.000 TA 2010 Rp 19.624.000 % 809,77

Belanja Penambahan Nilai Gedung Rp 461.020.000 dan Bangunan

Rp 519.106.000

(11,19)

Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan BPKP Perwakilan Provinsi Sumut TA 2011 b. Klasifikasi program. Berdasarkan klasifikasi program, belanja terbagi atas tiga bagian, yaitu belanja pada program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya BPKP, program peningkatan sarana dan prasarana aparatur negara BPKP, program pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern.

13 Tabel II. 4 Anggaran dan Realisasi Belanja per Program Tahun 2011 Kode Uraian Program Program 089.01.01 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan 089.01.02 Tugas Teknis Lainnya BPKP Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara-BPKP 089.01.06 Program Pengawasan Intern AkuntabilitasKeuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengedalian Intern Jumlah Anggaran Setelah Revisi Realisasi Belanja %

16.330.520.000 15.456.292.761 94,65 650.000.000 639.553.000 98,39

5.278.286.000

5.199.229.660 98,50

22.258.806.000 21.295.075.421 95,67

Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan BPKP Perwakilan Provinsi Sumut TA 2011 c. Klasifikasi sumber dana. Berdasarkan klasifikasi sumber dana, belanja terbagi atas belanja rupiah murni, belanja pinjaman luar negeri, dan belanja rupiah murni pendamping. Pada tahun 2011, keseluruhan realisasi belanja sebesar Rp21.295.075.421 yang bersumber dari rupiah murni. Tabel II. 5 Anggaran dan Realisasi Belanja per Sumber Dana Tahun 2011 Anggaran Setelah Revisi Realisasi Belanja

Uraian Belanja Belanja Rupiah Murni Belanja Pinjaman LN Belanja RM Pendamping Jumlah

22.258.806.000 21.295.075.421 95,67 95,67

22.258.806.000 21.295.075.421

Sumber: Diolah dari Laporan Keuangan BPKP Perwakilan Provinsi Sumut TA 2011

14 d. Klasifikasi organisasi. Berdasarkan organisasi, belanja disajikan dengan nama belanja Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara Tabel II. 6 Anggaran dan Realisasi Belanja per organisasi Tahun 2011 Anggaran Setelah Revisi 22.258.806.000 Realisasi Belanja 21.295.075.421

Uraian Belanja Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Sumatera Utara Jumlah

95,67

22.258.806.000

21.295.075.421

95,67

Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan BPKP Perwakilan Provinsi Sumut TA 2011 2. Belanja akrual. Belanja akrual adalah penurunan manfaat ekonomis atau potensi jasa dalam perode pelaporan yang menurukan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban. Pada tahun 2011, terdapat belanja akrual yang berupa belanja langganan daya dan jasa sebesar Rp26.415.260. Belanja ini berasal dari tagihan listrik, telepon, dan air yang penggunaannya terjadi pada bulan Desember, tetapi belum dibayar. Khusus untuk belanja langganan daya dan jasa, diatur bahwa pembayarannya paling lambat tanggal 20 bulan selanjutnya. 3. Standar Operasional Belanja di Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara. a. Penyusunan Anggaran. Terdapat beberapa prosedur yang harus dilaksanakan oleh BPKP Perwakilan Sumatera Utara dalam menyusun anggaran, yaitu : 1) Kepala Perwakilan membentuk tim untuk menyusun anggaran perwakilan;

15 2) Tim mengumpulkan bahan-bahan dalam rangka penyusunan anggaran dan menuangkannya dalam Rencana Kegiatan, Term of Reference (TOR), dan Rencana Anggaran dan Biaya (RAB); 3) Tim menyerahkan TOR dan RAB kepada Kepala Perwakilan melalui Kepala bagian Tata Usaha (Kabag TU); 4) Kabag TU mereviu dan meyerahkan catatan pada TOR dan RAB dan melanjutkannya kepada Kepala Perwakilan; 5) Kepala Perwakilan mereviu TOR dan RAB dan jika sudah setuju mengajukan rencana anggaran tersebut ke Biro Keuangan; 6) Setelah ada pagu indikatif dari Biro Keuangan, rencana anggaran yang telah disusun dilakukan penelaahan, jika diperlukan penyesuaian tim melakukan perubahan dan perbaikan rencana kegiatan, TOR dan RAB-nya. Kemudian dilakukan entry data ke aplikasi DIPA/RKA-KL. Data-data ini kemudian dikirim ke Biro Keuangan untuk diteruskan ke Ditjen Anggaran; 7) Tim melakukan pembahasan anggaran dengan Ditjen Anggaran, mengenai

kelengkapan TOR dan RAB, tarif perhitungan dan perhitungan jumlahnya sesuai dengan jadwal dari Ditjen Anggaran; 8) Tim melakukan perubahan/perbaikan terhadap TOR, RAB, kelengkapan data dukung dan perbaikan terhadap entry data RKA-KL/DIPA; 9) TOR, RAB dan data dukung setelah perbaikan disampaikan ke Biro Keuangan untuk diteruskan ke Ditjen Anggaran; 10) Tim melakukan pembahasan kembali dengan Ditjen Anggaran setelah ada penetapan pagu definitif;

16 11) Tim melakukan perubahan / perbaikan terhadap TOR, RAB, kelengkapan data dukung dan perbaikan terhadap entry data RK A-KL/DIPA;

12) TOR, RAB, dan data dukung setelah perbaikan disampaikan ke Biro Keuangan untuk diteruskan ke Ditjen Anggaran. b. Pertanggungjawaban anggaran belanja. Terdapat beberapa prosedur yang harus dilaksanakan oleh BPKP Perwakilan Sumatera Utara dalam mempertanggungjawabkan anggaran, yaitu : 1) Sebagai realisasi atas penggunaan anggaran, Petugas pengolah data keuangan melakukan perekaman Surat Permintaan Pembayaran dengan menggunakan aplikasi SPM dengan out-put berupa Surat Perintah Membayar (SPM-GU), Surat Perintah Membayar (SPM-GU Nihil), dan Surat Perintah Membayar (SPM-LS); 2) Petugas pengelola data Keuangan merekam Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang telah diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) kedalam program aplikasi SPM untuk memutakhirkan adanya SPM yang sudah terbit SP2D-nya; 3) Petugas pengelola data keuangan melakukan pengiriman data/load master dari program aplikasi SPM ke program aplikasi SAKPA; 4) Subbag Keuangan menerima data dari program aplikasi Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN) untuk belanja modal dari Kasubag umum; 5) Petugas pengelola data keuangan melakukan posting pada program aplikasi SAKPA atas data base realisasi anggaran belanja dan realisasi belanja modal; 6) Sub Bagian Keuangan melakukan rekonsiliasi data dengan KPPN atas realisasi anggaran belanja pada bulan yang bersangkutan;

17 7) Sub Bagian Keuangan melakukan penerimaan transfer data SAKPA untuk mengadopsi data realisasi anggaran belanja pada program aplikasi Monitoring Realisasi DIPA (Moredi); 8) Petugas pengelola data keuangan mencetak Laporan Realisasi Anggaran Belanja dengan menggunakan program aplikasi SAKPA dan Laporan Kinerja Satuan Kerja dengan menggunakan program aplikasi Monitoring Realisasi DIPA untuk disampaikan kepada Kepala Sub Bagian Keuangan sebanyak tiga rangkap; 9) Kasubbag Keuangan mereviu dan menandatangani Laporan Realisasi Anggaran Belanja dan Laporan Kinerja Satuan Kerja untuk disampaikan kepada Kabag Tata Usaha; 10) Kabag TU mereviu dan menandatangani Laporan Realisasi Anggaran Belanja dan Laporan Kinerja Satuan Kerja; 11) Kasubbag Keuangan menyampaikan laporan tersebut dan Surat Pengantar kepada Kepala Perwakilan untuk mendapatkan persetujuan; 12) Subbag Keuangan mengirim Laporan Realisasi Anggaran Belanja dan Laporan Kinerja Satuan Kerja kepada Biro Keuangan BPKP dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), dan satu rangkap sebagai arsip.

BAB III

LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Landasan Teori 1. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP). Penjelasan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara menyatakan bahwa agar informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas perlu diselenggarakan Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN) yang dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan Pemerintah Pusat. a. Kerangka umum SAPP. Berdasarkan PMK Nomor 171/PMK.05/2007 mengenai Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, SAPP memiliki dua subsistem, yaitu Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN) dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI). SA-BUN dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. Selanjutnya, SA-BUN memiliki beberapa subsistem, yaitu Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah (SA-IP), Sistem Akuntansi Transfer ke Daerah (SA-TD), Sistem 18

19 Akuntansi Pusat (SiAP), Sistem Akuntansi Utang Pemerintah dan Hibah (SAUP&H), Sistem Akuntansi Penerusan Pinjaman (SA-PP), Sistem Akuntansi Transaksi Khusus (SA-TK), Sistem Akuntansi Subsidi dan Belanja Lainnya (SA-BSBL), Sistem Akuntansi Subsidi dan Belanja Lainnya (SA-BSBL), dan Sistem Akuntansi Badan Lainnya (SA-BL). SA-BUN dilaksanakan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN) adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. Laporan Keuangan yang dihasilkan berupa Laporan Realisasi Anggaran (LRA) termasuk pembiayaan, Neraca, Laporan Arus Kas, serta dilengkapi dengan Catatan atas Laporan Keuangan. Sistem Akuntasi Instansi (SAI) memiliki dua subsistem, yaitu Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga. Kementerian negara/lembaga melakukan pemrosesan data untuk menghasilkan Laporan Keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. SAK digunakan untuk memproses transaksi anggaran dan realisasinya sehingga menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran. Sedangkan SIMAK-BMN memproses transaksi perolehan, perubahan dan penghapusan Barang Milik Negara (BMN) untuk mendukung SAK dalam rangka menghasilkan neraca. Di samping itu,

20 SIMAK-BMN menghasilkan berbagai laporan, buku-buku, serta kartu-kartu yang memberikan informasi manajerial dalam pengelolaan BMN. b. Tujuan SAPP. Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan, baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) mempunyai beberapa tujuan, yaitu : 1) Menjaga aset Pemerintah Pusat dan instansi-instansinya melalui pencatatan, pemrosesan, dam pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan standar dan praktek akuntansi yang diterima secara umum; 2) Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan kegiatan keuangan Pemerintah Pusat, baik secara nasional maupun instansi yang berguna sebagai dasar penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan terhadap otorisasi anggaran, dan untuk tujuan akuntabilitas; 3) Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu instansi dan Pemerintah Pusat secara keseluruhan; 4) Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara efisien. 2. Sistem Akuntansi Keuangan (SAK). Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan bagian Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang digunakan untuk memproses adanya transaksi anggaran dan realisasinya sehingga menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran (LRA). SAK dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga. Dalam pelaksanaan, SAK

21 kementerian negara/lembaga membentuk dan menunjuk unit akuntansi di dalam organisasinya, yang terdiri dari : a. UAPA pada tingkat kementerian negara/lembaga b. UAPPA-E1 pada tingkat eselon 1 c. UAPPA-W pada tingkat wilayah d. UAKPA pada tingkat satuan kerja Unit-unit akuntansi instansi tersebut melaksanakan fungsi akuntansi dan pelaporan keuangan atas pelaksanaaan anggaan sesuai dengan tingkat organisasinya. Laporan keuangan yang dihasilkan merupakan bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran oleh unit-unit akuntansi, baik sebagai entitas akuntansi maupun entitas pelaporan. Laporan keuangan kementerian negara/lembaga yang dihasilkan unit akuntansi instansi tersebut terdiri dari : a. Laporan Realisasi Anggaran b. Neraca c. Catatan atas Laporan Keuangan Kementerian negara/lembaga yang menggunakan anggaran belanja subsidi dan belanja lainnya, disamping wajib menyusun laporan keuangan atas bagian anggarannya sendiri, juga wajib menyusun laporan keuangan bagian anggaran belanja subsidi dan belanja lainnya secara terpisah. Atas dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang dilimpahkan/dialokasikan oleh kementrian negara/lembaga kepada pemerintah daerah, laporan keuangannya merupakan satu kesatuan/tidak terpisah dari laporan keuangan kementerian negara/lembaga. Data akuntansi dan laporan keuangan secara berkala disampaikan kepada unit akuntansi di atasnya (asas desentralisasi).

22 Data akuntansi dan laporan keuangan dimaksud dihasilkan oleh Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN) yang dikompilasi. 3. Kebijakan Akuntansi Belanja Akuntansi belanja disusun selain untuk memenuhi kebutuhan

pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan, juga dapat dikembangkan untuk keperluan pengendalian bagi pemerintah dalam mengukur efektivitas dan efisiensi belanja tersebut. a. Klasifikasi belanja. Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan. Belanja yang masih harus dibayar diungkapkan di dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Belanja disajikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi. Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi ekonomi untuk

pemerintah pusat yaitu belanja pegawai, belanja barang, balanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain. Klasifikasi menurut organisasi yaitu klasifikasi berdasarkan unit organisasi pengguna anggaran. Klasifikasi belanja menurut organisasi antara lain belanja per kementerian negara/lembaga beserta unit organisasi yang berada dibawahnya. Klasifikasi menurut fungsi adalah klasifikasi yang didasarkan pada fungsi-fungsi utama pemerintah pusat dalam memberikan

23 pelayanan kepada masyarakat. Klasifikasi belanja menurut fungsi adalah sebagai berikut : 1) Pelayananan Umum 2) Pertahanan 3) Ketertiban dan Keamanan 4) Ekonomi 5) Perlindungan Lingkungan Hidup 6) Perumahan dan Pemukiman 7) Kesehatan 8) Pariwisata dan Budaya 9) Agama 10) Perlindungan Sosial Realisasi anggaran belanja dilaporkan sesuai dengan klasifikasi yang

ditetapkan dalam dokumen anggaran. Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja) yang terjadi pada periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai pengurang belanja pada periode yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas pengeluaran belanja dibukukan dalam pendapatan lain-lain. b. Akuntansi anggaran belanja. Anggaran merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban dan pengendalian manajemen yang digunakan untuk membantu pengelolaan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan. Anggaran disusun oleh satuan kerja dengan dilandasi oleh : 1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

24 2) Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; 3) Peraturan Pemerintah RI Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP); 4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13/PMK.06/2005 tentang Bagan Perkiraan Standar; 5) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.5/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. Akuntansi anggaran diselenggarakan pada saat anggaran disahkan dan dialokasikan dan sesuai dengan struktur anggaran yang terdiri dari anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Anggaran belanja terdiri dari apropriasi yang dijabarkan menjadi otorisasi kredit anggaran. Apropriasi merupakan anggaran yang disetujui DPR/DPRD yang merupakan mandat yang diberikan kepada

presiden/gubernur/bupati/walikota untuk melakukan pengeluaran-pengeluaran sesuai tujuan yang ditetapkan sedangkan otorisasi kredit anggaran adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang menunjukkan bagian dari apropriasi yang disediakan bagi instansi dan digunakan untuk memperoleh uang dari rekening kas umum negara guna membiayai pengeluaran-pengeluaran selama periode otorisasi tersebut. c. Akuntansi realisasi belanja. Kepala Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran berdasarkan DIPA yang telah disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sesuai dengan rencana kerja dan anggaran yang ditetapkan dalam DIPA. Untuk itu kepala Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran wajib

25 membuat laporan pertanggungjawaban penggunaan dana anggaran yang

dikuasai/dikelola. Bentuk-bentuk pertanggungjawan atas penggunaan dan pelaksanaan anggaran diwujudkan dalam bentuk dan mekanisme sebagai berikut : 1) Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM-GU). 2) Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM-GU Nihil). 3) Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM-LS). Akuntansi realisasi belanja dilaksanakan pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, akuntansi realisasi belanja dilaksanakan pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara. d. Laporan Realisasi Anggaran Belanja dan Laporan Realisasi Pengembalian Belanja. Laporan Realisasi Anggaran Belanja (LRAB) menggambarkan jumlah realisasi atau jumlah belanja yang dilaksanakan/direalisasikan oleh entitas dalam suatu periode pelaporan. Realisasi belanja di LRAB disajikan menurut Mata Anggaran (MA), meliputi belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, dan belanja bantuan sosial. Mata Anggaran Pengeluaran diklasifikasikan menurut jenis belanja ada beberapa jenis. Di bawah ini penulis hanya menjelaskan belanja yang terdapat di BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, yaitu : 1) Belanja Pegawai Belanja pegawai merupakan belanja gaji dan tunjangan yang digunakan untuk

26 pembayaran gaji dan tunjangan PNS dan TNI/Polri dan belanja honorarium/ lembur vakasi/tunjangan khusus veteran. Belanja pegawai merupakan transaksi yang menghasilkan perkiraan operasional. Transaksi ini akan mempengaruhi LRAB, dengan mengurangi anggaran dan menambah realisasi. 2) Belanja Barang Berdasarkan Surat Edaran Dirjen Perbendaharaan Nomor SE-14/PB/2005 tentang Belanja Barang dan Belanja Modal dalam Perolehan dan Pemeliharaan Barang Milik Negara, Belanja barang didefenisikan sebagai sebagai pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang habis dipakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun tidak dipasarkan, dan pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakakat. Belanja barang dan jasa merupakan pengeluaran yang antara lain dilakukan untuk membiayai keperluan kantor sehari-hari, pengadaan barang yang habis dipakai seperti alat tulis kantor, pengadaan/penggantian inventaris kantor, langganan daya dan jasa, lain-lain pengeluaran untuk membiayai pekerjaan yang bersifat non fisik dan secara langsung menunjang tugas pokok dan fungsi kementrian

negara/lembaga,pengadaan inventaris kantor yang nilainya tidak memenuhi syarat kapitalisasi minimum sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 01/KMK.12/2001 dan pengeluaran jasa non fisik seperti pengeluaran untuk biaya pelatihan dan penelitian. Belanja pemeliharaan adalah pengeluaran yang dimaksudkan untuk

mempertahankan aset tetap atau aset lainnya yang sudah ada ke dalam kondisi normal tanpa mempertahankan aset tetap atau aset lainnya yang sudah ada ke dalam kondisi

27 normal tanpa mempertahankan besar kecilnya jumlah belanja. Belanja pemeliharaan meliputi antara lain pemeliharaan tanah, gedung dan bangunan kantor, rumah dinas, kendaraan bermotor dinas, perbaikan peralatan dan sarana gedung, jalan jaringan, irigasi, perlatan dan mesin dan lain-lain sarana yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan. Belanja perjalanan dinas merupakan pengeluaran yang dilakukan untuk membiayai perjalanan dinas dalam rangka pelaksanaan tugas, fungsi, dan jabatan. Belanja barang merupakan transaksi yang menghasilkan perkiraan operasional. Transaksi ini dicatat sebagai realisasi belanja dalam LRA. 3) Belanja Modal Menurut Surat Edaran Dirjen Perbendaharaan Nomor SE-14/PB/2005 tentang Belanja Barang dan Belanja Modal dalam Perolehan dan Pemeliharaan Barang Milik Negara, Belanja modal dimaksudkan untuk menampung pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal. Belanja Modal meliputi barang belanja modal tanah; belanja modal mesin dan peralatan; belanja modal gedung dan bangunan; belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan; dan belanja modal fisik lainnya. Belanja modal terdiri dari : a) Pengeluaran untuk perolehan barang milik negara, baik berupa aset tetap, maupun aset lainnya yang memberi masa manfaat lebih dari setahun, baik dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jaringan, maupun dalam bentuk fisik lainnya seperti buku, binatang, dan sebagainya; b) Pengeluaran setelah perolehan yang mengakibatkan bertambahnya masa manfaat, kapasitas, kualitas, dan volume aset yang telah dimiliki lainnya;

28 c) Pengeluaran untuk perolehan aset yang tidak ditujukan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat, contoh pengadaan buku untuk perpustakaan; d) Pengeluaran mulai dari pengadaan/perolehan aset sampai dengan aset yang diadakan/diperoleh siap untuk digunakan; e) Pengeluaran untuk perolehan/penambahan aset tetap atau aset lainnya yang besarnya melebihi batas nilai satuan kapitalisasi sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 01/KMK.12/2001; f) Pengeluaran untuk belanja perjalanan dan jasa yang terkait dengan perolehan aset tetap atau aset lainnya, termasuk di dalamnya biaya konsultan perencana, konsultan pengawas, dan pengembangan perangkat lunak. Suatu belanja dapat diklasifikasikan sebagai belanja modal didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi, yaitu : a) Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan peralatan olahraga yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp300.000 (tiga ratus ribu rupiah); b) Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah); c) Pengeluaran yang jumlah nominalnya dibawah nilai satuan minimum kapitalisasi tidak dapat digolongkan sebagai belanja modal kecuali pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian. Apabila terjadi pengembalian belanja sebagai akibat dari adanya kelebihan realisasi belanja dan uang persediaan, mata anggaran pengembalian belanja adalah sebagai berikut :

29 1) Pengembalian belanja atas realisasi belanja tahun berjalan menggunakan mata uang anggaran yang sama pada waktu melakukan melakukan belanja dan disajikan pada laporan realisasi belanja dan laporan pengembalian belanja; 2) Pengembalian belanja tahun anggaran lalu menggunakan mata uang anggaran pendapatan lain-lain dan disajikan di laporan realisasi pendapatan; 3) Pengembalian uang persediaan menggunakan mata anggaran pengembalian uang persediaan, tidak mempengaruhi laporan realisasi anggaran belanja tetapi mengurangi akun Kas di Bendahara Pengeluaran di neraca. e. Jurnal standar. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) yang terdiri dari Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN) yang dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Lembaga. Masing-masing sistem tersebut dalam pelaksanaannya akan melakukan proses akuntansi yang akan dimulai dari dokumen sumber sampai menghasilkan suatu laporan keuangan. Dalam pelaksanaan proses akuntansi tersebut perlu dilakukan penjurnalan terhadap masing-masing transaksi keuangan yang dilakukan. Jurnal standar dalam SAK dikelompokkan menjadi : 1) Jurnal standar DIPA 2) Jurnal standar saldo awal 3) Jurnal Standar realisasi Di bawah ini akan dijelaskan secara rinci mengenal jurnal standar DIPA dan jurnal standar realisasi. Khusus untuk jurnal standar saldo awal, tidak akan dijelaskan secara lebih mendalam karena tidak berhubungan langsung dengan akuntansi belanja.

30 1) Jurnal standar DIPA. Jurnal standar DIPA terdiri dari estimasi pendapatan yang dialokasikan, allotment belanja, estimasi penerimaan pembiayaan yang dialokasikan dan allotment pengeluaran pembiayaan. Di bawah ini penulis akan membahas jurnal DIPA tentang allotment belanja karena bahasan laporan studi lapangan ini mengenai akuntansi belanja. Jurnal Standar untuk allotment belanja dilakukan pada dua sistem yaitu SAI dan SAU, sedangkan pada SAKUN transaksi ini tidak dijurnal. Pada SAI, transaksi ini dijurnal dengan mendebit piutang dari BUN dan mengkredit allotment belanja ditambah uraian MAK dari masing-masing allotment belanja dalam DIPA. Untuk SAU, jurnal yang dibuat sama dengan SAI. Jurnal standar dimaksud pada SAI dan SAU : a) Allotment Belanja Pegawai.
DR. CR. Piutang dari KUN Allotment Belanja Pegawai XXX XXX

b) Allotment Belanja Barang


DR. CR. Piutang dari KUN Allotment Belanja Barang XXX XXX

c) Allotment Belanja Modal


DR. CR. Piutang dari KUN Allotment Belanja Modal XXX XXX

d) Allotment Belanja Pembayaran Bunga Utang


DR. CR. Piutang dari KUN Allotment Belanja Bunga Utang Pembayaran XXX XXX

31 e) Allotment Belanja Subsidi


DR. CR. Piutang dari KUN Allotment Belanja Subsidi XXX XXX

f) Allotment Belanja Hibah


DR. CR. Piutang dari KUN Allotment Belanja Hibah XXX XXX

g) Allotment Belanja Bantuan Sosial


DR. CR. Piutang dari KUN Allotment Sosial Belanja Bantuan XXX XXX

h) Allotment Belanja Lain-lain


DR. CR. Piutang dari KUN Allotment Belanja Lain-lain XXX XXX

i) Allotment Belanja Dana Perimbangan


DR. CR. Piutang dari KUN Allotment Belanja Dana Perimbangan XXX XXX

j) Allotment Belanja Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian


DR. CR. Piutang dari KUN Allotment Belanja Dana Otsus XXX XXX

2) Jurnal standar saldo awal. Jurnal standar saldo awal terdiri dari beberapa jurnal untuk saldo awal neraca, antara lain saldo awal kas, piutang, persediaan, aset tetap, aset lainnya, investasi jangka pendek, investasi jangka panjang, utang PFK, bagian lancar hutang, dan hutang jangka panjang. Penulis tidak akan menjelaskan secara mendalam mengenai jurnal standar saldo awal karena tidak berhubungan dengan topik laporan penulis.

32 3) Jurnal Standar realisasi belanja. Jurnal pada SAI dan SAU dilakukan dengan mendebet masing-masing akun belanja dan mengkredit piutang dari KUN
DR. CR. Belanja Piutang dari KUN XXX XXX

4) Jurnal standar realisasi pengembalian belanja. Jurnal pada SAI dan SAI dilakukan dengan mendebet akun piutang dari KUN dan mengkredit pengembalian belanja. Jurnal pada SAI dan SAU adalah :
DR. CR. Piutang dari KUN Pengembalian Belanja XXX XXX

B. Pembahasan Belanja dilakukan berdasarkan pada prinsip pengendalian anggaran belanja negara dengan tetap menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar dan alokasi belanja minimum, mempertimbangkan penghematan dan efisiensi penggunaan belanja negara, menjamin terlaksananya kegiatan administrasi pemerintahan, serta

terselenggaranya agenda-agenda penting sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKAKL). 1. Tinjauan atas pengakuan belanja pada Laporan Keuangan TA 2011. Berdasarkan Sistem Akuntansi Keuangan yang berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), belanja diakui oleh BPKP Perwakilan Provinsi Sumut, pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.

33 2. Tinjauan atas pencatatan belanja pada Laporan Keuangan TA 2011. a. Anggaran belanja. Terkait akuntansi penganggaran untuk belanja, BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara tidak membuat jurnal secara manual karena semuanya sudah diproses dalam aplikasi yang bernama RKA-KL DIPA. Dalam pelaksanaannya, tim menyusun Rencana Kegiatan, Term of Reference (TOR), dan Rencana Anggaran dan Belanja (RAB). TOR dan RAB diserahkan kepada Kepala BPKP Perwakilan Provinsi Sumut untuk direviu. TOR dan RAB yang telah direviu kemudian diserahkan ke biro

keuangan. Setelah ada pagu indikatif dari biro keuangan, dilakukan entri data ke aplikasi RKA-KL DIPA. Data-data ini kemudian dikirimkan ke Ditjen Anggaran. Setelah ada penetapan pagu definitif, tim melakukan pembahasan dengan Ditjen Anggaran. Apabila ada perubahan/perbaikan terhadap TOR, RAB, dan data dukung, dilakukan entry data perubahan ke aplikasi RKA-KL DIPA. Aplikasi ini yang akan mengolah data dan menghasilkan output berupa RKA-KL dan Arsip Data Komputer. Terkait dengan proses pembentukan aplikasi RKA-KL DIPA, hingga tahun 2010 aplikasi-aplikasi yang digunakan untuk proses penganggaran tingkat Satuan Kerja dipisah menjadi dua aplikasi, yaitu aplikasi RKA-KL (Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Lembaga) dan aplikasi DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran). Aplikasi RKA-KL dan Aplikasi DIPA terus dibenahi dan diperbaharui dari tahun ke tahun. Dengan adanya perubahan, struktur data yang ada pada keduanya juga berubah. Data RKA-KL merupakan data yang kemudian dipakai sebagai data di aplikasi DIPA. Keakuratan maupun kekonsistenan data dari awal proses penganggaran hingga disahkan dalam bentuk DIPA tidak terlalu baik.User dari suatu

34 satuan kerja perlu berpindah aplikasi untuk merekam data RKA-KL dan mencetak DIPA. Mulai tahun 2011, Satker menerapkan konsep penganggaran berbasis kinerja dimana output kegiatan menjadi Indikator Kinerja Utama Satker dalam pelaksanaan anggaran. Oleh karena itu, pihak Kementerian Keuangan dan Sistem Analis PT Quadra Solution melakukan merger data untuk mengintegrasikan kedua aplikasi (Aplikasi RKA-KL dan Aplikasi DIPA) dan menjadi Aplikasi RKA-KL DIPA dan aplikasi inilah yang digunakan sampai sekarang. Berdasarkan Sistem Akuntansi Keuangan (SAK), pencatatan jurnal manual untuk anggaran belanja Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara secara garis besarnya adalah sebagai berikut :
DR. CR. DR. CR. DR. CR. Piutang dari KUN Allotment Belanja Pegawai Piutang dari KUN Allotment Belanja Pegawai Piutang dari KUN Allotment Belanja Modal 11.924.294.000 11.924.294.000 9.684.512.000 9.684.512.000 650.000.000 650.000.000

b. Realisasi belanja. Terkait akuntansi pertanggungjawaban realisasi untuk belanja, BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara tidak membuat jurnal secara manual karena semuanya sudah diproses dalam aplikasi yang bernama SAKPA. Dalam pelaksanaannya, petugas pengolah data keuangan melakukan perekaman surat permintaan dan pembayaran menggunakan apllikasi SPM sebagai realisasi atas penggunaan anggaran dengan output SPM-GU, SPM-GU Nihil, dan SPM-LS. Setelah SP2D telah diterbitkan KPPN, petugas pengolah data merekam SP2D tersebut

35 kedalam program aplikasi SPM untuk memutakhirkan adanya SPM yang sudah terbit SP2D-nya. Data/load master dari program aplikasi SPM kemudian dikirm ke program aplikasi SAKPA. Aplikasi inilah yang akan mengolah data dan menghasilkan output berupa data realisasi anggaran belanja yang nantinya akan diolah menjadi Laporan Realisasi Anggaran Belanja. Berdasarkan Sistem Akuntansi Keuangan (SAK), pencatatan jurnal manual untuk realisasi belanja bruto BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara secara garis besarnya adalah sebagai berikut :
DR. CR. DR. CR. DR. CR. Belanja Pegawai Piutang dari KUN Belanja Barang Piutang dari KUN Belanja Modal Piutang dari KUN 11.361.305.229 11.361.305.229 9.328.638.692 9.328.638.692 639..553.000 639..553.000

c. Belanja akrual. Belanja akrual adalah penurunan manfaat ekonomis atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban. BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara mengungkapkan informasi belanja akrual di Catatan atas Laporan keuangan (CaLK) sesuai dengan Peraturan Dirjen Perbendaharaan nomor Per-62/PB 2009 tentang Tata Cara Penyajian Informasi Pendapatan Belanja secara Akrual pada Laporan Keuangan. Dalam akuntansinya, belanja akrual digolongkan sebagai kewajiban. Jurnal manual yang dicatat oleh BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara terkait belanja akrual adalah sebagai berikut :

36 Dr. Dana yang harus disediakan untuk 26.415.260

pembayaran Utang Jangka Pendek Belanja barang yang masih harus dibayar Cr. 26.415.260

d. Pengembalian belanja. Pengembalian belanja dicatat oleh BPKP Perwakilan Provinsi Sumut secara terkomputerisasi melalui aplikasi SAKPA. Pengembalian belanja tersebut berasal dari kelebihan belanja pada tahun berjalan maupun tahun sebelumnya. Apabila ada pengembalian belanja, BPKP Perwakilan Provinsi Sumut menyertakan Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB) jika kelebihan itu merupakan kelebihan pembayaran anggaran di tahun yang sama/tahun anggaran berjalan dan SSBP jika kelebihan itu merupakan kelebihan pembayaran anggaran di tahun yang berbeda/tahun sebelumnya. Uang tersebut kemudian disetorkan ke kas negara melalui bank yang telah ditunjuk. Setelah uang tersebut diterima, bank yang bersangkutan menerbitkan Nomor Transaksi Pendapatan Negara (NTPN). SSBP yang dilampiri NTPN inilah yang digunakan untuk menginput data pengembalian belanja pada aplikasi SAKPA. Tabel III. 1 Rincian Pengembalian Belanja TA 2011 Uraian Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal TA 2011 Rp 6.746.000 Rp 34.421.500 Rp 0

Sumber: Diolah dari Laporan Keuangan BPKP Perwakilan Provinsi Sumut TA 2011

37 Berdasarkan informasi pada tabel III.1, jurnal manual untuk pengembalian belanja yang terjadi pada tahun yang sama/tahun anggaran berjalan akan dicatat sebagai berikut :
DR. CR. Piutang dari KUN Belanja Pegawai 6.746.000 6.746.000

DR. CR.

Piutang dari KUN Belanja Barang

34.421.500 34.421.500

DR. CR.

Piutang dari KUN Belanja Modal

0 0

Pencatatan pengembalian belanja atas realisasi belanja untuk tahun yang berbeda maupun uang persediaan tidak saya lampirkan karena tidak berhubungan dengan fokus pembahasan laporan ini. 3. Tinjauan atas penyajian dan pengungkapan belanja pada Laporan Keuangan TA 2011. a. Penyajian belanja. Mengenai pentingnya klasifikasi belanja, Campo dan Tommasi (1991) menyatakan bahwa: Klasifikasi belanja sangat penting dalam memformulasikan kebijakan dan mengidentifikasi alokasi sumber daya sektor-sektor, mengidentifikasi tingkatan kegiatan pemerintah melalui penilaian kinerja pemerintah, dan membangun akuntabilitas atas ketaatan pelaksanaan dengan otorisasi yang diberikan oleh legislatif. Menurut Paragraf 34 PSAP Nomor 02, ditetapkan bahwa belanja disajikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi. Rincian tersebut merupakan persyaratan minimal yang harus disajikan oleh entitas pelaporan.

38 Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, belanja disajikan menurut klasifikasi organisasi, fungsi, dan ekonomi.

Pengklasifikasian belanja tersebut dimaksudkan untuk kepentingan penganggaran dan pelaporan. Oleh karena itu, klasifikasi yang dapat memenuhi fungsi anggaran dan pelaporan harus diformulasikan sebagai berikut: 1) klasifikasi menurut fungsi, digunakan untuk analisis historis dan formulasi kebijakan; 2) klasifikasi organisasi, untuk keperluan akuntabilitas; 3) klasifikasi menurut dana, untuk keperluan sumber pembiayaan; 4) klasifikasi menurut ekonomi, untuk tujuan statistik dan obyek (jenis belanja), ketaatan (compliance), pengendalian (control), dan analisis ekonomi; dan 5) klasifikasi menurut program dan kegiatan, untuk informasi dan pengendalian pencapaian tujuan. Mengacu pada peraturan, BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera utara telah menyajikan belanja secara rinci di laporan keuangan. Belanja disajikan di muka laporan keuangan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja. Pada Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK), belanja telah disajikan menurut klasifikasi organisasi dan fungsi. Untuk melengkapi penyajian belanja, BPKP Perwakilan Provinsi Sumut juga menyajikan belanja menurut klasifikasi sumber dana pada Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Berdasarkan klasifikasi ekonomi/jenis belanja, BPKP Perwakilan Provinsi Sumut membagi belanja kedalam tiga bagian yaitu belanja pegawai, belanja barang, dan belanja modal. Berdasarkan klasifikasi fungsi, belanja disajikan kedalam tiga

39 program yaitu program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya BPKP, Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara-BPKP, dan Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian. Berdasarkan organisasi, belanja disajikan dengan nama belanja Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan berdasarkan sumber dana, belanja disajikan kedalam tiga sumber pendanaan yaitu belanja rupiah murni, belanja pinjaman luar negeri dan belanja rupiah murni pendamping. Berdasarkan data yang ada, BPKP Perwakilan Provinsi Sumut hanya melakukan belanja yang bersumber dari rupiah murni sebagai pendanaannya. b. Pengungkapan belanja. Pada Paragraf 13 PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan, dikemukakan bahwa CaLK menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai, antara lain: 1) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan; 2) Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh PSAP yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan; 3) Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan. Selanjutnya, dikemukakan bahwa untuk memudahkan pengguna dalam membaca laporan, pengungkapan pada CaLK dapat disajikan dengan narasi, bagan, grafik, daftar,dan skedul atau bentuk lain yang lazim yang mengikhtisarkan secara ringkas dan padat kondisi dan posisi keuangan entitas pelaporan. Mengacu pada paragraf 13 PSAP Nomor 04 tersebut, BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara

40 telah mengungkapkan informasi belanja secara informatif dan lengkap di Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Hal ini didasarkan bahwa belanja diungkapkan dengan informasi tambahan yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan. Belanja disajikan dengan narasi, grafik, daftar, dan tabel. Belanja yang masih harus dibayar (belanja akrual) juga telah diungkapkan di Catatan atas Laporan Keuangan. Belanja akrual ini berjumlah Rp26.415.260 yang terdiri dari biaya listrik, biaya air, dan biaya telepon pada bulan Desember 2011. 4. Tinjauan perbandingan anggaran dan realisasi belanja pada Laporan Realisasi Anggaran TA 2010 dan TA 2011. BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2011 mempunyai alokasi anggaran sebesar Rp22.258.806.000. Realisasi belanja sampai dengan Tahun 2011 bruto sebesar Rp21.336.242.921 atau 95,86 persen dari anggarannya dan

pengembalian belanja sebesar Rp41.167.500 sehingga realisasi belanja neto sebesar Rp21.295.075.421 atau 95,67 persen. Berdasarkan jenisnya, belanja yang terdapat di BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara dibagi atas belanja pegawai, belanja barang, dan belanja modal. Pada Tahun 2011, proporsi belanja bruto terbesar terdapat pada belanja pegawai yaitu sebesar Rp11.361.305.229 sementara proporsi belanja bruto terkecil terdapat pada belanja modal yaitu sebesar Rp639.553.000. Dibandingkan dengan realisasi belanja tahun lalu, ketiga jenis belanja (belanja pegawai, belanja barang, belanja modal) mengalami kenaikan. Persentasi kenaikan yang paling tinggi terjadi pada pos belanja modal bruto yaitu sebesar 18,71 persen

41 sementara persentasi kenaikan yang paling rendah terjadi pada pos belanja pegawai bruto yaitu sebesar 1,27 persen. a. Belanja pegawai. Realisasi belanja pegawai di Kantor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2011 bruto adalah sebesar Rp11.361.305.229 atau mencapai 95,28 persen dari anggarannya sebesar Rp11.924.294.000. Jumlah pengembalian belanja pegawai pada tahun tersebut adalah Rp6.746.000 sehingga realisasi belanja pegawai neto menjadi sebesar Rp11.354.559.229. Dibandingkan dengan realisasi tahun 2010 terdapat kenaikan belanja pegawai neto sebesar Rp136.185.104 atau 1,21 persen. Berdasarkan hasil wawancara dengan bendahara pengeluaran, kenaikan belanja pegawai disebabkan karena adanya kenaikan gaji pokok PNS. Apabila dibandingkan dengan tahun 2010, terdapat kenaikan yang cukup signifikan pada pengembalian belanja pegawai yaitu sebesar 42.949 persen dimana pengembalian belanja pegawai pada Tahun 2010 sebesar Rp15.707. Pengembalian belanja ini disebabkan oleh kelebihan belanja karena ketidakakuratan perhitungan jumlah belanja yang dicantumkan dalam Surat Perintah Membayar (SPM). b. Belanja Barang. Realisasi Rp9.328.638.692 belanja atau barang mencapai pada 96,33 tahun persen 2011 dari bruto adalah sebesar sebesar

anggarannya

Rp9.684.512.000. Jumlah pengembalian belanja pada tahun tersebut adalah sebesar Rp34.421.500 sebesar sehingga realisasi belanja barang pada tahun 2011 neto menjadi atau mencapai 95,97 persen dari anggarannya.

Rp9.294.217.192

Dibandingkan dengan tahun 2010 terdapat kenaikan realisasi belanja barang neto

42 sebesar Rp1.152.325.857 atau 14,15 persen. Berdasarkan hasil wawancara dengan bendahara pengeluaran, kenaikan belanja barang ini disebabkan karena adanya kenaikan realisasi belanja perjalanan dinas. c. Belanja modal. Realisasi belanja modal pada tahun 2011 bruto adalah sebesar Rp639.553.000 atau mencapai 98,39 persen dari anggarannya sebesar Rp650.000.000. Pada tahun tersebut tidak terdapat pengembalian belanja sehingga realisasi belanja modal pada tahun 2011 neto menjadi sebesar Rp639.553.000. Dibandingkan dengan tahun 2010 terdapat kenaikan realisasi belanja modal neto sebesar Rp100.823.000 atau 18,71 persen.

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan Berdasarkan data dan fakta dalam bab II yang telah diuraikan serta pembahasan terhadap kebijakan akuntansi belanja pada Laporan Keuangan Tahun 2011 di BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara yang telah dijabarkan dalam bab III, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada BPKP Perwakilan Provinsi Sumut, belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). 2. BPKP Perwakilan Provinsi Sumut tidak mencatat jurnal manual untuk anggaran belanja. Pencatatan untuk anggaran belanja diproses secara terkomputerisasi melalui aplikasi RKAKL DIPA. 3. BPKP Perwakilan Provinsi Sumut tidak mencatat jurnal manual untuk realisasi belanja. Pencatatan untuk realisasi belanja diproses secara terkomputerisasi melalui aplikasi SAKPA.
4. BPKP Perwakilan Provinsi Sumut tidak mencatat jurnal manual untuk

pengembalian belanja. Pencatatan untuk pengembalian belanja diproses secara terkomputerisasi melalui aplikasi SAKPA. Pengembalian belanja disebabkan oleh 43

44 kelebihan belanja yang dicantumkan dalam SPM. Pengembalian belanja berasal dari kelebihan belanja pada tahun berjalan maupun tahun sebelumnya. 5. Pada tahun 2011, pengembalian belanja cukup besar yaitu Rp41.167.500 yang berasal dari belanja pegawai dan belanja barang. Pengembalian belanja Tahun 2011 dibandingkan dengan tahun 2010 mengalami peningkatan dimana persentase pengembalian belanja terbesar berasal dari belanja pegawai yaitu sebesar 42.949 persen. Hal ini disebabkan oleh ketidakakuratan perhitungan jumlah belanja yang dicantumkan dalam SPM. 6. BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara menyajikan belanja secara rinci di laporan keuangan. Belanja disajikan di muka laporan keuangan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja sedangkan di Catatan atas Laporan Keuangan, belanja disajikan menurut organisasi, program, dan sumber dana. Hal ini sesuai dengan paragraf 34 PSAP nomor 02. 7. Terkait belanja akrual, BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara mencatatnya sebagai kewajiban dan mengungkapkannya di Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) sesuai dengan Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan nomor Per62/PB 2009. 8. Dibandingkan dengan realisasi tahun 2010 terdapat kenaikan belanja pegawai neto sebesar Rp136.185.100 atau 1,21 persen. Berdasarkan hasil wawancara dengan bendahara pengeluaran, kenaikan belanja pegawai disebabkan karena adanya kenaikan gaji pokok Pegawai Negeri Sipil (PNS). 9. Dibandingkan dengan tahun 2010 terdapat kenaikan realisasi belanja barang neto sebesar Rp1.152.325.857 atau 14,15 persen. Berdasarkan hasil wawancara dengan

45 bendahara pengeluaran, kenaikan belanja barang ini disebabkan karena adanya kenaikan realisasi belanja perjalanan dinas.. 10. Dibandingkan dengan tahun 2010, terdapat kenaikan realisasi belanja modal sebesar Rp100.823.000 atau 18,71 persen. Kenaikan belanja modal ini disebabkan adanya pengadaan barang melebihi pengadaan di tahun anggaran sebelumnya. 11. Laporan Keuangan Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara tahun 2011 telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). B. Saran Di samping simpulan, penulis juga memberikan beberapa saran yang mungkin berguna bagi pihak-pihak terkait khususnya BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara sebagai berikut: 1. Terkait dengan adanya kelebihan belanja, seharusnya BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Utara lebih teliti dan akurat dalam melakukan perhitungan belanja yang akan diajukan ke dalam Surat Perintah Membayar (SPM). Hal ini didasarkan bahwa pengembalian belanja untuk tahun 2011 cukup besar, yaitu sebesar Rp41.167.500 dimana pengembalian belanja tersebut berasal dari belanja pegawai sebesar Rp6.746.000 dan belanja barang sebesar Rp34.421.500. Penulis mengamati bahwa pengembalian belanja tahun 2011 dibandingkan dengan tahun 2010 mengalami peningkatan dimana persentasi peningkatan terbesar terdapat pada belanja pegawai yaitu sebesar 42.949 persen (Rp 6.746.000 - Rp 15.707) dan berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pihak terkait disebutkan bahwa kelebihan belanja ini disebabkan oleh adanya ketidakakuratan perhitungan.

46 2. Perlu adanya penambahan pegawai yang kompeten pada Sub Bagian Keuangan. Hal ini didasarkan pada pengamatan penulis di lapangan bahwa pegawai pada Sub Bagian Keuangan jumlahnya sedikit sementara jumlah pekerjaan cukup banyak. Penulis mengamati bahwa kinerja Sub Bagian Keuangan menjadi kurang maksimal karena terlalu bergantung hanya pada beberapa pegawai.

47

DAFTAR PUSTAKA
Campo, Salvatore Schiavo dan Daniel Tommasi. 1991. Managing Government Expenditure. Manila: Asian Development Bank. Direktorat Jenderal Perbendaharaan. 2010. Modul Sistem Akuntansi Keuangan. Jakarta: Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Perwakilan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Provinsi Sumatera Utara. 2012. Laporan Keuangan Tahun 2011 Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara . Medan. Widjajarso, Bambang, Akhmad Solikin, dan Akhmad Priharianto. 2006. Akuntansi Pemerintahan: Teori dan Praktik. Jakarta: LPKPAP. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. Surat Edaran Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-13/PB/2005 tentang Belanja Barang dan Belanja Modal dalam Perolehan dan Pemeliharaan Barang Milik Negara.

48 Lampiran I Struktur Organisasi BPKP

KEPALA PERWAKILAN

KABAG TU

KASUBBAG PROLAP

KASUBBAG KEPEGAWAIAN

KASUBBAG KEUANGAN

KASUBBAG KEUANGAN

KABID IPP

KABID APD

KABID AN

KABID INVESTIGASI

KELOMPOK JFA

KELOMPOK JFA

KELOMPOK JFA

KELOMPOK JFA

49 Lampiran II Klasifikasi Belanja Menurut Peraturan Perundang-undangan Klasifikasi unit organisasi UU No. 17/2003 organisasi PP No. 24/2005 organisasi PP No. 58/2005 Organisasi (disesuaikan dengan susunan organisasi pemda) Fungsi, terdiri dari:
a) klasifikasi berdasarkan urusan pemerintahan, dan b) klasifikasi fungsi pengelolaan keuangan negara: 10 fungsi (pertahanan tidak termasuk)

Permendagri No. 13/2006 Organisasi

Fungsi

11 fungsi Program Kegiatan

11 Fungsi

Program Kegiatan

Fungsi, terdiri dari: a) Klasifikasi belanja dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan terdiri dari belanja urusan wajib dan belanja urusan pilihan. b) Klasifikasi belanja menurut fungsi pengelolaan keuangan negara (10 fungsi) Program Kegiatan Klasifikasi menurut kelompok belanja terdiri dari: a) belanja langsung b) belanja tdk langsung Kemudian dirinci berdasarkan jenis belanja

Jenis belanja

Jenis belanja

ekonomi (jenis belanja),

Jenis belanja

50 Lampiran III Rincian Realisasi Belanja Pegawai TA 2011

Uraian
Bel. Gaji Pokok PNS Bel. Pembulatan Gaji PNS Bel. Tunj. Suami/Istri PNS Bel. Tunj. Anak PNS Bel. Tunj. Struktural PNS Bel. Tunj. Fungsional PNS Bel. Tunj. PPh PNS Bel. Tunj. Beras PNS Bel. Uang Makan PNS Bel. Tunj. Lain-lain termasuk uang duka PN Bel. Tunjangan Umum PNS Bel. Uang Honor Tidak Tetap Bel. uang lembur Jumlah Belanja Bruto Pengembalian Belanja Jumlah Belanja Neto Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

TA 2011 7,425,356,930 204,136 598,045,599 206,479,696 151,870,000 1,208,100,000 264,534,498 523,575,070 666,780,000 12,852,300 93,025,000 210,482,000 11,361,305,229 6,746,000 11,354,559,229 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

TA 2010 7,044,953,260 171,548 576,316,360 202,695,616 143,210,000 1,302,225,000 210,811,388 496,982,160 696,550,000 10,452,000 109,110,000 424,912,500 11,218,389,832 15,707 11,218,374,125

% Naik/(Turun) 5.40 19.00 3.77 1.87 6.05 (7.23) 25.48 5.35 (4.27) 22.96 (14.74) (50.46) 1.27 1.21

51 Lampiran IV Formulir Jurnal Belanja Akrual


Kementerian Negara / Lembaga Eselon I Wilayah Satuan Kerja Periode/Bulan Keterangan : 089 BPKP : 01 BPKP : 0700 Provinsi Sumatera Utara : 450567 Perw. BPKP Sumatera Utara : 01-12-2011 s.d 31-12-2011 : Pencatatan Biaya Langganan Daya & Jasa Yang Masih Harus Dibayar No. Dokumen Tanggal Tahun Anggaran : : : 201112450567007 31 Desember 2011 2011

Jenis Jurnal Aset : [ ] Kas di Bendahara Penerima [ ] Kas di Bendahara Pengeluaran [] Kewajiban

[ ] Persediaan [ ] Aset Tetap [ ] Aset Lainnya Rupiah 26.415.260,26.415.260,-

No. Urut 1

Debet Kredit Debet Kredit

Kode Perkiraan 311611 211212

Uraian Nama Perkiraan Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek Belanja Barang Yang Masih Harus Dibayar

Dibuat oleh Tanggal

: :

Vonny Siske Manua 31 Desember 2011

Disetujui oleh : Tanggal :

Darmawan 31 Desember 2011

Direkam oleh : Tanggal :

A. Kisworo R. 31 Desember 2011

52 Lampiran V Laporan Realisasi Anggaran TA 2011 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA UTARA LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN ANGGARAN YANG BERAKHIR TANGGAL 31 DESEMBER 2011
31 DESEMBER TAHUN 2011 NO. A A.I URAIAN PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH PENDAPATAN Penerimaan Perpajakan Penerimaan Negara Bukan Pajak TOTAL PENDAPATAN B B.I B.I.1 BELANJA NEGARA BELANJA Rupiah Murni Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Pinjaman dan Hibah Belanja Barang TOTAL BELANJA Catatan ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp) REALISASI DI ATAS (BAWAH) ANGGARAN % REALISASI THD ANGGARAN

0 0 0

0 59,477,921 59,477,921

0 59,477,921 59,477,921

22,258,806,000 11,924,294,000 9,684,512,000 650,000,000

21,295,075,421 11,361,305,229 9,294,217,192 639,553,000

-963,730,579 -562,988,771 -390,294,808 -10,447,000

95.67 95.28 95.97 98.39

B.I.1

22,258,806,000 21,295,075,421 -963,730,579

95.67

53 Lampiran VI: Laporan Realisasi Anggaran TA 2011 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA UTARA LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN ANGGARAN YANG BERAKHIR TANGGAL 31 DESEMBER 2010
31 DESEMBER TAHUN 2010 NO. URAIAN Catatan ANGGARAN REALISASI REALISASI DI ATAS (BAWAH) ANGGARAN % REALISASI THD ANGGARAN

A A.I

PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH PENDAPATAN Penerimaan Perpajakan Penerimaan Negara Bukan Pajak TOTAL PENDAPATAN

0 0 0

0 95,140,717 95,140,717

0 95,140,717 95,140,717

B B.I B.I.1

BELANJA NEGARA BELANJA Rupiah Murni Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Pinjaman dan Hibah Belanja Barang TOTAL BELANJA

20,780,431,000 11,871,732,000 8,258,699,000 650,000,000

19,536,182,910 11,218,374,125 7,779,078,785 538,730,000

-1,244,248,090 -653,357,875 -479,620,215 -111,270,000

94.01 94.50 94.19 82.88

B.I.1

462,834,000

362,812,550

(100,021,450)

78.39

462,834,000 21,243,265,000

362,812,550 19,898,995,460

-100,021,450 -1,344,269,540

78.39 93.67

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS


1. Nama Penulis 2. Tempat, tanggal lahir 3. Alamat 4. Agama 5. Moto Hidup 6. Riwayat Pendidikan a. TK Fajar Medan b. SD Budi Murni-3 Medan c. SMP Budi Murni-3 Medan d. SMA Negeri-1 Medan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Program Diploma III Spesialisasi Akuntansi : August Frans Sebastian Pangaribuan : Medan, 6 Agustus 1990 : Jalan Pelita 1 No. 17 Medan : Kristen Protestan : Jangan pernah menyerah sebelum berusaha :

You might also like