You are on page 1of 17

Tugas Membran

Pengaruh dari Koloid dan Material Organik Terhadap Kinerja Membran pada Bioreaktor Membran untuk Pengolahan Air Limbah

Pengarang : S. Rosenberger, C. Laabs, B. Lesjean, R. Gnirss, G. Amy, M. Jekel, J.-C. Schrotter Diterjemahkan Oleh :
Nurdiyaningsih Musimah Rizky Afriani Siregar 03101403016 03101403032

Universitas Sriwijaya Fakutas Teknik Jurusan Teknik Kimia Kampus Palembang Tahun Ajaran 2013

Pengaruh dari Koloid dan Material Organik Terhadap Kinerja Membran pada Bioreaktor Membran untuk Pengolahan Air Limbah
S. Rosenbergera* C. Laabsb, B. Lesjeanc , R. Gnirssd, G. Amye, M. Jekelb, J.-C. Schrottera a Anjou Recherche, Veolia Water, Chemin de la Digue, B.P. 76, 78603 MaisonsLaffitte Cedex, France b Technische Universita t Berlin, FG Wasserreinhaltung, KF 4, Str. d. 17. Juni 135, 10623 Berlin, Germany c Kompetenzzentrum Wasser Berlin, Cicerostr. 24, 10709 Berlin, Germany d Berliner Wasserbetriebe, Cicerostr. 24, 10709 Berlin, Germany e UNESCO-IHE, Inst. f. Water Education, P.O. Box 3015, 2601 DA Delft, The Netherlands article info Article history: Received 8 March 2004 Received in revised form 12 April 2005 Accepted 20 November 2005 Available online 4 January 2006 Keywords: Membrane bioreactor Fouling Organic substances Solutes SEC Polysaccharides ABSTRACK Dua bioreaktor membran paralel yang bekerja selama lebih dari 2 tahun. keduanya dioptimasi untuk nitrifikasi, denitrifikasi, dan meningkatkan pembersihan fosfor biologis, pengolahan air limbah dibawah kondisi operasi yang sebanding. satu-satunya konstruksi yang berbeda antara kedua reactor adalah posisi dari area denitrifikasi. walaupun kondisinya identik, kedua MBRs menunjukkan perbedaan permeabilitas dan fouling rates. perbedaannya tidak terkait dengan pola denitrifikasi. agar dapat menemukan penjelasan terhadap perbedaan dari kinerja membran, investigasi selama satu tahun telah di mulai dan kinerja membran sebaik dengan rezim operasi dan karakteristik dari sludge aktif

telah dipelajari. konsentrasi MLSS, waktu penyimpanan solid, laju pemuatan, dan flux filtrasi diketahui tidak mempengaruhi perbedaan kinerja dari modul yang direndam. parameter ini identik dengan kedua pilot plants. bahkan, fraksi sludge mempengaruhi fouling dan menyebabkan perbedaan performa membran antara kedua MBR. fraksi ini dianalisa dengan metode spektropotometrik dan size exclusion chromatography (SEC) . pada langkah kedua, asal dari substan ini diteliti. hasil menunjukkan zat mikrobiologis diproduksi seperti polimer ekstraseluler (EPS) atau soluble microbial products (SMP). 1. Introduce Bioreaktor membran (MBR) telah di implementasi pada kota dan industri pengolahan air limbah. dimana proses ini memberikan banyak keuntungan terhadap pengolahan sludge aktif. Pada studi pelucutan fospor biologis dengan perbedaan rezim denitrifikasi, air veolia, franze, dan Berliner wasserbetriebe, germany, dioperasikan oleh dua pilot MBR pada bagian pengolahan air limbah di berlin, jerman . selama dua tahun periode operasi, beberapa perbedaan performa membran antara kedua pilot diamati, yang tidak dapat dikaitkan dengan perbedaan rezim denitrifikasi. Performa membran secara umum tergantung pada interaksi antara membran itu sendiri, sludge aktif, dan kondisi operasi. hal itu bias dipengaruhi oleh : Material membran dan konstruksi modul, kondisi hidrodinamik (flux, perbedaan tekanan transmembran, kecepatan aliran), kondisi operasi(suhu, SRT, HRT, konsentrasi oksigen), karakteristik dari sludge . Sludge terdiri dari partikel (contohnya mikroorganisme), koloid, dan zat terlarut. dampak dari perbedaan fraksi pada fouling di membran di diskusikan pada literature. Beberapa pengarang menyatakan bahwa fraksi solid merupakan dampak terbesar pada fouling. Untuk konsentrasi MLSS yang rendah, lee et al. (2001) dan Shin et al. (2002) menyatakan bahwa menaikkan kemampuan filter dengan meningkatkan konsentrasi MLSS sedangkan Sato dan Ishii (1991) menemukan bahwa dampak negative terjadi ketika konsentrasi MLSS dinaikkan. karakteristik dari fraksi solid seperti ukuran partikel, hidro pobicity sludge, atau

viskositas sludge, dimana telah ditemukan berkaitan dengan konsentrasi dari EPS terhadap floks. Penulis lain menemukan bahwa fraksi organic non-settleable dari sludge aktif merupakan bagian yang penting. berdasarkan dari metode pemisahan yang digunakan, fase liquid yang mengandung solute dan sejumlah koloid. kebanyakan parameter seperti COD, protein, dan polisakarida digunakan untuk mengukur substans pada fase liquid. baik EPS dan SMP merupakan substan hasil produksi dari mikroorganisme yang dihasilkan dalam fase liquid sebagai bagian dari metabolism. Hasil yang diberikan pada literature sulit untuk membandingkan karena tergantung pada banyak kondisi operasi antara MBR dan metode analisis yang dipilih. untuk fase pemisahan seperfi sentrifugasi, sedimentasi, flokulasi, dan filtrasi sering digunakan. Potensi terjadinya fouling ditentukan pada percobaan kondisi batch atau analisis melalui data online dari beberapa modul pada MBR. 2. Materials and Methods 2.1 Pilot Plants Studi ini mengamati dua bioreactor membran parallel yang digunakan untuk mengolah air limbah yang melibatkan proses nitrifikasi, denitrifikasi, dan penghilangan fosfor biologis. pilot ini didirikan untuk mengolah air limbah pada Berlin Ruhleben, dan dioperasikan oleh air Veolia dan Berliner Wasserbetriebe. kedua MBR pilots dilengkapi dengan modul hollow-fibre dari USF Memcor, Australia, dengan ukuran pori 0,1-0,2 m dan sebuah permukaan membran berukuran 9m2. pilot ini mulai beroperasi pada September 2001 dan umur dari sludge bervariasi antara 8 dan 26 d. spesifikasi pilot terdapat pada tabel 1. Satu-satunya perbedaan antara permulaan dan pengoperasian dari kedua pilot selama periode perngoperasian adalah skema denitrifikasinya. Pilot plant 1 (PP1) dioperasikan pada mode pre-denitrifikasi klasik; pilot plant 2 (PP2) dilengkapi dengan dinding post-denitrifikasi dan dioperasikan tanpa adanya tambahan karbon.

Perbedaan antara volume reactor terdapat pada tabel 1.

2.2

Determination of membrane fouling Untuk membandingkan proses filtrasi dari kedua line, data on-line dari

membran yang terendam digunakan Flux jp, perbedaan tekanan trans membran TMP dan temperature T dicatat. resistansi filtrasi total R t dihitung menggunakan model cake layer sederhana dengan temberatur sampai 20 0C untuk menghitungnya :

Terjadinya fouling di pelajari pada pengujian batch menggunakan Amicon 8200 dead-end stirred cells. sel ini memiliki volume 200ml dan area efektif filtrasi membran sebesar 28.7 Cm2. sampel pada sel filtrasi diaduk selama percobaan untuk mengurangi polarisasi konsentrasi dan flux membran dihitung menggunakan silinder volumetric dan stopwatch. semua percobaan dilakukan pada temperature ruangan, dan tekanan konstan 0,3bar. membran sheet baru(VVLP, milipore, hydrophilic PVDF, 0,1m) digunakan pada tiap percobaan. 2.3 Sampling and Pre-treatment Of Samples Untuk menentukan MLSS, sampel diambil dari area yang berbeda pada reactor. data menunjukkan bahwa fouling selalu terjadi terhadap konsentrasi MLSS pada dinding filter. sampel diambil 7 menit setelah membran dicuci untuk mengurangi pengaruh dari backwashing. seminggu sekali, zat organik pada fase liquid dari sludge aktif dianalisa. hal ini dilakukan untuk mengurangi pengaruh dari variasi yang berbeda tiap harinya, sampai selalu diambil pada hari yang sama dan jam yang sama, 7 menit setelah backwash. untuk memisahkan partikel dari fase liquid digunakanlah kertas filtrasi. kertas filtrasi ini telah direndam dengan 200mL dari penyerap sebelum digunakan untuk filtrasi. sampel permeate diambil disaat yang sama ketika sampel supernatant dianalisa tanpa dilakukan pretreatment. 2.4 Photometric Analyses and Eps Extraction Konsentrasi MLSS dianalisa menurut German DIN 38414 bagian 2. Konsentrasi COD dianalisa menggunakan test vial LCK 314 dari DR. Lange (15150mg O2/L). konsentrasi polisakarida dianalisa menurut metode dari Dubois et al(1956). D-glucose-monohydrate digunakan untuk kalibrasi (2-100 mg/L). sampel dianalisa pada 490 nm. 2.5 Size Exclusion Chromatography / LC-OCD SEC dengan UV dan OCD digunakan untuk karakterisasi dari karbon organic pada supernatant dan sample permeate. sistem yang digunakan berupa liquid chromatography (LC)-OCD. Sistem terdiri dari pengecualian ukuran kolom kromatograpi yang digunakan untuk memisahkan molekul organic berdasarkan ukuran molekulnya. Kolom yang digunakan adalah HW-55S. Puncak pertama terdapat pada detector karbon organic pada sekitar 38 menit setelah sampel

diinjeksi, puncak ini adalah polysakarida. Selain polisakarida, protein dan koloid organic juga terdapat pada puncak ini. Kromatogram UV menunjukkan distribusi yang serupa dengan satu pengecualian : polisakarida tidak bisa dideteksi dengan UV karena tidak memiliki batas double yang biasanya digunakan untuk mengabsorbsi cahaya dengan panjang gelombang 254 nm. 3. Result and Discusion 3.1. Fouling Rates In The Parallel MBR and Comparison With Operating Conditions

Untuk kedua pilots MBR,total membran dan resistansi filtrasi digambarkan pada fig.2. ketika perbedaan tekanan trans membran mencapai 20 kPa, modul membran dibersihkan secara kimiawi. kemampuan dari pilot operasi adalah untuk menemukan pembersihan alternative yang strategis untuk desentralisasi contohnya tidak dilakukannya pembersihan maintenance dan penggantian hipoklorit pada 0.5% H2O2. tidak ada pembersihan yang perlu dilakukan untuk 2 bulan pertama pengoperasian, tetapi pada operasi jangka panjang, diperlukannya pembersihan untuk optimasi (fig.2). Performa dari kedua MBR parallel terlihat berbeda: slope dari resistansi membran sangat bervariasi. kebanyakan kinerja dari membran pada PP1 lebih buruk dari kinerja pada PP2. Perbedaan rate fouling antara PP1 dan PP2 tidak bias dijelaskan terhadap kondisi operasional. Kedua garis dimasukkan bersama dengan air baku. aliran

pemuatan berkisar 1,5kg COD/m3/d untuk periode pertama dan 1,6-1,7 kg/m3/d untuk periode kedua. konsentrasi MLSS bervariasi antara 7 dan 14 g/L. 3.2 Activated sludge supernatant and permeate

Dengan menggunakan metode LC-OCD, komposisi dari karbon organic pada sludge aktif supernatant dapat dianalisa (fig.4). Puncak pertama pada kromatogram OC dari supernatant sludge adalah puncak polisakarida. pada puncak ini, terdapat sebagian besar hidropilic dengan berat molekul diatas approx. 120000Da. polisakarida itu sendiri tidak dapat di deteksi dengan UV absorbs pada 254nm. puncak UV bisa terbentuk pada ~40 min dikarenakan adanya absorpsi melalui protein oleh cahaya yang masuk ke koloid. Pada 61 menit setelah injeksi, humic mensubstansi elute dan membentuk puncak kedua. hal ini berarti konsentrasi substan humic ditambah asam organic sebesar 11mgC/L. ketika membandingkan sludge aktif supernatant dengan permeate, fraksi dari substan humic dan molekul kecil muncul hampir identik dalam permeate dan filtrate sludge pada tiap sampel. konsentrasi total DOC pada permeate adalah 12.5 dan 12.6 mgC/L untuk PP1 dan PP2. DOC dari polisakarida pada supernatant diberikan sebanyak 75-80% dari beda total DOC antara sludge supernatant DOC.

dengan 75-80% dari perbedaan DOC dihitung untuk tiap retensi dari puncak polisakarida, fraksi ini penting untuk teris diidentifikasi. konsentrasi polisakarida pada PP1 dan PP2 bervariasai antara 2 dan 17mg/L equivalen glukosa. dua kecenderungan secara umum dapat ditemukan : 1. Konsentrasi PS antara desember 2002 dan may 2003 lebih tinggi dan menunjukkan variasi yang lebih banyak berbeda dibandingkan bulan berikutnya. sekilas, parallel ini untuk mengubah waktu penyimpanan solid dari 8 sampai 15 d tetapi pemeriksaan lebih detil (fig.5b) menunjukkan penurunan konsentrasi dari polisakarida dimulai sebelum perubahan umur sludge. Jumlah dari SMP dipengaruhi oleh waktu penyimpanan sludge, aliran pemuatan organic, dan temperature. dengan menaikkan temperature, SMO akan naik. pada studi saat ini, konsentrasi polisakarida lebih baik kearah evolusi dari temperature sludge dibandingkan dengan waktu penyimpanan sludge. tingginya konsentrasi polisakarida pada temperature rendah dapat di jelaskan dengan tingginya produksi substans dan berkurangnya degradasi dari substans-substans. 2. supernatant pada PP1 pada beberapa kasus menunjukkan adanya konsentrasi polisakarida yang lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi polisakarida pada supernatant PP2.

3.3 Correlation Between Fouling Rate and Polysaccharide Concentrations Pada figure 6 aliran fouling pada kedua pilots ditunjukkan sebagai fungsi dari konsentrasi polisakarida pada sludge aktif supernatant. untuk waktu penyimpanan solid 8 d, terjadi korelasi yang sangat baik antara laju fouling dan konsentrasi polisakarida. korelasi ini tidak terlalu terlihat pada sludge yang berumur 15d. secara umum, penelitian ini menunjukkan bahwa : Tingginya konsentrasi polisakarida pada supernatant sesuai dengan tingginya laju alir fouling, begitupun sebaliknya. Ini menunjukkan kinerja yang berbeda antara PP1 dan PP2, dimana bisa di satukan dengan konsentrasi yang berbeda dari substans organic pada sludge supernatant. konsentrasi PS dan kemungkinan terjadinya fouling pada kedua pilot plants dipengaruhi oleh temperature, situasi tegangan pada mikroorganisme, dan waktu penyimpanan sludge Temperatur yang rendah

dapat mengurangi kinerja membran oleh dua mekanisme : meningkatkan viskositas, dan meningkatkan konsentrasi polisakarida.

3.4. Towards And Understanding Of The Nature Soluble Organic Substances Kekeruhan dari sampel supernatant berada antara 2 dan 9 NTU. sebuah fraksinasi dari sample supernatant menunjukkan bahwa kertas filtrat memfiltrasi 23% dari konsentrasi polisakarida dengan penggunaan 0,45m asetat selulosa filter. sebuah filtrasi lanjutan lebih dari 0,1m filter PESU bisa mereduksi 0,5% lebih banyak. Untuk mengetaui interaksi dari non-settleable material organic dengan material membran digunakanlah trial batch dengan Amicon stirred cells. pada pengujian batch, sampel supernatant menunjukkan tingginya potensial terbentuk fouling. Perbedaan antara penyimpanan dengan clean membran dan dengan membran submerged bekas pada sistem biologis menunjukkan kerumitan dari sistem dan pentingnya interaksi antara filter membran murni dan mikrobiologi.

beberapa mekanisme interaksi antara material membran, substan soluble dan mikrobiologi yang mungkin terjadi : polarisasi konsentrasi mengarahkan pada peningkatan konsentrasi biomassa dan makromolekul organic yang berada dekat dengan membran. pembentukan biofilm pada permukaan membran yang menjadi feed pada makromolekul. interaksi anara solute lain dengan pori-pori membran

Untuk memahami jika senyawa organic yang dianalisis merupakan bagian inflow atau produksi mikrobiologi EPS atau SMP, profil ruang sepanjang pilot plants diukur pada beberapa hari. DRW mewakili air baku dan inflow. M1, M2, dan M3 merupakan mixing points, diambil ke dalam aliran resirkulasi untuk bio-p, denitrifikasi, dan mixing dari dinding filter. pada tiap pengukuran, degradasi terlihat pada area anoxic dan kenaikan pada area aerob. sampel extraksi EPS menunjukkan bahwa puncak polisakarida khusus pada OC, dan puncak yang sesuai pada Kromatogram UV. sampel sludge supernatant menunjukkan pola yang sama dengan kromatogram EPS yang terekstraksi, hanya pada jumlah yang sedikit. 4. Discussion Baik konsentrasi MLSS maupun laju pemuatan bisa dihitung pada kondisi yang berbeda dari kedua instalasi MBR parallel. sebaliknya, konsentrasi polisakarida dan bahan organic non-settleable lain seperti protein dan koloid organik dengan berat molekul >120000Da dan sifat hidrofilik ditemukan berdampak pada fouling dan menyebabkan adanya perbedaan pada kinerja membran antara dua pilot MBR. konsentrasi polisakarida yang tinggi pada sludge supernatant berhubungan dengan aliran fouling yang tinggi. Hal ini bisa ditunjukkan bahwa analisis substan organic telah diproduksi dan didegrasi pada pilots. pada literature, parameter berikut dapat mempengaruhi SMP atau konsentrasi soluble EPS : DOC, SRT, tipe substrat, dan COD:N:P ratio, konsentrasi feed, laju pergerakan organic, temperature, dan tipe reactor. temperature dan tegangan pada mikroorganisme dapat berdampak pada konsentrasi polisakarida pada sludge aktiv supernatants. Untuk operasi dari skala MBR dengan operasi yang telah dipilih, dampak yang memungkinkan dari

temperature terhadap soluble EPS merupakan hal yang special. pada musim dingin, temperature rendah mereduksi kinerja membran ini oleh dua mekanisme : meningkatkan viskositas dan meningkatkan konsentrasi polisakarida. 5. Conclusion Perbedaan pada kinerja membran antara dua MBR pilots yang identik dan dioperasikan secara parallel dibandingkan dengan cara membandingkan karakteristik dari sludge aktif dan rezim operasi pada kedua MBR. hal ini ditunjukkan bahwa konsentrasi dari fase liquid zat organic (polisakarida, protein, dan koloid organic ; disebut fraksi polisakarida) berpengaruh terhadap perbedaan kinerja membran. konsentrasi polisakarida yang tinggi pada sludge supernatant berhubungan terhadap tingginya jumlah fouling pada membran. hal ini juga bisa ditunjukkan bahwa fraksi polisakarida adalah hasil dari asal mikrobiologi (ESP larut, SMP) dan konsentrasinya dipengaruhi oleh temperature, dan kondisi stress dari mikroorganisme. Makalah yang disampaikan membuktikan adanya korelasi antara substan dan filtrasi membran pada skala yang wajar, tetapi interaksi pada permukaan membran masih diperlukan untuk pemahaman tentang proses dan optimasi proses secara berturut-turut.

REFERENCES
Barker, D.J., Stuckey, D.C., 1999. A review of soluble microbial products (SMP) in wastewater treatment systems. Water Res. 33 (14), 30633082. Bouhabila, E.H., Ben Am, R., Buisson, H., 2001. Fouling characterisation in membrane bioreactors. Sep./Purif. Technol. 2223,123132. Bura, R., Cheung, M., Liao, B., Finlayson, J., Lee, B.C., Droppo, I.G., Leppard, G.G., Liss, S.N., 1998. Composition of extracellular polymeric substances in the activated sludge floc matrix. Water Sci. Technol. 37 (45), 325333. Chang, I.-S., Lee, C.-H., 1998. Membrane filtration characteristics in membranecoupled activated sludge systemthe effect of physiological states of activated sludge on membrane fouling. Desalination 120, 221233. Chang, I.-S., Kim, J.-S., Lee, C.-H., 2001. The effects of EPS on membrane fouling in an MBR process. Proceedings MBR 3, 16th May 2001. Cranfield University, England, pp. 1928. Cho, B.D., Fane, A.G., 2002. Fouling transients in nominally subcritical flux operation of a membrane bioreactor. J. Membr. Sci. 209, 391403. Cicek, N., Suidan, M.T., Urbain, V., Manem, J., 1996. Effectiveness of the membrane bioreactor in the biodegradation of high molecular weight compounds. Proceedings WEFTEC 1996. pp. 357368. Cicek, N., Suidan, M., Ginestet, P., Audic, J.-M., 2003. Impact of soluble organic compounds on permeate flux in an aerobic membrane bioreactor. Environ. Technol. 24, 249256. Defrance, L., Jaffrin, M.Y., Gupta, B., Paullier, P., Geaugey, V., 2000. Contribution of various constituents of activated sludge to membrane bioreactor fouling. Bioresour. Technol. 73, 105112.

Dubois, M., Gilles, K.A., Hamilton, J.K., Rebers, P.A., Smith, F., 1956. Colorimetric method for determination of sugars and relateds ubstances. Anal. Chem. 28, 350356. Flemming, H.-C., Leis, A., 2001. Extracellular polymeric substances the constructional material of biofilms. Water Sci. Technol. 43 (6). Frolund, B., Palmgren, R., Keiding, P.H., 1996. Extraction of extracellular polymers from activated sludge using a cation exchange resin. Water Sci. Technol. 30, 215225 Gnirss, R., Lesjean, B., Buisson, H., Adam, C., Kraume, M., 2003. Enhanced biological phosphorus removal with post-denitrification in membrane bioreactors. Proceedings AWWA Membrane Technology Conference, Atlanta. Hong, S.P., Bae, T.H., Tak, T.M., Hong, S., Randall, A., 2002. Fouling control in activated sludge submerged hollow fiber membranebioreactors. Desalination 143, 219228. Huber, S., Frimmel, F., 1991. Flow injection analysis of organic and inorganic carbon in the low ppb range. Anal. Chem. 63, 21222130. Ishiguro, K., Imai, K., Sawada, S., 1994. Effects of biological treatment conditions on permeate flux of UF membrane in a membrane/activatedsludge wastewater treatment system. Desalination 98, 119126. Kim, J.-S., Lee, C.-H., Chang, I.-S., 2001. Effect of pump shear on the performance of a crossflow membrane bioreactor. WaterRes. 35 (9), 2137 2144. Laspidou, C.S., Rittmann, B.E., 2002. A unified theory for extracellular polymeric substances, solublemicrobial products, and active and inert biomass. Water Res. 36, 27112720. Lee, J., Ahn, W.-Y., Lee, C.-H., 2001. Comparison of the filtration characteristics between attached and suspended growth microorganisms in submerged membrane bioreactor. Water Res. 35 (10), 24352445.

Lee, Y., Cho, J., Seo, Y., Lee, J.W., Ahn, K.-H., 2002. Modelling of submerged membrane bioreactor process for wastewater treatment. Desalination 146, 451457. Lee, W., Kang, S., Shin, H., 2003. Sludge characteristics and their contribution to microfiltration in submerged membrane bioreactors. J. Membr. Sci. 216, 217227. Lesjean, B., Gnirss, R., Adam, C., 2002. Process configurations adapted to membrane bioreactors for enhanced biological phosphorus and nitrogen removal. Desalination 149,217224. Lu, S.G., Imai, T., Ukita, M., Sekine, M., Higuchi, T., Fukagawa, M., 2001. A model for membrane bioreactor process based on the oncept of formation and degradation of soluble microbial products. Water Res. 35 (8), 2038 2048. Madaeni, S.S., Fane, A.G., Wiley, D.E., 1999. Factors influencing critical flux in membrane filtration of activated sludge. J. Chem. Technol. Biotechnol. 74, 539543. Nagaoka, H., Ueda, S., Miya, A., 1996. Influence of bacterial extracellular polymers on the membrane separation activated sludge process. Water Sci. Technol. 34 (9), 165172. Ognier, S., Wisniewski, C., Grasmick, A., 2002. Influence of macromolecule adsorption during filtration of a membrane bioreactor mixed liquor suspension. J. Membr. Sci. 209, 2737. Ognier, S., Wisniewski, C., Grasmick, A., 2004. Membrane bioreactor fouling in sub-critical filtration conditions: a local critical flux concept. J. Membr. Sci. 229, 171177. Rosenberger, S., Evenblij, H., te Poele, S., Wintgens, T., Laabs, C., 2005. The importance of liquid phase analyses to understand WATER RESEARCH 40 (2006) 710 720 719 fouling in membrane assisted activated sludge processessix case studies of different European research groups. J. Membr. Sci. 263 (12), 113126.

Sato, S., Ishii, Y., 1991. Effects of activated sludge properties on water flux of ultrafiltration membrane used for human excrement treatment. Water Sci. Technol. 23,16011608. Shin, H.-S., Lee, W.-T., Kang, S.-T., Park, H.-S., Kim, J.-O., 2002. Contribution of solids and soluble materials of sludge to UF behaviorunder starvation. Proceedings IMSTEC 2002, Melbourne, Australia

You might also like