You are on page 1of 4

Agar Tetap Tersenyum di Kala Sakit

Assalamualaikum warahmtullah wabarakatuh. Alhamdulillahirabilalamin, wasala tu wasalam anbiyaiwal mursalin wa ala alihi wa sahbihi ajmain. Amma badu. Ashadualla illa ha illallah, wa ashadu annamuhammadarrasulullah. Allahuma sholingala muhammad, waala ali muhammad. Kama shalaita ngala ibrahim, waali ibrahim. Innaka hamidummajid. Sebelum mengawali pembicaraan kali ini, marilah kita bersama-sama menyanjungkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita sehingga kita bisa berkumpul di tempat ini masih bisa merasakan kenikmatan jasmani dan rohani. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Tidak ada dien kecuali dengan taqwa yaitu taat kepada Allah, melaksanakan perintahperintahNya dan menjauhi laranganNya. Taqwa adalah sebab dipermudahnya segala urusan dien dan dunia serta dibukanya berkah dari langit dan bumi. Allah berfirman, Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. (QS Al Araaf: 96) Taqwa adalah wasiat Allah kepada umat terdahulu dan umat terkemudian. Firman Allah SWT:

"Walaqad wassainal lazina utulkitaba minqablikum waiyakum anit taqullaha " Artinya " Sesungguhnya Kami telah berwasiat (memerintahkan) kepada orangorang yang diberi kitab sebelum kamu dan juga kepada kamu, bertaqwalah kepada Allah." (An Nisa: 131) Manusia tidaklah selalu berada pada kondisi yang fit dan sehat. Hampir setiap manusia pernah mengalami keadaan yang namanya sakit. Karenanya, karunia berupa kesehatan selayaknya menjadikan manusia semakin bersyukur kepada-Nya bukan menjadikan takabur, apalagi menjadi kufur. Sakit, hendakalah tidak dimaknai dengan berbagai macam penafsiran negatif. Sebab hal ini justru akan menggiring kepada perasaan suudzan (buruk sangka) kepada Allah SWT, yang berakibat tidak saja memperlambat kesembuhan tapi juga mengundang kemurkaan-Nya. Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya aku menuruti persangkaan baik para hamba kepadaku. Hendaklah ia berprasangka sekehendaknya. Apabila ia berprasangka baik, maka akan baik, apabila ia berprasangka buruk maka akan buruk pula . (HR.Thabrani). Jika berbaik sangka kepada-Nya, maka Insya Allah segala kesulitan akan menjadi mudah. Rasa sakit yang berat akan terasa lebih ringan. Memang, adakalanya penyakit itu menjadi cobaan, musibah, ataupun adzab. Namun, sebaiknya manusia tidak terburu memandang secara negatif. Hal yang perlu diperhatikan adalah mengambil hikmah dari semua itu. Setiap penyakit, bisa diambil hikmah dan faedahnya untuk memperbaiki kualitas hidup. Agar sakit tidak membuat stres tapi justru membahagiakan, maka kita harus melakukan beberapa langkah; Pertama, Husnudzan (berprasangka baik) pada Allah. Jika kita berprasangka baik kepadaNya, maka Allah SWT pun akan husnudzan kepada kita. Hal ini yang kelak membawa konskuesi positif bagi kesehatan dan di akhirat nanti rahmat-Nya dapat direngkuh. Husnudzan ini merupakan energi untuk memulihkan kondisi si sakit.

... ...

Sebaliknya, bila kita menuduh Allah dengan hal-hal negatif Allah tidak kasihan, kejam dan tidak adil maka rasa sakit itu bisa bertambah parah. Sebab, menurut psikolog, orang sakit yang terus-terusan dihantui perasaan negatif (negative thinking), akan memperkuat penyakitnya dan memperlambat kesembuhan. Kedua, menghambil hikmah dan introspeksi diri. Terkadang, sakit mampu menyadarkan seorang hamba pada hakikat kehidupan. Mengubah manusia menjadi sosok yang kata Rasulullah SAW hamba al-Kayyis (cerdas). Sebagaimana yang perdah disabdakan oleh Rasulullah SAW, hamba yang cerdas adalah adalah hamba yang meletakkan ibadah untuk akhirat menjadi prioritas utama dalam hidupnya. Tak jarang orang jahat atau ahli maksiat berubah menjadi lebih religius setelah ia didera penyakit. Kesadaran ini terbangun setelah ia bisa introspeksi diri. Musibah atau penyakit yang diderita hakikatnya teguran Allah agar seseorang itu kembali kepada Allah. Suatu musibah yang dapat menyadarkan itu jauh lebih baik dari pada kesehatan yang melalaikan. Tentunya, hamba yang mampu menggali hikmah dibalik sakit ini hanyalah hamba yang sabar dalam menghadapi serangan penyakit ini. Tanpa sabar, seseorang tak akan mampu menyibak hikmah dan fadhilah (keutamaan) penyakit yang dideritanya. Ia pun bahkan tidak dapat memperoleh apa-apa. Pahala tidak, kesembuhan pun barangkali bakal lebih lama. Tidaklah semua musibah yang kita pandang buruk, akan buruk pula di sisi Allah SWT. Keburukan di benak manusia belum tentu kejelekan di sisi Allah.


216. diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS Al. Baqarah 216)

Mengambil Hikmah Selain akan membantu penyembuhan dari sisi kesehatan, positive thinking memiliki nilai tak terhingga dari pada sembuh itu sendiri. Sebagian manusia barangkali memandang sakit sebagai sesuatu yang buruk. Tapi bagi manusia beriman, sudut pandang negatif itu tidak mendapat tempat. Sakit, baginya justru merupakan karunia. Inilah yang menyebabkan dia harus tetap tersenyum bahagia, meski sedang sakit. Bagi yang sedang sakit, janganlah bersedih, sebab terdapat pahala yang lumayan besar bagi orang yang tertimpa sakit. Pertama, Pahala dan Ridha Allah mengalir kepada orang yang sakit. Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya besar pahala itu seimbang dengan besarnya musibah. Apabila Allah mencintai suatu kaum, maka ia akan mengujinya. Barangsiapa yang ridha maka dia mendapat keridhaan dan barangsiapa yang benci, maka baginya murka Allah. (HR.Tirmidzi) Menurut hadis di atas, sakit adalah sebuah karunia. Sebab, kondisi itu adalah sebagai bentuk rasa sayang Allah kepada hambanya. Selama sakit jika sabar menerimanya dosanya akan diampuni. Dalam hadis yang lain Rasulullah SAW bersabda: Apabila

seorang hamba sakit atau sedang bepergian, maka pahalanya tetap ditulis seperti ketika ia dalam keadaan sehat atau mukim. (HR. Bukhari). Oleh karenyanya, orang sakit tidak perlu risau pahala ibadahnya berkurang. Seseorang shalat dengan berbaring pada saat sakit pahalanya sama besar dengan shalat orang normal. Allah SWT Maha Adil. Tidak akan membeda-bedakan pahala orang yang ibadahnya tidak normal. Kedua, Sakit merupakan suatu kebaikan. Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang dikehendaki Allah suatu kebaikan, maka Dia akan memberi orang itu cobaan. (HR. Bukhari). Kebenaran sabda beliau sudah sering dibuktikan. Coba kita perhatikan betapa banyak orang yang fasiq, atau ahli maksiat, setelah tertimpa penyakit tertentu ia bertobat kembali ke jalan yang benar. Saat sakit mendera, ia bermuhasabah merenungi kehidupan dan menyadari segala kesalahan. Bahkan banyak pula kisah orang masuk Islam setelah ia sembuh dari penyakit. Ini merupakan kehendak Allah SWT kepada hambanya agar hambanya menjadi orang yang baik. Dalam hal ini sakit menjadi pintu hidayah Allah SWT. Maka seyogyanya, penderita sakit itu tidak stress dan depresi. Sebaliknya, patut disyukuri. Sebab, boleh jadi sakit itu membawanya ke pintu hidayah. Ketiga, Meraih derajat yang tinggi. Dalam hadis dijelaskan bahwasanya cobaan itu dapat mengantar kepada derajat yang tinggi. Ada seorang hamba yang meraih kedudukan mulia di sisi Allah bukan karena amalnya. Allah memberi cobaan dengan sesuatu yang ia tidak sukai hingga ia dapat meraih derajat mulia tersebut. (HR. Abu Yala). Tidak ada orang yang bebas penyakit. Sakit dan musibah adalah ketentuan Allah. Sakit bukan monopoli orang yang dianggap jelek. Semua manusia, para ulama dan Nabi pun mengalaminya.Bahkan para wali dan nabi paling berat cobaanya. Sesungguhnya manusia yang paling berat cobaannya adalah para nabi. Kemudian yang orang setelahnya, orang setelahnya (orang yang derajatnya dibawahnya). (HR. Ahmad). Semakin tinggi derajat seseorang, semakin berat cobaan yang diderita. Seorang mumin yang ditimpa penyakit berat atau cobaan yang pedih tidaklah berarti menjadi pertanda bahwa ia tidak diridhai oleh Allah. Nabi Ayyub pun diberi cobaan yang paling berat. Tapi beliau orang yang tinggi di sisi-Nya. Nabi Ayyub as adalah seorang Nabi yang patut dijadikan teladan bagi orang yang didera penyakit. Nabi Ayyub as adalah Nabi yang kaya raya serba kecupukan dan tubuh yang sehat. Tapi, suatu ketika Allah SWT mengujinya dengan memberi penyakit sehingga kekuatannya hilang. Tidak hanya itu, hartanya pun lambat laun berkurang. Yang lebih menyakitkan lagi istri dan anak-anaknya meninggalkan beliau. Kenyataan ini beliau alamai selama kurang lebih delapan belas tahun. Jadilah beliau seorang yang terhinakan. Namun, bukan maksud Allah SWT merendahkan Nabi-Nya. Derajat dan kedudukan di sisi-Nya bahkan meroket. Sebab beliau betul-betul menerima dengan kesabaran. Karena kesabarannya, Allah SWT mengembalikan semua yang hilang. Kekuatan, kesehatan, harta, istri, anak dan kerabat akhirnya kembali kepada beliau. Belajar dari kisah tersebut, kita sepatutnya menyadari bahwa kasih sayang Allah SWT itu begitu besar. Kasih sayang tidak selalu diwujudkan dalam bentuk harta melimpah, kekuatan dan kesehatan yang prima. Namun, terkadang Allah SWT mewujudkan perhatiannya dalam bentuk sesuatu yang menurut manusia hina yaitu penyakit. Bahkan seringkali Allah malah mengadzab hambanya dengan memberi kekayaan. Dengan kekayaan itu, si hamba terjerumus dalam kubangan maksiat. Sebaliknya betapa

banyak kisah seseorang menjadi lebih salih setelah sembuh dari penyakit. Ini menunjukkan kenikmatan itu bisa menjadi laknat, dan penyakit berubah menjadi rahmat. Maka, hendaklah kita mengingat-ingat perbuatan ketika sehat dahulu. Agar bisa berintrospeksi diri untuk lebih mensyukuri nikmat kesehatan dan menambah semangat untuk bersabar dan sembuh. Sekiranya cukup sekian acara sharing kita hari ini, semoga membawa faedah bagi kita semua. Amin. Allahumagfirlil muslimina wal musliat, walmukminina wal mukminat, alahya iminhum wal amwat. Allahuma innanas aluka salamatan fiddin, walngafiatan fil jasadi, waziyadatan fil ngilmi, wa barokatan fil rizki,wa taubatan qoblal maut, warahmatan ngindal maut, wamaghfiratan badal maut. Wannajata minnanas. Walngafwa ngintalhizab. Robbana latuzikulu bana, badait dzana wahablana milladzungkarahmaatan innaka antal wahab. Robbana atina fiddun ya khazanah, wafilakhirati khazanah, wakina ngazabannar. Wassalamualakum, wr. Wb Aulia Rahmawati Hasanin 20060310108

You might also like