You are on page 1of 4

Morfologi Sarcoptes scabiei adalah tungau yang termasuk famili Sarcoptidae, ordo Acari kelas Arachnida.

Badannya transparan, berbentuk oval, pungggungnya cembung, perutnya rata, dan tidak bermata. Ukurannya,yang betina antara 300-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, antara 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa tungau ini memiliki 4 pasang kaki, 2 pasang merupakan pasangan kaki depan dan 2 pasang lainnya kaki belakang. Pasangan kaki yang pertama berakhir sebagai tabung panjang masing-masing dengan sebuah alat penghisap berbentuk bel dan dengan kuku. Kaki belakang berakhir menjadi bulu keras yang panjang kecuali pasangan kaki ke-4 pada jantan yang mempunyai alat penghisap. Pada permukaan sebelah dorsal terdapat garis-garis yang berjalan transversal yang mempunyai duri, sisik, dan bulu keras. Bagian mulutnya terdiri atas selisera yang bergigi, pdipalpi berbentuk kerucut yang bersegmen tiga dan palp bibir yang menjadi satu dengan hipostoma. Siklus Hidup

Tungau betina setelah dibuahi mencari lokasi yang tepat di permukaan kulit untuk kemudian membentuk terowongan, dengan kecepatan 0,5 mm 5 mm per hari. Terowongan pada kulit dapat sampai ke perbatasan stratum korneum dan stratum

granulosum. Di dalam terowongan ini tungau betina akan tinggal selama hidupnya yaitu kurang lebih 30 hari dan bertelur sebanyak 2-3 butir telur sehari. Telur akan menetas setelah 3-4 hari menjadi larva yang akan keluar ke permukaan kulit untuk kemudian masuk kulit lagi dengan menggali terowongan biasanya sekitar folikel rambut untuk melindungi dirinya dan mendapat makanan. Setelah beberapa hari, menjadi bentuk dewasa melalui bentuk nimfa. Waktu yang diperlukan dari telur hingga bentuk dewasa sekitar 10-14 hari. Tungau jantan mempunyai masa hidup yang lebih pendek dari pada tungau betina, dan mempunyai peran yang kecil pada patogenesis penyakit. Biasanya hanya hidup dipermukaan kulit dan akan mati setelah membuahi tungau betina.

Gejala dan Patologi Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah,iritasi dan rasa gatal pada kulit yang umumnya muncul di sela-sela jari, siku, selangkangan, dan lipatan paha. gejala lain adalah munculnya garis halus yang berwarna kemerahan di bawah kulit yang merupakan terowongan yang digali Sarcoptes betina. Gejala lainnya muncul gelembung berair pada kulit. Lesi primer scabies berupa terowongan yang berisi tungau, telur dan hasil metabolisme. Pada saat menggali terowongan tungau mengeluarkan secret yang dapat melisiskan sratum korneum. Secret dan ekskret menyebabkan sensitisasi sehingga menimbulkan pruritus dan lesi sekunder. Lesi sekunder berupa pakul, vesikel, pustule dan kadang bula. Dapat juga terjadi tersier berupa ekskroriasi, eksematisasi dan pioderma. Tungau hanya terdapat pada lesi primer. Tungau hidup didalam terowongan di tempat predileksi yaitu jari tangan, pergelangan tangan baguian ventral, siku bagian luar, lipatan ketiak depan, umbilicus, gluteus, ekstremitas, genitalia eksterna pada laki - laki dan aerola mammae pada perempuan. Pada bayi dapat menyerang Telapak tangan dan telapak kaki. Pada tempat predileksi dapat ditemukan terowongan berwarna putih abu abu dengan panjang yang bervariasi ratarata 1 mm, berbentuk lurus atau berkelokkelok. Terowongan ditemukan bila belum terdapat infeksi sekunder. Diujung terowongan dapat

ditemukan vesikel atau papul kecil. Terowongan umumnya ditemukan pada penderita kulit putih dan sangat jarang ditemukan pada penderita di Indonesia karena umumnya penderita datang pada stadium lanjut sehingga sudah terjadi infeksi sekunder.

PENCEGAHAN pengendalian dan pengobatan Pencegahan Pencegahan Tungau atau skabies dapat dilakukan dengan berbagai cara:
Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara direbus, handuk,

seprai maupun baju penderita skabies, kemudian menjemurnya hingga kering.


Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama. Mengobati

seluruh

anggota

keluarga,

atau

masyarakat

yang

terinfeksi

untuk

memutuskan rantai penularan. PENGENDALIAN Pengendalian tungau adalah dengan langkah-langkah berikut:
1.

Meminimalkan penggunaan bahan yang disukai Tungau. Tungau debu

paling hobi tinggal di kasur, bantal, dan guling yang berisi kapuk. jika memungkinkan, ganti dengan bahan dakron atau busa. kasur kapuk masih bisa dipakai, asal dibungkus plastik sebelum diberi seprai. Karpet yang menjadi sarang debu nomor satu, sebaiknya tidak digunakan di kamar tidur. untuk lantai, lebih baik pilih yang berbahan ubin, kayu atau vinyl. Boneka dan mainan anakanak banyak yang terbuat dari kain berbulu. minimalkan jumlahnya. jika ada bobeka berbulu, simpan dalam kotak tertutup. hindari tumpukan buku atau perabotan yang juga mengundang debu.
2.

Kondiksikan suhu dan kelembaban ruang. Tungau debu hidup subur di

tempat yang gelap, hangat dan lembab. suhu optinal untuk pertumbuhan tungau debu adalah 255 30 derajat celcius pada kelembaban 70 80 persen. karenanya usahakan kamar tidur dalam kondisi terang dan kering. Cara termudah adalah dengan mengijinkan udara dan sinar matahari masuk lewat jendela atau lubang ventilasi. pertukaran udara dalam ruang mampu

melenyapkan kelembaban, sedangkan sinar matahari memang tidak disukai oleh

tungau debu. Alat pengkondisi udara/AC juga dapat dimanfaatkan untuk mempertahankan kelembaban udara di bawah 35%.B bersihkan kamar tidur secara teratur debu yang menjadi sarang tungau harus dibersihkan setiap hari. gunakan lap basah atau vacuum cleaner. jangan menggunakan kemoceng, karena ini membuat debu bertebaran dan debu hanya berpindah tempat.
3.

Gantilah seprei, sarung bantal dan guling, setidaknya sekali seminggu.

cuci dengan air panas di atas agar tungau debu mati. gorden sebaiknya dicuci setiap 3 bulan sekali. servis AC setiap 6 bulan sekali untuk menghindari bertumpuknya debu di filter.

Pengobatan Preparat sulfur presipitatum 5 10 % efektif terhadap stadium larva, nimfa dan dewasa tetapi tidak membunuh telur. Karena itu pengobatan minimal selama 3 hari agar larva yang menetas dari telurnya dapat pula dimatikan oleh obat tersebut. Gamma benzene heksaklorida efektif untuk semua stadium tetapi tidak dapat digunkan untuk anak dibawah enam tahun karena neurotoksik. Permetrin dalam bentuk krim 5% efektif untuk semua stadium dan relative aman untuk digunakan pada anak-anak. Obat lain yang efektif untuk semua stadium adalah benzyl benzoat 20 55% dan krotamiton, tetapi obat ini relative mahal. Agar pengobatan berhasil baik, factor yang harus diperhatikan adalah jelaskan cara pemakaian obat pada pasien bahwa krim harus dioleskan bukan hanya pada lesi tetapi keseluruh tubuh mulai dari leher hingga ke hari kaki selama 12 jam. Perhatian harus diberikan kepada area intertriginosa termasuk lipatan intergluteal, ibu jari kaki dan subungual. Bila krim terhapus sebelum waktunya, maka krim harus dioleskan lagi. Selain itu obati orang yang kontak dengan penderita dan pada lesi dengan infeksi sekunder berikan antibiotic. Pakaian, seprei dan sarung bantal harus dicuci dan disetrika dengan baik. Kasur, bantal, guling paling sedikit 2 kali seminggu, ventilasi rumah diperbaiki agar cahaya matahari dapat masuk.

You might also like