You are on page 1of 19

LAPORAN KASUS SEORANG PRIA YANG SAKIT DAN HARUS MENJALANI TRANSPLANTASI

KELOMPOK X 030.10.164 M. Agung Pratama Yudha 030.10.165 M. Hafizh Muttaqin 030.10.166 M. Reza Adriyan 030.10.167 Made Ayundari Primarani 030.10.168 Malika 030.10.228 Rachma Tia Wasril 030.10.229 Radian Savani 030.10.231 Ramayani Batjun 030.10.232 Ratu Suci Anggraini 030.10.233 Raysa Angraini 030.10.280 Yelsen Sumalim 030.10.281 Yita Gayatri Willyani 030.10.282 Yosephine Wiranata 030.10.283 Yosha Santoso Putra

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta Senin, 14 Januari 2013

BAB I PENDAHULUAN Pada saat ini dunia kedokteran di indonesia telah memasuki teknologi yang lebih tinggi. Transplantasi organ yang dahulu hanya dapat dilakukan di rumah sakit luar negri, untuk saat ini di indonesia pun sudah dapat dilakukan.misalnya transplantasi kornea, ginjal, dan sumsum tulang. Transplatansi organ atau jarigan tubuh manusia merupakan tindakan medik yang sangat bermanfaat bagi pasien dengan gangguan fungsi organ tubuh yang berat. ini adalah terapi pengganti ( alternatif ) yang merupakan upaya terbaik untuk menolong pasien dengan kegagalan organnya, karena hasilnya lebih memuaskan di bandingkan degan terapi konservatif. Walaupun transplatansi organ atau jaringan itu telah lama dikenal dan terus berkembang dalam dunia kedokteran, namun tindakan medik ini tidak dapat dilakukan begitu saja, karena masih harus mempertimbangkan dari segi non medik, yaitu segi agama, hukum, etika dan moral.

BAB II LAPORAN KASUS

Tuan Karim, 40 tahun, pengusaha swasta yang cukup sukses, tinggal di Purwokerto, Jawa Tengah. Tuan Karim seorang yang sangat taat beragama, dan sangat disiplin menjaga kesehatannya. Sesudah beribadah, setiap hari tuan Karim melakukan olahraga dan minum jamu tradisional untuk menjaga kondisi fisiknya. Ia tidak mengetahui apa kandungan yang ada dalam jamu tradisional tersebut, hanya menurut kata orang, minum jamu tradisional itu baik untuk menjaga kesehatannya. Mengingat usianya yang sudah tidak muda lagi, istrinya menganjurkan tuan Karim untuk memeriksakan kesehatannya pada dokter. Tuan Karim sebenarnya enggan sekali ke dokter karena ia merasa cukup sehat, tapi karena istrinya mendesak terus, akhirnya pergi juga ia memeriksakan kesehatannya ke dokter. Setelah melakukan pemeriksaan dengan cermat, dan didukung oleh hasil pemeriksaan laboratorium, dokter menyatakan bahwa tuan Karim menderita penyakit gagal ginjal yang sudah cukup parah. Mendengar penjelasan dokter, tuan Karim serta merta menolaknya. Ia merasa dirinya sehat, dan kalau toh ada penyakit, itu hanyalah suatu sapaan dan cobaan dari Tuhan saja, yang ia yakini akan hilang saat ibadahnya lebih rajin lagi, bahkan ia menuduh dokternya sudah melampaui kekuasaan Tuhan karena sudah berani menentukan nasib manusia. Menurut keterangan dokter, penyakit tuan Karim adalah gagal ginjal yang sudah cukup parah. Satu-satunya pengobatan yang dapat menyembuhkan hanyalah transplantasi ginjal, itupun kalau ada donor yang cocok. Tuan Karim diberi beberapa pilihan, mau transplantasi di Jakart atau di Beijing yang terkenal banyak donornya. Setelah musyawarah keluarga, akhirnya mendesak tuan Karim agar mau menjalani transplantasi ginjal. Desakan keluarga itulah yang membuat tuan Karim akhirnya menyerah dan mau menjalani transplantasi ginjal. Ia memilih transplantasi di Jkarta, agar bisa ditunggu oleh keluarganya. Tuan Karim sudah menunggu lebih dari enam bulan, tetapi belum ada donor yang mau memberikan ginjalnya. Kondisi tuan Karim semakin memburuk dan harus menjadi hemodialisis (cuci darah), bahkan sekarang sudah harus cuci darah seminggu tiga kali. Dalam kondisi keluarga yang sudah hampir putus asa, mendadak ada seorang bernama pak Kasan yang mendatangi rumah tuan Karim dan bertemu dengan istrinya. Pak Kasan menyatakan bahwa ia punya beberapa orang yang bersedia mendonorkan ginjalnya asalh diberi imbalan

uang untuk keperluan hidup keluarganya. Mengingat kondisi tuan Karim yang makin parah, istrinya langsung menerima tawaran tsb. Dari lima orang donor yang dibawa oleh pak Kasan, hanya satu orang yang cocok. Dihadapan dokter orang tsb menyatakan kalau masih ada hubungan keluarga dengan tuan Karim dan ia rela mendonorkan ginjnalnya buat tuan Karim. Setelah informed-consent ditandatangani dan semua prosedur dipenuhi, maka dilakukanlah operasi transplantasi ginjal dengan hasil yang baik. Tuan Karim dan donornya, saat ini tampak sehat.

BAB III PEMBAHASAN

Setelah melihat dari laporan kasus, ditemukan beberapa masalah yang terjadi pada keadaan tersebut. Berikut daftar masalah beserta penjealasan yang dapat diberikan terkait dengan masalah- masalah tersebut.

Daftar Masalah Sesudah beribadah, setiap hari tuan Karim melakukan olahraga dan minum jamu tradisional untuk menjaga kondisi fisiknya Ia tidak mengetahui apa kandungan yang ada dalam jamu tradisional tersebut Tuan Karim sebenarnya enggan sekali ke dokter karena ia merasa cukup sehat

Penjelasan Tuan karim orang yang taat beragama dan berusaha untuk hidup sehat dengan berolahraga dan minum jamu. Meminum jamu tanpa tau kandungan dan dampak bagi tubuh merupakan hal yang berbahaya bagi tubuh terutama ginjal. Banyak orang awam yang merasa sehat sehingga mereka tidak pernah melakukan general checkup sementara penyakit bisa saja

Dipaksa istri kedokter

asimptomatis Bukan merupakan kesadaran diri untuk memeriksakan diri. Kemungkinan pendidikan

Dokter menyatakan bahwa tuan Karim menderita penyakit gagal ginjal yang sudah cukup parah Ia merasa dirinya sehat, dan kalau toh ada penyakit, itu hanyalah suatu sapaan dan cobaan dari Tuhan saja, yang ia yakini akan hilang saat ibadahnya lebih rajin lagi

tentang kesehatanTuan Karim rendah. Kemungkinan gagal ginjal kronis et causa meminum jamu yang tidak jelas kandungannya setiap hari. Ini bisa dikarenakan ketidakseimbangan antara pengetahuan akhirat dan duniawi. Beliau hanya berdoa tanpa berusaha.

Bahkan ia menuduh dokternya sudah melampaui kekuasaan Tuhan karena sudah berani menentukan nasib manusia Satu-satunya pengobatan yang dapat

Ini merupakan respon awal ketika seseorang dinyatakan mengidap penyakit parah yaitu fase penolakan. Ini merupakan pilihan terapi terakhir untuk

menyembuhkan hanyalah transplantasi ginjal, tuan karim yang sudah mengidap gagal ginjal itupun kalau ada donor yang cocok yang cukup parah. Ia memilih transplantasi di Jakarta, agar bisa Untuk mendapatkan donor ginjal walaupun ditunggu oleh keluarganya. Itupun setelah di Jakarta tidaklah mudah. Karena banyak didesak keluarganya ketentuan dan prosedur yang harus dipenuhi. Tuan Karim sudah menunggu lebih dari enam Kondisi Tuan Karim semakin parah karena bulan, tetapi belum ada donor yang mau belum mendapatkan donor. memberikan ginjalnya Mendadak ada seorang bernama pak Kasan Walaupun mendapatkan ginjal yang cocok ini yang mendatangi rumah tuan Karim dan melanggar etika dan hukum kedokteran. bertemu dengan istrinya. Pak Kasan Dimana salah satu etika kedokteran yaitu

menyatakan bahwa ia punya beberapa orang otonomi menjelaskan bahwa donor ginjal yang bersedia mendonorkan ginjalnya asalh haruslah berdasarkan keikhlasan niat untuk diberi imbalan uang untuk keperluan hidup menolong bukan komersil. keluarganya. Mengingat kondisi tuan Karim yang makin Istri dan keluarganya tidak memiliki pilihan parah, istrinya langsung menerima tawaran lain. tsb Dihadapan dokter orang tsb menyatakan Ini melanggar hukum karena melakukan kalau masih ada hubungan keluarga dengan penipuan demi mendapatkan izin melakukan tuan Karim dan ia rela mendonorkan donor. ginjalnya buat tuan Karim. Setelah informed-consent ditandatangani dan Dokter operator tidak mengetahui penipuan semua prosedur dipenuhi, maka dilakukanlah yang dilakukan pasien. Dan melakukan operasi transplantasi ginjal dengan hasil yang sesuai prosedur dengan adanya informed-

baik. Tuan Karim dan donornya, saat ini consent tampak sehat. Jual beli organ merupakan hal yang sebenarnya banyak terjadi di masyarakat. Hal ini muncul karena tingginya tingkat kebutuhan transplantasi organ namun hanya sedikit yang tersedia atau mau menyumbangkan organnya dengan sukarela. Selain itu tingginya angka kemiskinan di negara ini juga menjadi salah satu penyebabnya. Upaya dalam memberantas sindikat jual beli organ manusia Berpedoman pada UU no 21 tahun 2007 tentang Pemberantasa Tindak Pidana Perdagangan Orang (PTPPO) Memperluas sosialisasi UU no 27 tahun 2007 tentang PTPPO Penegasan pasal 64 ayat (3) UU no 36 tahun 2009, yang menyebutkan organ dan atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun Sosialisasi tentang acaman pidana bagi pelaku penjualan organ yang di atur pada pasal 192 UU no 36 tahun 2009 Penyadaran masyarakat untuk memberantas sindikat jual beli organ melalui sosialisasi berbagai kalangan Memperluas peluang kerja melalui keterampilan kewirausahaan, pemberdayaan ekonomi untuk meningkatkan tingkat perekonomian rakyat Peningkatan partisipasi pendidikan anak baik formal maupun informal agar terbentuk akhlak yang baik Mensosialisasikan dampak/efek samping yang akan terjadi pasca operasi Pengusutan tuntas apabila ditemukan kasus jual beli organ

BAB IV TINJAUAN PUSTAKA Dalam menghadapi penyakit yang parah atau mengancam jiwa, ada 4 fase yang dialami pasien setelah mendengar atau mengetahui tentang penyakit yang diderita. Dan fase- fase tersebut sangat umum dialami bagi oleh pasien- pasien dengan penyakit yang parah. Empat fase tersebut adalah : fase marah : bisa marah kepada Tuhan maupun kepada dokter yang menyampaikan. fase menawar : pasien mencoba untuk mencari- cari kemungkinan bahwa penyakitnya ini lebih ringan fase depresi : pasien mengalami kesedihan mendalam atas penyakitnya, serta merasa putus asa fase menyerah : pasien akhirnya menerima bahwa dirinya mengidap penyakit tersebut

Transplantasi Ginjal Transplantasi ginjal atau dikenal dengan sebutan cangkok ginjal adalah suatu tindakan memindahkan ginjal dari satu individu ke individu lainnya. Transplantasi ginjal dibagi menjadi dua yaitu cadaveric-donor (donor ginjal dari individu yang telah meninggal) DAN living-donor (donor ginjal dari individu yang masih hidup). Living-donor dibagi lagi menjadi dua yaitu related (donor ginjal dan resipien ginjal memiliki hubungan kekerabatan) dan non-related (donor dan resipien tidak memiliki hubungan kekerabatan). Indikasi dilakukannya transplantasi ginjal adalah pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir (end-stage renal disease). Beberapa faktor penyebab terjadinya penyakit ginjal tahap akhir adalah hipertensi, infeksi, kencing manis (diabetes mellitus), kelainan bentuk dan fungsi ginjal bawaan, dan kondisi autoimun seperti lupus. Transplantasi ginjal harus melewati beberapa persyaratan, seperti usia (seseorang harus berada pada rentang usia tertentu untuk masuk ke dalam waiting-list transplantasi ginjal) dan kesehatan pasien (penyakit jantung atau paru yang amat parah biasanya tidak disarankan untuk menjalani transplantasi ginjal). Pasien dengan HIV juga tidak disarankan untuk menjalani transplantasi ginjal.

Persentase transplantasi ginjal dari donor hidup saat ini terus meningkat. Donor hidup harus melewati serangkaian tes dan evaluasi secara fisik dan psikis sebelum mendonorkan ginjalnya. Pada beberapa negara berkembang biasanya ditemukan orang yang menjual ginjalnya. Operasi transplantasi ginjal biasanya memakan waktu 5 jam. Ginjal yang telah diangkat dari tubuh donor akan diletakkan pada rongga perut bagian bawah tubuh resipien dan pembuluh darahnya akan disambungkan ke pembuluh darah pada tubuh resipien, selanjutnya ureter dari ginjal donor akan disambung ke kantung kemih resipien. Biasanya ginjal yang telah dicangkok-kan ini akan memproduksi urin dengan segera. Pasien yang telah menjalani transplantasi ginjal (resipien) biasanya akan membutuhkan obat imunosupresan (penekan sistem imun) sepanjang hidupnya untuk mencegah terjadinya reaksi penolakan tubuh terhadap ginjal yang telah di-cangkok. Beberapa komplikasi setelah dilakukannya transplantasi ginjal adalah: Transplant rejection (reaksi penolakan tubuh terhadap ginjal yang telah di-

cangkok) Infeksi, karena mengonsumsi obat-obatan imunosupresan yang dibutuhkan untuk

mencegah reaksi rejection. Post-transplant lymphoproliferative disorders (suatu tumor limfe karena

imunosupresan) Ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh

Pasien dengan transplantasi ginjal biasanya akan hidup lebih lama dibandingkan pasien dengan cuci darah (hemodialysis). Pasien dengan transplantasi ginjal umumnya akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan dengan pasien dengan cuci darah saja.

Aspek hukum transplantasi organ Tranplantasi organ di Indonesia sebenarnya telah diatur dalam undang- undang maupun peraturan- peraturan lainnya seperti:

Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 pasal 1

Transplantasi adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk menggantikan organ dan atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 18 tahun 1981, tentang bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis serta transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia a. bahwa dalam pengembangan usaha kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, perlu adanya pelbagai upaya agar usaha tersebut diatas diselenggarakan dengan baik, antara lain dengan kegiatan melakukan bedah mayat anatomis serta transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia yang bertujuan untuk keselamatan umat manusia maupun meningkatkan ilmu kesehatan dan kedokteran pada umumnya; b. bahwa untuk melaksanakan maksud tersebut pada huruf a diatas, perlu diadakan ketentuan-ketentuan tentang bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis serta transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 33 UU Kesehatan organ dan atau jaringan tubuh, transfusi darah, implan obat dan atau alat kesehatan, serta bedah plastik dan rekonstruksi. (2) Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh serta transfusi darah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk tujuan komersial. Pasal 34 UU Kesehatan kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di sarana kesehatan tertentu.

(1) Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan transplantasi

(1) Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga

(2) Pengambilan organ dan jaringan organ tubuh dari seorang donor harus memperhatikan kesehatan donor ybs dan ada persetujuan donor dan ahli waris atau keluarganya. (3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi sebagaimana yang dimaksud ayat (1) dan (2) ditetapkan dengan PP. Pasal 80 UU Kesehatan pelaksanaan transplantasi organ tubuh dan atau jaringan atau transfusi darah sebagaimana dimaksud dalam pasal 33 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan pidana denda paling banyak tiga ratus juta rupiah. Pasal 81 UU Kesehatan a. melakukan transplantasi organ dan atau jaringan tubuh (Pasal 34) dipidana dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun dan atau pidana denda paling banyak seratus empat puluh juta rupiah. (2) Barang siapa dengan sengaja: a. mengambil organ dari seorang donor tanpa memperhatikan kesehatan donor dan atau tanpa persetujuan donor dan ahli waris atau keluarganya (Pasal 34) dipidana dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun dan atau denda paling banyak seratus empat puluh juta rupiah. Bioetika Dari sudut pandang bioetika, transplantasi organ dari donor hidup wajib memenuhi 4 persyaratan yang merupakan prinsip etika kedokteran, yaitu : 1. Resiko yang dihadapi oleh donor harus proporsional dengan manfaat yang didatangkan oleh tindakan tersebut atas diri penerima (prinsip justice) 2. Pengangkatan organ tubuh tidak boleh mengganggu secara serius kesehatan donor atau fungsi tubuhnya (prinsip non-maleficence) 3. Tujuannya adalah berbuat baik, dimana manfaat yang ada lebih besar dari sisi buruknya (prinsip beneficence)

(3)Barang siapa dengan sengaja melakukan perbuatan dengan tujuan komersial dalam

(1) Barang siapa yang tanpa keahlian dan kewenangan dengan sengaja:

4. Donor wajib memutuskan dengan penuh kesadaram dan bebas, dengan mengetahui resiko yang mungkin terjadi (prinsip otonom) Syarat pelaksanaan transplantasi Pada transplantasi organ yang melibatkan donor organ hidup, pengambilan organ dari donor harus memperhatikan kesehatan donor yang bersangkutan. Pengambilan organ baru dapat dilakukan jika donor telah diberitahu tentang resiko operasi, dan atas dasar pemahaman yang benar tadi donor dan ahli watis atau keluarganya secara sukarela menyatakan persetujuannya (pasal 32 ayat 2 UU No. 23/1992) Syarat dilaksanakannya transplantasi adalah: 1. Keamanan: tindakan operasi harus aman bagi donor maupun penerima organ. Secara umum keamanan tergantung dari keahlian tenaga kesehatan, kelengkapan sarana dan alat kesehatan 2. Voluntarisme: transplantasi dari donor hidup maupun mati hanya bisa dilakukan jika telah ada persetujuan dari donot dan ahli waris atau keluarganya (pasal 34 ayat 2 UU No. 23/1992). Sebelum meminta persetujuan dari donor dan ahli waris atau keluarganya, dokter wajib memberitahu resiko tindakan transplantasi tersebut kepada donor (pasal 15 PP 18/1981). Penyakit dan transplantasi organ dinilai dari sudut pandang agama Budha Penyakit bukan kutukan Tuhan

Sakit merupakan fenomena alami, bagian dari penderitaan hidup di dunia ini. Kelahiran, menjadi tua, terkena penyakit dan kematian adalah satu paket yang tidak terpisahkan. Seperti juga kesedihan, keluh-kesah, kesengsaraaan, ketidaksenangan dan keputusasaan, berkumpul dengan yang tidak disenangi, berpisah dengan yang disenangi, tidak memperoleh apa yang diinginkan, semuanya akan dialami di dunia ini. Itulah yang Kebenaran Mulia tentang duka (S.V, 421). Transplantasi Organ

Dalam pengertian Budhis, seorang terlahir kembali dengan badan yang baru. Oleh karena itu, pastilah organ tubuh yang telah didonorkan pada kehidupan yang lampau tidak lagi berhubungan dengan tubuh dalam kehidupan yang sekarang. Artinya, orang yang telah mendanakan anggota tubuh tertentu tetap akan terlahir kembali dengan organ tubuh yang

lengkap dan normal. Ia yang telah berdonor kornea mata misalnya, tetap akan terlahir dengan mata normal, tidak buta. Malahan, karena donor adalah salah satu bentuk kamma baik, ketika seseorang berdana kornea mata, dipercaya dalam kelahiran yang berikutnya, ia akan mempunyai mata lebih indah dan sehat dari pada mata yang ia miliki dalam kehidupan saat ini. Dalam Vesantara Jataka 539, Sang Buddha bersabda bahwa dalam Kelahiran Beliau sebagai Bodhisatta Vesantara, Beliau telah menyatakan sebagai berikut, Segala sesuatu yang telah kuberikan kepada orang lain itu sebenarnya berasal dari orang lain, dan ini tidak membuat aku menjadi puas. Aku ingin berdana sesuatu yang betul-betul berasal dari pribadiku sendiri, karena itu jika seseorang menginginkan jantungku, akan kubuka rongga dadaku dan kuberikan jantungku kepadanya. Jika yang diinginkan adalah kulit serta daging dari badanku, maka akan kucabik-cabik semua kulit dan daging dari badanku dan akan kuberikan kepadanya.

Penyakit dan transplantasi organ dari sudut pandang agama Kristen Penyebab penyakit itu sendiri terdiri dari dua hal, yaitu: a. Kehendak Allah Penyakit disebabkan karena ada kehendak Allah melalui penyakit tersebut. Kehendak Allah bisa dibagi menjadi dua: 1. Allah Ingin Mengajar Umat-Nya (2Sam. 24:15; 2Kor. 12:7-9) Allah memberikan penyakit bertujuan ingin mengajar dan mendidik umat-Nya agar umat-Nya bertobat, makin setia kepada-Nya, dan tidak membanggakan diri. Dari PL, kita belajar hal ini ketika Ia menimpakan penyakit sampar kepada bangsa Israel akibat ulah Daud yang menghitung jumlah seluruh orang Israel (2Sam. 24:15). Tentu, Allah yang menimpakan penyakit ini bukan Allah yang ingin membinasakan umat Israel, karena di ayat 16, Alkitab berkata bahwa Allah menyesal atas apa yang telah dilakukan-Nya. Tentu ayat ini harus dimengerti dari perspektif manusia, bukan dari perspektif Allah. Hukuman Allah yang bersifat mendidik ini mengakibatkan Daud menyadari dosanya dan bertobat (ay. 17). Di dalam PB, kita melihat sosok Paulus yang diberikan penyakit oleh Allah untuk mendidiknya agar tidak membanggakan diri. Jadi, barangsiapa yang mengatakan bahwa anak-anak Tuhan tidak mungkin sakit

adalah pengajaran yang tidak bertanggung jawab, karena Paulus yang begitu cinta Tuhan pun juga pernah sakit. 2. Allah Ingin Menghukum Mereka yang Melawan Kehendak-Nya (Kel. 9:8-12; 2Taw. 21:18; Yer. 21:6) Allah yang mendidik umat-Nya juga adalah Allah yang menghukum dalam pengertian membinasakan mereka yang melawan-Nya melalui penyakit. Misalnya, Allah menimpakan penyakit barah kepada semua rakyat Mesir dan binatangnya (Kel. 9:812). Allah yang sama juga memberikan penyakit usus yang tidak dapat sembuh kepada raja Yoram (2Taw. 21:18) dan penyakit sampar kepada raja Zedekia (Yer. 21:6). Mayoritas kasus penyakit di PL merupakan bentuk hukuman Allah yang membinasakan bagi mereka yang melawan-Nya. b. Tidak Menjaga Kesehatan Selain karena kehendak Allah, seseorang sakit jelas karena ia tidak menjaga kesehatan, misalnya terlalu banyak mengonsumsi makanan berlemak yang mengakibatkan kolesterol atau terlalu bekerja keras hingga kurang istirahat yang mengakibatkan keletihan dan akhirnya sakit. Dengan kata lain, jangan terlalu gegabah mencap orang yang sakit sebagai orang yang tidak cinta Tuhan atau berdosa kepada-Nya, karena mungkin sekali orang itu sakit dikarenakan kurang menjaga kesehatan. Pada umumnya Gereja memperkenankan transplantasi organ tubuh, adalah Injil Kehidupan, menurut pandangan Iman Kristen transplantasi organ merupakan salah satu bentuk perbuatan yang terpuji karena dapat membantu orang yang kesehatan tubuhnya terganggu atau sakit dan juga ingin menyelamatkan jiwa seseorang. Apabila donor organ tubuh adalah seorang yang telah meninggal dunia, maka tidak timbul masalah normal. Seorang yang mungkin berkehendak untuk mendonorkan tubuhnya dan memperuntukkannya bagi tujuan-tujuan yang berguna, yang secara moral tidak bercela dan bahkan luhur dan punya keinginan untuk menolong orang yang sakit dan menderita maka keputusan ini tidak dikutuk melainkan dibenarkan. Kaitan transplantasi organ menurut Firman Tuhan : Kejadian 2 : 21 22 , lalu Tuhan Allah membuat manusia itu tidur nyenyak, ketika ia tidur, Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging.

Penyakit dan transplantasi organ dilihat dari sudut pandang agama Katolik Yang hendak disoroti di sini bukan rasa sakit tetapi manusia yang sakit. Manusia yang sakit merupakan konsekuensi logis manusia sebagai makhluk yang memiliki tubuh. Tubuh menyebabkan manusia terbatas oleh ruang dan waktu. Yang menyebabkan manusia sakit adalah manusia itu sendiri, karena kelalaian manusia menjaga tubuh. Pandangan tersebut dilandasi oleh pemahaman orang katolik tentang eksistensi Allah atau Tuhan sebagai mahabaik. Pandangan yang demikian merupakan analogi entis. Oleh karena itu segala sesuatu yang tidak baik tidak berasal dari Allah. Selain itu muncul pertanyaan mengapa ada orang yang sakit parah. Kondisi dimana penyakitnya sukar disembuhkan. Dengan tegas dapat dijawab karena keadaan sakitnya lebih kuat daripada kemampuan fisik si pasien. Dan orang yang terus-menerus menderita sakit parah dipandang oleh gereja katolik sebagai MISTERI. Bahwa orang yang terus-menerus menderita sakit parah tidak bisa dimengerti sebagai kutukan dari Tuhan. Menilai tentang transplantasi organ, pertama-tama perlu dibedakan antara transplantasi organ tubuh (termasuk jaringan) dari seorang yang telah meninggal dunia kepada seorang yang masih hidup dibandingkan transplantasi organ tubuh dari seorang yang masih hidup kepada orang yang masih hidup. Dalam hal donor organ tubuh adalah seorang yang telah meninggal dunia maka tidak menimbulkan masalah moral. Paus Pius XII mengajarkan, seorang mungkin berkehendak untuk mendonorkan organ tubuhnya dan untuk tujuan yang bermanfaat, yang secara moral tidak tercela bahkan luhur, antara lain untuk menolong orang sakit dan menderita Patut dicatat bahwa pendonor wajib memberikan persetujuannya dengan bebas dan dengan penuh kesadaran sebelum ia meninggal atau keluarga terdekat wajib melakukannya saat kematiannya. Transplantasi juga hendaknya dilakukan dengan ikhlas dan jual-beli organ jelas suatu perbuatan yang tidak luhur. Paus Yohanes Paulus II juga menegaskan, setiap transplantasi organ tubuh bersumber dari suatu keputusan yang bernilai luhur: yakni keputusan untuk memberi satu bagian tubuhnya sendiri tanpa imbalan demi kesehatan dan kebaikan orang lain. Disinilah tepatnya terletak keluhuran tindakan ini

Penyakit dan transplantasi organ dari sudut pandang agama Hindu Ada tiga sifat pada alam mikro (tubuh manusia) dan makro (alam semesta) yang disebut trisoda. Tridosa terdiri dari vatta (angin), pitta (panas), serta kapha (air). Ketidakseimbangan dari ketiga unsur tersebutlah yang dapat menimbulkan penyakit dalam diri manusia. Adapun tridosa tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor seperti waktu, waktu setiap hari, waktu antariksa, musim, umur, rutinitas, makanan, rasa makanan, suhu, makan, serta makan dan pikiran. Menurut kitab Bhagawad Gita IV sloka 28 ada disebutkan tentang Dravyayanya yang berarti kepunyaan atau hak milik termasuk kekayaan dan dirinya sendiri. Dimana kepunyaan atau dirinya sendiri dapat dijadikan korban untuk kesejahteraan makhluk lain asalkan dilandasi dengan kesadaran dan tidak dapat dipaksakan. Dalam kitab Sarasamuscaya sloka 175 pun disebutkan maka tindakan orang yang tinggi pengetahuannya, tidak sayang merelakan kekayaannya, nyawanya sekalipun, jika untuk kesejahteraan umum; tahulah Beliau akan maut pasti datang dan tidak adanya sesuatu yang kekal oleh karena itu adalah lebih baik berkorban demi untuk kesejahteraan umum. Masih banyak lagi sloka- sloka yang dapat dijadikan pedoman dalam kasus transplantasi organ, namun dari kesemua sloka tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa transplantasi organ diperkenankan asal dilakukan dengan kesadaran dan tanpa paksaan. Penyakit dan transplantasi organ dari sudut pandang agama Islam Keutamaan sakit menurut islam
1. Menghapus Dosa, Tiada seorang mumin yang rasa sakit, kelelahan (kepayahan), diserang penyaki tatau kesedihan (kesusahan) sampai duri yang menusuk (tubuhnya) kecuali dengan itu Allah menghapus dosadosanya (HR. Bukhari). 2. Tetap Mendapatkan Pahala Dari Amal Kebaikan Yang Biasa Dilakukannya Diwaktu Sehat Apabila seorang hamba sakit sedang dia biasa melakukan suatu kebaikan, maka Allah berfirman kepada malaikat: Catatlah bagi hamba-Ku pahala seperti yang biasa ialakukan ketika sehat. (HR. Abu Hanifah).

3. Memperoleh Pahala Kebaikan Tiada seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, kecuali Allah mencatat baginya kebaikan dan menghapus darinya dosa. (HR. Bukhari). 4. Memperoleh Derajat Yang Tinggi di Sisi Allah SWT Seorang hamba memiliki suatu derajat di surga. Ketika dia tidak dapat mencapainya dengan amalamal kebaikannya, maka Allah menguji dan mencobanya agar dia dapat mencapai derajat itu. (HR. Thabrani) 5. Memperoleh Ganjaran Berupa Surga Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan membutakan kedua matanya dan dia bersabar, maka Aku ganti kedua matanya itu dengan surga. (HR. Ahmad).

Didalam syariat Islam terdapat 3 macam hukum mengenai transplantasi organ dan donor organ ditinjau dari keadaan si pendonor. Adapun ketiga hukum tersebut, yaitu :

Pertama, apabila pencangkokan tersebut dilakukan, di mana donor dalam keadaan sehat wal afiat : Firman Allah dalam surat Al-Baqaroah: 195 Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu ke dalam kebinasaan Dalam kasus ini, orang yang menyumbangkan sebuah mata atau ginjalnya kepada orang lain yang buta atau tidak mempunyai ginjal, ia (mungkin) akan menghadapi resiko sewaktu-waktu mengalami tidak normalnya atau tidak berfungsinya mata atau ginjalnya yang tinggal sebuah itu. 2. Kaidah Hukum Islam: Bahaya tidak boleh dihilangkan dengan bahaya lainnya. Dalam kasus ini bahaya yang mengancam seorang resipien tidak boleh diatasi dengan cara membuat bahaya dari orang lain, yakni pendonor.Diberikan kepada dan demi kemaslahatan orang lain, yakni resipien.

Kedua, apabila transplantasi dilakukan terhadap donor yang dalam keadaan sakit (koma) atau hampir meninggal, maka hukum Islam pun tidak membolehkan , Hadits Rasulullah: Dalam kasus ini adalah membuat madaharat pada diri orang lain, yakni pendonor yang dalam keadaan sakit (koma). Ketiga, apabila pencangkokan dilakukan ketika pendonor telah meninggal, baik secara medis maupun yuridis, maka menurut hukum Islam ada yang membolehkan dan ada yang mengharamkan 1. Al-Quran Surat Al-Baqarah 195 di atas. Ayat tersebut secara analogis dapat difahami, bahwa Islam tidak membenarkan pula orang membiarkan dirinya dalam keadaan bahaya atau tidak berfungsi organ tubuhnya yang sangat vital, tanpa ada usaha-usaha penyembuhan termasuk pencangkokan di dalamnya. 2. Surat Al-Maidah: 32. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah ia memelihara kehidupan manusia seluruhnya. 3. Hadits Berobatlah wahai hamba Allah, karen sesungguhnya Allah tidak meletakkan penyakit kecuali Dia meletakkan jua obatnya, kecuali satu penyakit yang tidak ada obatnya, yaitu penyakit tua.

BAB V KESIMPULAN Transplatansi organ atau jarigan tubuh manusia merupakan tindakan medik yang sangat bermanfaat bagi pasien dengan gangguan fungsi organ tubuh yang berat. Tindakan medis ini masih harus mempertimbangkan dari segi non medik, yaitu segi agama, hukum, etika dan moral.Dalam aspek hukum di atur dalam Pasal 33 UU Kesehatan dimana transplantasi organ hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk tujuan komersial , Dari sudut pandang bioetika, transplantasi organ dari donor hidup wajib memenuhi 4 persyaratan yang merupakan prinsip etika kedokteran sedangkan dari segi agama budha transplantasi organ adalah salah satu bentuk kamma baik karna dalam pengertian Budhis, seorang terlahir kembali dengan badan yang baru, dalam agama katolik Transplantasi juga hendaknya dilakukan dengan ikhlas dan jual-beli organ jelas suatu perbuatan yang tidak luhur , menurut pandangan Iman Kristen transplantasi organ merupakan salah satu bentuk perbuatan yang terpuji karena dapat membantu orang yang kesehatan tubuhnya terganggu atau sakit dan juga ingin menyelamatkan jiwa seseorang , Menurut agama Hindu pada kitab Bhagawad Gita IV sloka 28 ada disebutkan tentang Dravyayanya bahwa transplantasi organ diperkenankan asal dilakukan dengan kesadaran dan tanpa paksaan . Al-Quran Surat Al-Baqarah 195 bahwa Islam tidak membenarkan pula orang membiarkan dirinya dalam keadaan bahaya atau tidak berfungsi organ tubuhnya yang sangat vital, tanpa ada usaha-usaha penyembuhan termasuk pencangkokan di dalamnya.

You might also like