You are on page 1of 5

Term of Reference (TOR) KAJIAN ATAS TOPIK-TOPIK AKUNTANSI TERKINI DALAM RANGKA KONVERGENSI IFRS 2012

Latar Belakang International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan kesepakatan global standar akuntansi yang didukung lebih dari 100 negara dan badan-badan internasional di dunia. Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 23 Desember 2008 telah mencanangkan konvergensi PSAK ke IFRS secara penuh pada tahun 2012. Demikian juga dengan kesepakatan G-20 di Pittsburg pada tanggal 24-25 September 2009 yang diantaranya menyatakan bahwa Otoritas yang mengawasi
peraturan akuntansi internasional harus meningkatkan standar global pada Juni 2011 untuk mengurangi kesenjangan peraturan di antara negara-negara anggota G-20.

Mulai tahun 2009, DSAK-IAI mempunyai program kerja yang cukup padat terkait dengan proses konvergensi ini sampai dengan tahun 2011. Ditargetkan bahwa pada tahun 2012, seluruh PSAK tidak memiliki beda material dengan IFRS yang berlaku per 1 Januari 2009. Setelah tahun 2012, akan terus dilakukan update secara terus-menerus atas PSAK jika ada perubahan pada IFRS yang terkait. Bukan hanya mengaodpsi IFRS yang sudah terbit, DSAK-IAI juga bertekad untuk berperan aktif dalam pengembangan standar Akuntansi dunia. Dalam menjalankan hal tersebut, DSAK aktif di dalam Asian-Oceanian Standard Setters Group (AOSSG). Di dalam konferensi AOSSG yang pertama tanggal 4-5 November 2009 di Kuala Lumpur, DSAK-IAI telah bersedia ikut serta berperan aktif dalam diskusi kelompok untuk topik-topik sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Pendapatan (Revenue); Konsolidasi (Consolidation); Sewa (Leasing); Kontrak Asuransi. Laporan keuangan untuk pembiayaan shariah (Financial Reporting regarding Islamic Finance)

Kelompok kerja AOSSG menelaah Exposure Draft (ED) maupun Discussion Paper (DP) yang dikeluarkan oleh IASB untuk kemudian didiskusikan bersama dan disusun suatu komentar atau posisi bersama atas ED maupun DP tersebut. Untuk mendukung DSAK-IAI berperan aktif dalam kelompok kerja tersebut dibutuhkan dukungan riset dari universitas-universitas agar keputusan maupun posisi yang diambil oleh DSAK di dalam diskusi AOSSG memiliki landasan penelitian yang kuat. Judul Kegiatan

KAJIAN ATAS TOPIK-TOPIK AKUNTANSI TERKINI DALAM RANGKA KONVERGENSI IFRS 1012

Output Sebuah kajian mendalam baik dalam tataran teoritis maupun tataran praktis untuk topik-topik Akuntansi di bawah ini: 1. 2. 3. 4. 5. Pendapatan (Revenue); Konsolidasi (Consolidation); Sewa (Leasing); Kontrak Asuransi. Laporan keuangan untuk pembiayaan shariah (Financial Reporting regarding Islamic Finance) 6. Kajian-kajian lainnya yang menunjang proses konvergensi IFRS 2012, sesuai, namun tidak terbatas pada, daftar lampiran satu dari TOR ini. Kajian harus didasarkan pada exposure draft (ED) / Discussion Paper (DP)/ Materi IASB lainnya yang menjadi dasar diskusi di dalam kelompok kerja AOSSG. Lampiran dari TOR ini memuat usulan daftar judul kajian yang diharapkan oleh DSAK dapat dilakukan oleh universitas-universitas di Indonesia dalam proses konvergensi IFRS 2012. Kelompok-kelompok kajian universitas diundang untuk membuat kajian lain yang tidak terdaftar dalam lampiran tersebut, selama kajian tersebut dapat membantu proses konvergensi IFRS di Indonesia. Proses kerja 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pembentukan Kelompok Kajian di Universitas Pengajuan Kelompok Kajian ke DSAK IAI atas topik yang diminati. Persetujuan dari DSAK IAI. Dukungan isu-isu terbaru IASB dan AOSSG dari IAI. Diskusi isu-isu terbaru oleh Kelompok Kajian. Draft kajian diserahkan ke DSAK IAI. Kelompok Kajian mempresentasikan kajiannya di dalam rapat DSAK-IAI Persetujuan atas kajian oleh DSAK IAI. Unggah di website IAI dan diajukan ke IASB atas nama kelompok diskusi tersebut.

DSAK berhak untuk menunjuk salah satu anggota DSAK yang duduk sebagai dewan pengarah di dalam kelompok kajian yang dibentuk Universitas dan terlibat di dalam diskusi kelompok kajian apabila diperlukan. Kelompok Kajian Setiap universitas berhak mengajukan lebih dari satu kelompok kajian namun setiap kelompok kajian hanya dapat membuat satu kajian atas suatu topik yang telah ditentukan di atas.

Tiap kelompok minimal terdiri dari 3 orang dan maksimal 10 orang dengan kualifikasi sebagai berikut: Merupakan dosen/mahasiswa jurusan akuntansi universitas yang bersangkutan Sedikitnya terdapat satu orang di dalam kelompok kajian yang memiliki pendidikan minimal S2 di bidang Akuntansi atau lainnya yang terkait.

Jangka Waktu Jangka waktu kerja kelompok kajian mengikuti rencana kerja dari AOSSG yang dapat memiliki jangka waktu berbeda untuk setiap topik kajian. Secara umum Kelompok Kajian bekerja selama satu tahun yakni 1 Januari 2010 31 Desember 2010. Dukungan Perguruan Tinggi Pelaksanaan kegiatan ini merupakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (CSR) universitas untuk dunia profesi Akuntansi. IAI akan menyiapkan surat dukungan apabila Perguruan Tinggi akan mengajukan pendanaan kegiatan ini kepada institusi lainnya (misal DIKTI) untuk mendapat bantuan hibah.

Lampiran Daftar Kajian yang dapat dilakukan Universitas untuk mendukung Konvergensi IFRS 2012 1. DSAK akan mengadopsi IFRS 6 Exploration and Evaluation of Mineral Resources namun PSAK yang ada saat ini mengenai hal serupa yakni PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi dan PSAK 33 Akuntansi Pertambangan Umum memuat pengaturan yang lebih terinci daripada IFRS 6. Kajian dibutuhkan untuk menelaah dampak adopsi IFRS 6 dan penarikan PSAK 29/ 33 terhadap industri pertambangan di Indonesia. 2. DSAK akan mengadopsi IFRS 3 Business Combination, IAS 36 Impairment of Asset dan IAS 38 Intangible Asset dalam waktu yang bersamaan yakni 2011. Apakah dampak yang mungkin ada dari penerapan tiga standar ini terhadap lingkungan bisnis Indonesia. Apakah penerapan tiga standar ini berpotensi mengurungkan niat perusahaan untuk melakukan merjer atau akuisisi? 3. PSAK 50 dan 55 akan berlaku efektif per 1 January 2011. DSAK mendapatkan masukan bahwa biaya untuk patuh terhadap PSAK ini cukup tinggi bagi dunia perbankan. Sebuah kajian dibutuhkan untuk mengukur biaya kepatuhan (compliance cost) industry keuangan terhadap PSAK ini. 4. Dalam melakukan konvergensi ke IFRS, DSAK telah mencabut kurang lebih 10 PSAK terutama PSAK berbasis Industri. PSAK yang akan dicabut per 1 Januari 2010 adalah:
1. PSAK 32 Akuntansi Kehutanan, (berlaku efektif 2010) 2. PSAK 35 Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi (efektif 2010) 3. PSAK 37 Akuntansi Penyelenggaraan Jalan Tol telah disahkan (efektif 2010) 4. PSAK 41 Akuntansi Waran (efektif 2010) 5. PSAK 43 Anjak Piutang (efektif 2010) 6. PSAK 54 Akuntansi Restrukturisasi Utang piutang bermasalah (efektif 2010) 7. PSAK 31 Akuntansi Perbankan (efektif 2010) 8. PSAK 42 Akuntansi Perusahaan Efek (efektif 2010) 9. PSAK 49 Akuntansi Reksadana (efektif 2010) 10. ISAK 6 Paragraf 12 PSAK Interpretasi atas paragraph 12 dan 16 PSAK No. 55(1999) (efektif 2010)

Alasan pencabutan biasanya karena adanya tumpang tindih dengan PSAK lain. Sebuah kajian dibutuhkan dalam menelaah dampak pencabutan PSAK industry ini. Apakah pencabutan ini berpotensi menurunkan kualitas laporan keuangan perusahaan dalam industry tersebut mengingat para penyusun laporan keuangan saat ini sudah terbiasa dipandu oleh standar Akuntansi berbasis industry tersebut.

5. DSAK memiliki rencana untuk mencabut PSAK 47 Tanah karena PSAK tersebut tidak mengacu ke IFRS. Suatu kajian dibutuhkan untuk mempelajari dampak apabila PSAK 47 dicabut. 6. Saat ini PSAK memiliki PSAK 45 Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba namun PSAK ini hanya mengatur mengenai penyajian laporan keuangan organisasi nirlaba. Mengenai pengukuran, entitas harus tetap mengacu kepada PSAK-PSAK lain yang berbasis IFRS. PSAK berbasis IFRS mungkin dapat menjadi berat untuk dipatuhi oleh organisasi nirlaba. Sebuah kajian dibutuhkan apakah organisasi nirlaba perlu untuk mengadopsi SAK-ETAP atau memiliki SAK sendiri khusus untuk entitas non profit? 7. DSAK sudah menerbitkan SAK ETAP (Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik) dan penerapan dini tahun 2010 diijinkan. Suatu kajian dibutuhkan untuk menelaah bagaimana penerapan SAK-ETAP ini untuk entitas ETAP terutama untuk UKM. Apa tantangan yang dihadapi UKM dalam menerapkan SAK-ETAP ini. 8. Terkait dengan persyaratan bahwa pada tahun 2011, entitas ETAP harus memilih akan memakai PSAK (berbasis IFRS) atau SAK-ETAP, maka kajian dibutuhkan untuk menelaah hal ini. Apabila entitas ETAP yang saat ini memakai PSAK tapi pada tahun 2011 entitas memilih menggunakan ETAP, seberapa jauh penyesuaian yang harus dilakukan? 9. DSAK sudah mengeluarkan PSAK 1 (Revisi 2009) yang mensyaratkan entitas membuat laporan laba rugi komprehensif. Sebuah survey dibutuhkan untuk mengetahui apakah investor dan pelaku pasar memahami mengenai konsep laba rugi komprehensif. Hal ini mengingat bahwa informasi mengenai laba biasanya menjadi informasi yang sangat penting bagi investor. 10. Pada tahun 2007, DSAK sudah menerbitkan PSAK 16 Aset Tetap , PSAK 30 Sewa dan PSAK 13 Properti Investasi yang ketiganya sudah mengacu kepada IFRS. Sebuah kajian dibutuhkan apakah standar-standar ini telah diterapkan dengan benar oleh para penyusun laporan keuangan. Apakah kendala dalam menerapkan ketiga standar yang saling berkaitan ini. 11. DSAK berencana menghapus PSAK 51 Akuntansi Kuasi Reorganisasi. Kajian dibutuhkan untuk melihat dampak dari penghapusan PSAK ini dan apakah substansi dari PSAK tersebut sudah tercakup di dalam PSAK lain. 12. Konvergensi ke IFRS membutuhkan perubahan pola pikir dari rule based menjadi principle based oleh semua akuntan baik akuntan publik, akuntan manajemen, akuntan akademisi. Apakah kendala yang mungkin dihadapi dan adakah yang dapat dilakukan oleh IAI maupun DSAK untuk menjawab kendala tersebut. Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Divisi Teknis IAI, email: dsak@iaiglobal.or.id/iaiinfo@iaiglobal.or.id. Telp. 31904232, ext 126/133.

You might also like