You are on page 1of 17

ABSTRAK

Pengolahan limbah cair dikerjakan dalam IPAL (Instalasi Pengolah Air Limbah). Dalam pengoperasion IPAL diperlukan data parameter yang ada dalam proses pengolahan limbah cair tersebut yaitu pH, suhu, oksigen terlarut (dissolved oxygen/DO), daya hantar listrik, TOC (Total Organic Carbon), BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), dll. Dengan Instalasi Pengolah Air Limbah yang diterapkan pada suatu institusi diharapkan dapat meminimalisir pengeluaran dana untuk pembelian air bersih. Di Indonesia hanya sebagian penduduk dilayani oleh sistem pengumpul air limbah. Untuk melayani seluruh penduduk harus dibangun sistem dengan biaya yang sangat mahal. Berdasar sistem penyalurannya, (pembuangan) air limbah diklasifikasikan ke dalam 2 tipe yaitu Sistem Terpisah dan Sistem Gabungan. Dengan menggunakan sistem IPAL pada suatu institusi, pengolahan limbah dapat dilakukan tepat sasaran dan dapat menghemat pengeluaran serta memenuhi kebutuhan air bersih saat musim kemarau dan memenuhi kebutuhan lainnya.

Kata kunci: IPAL, pH, TOC, BOD, COD

ABSTRAK

Pengolahan limbah cair dikerjakan dalam IPAL (Instalasi Pengolah Air Limbah). Dalam pengoperasion IPAL diperlukan data parameter yang ada dalam proses pengolahan limbah cair tersebut yaitu pH, suhu, oksigen terlarut (dissolved oxygen/DO), daya hantar listrik, TOC (Total Organic Carbon), BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), dll. Dengan Instalasi Pengolah Air Limbah yang diterapkan pada suatu institusi diharapkan dapat meminimalisir pengeluaran dana untuk pembelian air bersih. Di Indonesia hanya sebagian penduduk dilayani oleh sistem pengumpul air limbah. Untuk melayani seluruh penduduk harus dibangun sistem dengan biaya yang sangat mahal. Berdasar sistem penyalurannya, (pembuangan) air limbah diklasifikasikan ke dalam 2 tipe yaitu Sistem Terpisah dan Sistem Gabungan. Dengan menggunakan sistem IPAL pada suatu institusi, pengolahan limbah dapat dilakukan tepat sasaran dan dapat menghemat pengeluaran serta memenuhi kebutuhan air bersih saat musim kemarau dan memenuhi kebutuhan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Judul Sistem Sanitary Kampus PPNS

1.2.

Latar Belakang Tidak bisa dipungkiri, bahwa air menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Hampir semua aktifitas manusia tidak bisa dilepaskan dari air, mulai dari mandi, mencuci, minum, dan hal lain sebagainya. Tingkat ketergantungan manusia terhadap air cukup tinggi, sementara persediaan air bersih di bumi semakin hari semakin berkurang. Dewasa ini, khususnya didaerah kota, kebutuhan air yang dipakai untuk kebutuhan sehari-hari tidakdi ambil dari sumur, tetapi dengan cara mengambil dari PDAM. Hal ini dkarenakan susahnya sumber air di daerah perkotaan. Sehingga untuk mendapatkan dan menggunakan air bersih harus membelinya, oleh karenaiu kita harus menghemat pengeluaran air bersih agar tidak sampai terjadi pembengkakan dana dan tidak membuang air secara percuma. Salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap kondisi kesehatan tubuh manusia adalah lingkungan. Manusia dan lingkungannya adalah satu kesatuan yang saling berinteraksi satu sama lainnya. Dalam kenyataannya, masih banyak kasus-kasus pembuangan air kotor yang seharusnya bisa di olah menjadi air bersih yang bisa untuk dimanfaatkan sebagai menyiram taman kampus PPNS. Kurangnya kesadaran dari warga dan masyarakat kampus dapat mempengaruhi membengkaknya dana untuk pembelian air bersih PDAM. Menurut UU RI No. 23 tahun 1997 lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi perikehidupan dan kesejahteraan manusia dan mahluk hidup lainnya. Oleh karena itu disini diperlukan sebuah metode untuk menghemat pengeluaran air

bersih dan kotor serta menjaga lingkungan sekitar. Dengan metode tersebut diharapkan bisa menemukan jalan keluar untuk menjaga sistem pengairan di kampus. Pengolahan air limbah di kampus PPNS memiliki prospek yang sangat signifikan karena setiap hari pada umumnya kampus PPNS mengeluarkan dan membuang limbah air kotor yang begitu besar dari wastafel dan sisa air wudlu yang seharusnya bisa di daur ulang dan dimanfaatkan khusus untuk menyirami taman kampus PPNS tanpa menggunakan air PDAM. Standart instalasi yang digunakan yaitu IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Dalam pengoperasian IPAL diperlukan data parameter yang ada dalam proses pengolahan limbah cair tersebut yaitu PH, suhu, oksigen terlarut. Dengan ini secara khusus akan menguraikan mengenai pengelolaan air limbah dan prinsip untuk mendesain Instalasi Pengolaan Air Limbah (IPAL) pada kegiatan di kampus PPNS

1.3

Rumusan Masalah Bagaimana mekanisme memanfaatkan air sisa pembuangan/limbah khususnya air limbah dari wastafel dan sisa air wudlu pada kampus PPNS Bagaimana design instalasi perpipaan untuk sistem pembuangan limbah dari wastafel dan sisa air wudlu

1.4

Tujuan Penulisan Dapat menjelaskan mekanisme cara pemanfaatan air limbah khususnya air limbah dari wastafel dan sisa air wudlu yang ada di kampus PPNS Dapat mengetahui design instalasi pipa yang akan digunakan untuk sistem pembuangan limbah dari wastafel dan sisa air wudlu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Air Bersih Air adalah semua air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah kecuali air laut dan air fosil. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, telaga, waduk dan muara. (PP. No. 82 Tahun 2001). Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air pemandian umum adalah air yang digunakan pada tempat-tempat pemandian bagi umum tidak termasuk pemandian untuk pengobatan tradisional dan kolam renang, yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan (Permenkes RI no 416 tahun 1990). 2.2. Manfaat Air Bagi Kehidupan Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Di dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55 % - 60% berat badan terdiri dari air, untuk anak anak sekitar 65 % dan untuk bayi sekitar 80 % (Notoatmodjo, 2003). Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO di negara negara maju tiap orang memerlukan air antara 60 120 liter per hari. Sedangkan di negara negara berkembang, termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30 60 liter per hari. Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum (Notoatmodjo, 2003). 2.3. Sumber-sumber Air

Sumber air yang digunakan sehari-hari haruslah memenuhi syarat-syarat kesehatan. Air di bumi selalu mengalami siklus hidrologi sehingga dikenal 4 (empat) sumber air di bumi yaitu : (Sutrisno, 2006)

2.3.1. Air Laut Air laut adalah merupakan air yang menutupi permukaan tanah yang sangat luas dan umumnya mengandung garam dan berasa asin. Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini; maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum. Air laut memiliki kadar garam karena bumi dipenuhi dengan garam mineral yang terdapat di dalam batu-batuan dan tanah. Contohnya natrium, kalium, kalsium, dll. Apabila air sungai mengalir ke lautan, air tersebut membawa garam. Ombak laut yang memukul pantai juga dapat menghasilkan garam yang terdapat pada batubatuan. Lama-kelamaan air laut menjadai asin karena banyak mengandung garam. 2.3.2. Air Tanah Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan sumber air tawar terbesar, mencakup kira-kira 30% dari total air tawar atau 10,5 juta km. Air tanah terbentuk dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi dan meresap ke dalam tanah melalui pori-pori tanah dan akar tanaman, dan kemudian tertahan pada lapisan tanah membentuk lapisan yang mengandung air tanah (Aquifer). Akhir-akhir ini pemanfaatan air tanah meningkat dengan cepat, bahkan di beberapa tempat tingkat eksploitasinya sudah sampai tingkat yang membahayakan. Air tanah biasanya diambil, baik untuk sumber air minum dan air bersih maupun untuk irigasi (Suripin, 2002). 2.3.3. Air Atmosfir, Air Meteorologik. Dalam keadaan murni, air sangat bersih, karena dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran. Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi (karatan). Juga air hujan ini mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.

2.3.4. Air Permukaan Air permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya. Beberapa pengotoran ini, untuk masing-masing air permukaan akan berbeda-beda, tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia dan bakteriologi (Sutrisno, 2002). Air permukaan ada 2 macam yakni : a. Air sungai b. Air rawa/danau.

START

Melakukan pengamatan lapangan dikampus PPNS

Pencatatan data hasil pengamatan

Kebijakam dan perencanaan sistem

Analisa sistem

Desain sistem secara Umum

Desain sistem secara terinci

Seleksi sistem

Implementasi sistem

Perawatan sistem

END
BAB IV EVALUASI DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data Untuk menentukan teknik pengolahan dan desain Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) diperlukan beberapa informasi terkait proses produksi atau pengolahan yang dilakukan, karakteristik air limbah yang dihasilkan dan baku mutu air limbah yang menjadi acuan penaatan. Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung di lapangan. Mengamati, merekam, menghitung, mengukur, dan mencatat keadaam yang ada di kampus PPNS. Data yang telah diperoleh dilakukan pengolahan untuk menentukan design sistem sanitary. 4.1.1 Proses Produksi Proses produksi akan menentukan karakteristik limbah yang dihasilkan. Dengan bahan baku yang sama, nakun proses produksi yang berlainan, maka akan dihasilkan limbah yang berlainan pula. Dengan demikian, proses produksi menjadi informasi awal mengenai potensi limbah yang dihasilkan. Secara prinsip proses produksi menggunakan bahan baku, bahan tambahan, dan air yang diproses menggunakan teknik dan peralatan tertentu. Pada proses produksi terdapat bagan-bagian proses tertentu yang juga memungkinkan dihasilkannya limbah. Informasi mengenai potensi dan jenis limbah dari masing-masing tahapan proses selanjutnya perlu dianalisa untuk mengetahui karakteristik fisik, kimia atau biologinya. Idenfikasi sumber-sumber limbah di dalam industri pengolahan memberikan informasi untuk pemisahan air limbah, penggunaan kembali air yang sedikit terkontaminasi, dan untuk pengaturan konsisi proses yang menghasilkan limbah dalam jumalah yang besar atau pekat.Pengetahuan mengenai sifat-sifat limbah akan sangat membantu dalam penetapan metode penanganan dan atau pembuangan limbah yang efektif. Penanganan biologik misalnya cocok dilakukan pada limbah cair yang mengandung bahan padatan organik terlarut. Limbah padat dengan kadar organik tinggi cocok untuk pembakaran atau pemupukan. 4.1.2. Karakteristik Air Limbah Karakteristik air limbah perlu dikenal karena hal ini akan menentukan cara pengolahan yang tepat sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis besar karakteristik air limbah yang diperlukan untuk mendesain IPAL meliputi karakterisitik fisik, biologis dan bakteriologis, kimia dan debit.

Karakteristik Fisik Air limbah sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan padat dan suspensi. Karakterisitik fisik dalam air limbah yang diperlukan untuk pengelolaan dan pengolahan air limbah meliputi suhu, pH, padatan tersusupensi, padatan terlarut, dan warna. Karakteristik Biologis dan Bakteriologis Kandungan biologi dan bakteriologis terdapat juga dalam air limbah tergantung darimana sumbernya namun keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan air limbah. Mikroorganisme dan bakteri pada air limbah dapat berupa eucaryotes (tanaman biji, spora, lumut), eubacteria, dan archaebacteria. Yang paling berbahaya adalah bakteri colli (E-colli dan Streptococci). Baktericolli berasal dari usus manusia dan makluk hidup lain (ayam, sapi, itik, babi). Selain itu pada air limbah juga ditemukan ganggang (fitoplankton) yang hidup dengan memanfaatkan nutrien serta jamur yang bermanfaat dalam menguraikan senyawa karbon.

Karakteristik Kimiawi Kandungan baha kimia yang terdapat dalam air lmbah dapat merugikan lingkungan. Bahan organik terlarut dapat menghabiskan oksigen dalam imbah serta menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap. Pada umumnya, dalam air limbah pengolahan pangan, bahan kimia yang membutuhkan oksigen berada dalam bentuk terlarut, sedangkan dalam limbah peternakan sebagian besar terdapat dalam bentuk partikulat. Bahan kimia penting dalam air limbah yang berguna menantukan teknik pengolahan air limbah meliputi: untuk mendesain dan

Bahan organik yang terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, midetergen/surfactant, nyak dan gemuk serta fenol. Substansi organik dalam air limbah terdiri dari 2 gabungan, yakni: pertama, gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya urea, protein, amine dan asam amino; dan kedua, gabungan yang tak mengandung nitrogen, misalnya lemak, sabun dan karbohidrat, termasuk selulosa. Bahan an-organik yang terdiri dari pH, klorida, sulfur, zat beracun, logam berat, dll

Debit Karakteristik lainnya yang digunakan untuk pengolahan air limbah adalah debit atau jumlah aliran air per satuan waktu. Satuan waktu dalam penghitungan aliran air yang digunakan dapat dalam hitungan detik, menit, atau jam, atau juga dapat berupa debit sasaat, harian atau mingguan.

Informasi mengenai debit dan mutu limbah yang dikeluarkan diperlukan untuk merancang fasilitas yang diperlukan untuk mengelola pengeluaran yang konstan atau sewaktu-waktu.

4.2. Penentuan Desain IPAL Desain Instalasi Pengolahan Air Limbah ditentukan oleh beberapa faktor yaitu:

aku mutu air limbah

A. Debit Air Limbah Desain IPAL dipengaruhi oleh debit air limbah yang dihasilkan, karena debit digunakan sebagai penentuan volume unit-unit pengolahan air limbah.Bila debitnya besar maka volume unit pengolahannya harus dibuat besar untuk dapat menampung air limbah tersebut. Terlebih lagi bila akan digunakan unit pengolahan yang membutuhkan waktu tinggal, maka perhitungan volume unit pengolahannya dikalikan dengan waktu tinggalnya. B. Aliran Air Limbah Aliran air limbah dapat bersifat kontinyu (terus menerus) atau sesaat ditentukan oleh proses produksi yang dilakukan. Ada industri yang melakukan pengolahan atau beroperasi sepanjang hari dan beroperasi hanya pada waktu-waktu tertentu saja semisal pagi hingga sore atau sore hingga pagi hari. Industri yang beroperasi sepanjang waktu akan menghasilkan aliran air limbah yang terus menerus. Biasanya air limbah berasal dari setiap unit produksi dalam jumlah yang beragam. Untuk jenis aliran seperti ini dapat didesain bak pengatur aliran dan keseragaman kualitas air limbah sebelum masuk ke unit pengolahan utama. Bak ini disebut bak equalisasi yang dapat pula dilengkapi dengan pembubuh bahan kimia untuk mengkondisikan sifat air limbah yang diinginkan. Industri yang beroperasi hanya pada waktu tertentu saja akan menghasilkan air limbah hanya pada waktu tersebut. Biasanya air limbah yang dihasilkan hanya sesaat namun dalam jumlah yang besar. Industri yang aliran limbahnya seperti ini misalnya adalah industri pembuatan tempe, tahu, rumah pemotongan hewan (RPH) dan rumah pemotongan unggas (RPU).

Untuk industri seperti ini maka desain IPALnya dipilih yang dapat menerima aliran sesaat atau shock loading seperti pengolahan fisik (penyaringan dan pengendapan), pengolahan kimia (koagulasi dan flokulasi) dan pengolahan biologi (anaerobic digester).

C. Parameter Pencemar (Karakteristik) Air Limbah Setiap industri memiliki parameter pencemar yang berlainan hal ini terkait dengan penggunaan bahan baku dan proses produksi yang juga berlainan. Bahkan, industri sejenispun dapat memiliki karakteristik air limbah yang tidak sama karena penanganan bahan dan penggunaan air yang tidak serupa Secara umum parameter pencemar atau karakteristik air limbah ditentukan oleh jenis bahan baku yang digunakan dan proses yang dilakukan. Bila bahan baku yang digunakan adalah bahan organik maka limbah yang digunakan akan memiliki kandungan bahan organik, demikian juga bila industri tersebut menggunakan bahan kimia dalam proses produksinya, amaka dalam air limbahnya akan ditemui kandungan bahan kimia tersebut dalam ikatan aslinya atau ikatan dengan bahan kimia lainnya. Dengan bahan yang sama namun proses berbeda maka akan dihasilkan karakteristik air limbah yang berbeda. Dengan bahan baku kedelai, industri tahu dan tempe menghasilkan karakteristik air limbah yang berlainan. Kandungan bahan organik dan padatan dalam limbah tahu lebih banyak karena ada proses penghancuran kedelai dan penyaringan bubur tahu. Jenis parameter pencemar utama dalam air limbah adalah bahan organik, bahan anorganik, minyak dan lemak, mikroorgsnisme, warna dan bahan padatan. Untuk masingmasing jenis parameter pencemar tersebut dapat digunakan unit pengolahan tertentu agar dapat dikurangi konsentrasinya atau tingkat bahayanya. Unit-unit pengolahan air limbah tersebut ada yang secara khusus untuk mengolah pencemar tertentu, namun ada juga yang berfungsi untuk mengolah secara bersama-sama beberapa jenis bahan pencemar. Beberapa jenis unit/alat pengolahan air limbah yang dapat digunakan untuk mengurangi bahan pencemar pada air limbah, yaitu:

Bahan organik dapat diolah pada unit pengolahan biologi yang bersifat aerobik ataupun anaerobik seperti kolam aerasi, kolam lumpur aktif, trickling filter, dan biogas. -organik Bahan an-organik dapat diolah pada unit pengolahan kimia dan biologi seperti pengendapan, pembubuhan bahan kimia, dan koagulasi-flokulasi.

Minyak dan lemak dapat diolah pada unit penangkap minyak secara konvensional ataupun menggunakan pembubuhan udara (floating system).

Cemaran mikroorganisme dapat dihilangkan pada unit pengolahan biologi maupun kimia seperti kolam fakultatif atau clarifier-tickener.

Warna pada air limbah dapat dihilangkan dengan proses biologi untuk warna yang berasal dari bahan organik atau menggunakan proses kimia untuk warna yang berasal dari bahan sintetik. Proses biologi yang dapat digunakan adalah kolam lumpur aktif atau proses kimia berupa clarifier-tickener

Padatan dalam air limbah dapat terdiri dari padatan besar, padatan tersuspensi dan padatan terlarut. Padatan besar dapat dihilangkan menggunakan alat penyaring dengan ukuran yang tertentu disesuaikan dengan besarnya padatan yang ada, atau dapat juga menggunakan bak pengendap.Padatan tersuspensi dapat dihilangkan dengan proses kimia dan dilanjutkan dengan proses pengendapan. Sedangkan padatan terlarut dapat dihilangkan dengan menggunakan proses kimia. D. Baku Mutu Air Limbah Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan/atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha dan/atau kegiatan Pada baku mutu air limbah diatur beberapa hal terkait kadar bahan pencemar, kuantitas dan beban pencemaran daam air limbah yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan.Penjelasan masing-masing item tersebut adalah sebagai berikut: uatu unsur pencemar dalam air limbah yang diperbolehkan dibuang ke sumber air, dinyatakan dalam satuan milligram per liter (mg/l).

dibuang ke sumber air dalam setiap satuan bahan baku, dinyatakan dalam satuan mter kubik per ton produk (m3/ton produk). Beban pencemaran maksimum adalah jumlah tertinggi suatu unsur pencemar yang terkandung dalam air limbah, dinyatakan dalam satuan kilogram per ton (kg/ton). Baku mutu air limbah untuk masing-masing jenis usaha/kegiatan memiliki perbedaan parameter bahan pencemar, kualitas dan beban pencemarannya. Untuk tu dalam merancang desain IPAL perlu diperhatikan baku mutu ait limbah yang dipersyaratkan untuk usaha/kegiatan tersebut. Secara umum, gabungan beberapa unit pengolahan berupa penyaringan, pengendapan, pengolahan biologi dan pemanfaatan lumpur (sludge) serta pemanfaatan gas/energi dapat dijadikan pilihan untuk instalasi pengolahan air limbah kegiatan agroindustri. E. Ketersediaan Lahan atau Ruang

Besarnya lahan atau ruang bagi instalasi pengolahan air limbah ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut: volume limbah yang dihasilkan, kadar dan keragaman bahan pencemaran air limbah dan pilihan jenis unit pengolahan air limbah.Beberapa kegiatan agroindustri seperti pengolahan kelapa sawit, karet, dan gula memiliki lahan yang cukup luas karena biasanya berlokasi di dekat perkebunannya. Namun demikian, agroindustri seperti pengolahan susu, kedelai, rumah potong hewan, dll karena berlokasi di perkotaan atau dekat perkotaan memiliki lahan yang minim untuk penggunaan instalasi pengolahan air. Volume Limbah Yang Dihasilkan Semakin besar volume limbah yang dihasilkan maka semakin besar peralatan atau unit pengolahan yang diperlukan. Hal ini berbanding lurus dengan kebutuhan lahan untuk menempatkan peralatan atau unit pengolahan tersebut.Karenanya upaya meminimalkan volume limbah menjadi aspek yang penting untuk menekan kebutuhan akan luasan lahan yang besar. Upaya minimasi volume limbah dapat dilakukan dengan cara efisiensi penggunaan air, mencegah kebocoran air pada saluran air bersih dan air selama proses berlangsung (air proses), menggunakan air bertekanan dalam proses pembersihan, dan pemanfaatan kembali air untuk proses yang sesuai. Kadar dan Keragaman Bahan Pencemaran Air Limbah Kadar pencemar yang tinggi menyebabkan waktu proses semakin lama sehingga dibutuhkan peralatan yang besar. Sebagai contoh, bila kadar total padatan tersuspensi (total suspended solid) dalam air limbah tinggi maka membutuhkan waktu yang lama dalam proses pengendapannya yang menyebabkan dibutuhkannya alat pengendapan yang lebih besar. Selain itu, untuk menurunkan bahan pencemar yang tinggi juga diperlukan beberapa peralatan sehingga kebutuhan ruang semakin banyak. Ditambah lagi bila terdapat keragaman bahan pencemar yang menyebabkan diperlukannya peralata -peralatan yang khusus untuk menurunkan bahan pencemar tersebut.Karenanya upaya meminimalkan kadar dan keragaman bahan pencemar dalam air limbah menjadi aspek yang penting untuk menekan kebutuhan jumlah dan jenis peralatan. Upaya yang dapat dilakukan adalah menggunakan bahan baku yang bersih dan memiliki tingkat kemurnian tinggi, meniadakan kebocoran bahan dan air selama proses, dan menerapkan segregasi limbah. Pilihan Jenis Unit Pengolahan Air Limbah Beberapa unit pengolahan biologi seperti kolam oksidasi dan kolam fakultatif membutuhkan lahan yang besar karena sistem pengolahannya memerlukan permukaan kontak dengan udara yang besar.Ada juga unit pengolahan yang dapat dibangun vertikal atau memanfaatkan lahan di bawah tanah. Unit seperti ini biasanya pengolahan secara anaerob seperti biogas, anaerobic digester, dll.

F. Ketersediaan Biaya

Pembangunan (konstruksi), operasional dan perawatan IPAL membutuhkan pembiayaan yang tidak murah. Terdapat bangunan atau unit pengolahan yang terbuat dari semen (bak penyaringan, bak pengendapan, biogas, bak kontrol, bak pengering lumpur, dll), terbuat dari besi (trickling filter, RBC, anaerobic digester, dll), dan terbuat dari plastik atau fiber (biogas). Selain itu terdapat unit pengolahan yang tidak membutuhkan peralatan penunjang, namun ada pula yang membutuhkan peralatan penunjang mekanik dan elektrik. Peralatan penunjang ini membutuhkan pembiayaan dalam pembangunan, operasional dan perawatannya. Biaya operasional dapat berupa biaya untuk membeli bahan yang diperlukan dalam proses IPAL (koagulan, kapur, aktivator, dll), membayar biaya energi (listrik atau energi lainnya), membayar tenaga kerja dan biaya uji laboratorium. Instalasi pengolahan air limbah perlu dirawat agar beroperasi secara optimal. Banyak dari IPAL kegiatan agroindustri yang tidak lagi beroperasi atau berfungsi optimal karena tidak menganggarkan pembiayaan perawatan IPAL. Perawatan IPAL terdiri dari kegiatan pengecekan fungsi alat dan bangunan serta perbaikan alat dan bangunan. Alat pengolahan biologi yang relatif rendah biaya konstruksi, operasional dan perawatannya adalah biogas. Alat ini dapat digunakan untuk mengolah limbah dengan bahan organik yang tinggi, dan mengandung padatan tersuspensi. Biogas juga menghasilkan gas yang dapat digunakan untuk menjalankan generator listrik, menyalakan kompor, patromax, alat pemanas, dll, sehingga dapat menghemat biaya pembelian/pembayaran energi yang lain. Hasil samping dari biogas juga dapat diolah menjadi kompos yang memiliki nilai ekonomi dan lingkungan yang baik karena dapat mensubstitusi pembelian pupuk anorganik, dapat dijual kepada petani, dan merupakan pupuk yang ramah lingkungan.

4.2 Tahapan Pengolahan Air Limbah Pada prinsipnya pengolahan air limbah dapat dikelompokkan menjadi enam tahapan pengolahan. Namun hal ini juga bergantung kepada jenis air limbah dan tujuan pengolahan tersebut. Keenam tahapan pengolahan air limbah tersebut adalah: - Pengolahan Pendahuluan (Pre Tratment); - Pengolahan Primer (Primary Treatment); - Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment); - Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment); - Pembunuhan Kuman (Desinfektion); Dan - Pembuangan Lanjutan (Ultimate Disposal) Dari setiap fase di atas terdapat berbagai jenis pengolahan yang dapat diterapkan. Dari beberapa jenis pengolahan tersebut dapat dipilih gabungan pengolahan yang efektif untuk

mengolah air limbah yang ada. Selain itu, untuk mengolah air limbah tidak selelu harus mengikuti tahapan-tahapan seperti di atas, akan tetapi perlu dilakukan penyesuaian sesuai dengan kebutuhan yang ada. Dengan demikian setiap unit bangunan/instalasi pengolahan air limbah akan ada perbeda tahapan dan jenis proses yang dipilih.

Pengolahan Pendahuluan (Pre Tratment) Pengolahan pendahuluan ditujukan untuk menyaring benda terapung dan mengendapkan benda yang berukuran besar seperti sampah, lemak, kerikil atau pasir. Tahap selanjutnya adalah melakukan penyeragaman kondisi air limbah (equalization) yang meliputi debit dan keasaman air limbah. Pengolahan Primer (Primary Treatment) Pengolahan primer bertujuan untuk menghilangkan zat padat tersuspensi melalui pengendapan (sedimentatio) atau pengapungan (flotation). Proses pengendapan tahap pertama ini masih sederhana karena partikel-partikel yang ada diendapkan dengan cara gravitasi. Bahan kimia dapat digunakan untuk membantu proses pengendapan tersebut. Pengendapan biasanya dilakukan pada bak atau kolam pengendapan yang secara periodik dibersihkan endapannya. Proses pengapungan dilakukan dengan menghembuskan udara dari bawah sehingga partikel akan mengapung kemudian dipisahkan dari cairan. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment) Pengolahan sekunder bertujuan untuk mengurangi kadar bahan organik dalam air limbah dengan menggunakan proses biologi seperti lumpur aktif, trickling filter, anaerobic digester, biogas, dll. Terdapat dua hal penting dalam proses ini adalah penambahan oksigen dan pertumbuhan bakteri Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment) Pengolahan tersier dilakukan apabila setelah pengolahan pertama dan kedua masih banyak bahan polutan yang terdapat dalam air limbah. Pengolahan ini dilakukan secara khusu tergantung jenis bahan polutan yang ada. Beberapa alat yang biasa digunakan untuk pengolahan tersier adalah saringan pasir, saringan multimedia, vacum filter, penyerapan, dll Pembunuhan Kuman (Desinfektion) Pembuhunah bakteri bertujuan untuk mengurangi atau membunuh mikroorganisme patogen yang ada dalam air limbah. Bahan kimia biasanya digunakan dalam proses ini seperti clorin. Pembuangan Lanjutan (Ultimate Disposal) Dari pengolahan air limbah biasanya dihasilkan lumpur. Lumpur tersebut perlu diolah lebih lanjut untuk menghilangkan tingkat polutannya dan kemudian dapat

dimanfaatkan atau dibuang ke lingkungan. Beberapa proses pengolahan lumpur adalah pemekatan, penstabilan, pengurangan air, dan pengeringan.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Dari hasil pengamatan dan analisa dapat disimpulkan sebagai berikut: dengan design tersebut cara pegolahan limbah cair di kampus PPNS dapat dilakukan menggunakan sistem sanitasi. Hasil limbah cair dari berbagai ruangan langsung dibuang ke IPAL melalui perpipaan. Pemeliharaan untuk keseluruhan bak, dilaksanakan sesuai dengan pedoman P2K3RS. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan kampus seperti pada bak penangkap lemak, bak penyaring, bak floatasi, bak sedimentasi, bak biodetok, bak desinfeksi, bak uji hayati dan bak pengering lumpur karena masing-masing bak telah disertai dengan adanya penutup, bangunannya kedap air, dan aliran airnya lancar. Dengan desing tersebut terdapat antara lain bak pengumpul 1 dan 2, bak equalisasi, dan bak kontak desinfeksi karena belum dilengkapi dengan penutup bak dan belum terdapat alat khusus pengukur debit air.Hasil pemeriksaan limbah olahan di sistem sanitasi kampus PPNS diharapkan dapat memenuhi baku mutu sesuai dengan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Tentang Baku mutu air limbah . 5.2 Saran Dari hasil penelitian saya ingin memberikan saran yang mungkin bermanfaat dan dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi pihak Kampus PPNS 1. Memberikan penyuluhan khusus bagi seluruh karyawan kampus dan petugas yang akan bergerak di bidang untuk mengetahui akan pentingnya sistem sanitasi dengan metode IPAL untuk generasi selanjutnya

You might also like