You are on page 1of 3

URGENSI TAZKIYATUN NUFUS (1) (Upaya Membenahi Diri)

Setiap manusia sehebat apapun imannya pasti tidak pernah luput dari noda dan dosa. Sejalan dengan bertambahnya usia anak Adam, maka semakin bertambah pula dosanya. Dosa memberikan bekas yang nyata pada sanubari seorang hamba. Ketika hati diperhatikan, maka kebahagianlah yang akan dipetik. Namun apabila hati tidak pernah diperhatikan, maka pemiliknya selalu terdekap dalam perbuatan munkar, sanubari akan kotor, sehingga kesengsaraan di dunia dan akhirat yang kelak akan ia dapatkan. Sang Maha Kuasa Allah azza wa jalla hanya memandang seorang hamba dari hati dan amalannya, Ia tak memandang dari keelokan wajah dan hartanya. Seseorang dituntut selalu membersihkan hati dengan amalan-amalan yang disyariatkan. Sehingga ketika menghadap Rabb-nya, ia dalam keadaan diridhai olehNya. Sebagai upaya membenahi diri dan jiwa, pada kesempatan ini kami akan menyuguhkan beberapa untaian kalimat tentang urgensi Tazkiyatun Nufus.

Hakekat Tazkiyatun Nufus


Tazkiyatun nufus tersusun dari dua kata yaitu tazkiyah yang diambil dari kata kerja zakkaa-yuzakkii-tazkiyatan yang berarti membersihkan atau menyucikan. Sedangkan nufus merupakan bentuk jamak dari nafs yang berarti ruh atau jiwa. (alMujamul al-Wasith hal. 421 & 970) Secara terminologi ialah, upaya untuk membersihkan hati dari kesyirikan, akhlak buruk dan noda maksiat untuk menjalankan apa yang diperintahkan syariat dan yang dianjurkan al-Quran dan as-Sunnah. (Wasail fi Tazkiyah an-Nufus hal. 15)

Tazkiyatun Nufus Di dalam al-Quran dan as-Sunnah


Tazkitayatun nufus merupakan perintah Rabb jalla jalalahu. Hal ini sejalan dengan visi dan misi diutusnya para rasul di muka bumi, yang di antaranya ialah untuk membersihkan hati umatnya dari bermacam-macam penyakit hati. Perhatikanlah baik-baik firman Allah azza wa jalla di bawah ini. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah, dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS. Ali Imran: 164) Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, yuzakkii yaitu memerintahkan manusia kepada yang maruf dan melarang dari perkara yang munkar untuk membersihkan dan menyucikan hati dari noda dan kotoran yang sebelumnya mereka bercampur dengannya ketika berada dalam kesyirikan dan masa Jahiliyah. (Tafsir ibn Katsir hal. 251)

Adapun dari sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yaitu sabda beliau: Ya Allah, berikanlah ketaqwaan bagi hatiku, dan bersihkanlah ia karena Engkaulah sebaik-baik yang membersihkan, Engkaulah Maha pelindung dan pemeliharanya. (HR. Muslim no. 2722)

Sarana Tazkiyatun Nufus


Sebagian orang salah dalam memaknai sarana atau cara untuk menuju kepada tazkiyatun nufus yang masyhur dengan istilah penyucian jiwa. Dari kaum muslimin ada yang memahaminya dengan cara yang beraneka ragam, di antaranya dengan menggunakan musik dan nyanyian, atau meninggalkan perkara-perkara mubah dalam rangka beribadah, seperti meninggalkan dunia sama sekali, bahkan ada juga yang bersemedi di tempat-tempat yang dianggap keramat, dan beberapa sarana lainnya yang tidak ada contohnya dari al-Quran dan as-Sunnah. Kemudian, sebagian pemuda membuat amalan yang tidak ada contohnya dari Nabi Muhammad shalallahu alahi wasallam apa yang dikenal dengan Mabit atau malam bina iman dan taqwa, diacara ini banyak sekali bidah munkar yang tidak pernah dicontohkan oleh tiga generasi utama dalam hal ilmu dan amal. Perlu diketahui, sesungguhnya semua amalan-amalan yang telah Allah syariatkan dalam al-Quran dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sabdakan di dalam banyak haditsnya adalah perkara-perkara yang dapat membersihkan hati. Adapun amalan-amalan khusus yang dibuat di luar jalur syariat tidak dapat membersihkan hati bahkan sebaliknya dapat mengotorinya. Berikut ini beberapa cara dalam men-tazkiyatun nufus:

(1). Mentauhidkan Allah


Mentauhidkan Allah merupakan asas utama dalam tazkiyatun nufus. Sebab tauhid merupakan sebab terbesar terbebasnya seorang hamba dari noda syirik. Sebagaimana Allah mensifatkan orang-orang musyrik dengan najis. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis. (QS. at-Taubah: 28) Ibnu Katsir rahimahullah berkata: ayat di atas menunjukkkan kenajisan orang-orang musyrik, sebagaimana menerangkan juga akan bersihnya orang mukmin, sebagaimana disebutkan di hadits shahih: Seorang mukmin tidak najis. (Tafsir Ibnu Katsir, jilid 7 hal. 173)

(2). Introspeksi Diri


Setiap langkah seorang mukmin dalam menjalani kehidupan di dunia fana ini hendaknya dihiasi dengan mengoreksi amalan-amalan yang telah ditunaikan. Mulai dari yang wajib, kemudian yang sunnah sebagai pelengkap amalannya. Apakah semua amalannya telah ia lakukan ikhlas karena Allah atau karena selain-Nya. Muhasabah sangatlah penting untuk mengukur tingkatan ketaatan seseorang di hadapan Sang Penciptanya. Hal ini pun senada dengan firman Allah subhanahu wa ta'ala berikut. Firman-Nya:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. al-Hasyr: 18) Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sadi rahimahullah berkata: hendaknya seseorang melihat hak-hak dan kewajiban-kewajibannya, apa yang didapatkan dari amal shalih tersebut, apakah bermanfaat atau bahkan membahayakan dirinya di hari kiamat nanti. (Tafsir as-Sadi hal. 853)

(3). Membaca al-Quran dan Mentadaburinya


Tak bisa disangkal bahwa al-Quran adalah obat yang mujarab untuk mengobati penyakit-penyakit hati yang terkadang mendekam di sanubari seseorang; penyakit syirik, nifaq, kebodohan, bidah, penyakit syubhat, syahwat, dan lain-lain. Oleh karena itu hendaklah seorang muslim senantiasa membaca al-Quranul karim secara rutin setiap hari. Allah telah mensifatkan al-Quran sebagi obat hati. Firman-Nya: Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhan-mu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan rahmatNya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan." (QS. Yunus: 57-58) Al-Alusi rahimahullah berkata, yaitu untuk membersihkan jiwa-jiwa kalian dengan janji, ancaman dan larangan dari perbuatan dosa yang akan menyebabkan hukuman, dan memerintahkan kepada ketaatan yang akan menyebabkan datangnya keutamaan dari Allah taala, ganjaran dan di dalamnya terdapat obat terhadap sanubari, yaitu obat bagi hati dari berbagai macam penyakit yang lebih berbahaya dari pada penyakit badan seperti keragu-raguan, nifaq, hasad dan lain sebagainya. (Tafsir Ruh al-Maani 11/176)

(4). Mengingat kematian dan tidak panjang angan-angan


Di antara wasilah untuk menyucikan hati ialah dengan mengingat kematian. Ini merupakan cara ampuh dalam mengobati kerasnya hati akibat karat dosa dan maksiat. Dengan mengingat kematian yang tak dapat diduga kapan terjadinya dan tidak adanya tenggang waktunya, menjadikan seorang muslim akan selalu merasa sedikitnya persediaan amal shalih yang akan ia hadapkan di depan Pencipta-Nya. Bersambung insyaAllah.... [Oleh: Aulia Ramdanu]

You might also like