You are on page 1of 11

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA I PERCOBAAN IV KINETIKA REAKSI KIMIA

OLEH : NAMA NO. STAMBUK KELOMPOK ASISTEN : NURIA ACIS : F1F1 10 026 :V : SARIPUDDIN

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2011

KINETIKA REAKSI KIMIA A. TUJUAN Tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa mempelajari kinetika suatu reaksi kimia, dan menentukan waktu kadarluasa suatu obat. B. LANDASAN TEORI Setiap molekul yang bergerak memiliki energi kinetik. Semakin cepat tumbukannya semakin besar energi kinetikanya. Ketika molekul-molekul bertumbukan, sebagian dari energi kinetiknya dirubah menjadi energi vibrasi. Jika energi kinetik awalnya besar, molekul yang bertumbukan akan bergetar kuat sehingga memutuskan beberapa ikatan kimianya. Putusnya ikatan merupakan langkah pertama ke pembentukan produk. Jika energi kinetik awalnya kecil, molekul hanya akan terpental tetapi masih utuh. Teori kinetik molekul gas menyatakan bahwa molekul gas sering bertumbukan satu dengan lainnya (Chang, 2005). Faktor faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi antara waktu reaksi, makin lama waktu antar reaktan akan diperoleh laju reaksi yang semakin besar. Selain itu juga, suhu dapat mempercepat laju reaksi, semakin tinggi suhu semakin cepat reaksi berangsung karena memperbesar pula harga konstanta kecepatan reaksi (Sembodo dkk, 2005). Pada sebagian reaksi kimia, peningkatan suhu akan menyebabkan terjadinya peningkatan yang sesuai pada laju reaksi yang dapat diukur melalui

peningkatan k, tetapan laju reaksi. Sebagai gambaran kasar, peningkatan suhu sebesar 10 oC akan meningkatkan laju reaksi kira-kira dua kalinya. Ahli kimia Swedia, Arrhenius pertama kali menyatakan secara matematika hubungan antara laju reaksi dengan suhu, yaitu : K = Ae-E/RT A adalah tetapan yang dikenal dengan frekuensi dan merupakan ukuran jumlah benturan yang terjadi diantara pereaksi, e-E/RT adalah fraksi kecil dari jumlah total benturan yang menghasilkan suatu pereaksi sempurna, E adalah energi aktivasi untuk reaksi, yaitu energy yang diperlukan untuk mendorong terjadinya benturan diantara pereaksi dengan energi yang cukup untuk membentuk produk, R adalah tetapan gas umum (R= 8.314 J K-1 mol-1) dan T adalah suhu. Dengan menggunakan logaritma persamaan menghasilkan : In k = In A Hal ini berarti jika laju reaksi k, ditentukan pada beberapa suhu (Carains, 2004). Pada umumnya, Reaksi maksimum didapatkan pada kisaran suhu reaksi antara 60-80 oC, apabila terjadi kenaikan suhu dapat mengurangi hasil reaksi (Utami, 2007). Asetosal atau asam asetilsalisilat adalah obat yng digunakan sebagai antiinflamasi yaitu suatu zat atau obat yang digunakan untuk menghambat terjadinya inlamasi. Dalam dosis umum yang tinggi, efek antiinflamasi

asetosal sangat kecil pada dosis kurang dari 3 g/hari. Dosis maksimal dari asetosal adalah 8 g/hari sehingga jika diberikan melebihi dosis tersebut akan menimbulkan efek samping. Asetosal mempunyai struktur kimia sebagai berikut : O OH O O ( Astuti, 2008) C. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Alat yang digunakan pada percobaa ini adalah : Statif dan Klem Gelas kimia Pipet tetes Tabung reaksi Penangas air Stopwatch Rak tabung reaksi Thermometer Gegep Pipet ukur

2. Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah ; -

Asetosal Alkohol Aquades Es FeCl3

D. PROSEDUR KERJA Asetosal 0.2 g Dilarutkan dalam alkohol 15 ml Diencerkan dengan aquades sampai 1000 ml

Larutan asetosal Dimasukkan dalam tabung reaksi sebanyak 15 ml Dipanaskan pada suhu 40 oC, 50 oC, 70 oC Diangkat tiap 5, 10, 15, 20, 25 menit Didinginkan dalam es Ditambah 2 tetes larutan FeCl3 Dibaca serapan tiap larutan pada panjang gelombang 525 nm Diulangi untuk tiap suhu

40 oC 5 mnt, Ao = 0.046 10 mnt, Ao = 0.035 15 mnt, Ao = 0.037 20 mnt, Ao = 0.041 25 mnt, Ao = 0.023

50 oC Ao = 0.049 Ao = 0.041 Ao = 0.027 Ao = 0.042 Ao = 0.047

70 oC Ao = 0.082 Ao = 0.048 Ao = 0.064 Ao = 0.052 Ao = 0.028

E. HASIL PENGAMATAN Pemanasan 40 oC, 50 oC, 70 oC Sampel 15 ml 15 ml 15 ml 15 ml 15 ml Waktu 5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit Serapan 40 oC 0.046 0.035 0.037 0.041 0.023 50 oC 0.049 0.041 0.027 0.042 0.047 70 oC 0.082 0.048 0.064 0.052 0.028

F. PEMBAHASAN Kinetika reaksi sangat penting dalam ilmu farmasi karena dapat mengetahui laju reaksi suatu bahan obat. Selain itu dapat juga digunakan untuk mengetahui atau memperkirakan masa simpan obat. Setelah dibuat, obat disimpan pada kondisi tertentu bertekanan tinggi, misalnya pada suhu tinggi, kelembaban tinggi pencahayaan kuat dan laju dekomposisinya yang dapat ditentukan. Oleh sebab itu pada percobaan ini dilakukan pengukuran terhadap hubungan yang terjadi antara suhu dan laju reaksi suatu bahan obat. Bahan obat yang digunakan pada percobaan ini adalah asetosal atau asam asetilsalisilat. Bahan obat ini kebanyakan digunakan sebagai obat analgetilantipiretik dan antiinflamasi.

Astosal yang telah ditimbang sebanyak 0.2 g kemudian ditambahkan alkohol agar mempermudah kelarutan dari asetosal dan kemudian dilarutkan dalam aquades sebanyak 1 L. Larutan tersebut kemudian dipanaskan pada suhu yang berbeda-beda yaitu 40 oC, 50 oC, dan 70 oC. Tujuannya agar dapat dilihat pengaruh kenaikan suhu terhadap laju reaksi asetosal yang dapat mempengaruhi masa simpan obat tersebut. Tiap 5, 10, 15, 20, 25 menit, satu persatu tabung diangkat dan didinginkan. Setelah itu ditambahkan FeCl3 yang menyebabkan warna larutan menjadi kuning. Hal ini disebabkan oleh pembentukan senyawa kompleks antara asetosal dan FeCl3 dan Fe3- sebagai atom pusat. Pembentukan senyawa kompleks tersebut dapat dilihat pada reaksi dibawah ini :

Reaksi pembentukan senyawa kompleks besi salisilat.

Kemudian dilakukan pengukuran serapan pada masing-masing tabung. Pengukuran serapan dilakukan pada panjang gelombang 525 nm. Hasil serapan yang didapat pada tiap-tiap suhu menunjukkan peningkatan dan juga

penurunan serapan. Hal ini bisa saja disebabkan oleh larutan yang telah dipanaskan terlalu lama didinginkan dan juga pada saat pemanasan terjadi penurunan bahkan peningkatan suhu. Bisa juga terjadi akibat kesalahan praktikan (human error). Dapat dilihat pada suhu 40 oC bahwa pada 5 menit pertama serapannya adalah 0.046, 5 menit kedua atau 10 menit serapannya adalah 0.035, pada menit ke 15 serapanya meningkat yaitu 0.037, sedangkan pada menit ke 20 menjadi 0.041 dan menit 25 serapannya menurun menjadi 0.023. Begitu pula pada suhu 50 oC dan 70 oC. G. KESIMPULAN Laju reaksi sangat dipengaruhi oleh suhu. Terjadinya tumbukantumbukan antara molekul-molekul asetosal menyebabkan meningkatnya kinetika reaksi pada asetosal. Waktu paroh obat ditentukan dari kecepatan dekomposisi obat yang ditunjukkan oleh kecepatan perubahan konsentrasi mula-mula reaktan.

DAFTAR PUSTAKA Astuti, R.W. 2008. Uji Efek Antiulcer Perasan Umbi Garut (Maranta arundinaceae L) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta Chang R. 2005. Kimia Dasar : Konsep-Konsep Inti. Erlangga. Jakarta Carains, D. 2004. Intisari Kimia Farmasi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta Sembodo, B. S.T dkk. 2005. Kinetika Reaksi Pembuatan Asam Fosfat Dari Serbuk Tulang Ayam dan Asam Sulfat. Ekuilibrium Vol. 4. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UNS. Semarang Utami, T.S dkk. 2007. Kinetika reaksi transesterifikasi CPO terhadap Produk Metil Palmitat dalam Reaktor Tumpak. Seminar Fundamental dan Aplikasi Teknik Kimia. Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Depok

LAPORAN SEMENTARA Hari/Tanggal Judul Percobaan Percobaan Kelompok Hasil Pengamatan Pemanasan 40 oC, 50 oC, 70 oC Sampel 15 ml 15 ml 15 ml 15 ml 15 ml Waktu 5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit Serapan 40 oC 0.046 0.035 0.037 0.041 0.023 50 oC 0.049 0.041 0.027 0.042 0.047 70 oC 0.082 0.048 0.064 0.052 0.028 : Rabu, 30 Maret 2011 : Kinetika Reaksi Kimia : IV :V

Ttd Asisten

Wahab

You might also like