You are on page 1of 23

G.

Contoh Kasus

Judul : KONTRIBUSI POLA REKRUITMENT, SISTEM PENGGAJIHAN, JENJANG KARIER, DAN MOTIVASI PEGAWAI, TERHADAP KINERJA PEGAWAI Model ini terdiri dari tiga variabel bebas, pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier dengan dua variabel tergantung, yaitu variabel motivasi pegawai dan kinerja pegawai.

Dalam model ini adalah ingin mengukur besamya pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier terhadap variabel kinerja pegawai secara langsung dan secara tidak langsung melalui variabel motivasi pegawai. Model diagram jalurnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Pola Rekruitment

Sistem Penggajihan

Motivasi

Kinerja

Jenjang Karier

Keterangan: Pola rekrutmen merupakan variabel bebas pertama dan diberi simbol X1 Sistem penggajian merupakan variabel bebas kedua dan diberi simbol X2 Jenjang karier merupakan variabel bebas ketiga dan diberi simbol X1 Motivasi tertentu merupakan variabel tergantung satu dan diberi simbol Y1 Kinerja merupakan variabel tergantung dua dan diberi simbol Y2

12

MASALAH : 1. Berapa besar pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier terhadap variabel motivasi pegawai secara parsial atau sendirisendiri dan variabel mana yang pengaruhnya paling besar? 2. Berapa besar pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier terhadap variabel motivasi pegawai secara gabungan? 3. Berapa besar pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier terhadap variabel kinerja pegawai? 4. Berapa besar pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier terhadap variabel kinerja pegawai melalui variabel motivasi pegawai?

DATA : Data seperti terlihat di bawah ini:


Pola Rekrutment 18 15 18 14 15 17 13 19 15 19 15 16 15 16 11 13 20 16 16 16 12 18 14 15 14 11 14 12 12 9 Sistem Penggajian 18 18 15 15 15 16 17 19 16 19 16 12 14 17 14 16 12 13 13 15 12 16 16 15 13 11 17 13 14 15 Jenjang Karier 16 16 21 14 16 16 15 18 16 21 17 17 18 15 12 16 16 13 18 15 15 19 21 11 14 12 9 15 13 14 Motivasi 16 18 16 15 16 16 13 21 17 18 17 15 14 18 17 17 18 17 15 16 16 15 15 13 18 13 13 11 12 8 Kinerja 15 12 14 13 12 13 14 12 14 15 13 11 12 12 13 14 15 14 15 14 14 14 11 12 12 10 10 10 9 8

13

PENYELESAIAN : Penyelesaian masalah akan dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

Tahap 1: Menentukan model diagram jalurnya berdasarkan paradigma hubungan antarvariabel sebagai berikut:
1 Pola Rekruitment 2

Sistem Penggajihan

Motivasi

Kinerja

Jenjang Karier

Tahap 2: Membuat diagram jalur persamaan strukturalnya sebagai berikut:


1 2

X1

X2

Y1

Y2

X3

Diagram jalur di atas terdiri atas dua persamaan struktural, di mana X1, X2, dan X3 adalah variabel eksogen dan Y1 serta Y2 adalah variabel endogen. Persamaan strukturalnya dapat dilihat sebagai berikut: Persamaan substruktur 1: Persamaan substruktur 2 : Y1 = PY1 X1 + PY1 X 2 + PY1 X 3 + 1 Y2 = PY2 X1 + PY2 Y1 + PY 2 X 3 + PY 2 X 2 + 2

14

Tahap 3 : Tahap Analisis Dalam tahap analisis ini akan digunakan SPSS. Analisis yang akan dilakukan terdiri dari dua langkah. Pertama: analisis untuk substruktur 1, dan kedua untuk substruktur 2.

I. Substruktur 1: Persamaan strukturalnya: Y1 = PY1 X1 +PY1 X 2 +PY1 X 3 + 1 di mana Y1 = Motivasi X1 = Pola rekrutmen X2 = Sistem penggajihan X3 = Jenjang karier 1 = Error Hasil penghitungan (output) adalah sebagai berikut:

Regresi
Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 ,643a .413 ,345 2,055 a. Predictors: (Constant), Jenjang karir, Sistem penggajian, Pola recruitment

ANOVAb Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares 77.228 109,773 187.002 df 3 26 29 Mean Square 25.743 4.222 F 6.097 Sig. ,003a

a. Predictors: (Constant), Jenjang karir, Sistem penggajian , Pola recruitment b. Dependent Variable: Motivasi pegawai

15

Coefficientsa Unstandardized Model 1 (Constant) Sistem penggajian Pola recruitment Jenjang karir Standardized t 1.671 .677 3.143 -.013 Sig. .107 .504 .004 .990 Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 5.134 .131 ,565 -.002 3.073 ,193 ,180 ,161 ,112 ,590 -.002

a. Dependent Variable: Motivasi pegawai

Korelasi
Correlations Pola recruitment Pola recruitment Pearson Correlation 1 30 ,412* ,024 30 ,534** ,002 30 Sig. (2-tailed) N Sistem penggajian Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Jenjang karir Pearson Correlation Siq. (2-tailed) N Sistem penggajian ,412* ,024 30 1 30 ,285 ,127 30

Jenjang karir .534** ,002 30 ,285 ,127 30 1 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

PENAFSIRAN HASIL A. Analisis Regresi Pada bagian ini analisis dibagi menjadi dua, yaitu: Pertama : melihat pengaruh secara gabungan Kedua
Model

: melihat pengaruh secara parsial.


Model Summary R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

a.

1 ,643a .413 ,345 2,055 Predictors: (Constant), Jenjang karir, Sistem penggajian, Pola recruitment

a. Melihat pengaruh pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier secara gabungan terhadap motivasi

16

Pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier terhadap motivasi secara gabungan, maka dapat dilihat dari hasil perhitungan dalam model summary, khususnya angka R square di bawah ini:

Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 ,643a .413 ,345 2,055 a. Predictors: (Constant), Jenjang karir, Sistem penggajian, Pola recruitment

Besarnya angka R square (r) adalah 0,413. Angka tersebut digunakan untuk melihat besarnya pengaruh pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier terhadap motivasi dengan cara menghitung koefisien (KD) dengan menggunakan rumus sebagai berikut: KD = r x l00% = 0,413 x 100% KD = 41,3% Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier terhadap motivasi secara gabungan adalah 41,3%, sedangkan sisanya sebesar 58,7% (100%-41,3%) dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain, variabilitas motivasi yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier adalah sebesar 41,3%, sedangkan pengaruh sebesar 58,7% disebabkan oleh variabelvariabel lain di luar model ini. Untuk mengetahui kelayakan model regresi (Apakah model regresi sudah benar atau salah), maka diperlukan uji hipotesis. Uji hipotesis dapat menggunakan angka F pada table berikut:
ANOVAb Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares 77.228 109,773 187.002 df 3 26 29 Mean Square 25.743 4.222 F 6.097 Sig. ,003a

a. Predictors: (Constant), Jenjang karir, Sistem penggajian , Pola recruitment b. Dependent Variable: Motivasi pegawai

17

Hipotesisnya berbunyi sebagai berikut: H0 : H1 : Tidak ada hubungan linier antara pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier dengan motivasi. Ada hubungan linier antara pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier dengan motivasi.

Pengujian dapat dilakukan dengan dua cara : Pertama, dengan membandingkan besarnya angka F penelitian dengan F tabel. Kedua, dengan membandingkan angka taraf signifansi (sig) hasil penghitungan dengan taraf signifikansi 0,05 (5%). *Menggunakan cara pertama atau membandingkan besarnya angka F penelitian dengan F tabel. Caranya sebagai berikut: 1. Menghitung F penelitian. F penelitian dari SPSS didapatkan sebesar 6,097. 2. Menghitung F tabel dengan Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat kebebasan (DK) dengan ketentuan numerator: jumlah variabel -1 atau 5-1 = 4; dan denumerator: jumlah kasus - 4 atau 30 - 4 = 26. Dengan ketentuan tersebut, diperoleh angka F tabel sebesar 2,69. 3. Menentukan kriteria uji hipotesis : Jika F penelitian > F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jika F penelitian < F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Dari hasil perhirtungan didapatkan angka F penelitian sebesar 6,097 > F tabel sebesar 2,69 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya : Terdapat hubungan linier antara pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier dengan motivasi. Dengan demikian, model regresi di atas sudah layak dan benar. Kesimpulannya : pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier secara gabungan mempengaruhi motivasi. Besamya pengaruh ialah 0,413 %. Besamya pengaruh variabel lain di luar model regresi tersebut dihitung dengan rumus: 1 - r2 atau 1 - 0,413 = 0,587 atau sebesar 58,7%.

18

*Menggunakan cara kedua atau membandingkan besarnya angka taraf signifikansi (sig) penelitian dengan taraf signifikansi sebesar 0,05 dengan kriterianya sebagai berikut: - Jika sig penelitian < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. - Jika sig penelitian > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Berdasarkan perhitungan angka signifikansi sebesar 0,003 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan linier antara pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier.

b. Melihat pengaruh, pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier secara parsial terhadap motivasi pegawai Untuk melihat besarnya pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier terhadap motivasi pegawai secara sendiri-sendiri/parsial, digunakan Uji T, sedangkan untuk melihat besamya pengaruh, digunakan angka Beta atau Standardized Coeffecient di bawah ini. Coefficientsa Unstandardized Coefficients B Std. 5.134 .131 ,565 -.002 3.073 ,193 ,180 ,161 Standardized Coefficients Beta ,112 ,590 -.002

Model 1 (Constant) Sistem penggajian Pola recruitment Jenjang karir

t 1.671 .677 3.143 -.013

Sig. .107 .504 .004 .990

a. Dependent Variable: Motivasi pegawai

b.1 Hubungan antara pola rekrutmen dan motivasi pegawai Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara pola rekrutmen dan motivasi pegawai, kita dapat melakukan langkah-langkah analisis sebagai berikut: Pertama : Menentukan hipotesis H 0 : Tidak ada hubungan linier antara pola rekrutmen dan motivasi pegawai.

19

H 1:

Ada hubungan linier antara pola rekrutmen dan motivasi pegawai.

Kedua: Menghitung besarnya angka t penelitian Hasil penghitungan SPSS diperoleh angka t penelitian sebesar 3,143. Ketiga: Menghitung besarnya angka t table dengan ketentuan sebagai berikut: Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan: DK = n -2, atau 30 - 2 = 28. Dari ketentuan tersebut diperoleh angka t tabel sebesar 2,048. Keempat: Menentukan kriteria Kriteria uji hipotesisnya sebagai berikut: Jika t penelitian > t tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jika t penelitian < t tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Didasarkan hasil penghitungan, diperoleh angka t penelitian sebesar 3,143 > t table sebesar 2,048 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan linier antara pola rekrutmen dan motivasi pegawai. Besarnya pengaruh pola rekrutmen terhadap motivasi pegawai sebesar 0,590 atau 59,0%.

b.2 Hubungan antara sistem penggajian dan motivasi pegawai Hipotesis : H0: Tidak ada hubungan linier antara sistem penggajian dan motivasi pegawai. H1: Ada hubungan linier antara sistem penggajian dan motivasi pegawai. Hasil penghitungan SPSS diperoleh angka t penelitian sebesar 0,677. Dengan taraf signifikansi 0,05 dan Derajat Kebebasan (DK) = n -2, atau 30 2 = 28. akan diperoleh angka t tabel sebesar 2,048. Didasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t penelitian sebesar 0,677 < t table sebesar 2,048 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara sistem penggajian dan motivasi pegawai. Besamya pengaruh sistem penggajian terhadap motivasi pegawai sebesar 0,112 atau 11,2% dianggap tidak signifikan

20

b.3 Hubungan antara jenjang karier dan motivasi pegawai Hipotesis : H0: Tidak ada hubungan linier antara j enj ang karier dan motivasi pegawai. H 1: Ada hubungan linier antara jenjang karier dan motivasi pegawai.

Dari hasil penghitungan SPSS diperoleh angka t penelitian sebesar -0,013. Dengan Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat Kebebasan (DK) = n -2, atau 30 -2 = 28, diperoleh angka t tabel sebesar 2,048. Didasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t penelitian sebesar -0,013 < t tabel sebesar -2,048 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara jenjang karier dengan motivasi pegawai. Besarnya pengaruh jenjang karier dan motivasi pegawai sebesar -0,002 atau sebesar -0,2 % dianggap tidak signifikan.

B. Analisis Korelasi Untuk menganalisis korelasi antar variabel pola rekrutmen, sistem pegawai, dan jenjang karier, dapat dianalisis dari hasil penghitungan SPSS sebagai berikut:

Correlations Pola recruitment Pola recruitment Pearson Correlation 1 30 ,412* ,024 30 ,534** ,002 30 Sig. (2-tailed) N Sistem penggajian Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Jenjang karir Pearson Correlation Siq. (2-tailed) N

Sistem penggajian ,412* ,024 30 1 30 ,285 ,127 30

Jenjang karir .534** ,002 30 ,285 ,127 30 1 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

21

a. Korelasi antara pola rekrutmen dan sistem penggajian Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel pola rekrutmen, dan sistem penggajian sebesar 0,412. Untuk menafsir angka tersebut, digunakan kriteria sebagai berikut: 0 - 0,25 : Korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada)

> 0,25 - 0,5 : Korelasi cukup > 0,5-0,75 : Korelasi kuat > 0,75 - 1 : Korelasi sangat kuat pola

Korelasi sebesar 0,412 mempunyai maksud hubungan antara variabel

rekrutmen dan sistem penggajian cukup kuat dan searah (karena hasilnya positif). Searah artinya jika pola rekrutmen tinggi maka sistem penggajian juga tinggi. Korelasi dua variabel bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,024 < 0,05. Jika angka signifikansi (sig) < 0,05 maka hubungan kedua variabel signifikan. Sebaliknya, jika angka signifikansi (sig) > 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak signifikan.

b. Korelasi antara pola rekrutmen dan jenjang karier Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel pola rekrutmen dan jenjang karier sebesar 0,534. Korelasi sebesar 0,534 mempunyai maksud hubungan antara variabel pola rekrutmen dan jenjang karier kuat dan searah. Korelasi dua variabel bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,002 < 0,01.

c. Korelasi antara sistem penggajian dan jenjang karier Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel sistem penggajian dan jenjang karier sebesar 0,285. Korelasi sebesar 0,285 mempunyai maksud hubungan antara sistem penggajian dan jenjang karier

22

cukup kuat dan searah. Korelasi dua variabel bersifat tidak signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,127 > 0,05.

II. Substruktur 2

Persamaan strukturnya ialah: Y2 = PY2 X1 + PY2 Y1 + PY 2 X 3 + 2 Hasil Penghitungan dengan SPSS adalah sebagai berikut:

Regresi
Model R Model Summary R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1
a.

,646a

,418

,324

1.595

Predictors: (Constant), Motivasi pegawai, Jenjang karir, Sistem penggajian, Pola recruitment

ANOVAb Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares 45,601 63,598 109.199 df 4 25 29 Mean Square 11,400 2,544 F 4,481 Sig. ,007a

a. Predictors: (Constant), Motivasi pegawai, Jenjang karir, Sistem penggajian , Pola recruitment b. Dependent Variable: kinerja pegawai

Coefficientsa Unstandardized Model 1 (Constant) Sistem penggajian Pola recruitment Jenjang karir Standardized t 2.055 -.741 1,795 .696 1.407 Sig. ,050 .466 .085 .493 .172 Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 5,158 -,112 ,294 .087 2,510 .151 .164 .125 .152 -.126 .402 .126 .280

.214 Motivasi pegawai a. Dependent Variable: Kinerja pegawai

23

Korelasi

Correlations Pola Sistem recruitment penggajian Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Sistem penggajian Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Jenjang karir Pearson Correlation Siq. (2-tailed) N Motivasi pegawai Pearson Correlation Siq. (2-tailed) N Pola recruitment 1 30 ,412* ,024 30 ,534** ,002 30 .634** .000 30 ,412* ,024 30 1 30 ,285 ,127 30 ,354 ,055 30

Jenjang karir .534** ,002 30 ,285 ,127 30 1 30 .344 ,062 30

Motivasi pegawai .634* * ,000 30 ,354 ,055 30 .344 .062 30 1 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Penafsiran Hasil A. Analisis Regresi Pada bagian ini analisis dibagi menjadi dua yaitu pengaruh secara gabungan dan melihat pengaruh secara parsial. a. Melihat pengaruh pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier dan motivasi pegawai secara gabungan terhadap kinerja Untuk melihat pengaruh pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier dan motivasi pegawai secara gabungan, dapat dilihat dari hasil penghitungan dalam model summary, khususnya angka R square di bawah ini:
Model R Model Summary R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1
a.

,646a

,418

,324

1.595

Predictors: (Constant), Motivasi pegawai, Jenjang karir, Sistem penggajian, Pola recruitment

24

Besamya angka R square (r~) adalah 0,418. Angka tersebut dapat digunakan untuk melihat besamya pengaruh pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier dan motivasi pegawai terhadap kinerja pegawai dengan cara menghitung Koefesien Determinasi (KD) dengan menggunakan rumus sebagai berikut: KD= r 2 xl00% = 0,418x100% KD = 41,8% Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier dan motivasi pegawai secara gabungan terhadap kinerja pegawai adalah 41,8%, sedangkan sisanya sebesar 58,2% (100% - 41,8%) dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain, variabilitas kinerja pegawai yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier dan motivasi pegawai adalah sebesar 41,8%, sedangkan pengaruh sebesar 58,2% disebabkan oleh variabel-variabel lain di luar model ini. Uji hipotesis menggunakan angka F dari tabel di bawah ini

ANOVAb Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares 45,601 63,598 109.199 df 4 25 29 Mean Square 11,400 2,544 F 4,481 Sig. ,007a

a. Predictors: (Constant), Motivasi pegawai, Jenjang karir, Sistem penggajian , Pola recruitment b. Dependent Variable: kinerja pegawai

Hipotesis: H0 : Tidak ada hubungan linier antara pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier dan motivasi pegawai dengan kinerja pegawai H1 : Ada hubungan linier antara pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier dan motivasi pegawai dengan kinerja pegawai Pengujian hipotesis: Dengan membandingkan besarnya angka F penelitian dengan F tabel. F penelitian dari SPSS didapatkan sebesar 4,481

25

Dengan Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat kebebasan (DK) dengan numerator: jumlah variabel -1 atau 5 - 1 = 4 ; dan denumerator: jumlah kasus - 4 atau 30 - 4 = 26, diperoleh angka F tabel sebesar 2,74. Jika F penelitian > F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jika F penelitian < F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak. Dari hasil perhitungan didapatkan angka F penelitian sebesar 4,481 > F tabel sebesar 2,74 sehingga H0 ditolak dan HI diterima. Artinya, ada hubungan linier antara pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier dan motivasi pegawai dengan kinerja pegawai. Dengan demikian, model regresi di atas sudah layak dan benar. Kesimpulannya ialah pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier dan motivasi pegawai secara gabungan mempengaruhi kinerja pegawai. Besarnya pengaruh ialah 41,8%. Besarnya pengaruh variabel lain di luar model regresi tersebut dihitung dengan rumus 1 r2 atau 1 - 0,418 = 0,582 atau sebesar 58,2%.

b. Melihat pengaruh pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier dan motivasi pegawai terhadap kinerja pegawai Untuk melihat besarnya pengaruh variabel rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier dan motivasi pegawai terhadap kinerja pegawai secara sendirisendiri/parsial, digunakan Uji T, sedangkan untuk melihat besamya pengaruh, digunakan angka Beta atau Standardized Coefficient di bawah ini.
Coefficientsa Unstandardized Model 1 (Constant) Sistem penggajian Pola recruitment Jenjang karir Standardized t 2.055 -.741 1,795 .696 1.407 Sig. ,050 .466 .085 .493 .172 Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 5,158 -,112 ,294 .087 2,510 .151 .164 .125 .152 -.126 .402 .126 .280

.214 Motivasi pegawai a. Dependent Variable: Kinerja pegawai

26

b. 1 Hubungan antara sistem penggajian dan kinerja pegawai Hipotesis: H0 : H1 : Tidak ada hubungan linier antara sistem penggajian dan kinerja pegawai. Ada hubungan linier antara sistem penggajian dan kinerja pegawai. Menghitung besamya angka t penelitian: Hasil penghitungan SPSS diperoleh angka t penelitian sebesar -0,741. Menghitung besamya angka t tabel dengan Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan: DK = n - 2, atau 30 - 2 = 28. Dari ketentuan tersebut diperoleh angka t tabel sebesar 2,048. Jika t penelitian > t tabel maka H0 ditolak dan H0 diterima. Jika t penelitian < t tabel maka H0 diterima dan H0 ditolak. Didasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t penelitian sebesar -0,741 < t tabel sebesar -2,048 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara sistem penggajian dan kinerja pegawai. Besamya pengaruh sistem penggajian terhadap kinerja pegawai sebesar -0,126 atau 12,6% dianggap tidak signifikan. Hal ini tercermiii dalam angka signifikansi sebesar 0,466 yang lebih besar dari 0,05.

b.2 Hubungan antara pola rekrutmen dan kinerja pegawai Hipotesis: H0 : Tidak ada hubimgan linier antara pola rekrutmen dan kinerja pegawai. H 1: Ada hubungan linier antara pola rekrutmen dan kinerja pegawai. Menghitung besamya angka t penelitian: Hasil penghitungan SPSS diperoleh angka t penelitian sebesar 1,795. Menghitung besaniya angka t tabel dengan Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan: DK = n -2, atau 30 - 2 = 28. Dari ketentuan tersebut, diperoleh angka t tabel sebesar 2,048.

27

Jika t penelitian > tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima dan Jika t penelitian < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak. Didasarkan hasil penghitungan, diperoleh angka t penelitian sebesar 1,795 < t tabel sebesar 2,048 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara pola rekrutmen dan kinerja pegawai. Besamya pengaruh pola rekrutmen terhadap kinerja pegawai adalah sebesar 0,402 atau 40,2% yang dianggap tidak signifikan. Hal ini juga sesuai dengan nilai signifikansi sebesar 0,085 yang lebih besar dari 0,05.

b.3 Hubungan antara jenjang karier dan kinerja pegawai Hipotesis: H0 : Tidak ada hubungan linier antara jenjang karier dan kinerja pegawai. H 1 : Ada hubungan linier antara jenjang karier dan kinerja pegawai. Menghitung besamya angka t penelitian: Hasil penghitungan SPSS diperoleh angka t penelitian sebesar 0,696. Menghitung besamya angka t tabel dengan Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan: DK = n -2, atau 30 - 2 = 28. Dari ketentuan tersebut, diperoleh angka t tabel sebesar 2,048. Jika t penelitian > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. jika t penelitian < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak. Didasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t penelitian sebesar 0,696 < t tabel sebesar 2,048 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara jenjang karier dan kinerja pegawai. Jika dilihat dari angka Beta, besarnya pengaruh layanan ter-hadap loyalitas sebesar 0,126 atau 12,6% dianggap tidak signifikan.

b.4 Hubungan antara motivasi pegawai dan kinerja pegawai Hipotesis: H0: Tidak ada hubungan linier antara motivasi pegawai dan kinerja pegawai. H1 : Ada hubungan linier antara motivasi pegawai dan kinerja pegawai.

28

Menghitung besarnya angka t penelitian: Hasil penghitungan SPSS diperoleh angka t penelitian sebesar 1,407. Menghitung besarnya angka t tabel: Dengan Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan: DK = n -2, atau 30 - 2 = 28. Dari ketentuan tersebut, diperoleh angka t tabel sebesar 2,048. Jika t penelitian > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jika t penelitian < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak. Didasarkan hasil penghitungan, diperoleh angka t penelitian sebesar 1,407 < t tabel sebesar 2,048 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara motivasi pegawai dan kinerja pegawai. Besarnya pengaruh motivasi pegawai ter-hadap kinerja pegawai adalah sebesar 0,280 atau 28,0% yang dianggap tidak signifikan. Hal ini juga sesuai dengan nilai signifikansi sebesar 0,172 yang lebih besar dari 0,05.

B. Analisis Korelasi Korelasi antara pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier dan motivasi pegawai dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Correlations Pola Sistem recruitment penggajian Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Sistem penggajian Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Jenjang karir Pearson Correlation Siq. (2-tailed) N Motivasi pegawai Pearson Correlation Siq. (2-tailed) N Pola recruitment 1 30 ,412* ,024 30 ,534** ,002 30 .634** .000 30 ,412* ,024 30 1 30 ,285 ,127 30 ,354 ,055 30 Motivasi pegawai .634 ** ,000 30 ,354 ,055 30 .344 .062 30 1 30

Jenjang karir .534* * ,002 30 ,285 ,127 30 1 30 .344 ,062 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

29

a. Korelasi antara pola rekrutmen dan sistem penggajian Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara variabel pola rekrutmen dan sistem penggajian sebesar 0,412. Untuk menafsir angka tersebut, digunakan kriteria sebagai berikut: 0 - 0,25 > 0,25-0,5 > 0,5 -0,75 > 0,75 - 1 : Korelasi sangat le all (dianggap tidak ada) : Korelasi cukup : Korelasi kuat : Korelasi sangat kuat

Korelasi sebesar 0,412 mempunyai maksud hubungan antara variabel pola rekrutmen dan sistem penggajian cukup kuat dan searah (karena hasilnya positif). Searah artiiiya jika pola rekrutmen tinggi maka sistem penggajian juga tinggi. Korelasi dua variabel bersifat sigiiifikan karena angka signifikansi sebesar 0,024 < 0,05. Jika angka signifikansi (sig) < 0,05 maka hubungan kedua variabel signifikan. Sebaliknya, jika angka signifikansi (sig) > 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak signifikan.

b. Korelasi antara pola rekrutmen dan jenjang karier Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel pola rekrutmen dan jenjang karier sebesar 0,534. Korelasi sebesar 0,534 mempunyai maksud hubungan antara variabel pola rekrutmen dan jenjang karier kuat dan searah. Korelasi dua variabel bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,002 < 0,01. Catatan: angka 0,01 digunakan karena hasil penghitungan SPSS memberikan angka signifikansi sebesar 0,01 yang ditandai dengan dua bintang (**). Standar SPSS antara 0,01 sampai dengan 0,05.

c. Korelasi antara sistem penggajian dan jenjang karier Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel sistem penggajian dan jenjang karier sebesar 0,285. Korelasi sebesar 0,285 mempunyai maksud hubungan antara variabel sistem penggajian dan jenjang karier cukup kuat

30

dan searah. Korelasi dua variabel tidak bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,127 < 0,05.

d. Korelasi antara pola rekrutmen dan motivasi pegawai Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel rekrutmen dan motivasi pegawai sebesar 0,634. Korelasi sebesar 0,634 mempunyai maksud hubungan antara variabel rekrutmen dan motivasi pegawai kuat dan searah. Korelasi dua variabel bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,00 < 0,01. Catatan: digunakan angka 0,01 karena hasil penghitungan SPSS memberikan angka signi-fikansi sebesar 0,01 yang ditandai dengan dua bintang (**). Standar SPSS antara 0,01 sampai dengan 0,05.

e. Korelasi antara jenjang karier dan motivasi pegawai Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara jenjang karier dan motivasi pegawai sebesar 0,344. Korelasi sebesar 0,344 mempunyai maksud hubungan antara variabel jenjang karier dan motivasi pegawai cukup kuat dan searah. Korelasi dua variabel bersifat tidak signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,62 > 0,05.

PERHITUNGAN PENGARUH a. Pengaruh Langsung (Direct Effect atau DE) Untuk menghitung pengaruh langsung atau DE, digunakan formula sebagai berikut: Pengaruh variabel pola rekrutmen terhadap motivasi X1 X2 X3 Y1 = 0,590 Y1 = 0 ,112 Y1 = -0,002

Pengaruh variabel sistem penggajian terhadap motivasi

Pengaruh variabel jenjang karier terhadap motivasi

Pengaruh variabel pola rekrutmen terhadap kinerja

31

X1 X3 Y1

Y2 = 0,402 Y2 = 0,126 Y2 = 0,280

Pengaruh variabel jenjang karier terhadap kinerja

Pengaruh variabel motivasi terhadap kinerja

b. Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect atau IE) Untuk menghitung pengaruh tidak langsung atau IE, digunakan formula sebagai berikut: Pengaruh variabel pola rekrutmen terhadap kinerja melalui motivasi X1 Y1 Y2 = (0,590 x 0,280) = 0,1652

Pengaruh variabel sistem penggajian terhadap kinerja melalui motivasi X2 Y1 Y1 Y2 = (0,112 x 0,280) = 0,03136 Y2 = (-0,002 x 0,280) = -0,00056

Pengaruh variabel jenjang karier terhadap kinerja melalui motivasi X3

c. Pengaruh Total (Total Effect) - Pengaruh variabel pola rekrutmen terhadap kinerja melalui motivasi X1 Y1 Y2 = (0,590 + 0,280) = 0,87

- Penganih variabel sistem penggajian terhadap kinerja melalui motivasi X2 X3 X1 Y1 Y1 Y2 = (0,112 + 0,280) = 0,392 Y2 = (-0,002 + 0,280) = 0,278

- Pengaruh variabel jenjang karier terhadap kinerja melalui motivasi

- Pengaruh variabel pola rekrutmen terhadap kinerja Y2 = 0,402

32

- Pengaruh variabel jenjang karier terhadap kinerja X3 Y1 Y 2 = 0,126 Y 2 = 0,280

- Pengaruh variabel motivasi terhadap kinerja

X1

1 = 0.587

r X1 X2 0,412 r X1X3 0,534 r X3X2 0,285

p y1X1 0,590

p y2X1 0,402

2 = 0.5827

X2

p y3X1 0,112

Y1

p y2 y1 0,280

Y2

p y1X3 -0,002

p y2X3 0,126

X3

Persamaan struktural untuk model tersebut ialah: Substruktur 1: Y1 = 0,590X1 + 0,112X2 -0,002X3 + 1 Substruktur 2: Y2 = 0,402X1 + 0,126X2 -0,280X3 + 2

KESIMPULAN Dari hasil analisis perhitungan di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengaruh variabel pola rekrutmen terhadap kinerja pegawai secara langsung

33

sebesar 0,402. 2. Pengaruh variabel jenjang karier terhadap kinerja pegawai secara langsung sebesar 0,126. 3. Pengaruh variabel motivasi terhadap kinerja pegawai secara langsung sebesar 0,280. 4. Pengaruh variabel pola rekruitmen, sistem penggajian, jenjang karier dan motivasi terhadap kinerja secara gabungan sebesar 0,418. 5. Pengaruh variabel-variabel lain di luar model terhadap kinerja sebesar 0,582. 6. Pengaruh variabel pola rekrutmen terhadap motivasi sebesar 0,590. 7. Pengaruh variabel jenjang karier terhadap motivasi sebesar -0,002. 8. Pengaruh variabel sistem penggajian terhadap motivasi sebesar 0.112. 9. Pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian, dan jenjang karier secara gabungan terhadap motivasi sebesar 0,413. 10. Pengaruh variabel lain di luar model terhadap motivasi sebesar 0,587.

34

You might also like