Professional Documents
Culture Documents
Buah pisang merupakan jaringan hidup yang tetap melakukan perubahan fisiologi setelah panen. Buah tetap meneruskan reaksi-reaksi metabolisme seperti pada saat masih melekat pada tanaman dengan cara mengunakan cadangan makanan. Kehilangan cadangan makanan tersebut dapat menyebabkan penurunan mutu. Penanganan pasca panen yang tepat seharusnya dimulai dari pemetikan sampai buah berada di tangan konsumen akhir. Penanganan pasca panen dilakukan agar buah pisang tetap segar sampai ditangan konsumen. Buah pisang termasuk buah klimakterik, yang ditunjukkan dengan kenaikan produksi CO2 dan etilen pada saat penuaan. Pematangan buah pisang terjadi dalam tiga tahap, yaitu tahap praklimakterik, tahap klimakterik, dan tahap senesence atau buah telah lewat matang. Tahap praklimakterik adalah tahap dimana buah masih dalam keadaan bebas etilen. Berakhirnya tahap praklimakterik berarti dimulainya tahap klimakterik. Secara fisiologi, tahap klimakterik terlihat dengan meningkatnya respirasi dan produksi etilen. Tahap ketiga yaitu tahap senesence, dimana pada tahap ini metabolisme dan kualitas buah telah menurun (John dan Marchal, 1995). Perlakuan pasca panen pisang dapat dilakukan dengan cara menekan laju respirasi sehingga umur simpan dapat maksimal. Salah satu cara yang disarankan adalah penggunaan bahan kimia KMnO4 (Kalium Permanganat) untuk menangkap gas etilen. Sholihati (2004), dalam penelitiannya menyimpulkan penggunaan pellet dari arang yang telah direndam dalam KMnO4 memberikan pengaruh terhadap penghambatan pematangan, dengan cara menekan produksi etilen dan mempertahankan warna hijau, tekstur, serta aroma pisang raja. Buah pisang raja bulu dapat ditunda kematangannya sampai 15 hari, kemudian dapat dimatangkan dengan sempurna. Anggreayani (2005) menyatakan kombinasi kemasan plastik dan penyerap etilen yang disimpan pada suhu 13 15oC, mampu mempertahankan kondisi pisang mas tetap mentah seperti pada kondisi awal pengamatan. Kontak langsung antara KMnO4 dengan produk tidak dianjurkan, karena bentuk KMnO4 yang cair. Diperlukan bahan penyerap KMnO4 agar dapat digunakan sebagai penyerap etilen. Bahan yang dapat digunakan sebagai bahan
penyerap KMnO4 antara lain arang aktif, zeolit, batu apung, oasis dan serutan gergaji kayu. Efektifitas dari bahan-bahan tersebut berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga diperlukan penelitian untuk mengetahui efektifitas bahan penyerap KMnO4 tersebut.