You are on page 1of 6

Diagram fasa Adalah diagram yang menampilkan hubungan antara temperatur dimana terjadi perubahan fasa selama proses

pendinginan dan pemanasan yang lambat dengan kadar karbon. Diagram ini merupakan dasar pemahaman untuk semua operasioperasi perlakuan panas. Fungsi diagram fasa Adalah memudahkan memilih temperatur pemanasan yang sesuai untuk setiap proses perlakuan panas baik proses anil, normalizing maupun proses pengerasan. Baja adalah paduan besi dengan karbon maksimal sampai sekitar 1,7%.paduan besi diatas 1,7% disebut cast iron. Perlakuan panas bertujuan untuk memperoleh struktur mikro dan sifat yang di inginkan. Struktur mikro dan sifat yang diinginkan dapat diperoleh melalui proses pemanasan dan proses pendinginan pada temperatur tertentu. Macam macam struktur yang ada pada baja: 1. ferit ferit adalah larutan padat karbon dan unsur paduan lainya pada besi kubus pusat badan (Fe). Ferit terbentuk akibat proses pendinginan yang lambat dari austenit baja hypotektoid pada saat mencapai A3 . ferit bersifat sangat lunak ,ulet dan memiliki kekerasan sekitar 70 - 100 BHN dan memiliki konduktifitas yang tinggi. 2. Sementit Sementit adalah senyawa besi dengan karbon yang umum dikenal sebagai karbida besi dengan prosentase karbon 6,67%C. yang bersifat keras sekitar 5 68 HRC 3. Perlit Perlit adalah campuran sementit dan ferit yang memiliki kekerasan sekitar 10-30HRC . Perlit yang terbentuk sedikit dibawah temperatur eutektoid memiliki kekerasan yang lebih rendah dan memerlukan waktu inkubasi yang lebih banyak. 4. Bainit Bainit merupakan fasa yang kurang stabil yang diperoleh dari austenit pada temperatur yang lebih rendah dari temperatur transformasi ke perlit dan lebih tinggi dari transformasi ke martensit. 5. Martensit Martensit merupakan larutan padat dari karbon yang lewat jenuh pada besi alfa sehingga latis-latis sel satuanya terdistorsi. Karbon

adalah unsur penyetabil austenit. Kelarutan maksimum dari karbon pada austenit adalah sekitar 1,7% (E) pada 11400C. Sedangkan kelarutan karbon pada ferit naik dari 0% pada 9100C menjadi 0,025% pada 7230C. pada pendinginan lanjut, kelarutan karbon pada ferrit menurun menjadi 0,08% pada temperatur kamar. Kegunaan dari baja tergantung dari sifat-sifatnya yang sangat bervariasi yang diperoleh melalui pemaduan dan penerapan proses perlakuan panas. Sifat mekanik dari baja sangat tergantung pada struktur mikronya, sedangkan struktur mikro sangat mudah diubah melalui proses perlakuan panas. Beberapa jenis baja memiliki sifat-sifat yang tertentu sebagai akibat penambahan unsur paduan. Salah satu unsur paduan yang sangat penting yang dapat mengontrol sifat baja adalah karbon (C). Jika besi dipadu dengan karbon, transformasi yang terjadi pada rentang temperatur tertentu erat kaitanya dengan kandungan karbon. Berdasarkan pemaduan antara besi dan karbon, karbon di dalam besi dapat berbentuk larutan atau berkombinasi dengan besi membentuk karbida besi (Fe3C). Jika kadar karbon meningkat maka transformasi austenit menjadi ferit akan menurun dan akan mencapai minimum pada titik prosentase karbon 0,8% pada temperatur 7230 C. Titik ini biasa disebut titik eutektoid. komposisi eutektoid dari baja merupakan titik rujukan untuk mengklasifikasikan baja. Baja dengan kadar karbon 0,8% disebut baja eutektoid. Sedang kan baja dengan kadar karbon kurang dari 0,8% disebut baja hipo tektoid . titik kritis sepanjang garis GS disebut sebagai garis A3 sedangkan titik kritis sepanjang garis PSK disebut sebagai garis A1. Dengan demikian setiap titik pada garis GS dan SE menyatakan temperatur dimana transformasi dari austenit dimulai baik pada saat dipanaskan maupun pada saat didinginkan Jika baja eutektoid didinginkan dari temperatur austenisasinya , maka pada saat mencapai titik titik sepanjang garis tersebut akan bertransformasi menjadi suatu campuran eutektoid yang disebut perlit. Jika baja hypo-teuktoid didinginkan dari temperatur austenisasinya, pada saat mencapai garis GS , ferit akan terbentuk sepanjang batas butir austenit. Pada titik ini, pengintian ferit akan terjadi dibatas butir austenit dan mulai saat itu, paduan Fe-C memasuki daerah dua fasa. Jika pendinginan yang lambat tersebut diteruskan ketitik C ferit akan tumbuh. Pada 7320C , struktur baja di titik C terdiri dari austenit dan ferit. Karena kelarutan karbon di ferit sangat rendah, maka pada saat pertumbuhan ferit akan disertai pembuangan karbon ke austenit yang

masih tersisa sehingga fasa austenit menjadi kaya akan karbon. Pendinginan lanjut dari dari baja tersebut, pada saat melalui temperatur eutektoidnya (pada titik D), austenit yang tersisa akan bertransformasi menjadi suatu campuran ferit dan sementit yang berbentuk lamellar (serpih). Dengan demikian baja dengan kadar karbon 0,4% pada titik D akan terdiri dari ferit dan perlit. Perbandingan ferit terhadap perlit sama dengan perbandingan ferit terhadap austenit di titik C. Pendinginan lebih lanjut sampai ke temperatur kamar tidak mempengaruhi struktur mikro yang sudah ada. Pada saat dipanaskan akan terjadi transformasi yang berlangsung kebalikanya dari apa yang telah dijelaskan di atas. Jumlah perlit yang ada pada setiap jenis baja sangat tergantung pada kadar karbonya. Sebagai contoh, baja dengan 0,2 % C akan memiliki sekitar 25% perlit, sedangkan baja dengan 0,4 % C akan memiliki sekitar 50 % C. Jika baja hypoteuktoid didinginkan dari temperatur austenisasinya, maka akan terjadi pemisahan sementit pada batas butir austenit disepanjang garis SE. Sebagai contoh jika baja dengan 1,25 % C diaustenisasi dan didinginkan perlahan-lahan maka akan terjadi pemisahan sementit. Dengan adanya pembentukan sementit, kadar karbon diaustenit akan berkurang dan penurunan kadar karbon tersebut terus berlanjut sampai mendekati temperatur 7230 C. Pada titik I, struktur baja akan terdiri dari campuran austenit dan sementit dimana sementitnya terbentuk disepanjang batas butir austenit. Pendinginan lebih lanjut dari baja tersebut melalui temperatur eutektoidnya akan mengubah seluruh austenit yang tersisa menjadi perlit. Pendinginan lanjut sampai ketemperatur kamar tidak akan mengubah struktur mikro yang sudah ada. Berdasarkan penjelasan di atas, struktur baja karbon tergantung dari kadar karbonya. Hasil pendinginan yang lambat pada temperatur kamar akan terdiri dari: 1. Ferit, dengan kandungan karbon 0,007 % - 0,25 %C 2. Ferit dan perlit, dengan kadungan karbon 0,025 % - 0,8 % C 3. Perlit dan sementit, dengan karbon, 0,8 % - 1,7 % C 4. Perlit dan grafit, dengan karbon 1,7 % - 4,2 % C (dengan perlakuan khusus) PROSES PENGERASAN (HARDENNING) Proses pengerasan atau hardening adalah suatu proses perlakuan panas yang dilakukan untuk menghasilkan suatu benda kerja yang keras, proses ini dilakukan pada temperatur tinggi yaitu pada temperatur austenisasi yang

digunakan untuk melarutkan sementit dalam austenit yang kemudian di quench. Pada tahap ini akan menghasilkan terperangkapnya karbon yang akan menyebabkan bergesernya atom-atom sehingga terbentuk struktur body center tetragonal atau struktur yang tidak setimbang yang disebut martensit yang bersifat keras dan getas. a. Temperatur Pengerasan untuk Baja Hipoeutektoid Temperatur yang digunakan adalah sekitar 200-500 C di atas garis A3. Misalkan sebagai contoh apabila baja dengan struktur ferit dan perlit dipanaskan sampai temperatur dibawah A1, maka pemanasan tersebut tidak akan mengubah struktur awal dari baja tersebut. Apabila pemanasan sampai temperatur A1 tetapi masih di bawah garis A3 akan mengubah perlit menjadi austenit tanpa terjadi perubahan apa-apa pada feritnya. Jika baja dipanaskan pada temperatur sedikit di atas A3 dan ditahan pada temperatur tersebut untuk jangka waktu tertentu agar dijamin proses difusi yang homogen, maka struktur baja akan bertransformasi menjadi austenit dengan ukuran butir yang relatif kecil. Quenching dari temperatur austenisasi akan menghasilkan martensit dengan harga kekerasan yang maksimum. Memanaskan sampai ke temperatur E cenderung meningkatkan ukuran butir austenit. Quenching dari temperatur seperti itu akan menghasilkan struktur martensit, tetapi sifatnya, bahkan setelah ditemper sekalipun, akan memiliki harga impak yang rendah. Disamping itu juga mungkin juga timbul retak pada saat diquench. b. Temperatur Pengerasan untuk Baja Hipereutektoid Temperatur yang digunakan adalah sekitar 300-500 C di atas temperature A13 yang berada pada daerah austenit dan sementit seperti terlihat pada gambar di atas tadi. Struktur hasil proses quench memiliki kekerasan yang sangat tinggi dibandingkan dengan martensit karena adanya karbida-karbida yang tidak larut yang memilki kekerasan di atas martensit. Jumlah karbida yang dapat larut pada austenit sebanding dengan temperatur austenisasinya. Jumlah karbida yang larut meningkat jika temperatur austenisasi dinaikkan; demikian juga dengan ukuran butir disertai dengan penurunan kekerasan austenitnya. Jika karbida yang terlarut terlalu besar, akan terjadi peningkatan ukuran butir disertai dengan penurunan kekerasan dan ketangguhan seperti pada gambar di bawah ini, jika baja dipanaskan di atas

temperatur Acm, struktur yang dihasilkannya hanya terdiri dari austenit saja. Dalam hal ini pertumbuhan butir akan lebih besar; akibatnya martensit yang akan dihasilkannya akan lebih kasar. Proses diatas akan menghasilkan kekerasan martensit yang rendah karena adanya austenit sisa pada struktur quench dan tidak adanya karbida yang dihasilkan. c. Tahapan Pekerjaan yang Harus Dilakukan Sebelum Proses Pengerasan Baja 1) Bebas dari terak (scale), oli, dan sebagainya agar dihasilkan kekerasan yang diinginkan dengan kata lain benda kerja harus bersih. 2) Benda kerja yang memiliki lubang, jika perlu, terutama pada baja perkakas harus ditutup dengan tanah liat, asbes atau baja insert sehingga tidak terjadi pengerasan pada bagian lubang tersebut. Hal ini tidak perlu dilakukan jika ukuran lubang relatif besar. 3) Benda kerja harus ditempatkan pada fixture yang layak sebelum diletakkan di dalam tungku. Hal ini adalah dilakukan untuk mencegah timbulnya distorsi. Benda kerja-benda kerja yang kecil yang relatif kecil dapat diletakkan dalam suatu keranjang yang didisain khusus untuk itu agar dijamin kekerasan yang homogen. 4) Baja karbon dan baja paduan rendah dapat dipanaskan langsung ke temperatur pemanasannya tanpa memerlukan adanya pemanasan awal (pre-heat). Sedangkan benda kerja yang besar dan bentuknya rumit dapat dilakukan pemanasan awal untuk mencegah distorsi dan retak akibat tidak homogennya temperatur di bagian tengah dengan di bagian permukaan. Pemanasan awal biasanya dilakukan untuk baja-baja perkakas karena konduktifitas panas baja tersebut sangat rendah, temperatur pemanasan awal yang dilakukan adalah 5000-6000 C. 5) Benda kerja yang akan dikeraskan harus mempunyai struktur yang homogen dan halus, karena apabila dari struktur logam tersebut kasar maka akan diperoleh struktur logam yang tidak homogen, distorsi, retak pada saat dipanaskan maupun pada saat diquench. Untuk itu struktur logam yang kasar sebelum dipanaskan harus dinormalkan terlebih dahulu dengan temperatur 7800-8000 C. Untuk menghindari cacat yang akan terjadi dapat dilakukan upaya-upaya sebagai berikut: o Menutupi atau menambah perkuatan bagian ramping semenjak pemanasan.

o Bahan pengejut yang tepat, sesuai dengan jenis baja dan kekerasan yang dituntut. o Sikap pengejutan yang menguntungkan. o Sering-sering membalikkan benda kerja dan menggerakkannya di dalam medium pengejut (Quench). o Perlengkapan pengencangan benda yang dikeraskan harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak merintangi penyejukan cepat pada tempat yang dikeraskan. Wadah untuk melakukan proses quench sedapat mungkin harus berada didekat perlengkapan pemanasan dan harus cukup besar atau memiliki pendinginan tambahan supaya isinya tidak terpanasi pada saat pengejutan. d. Lama Pemanasan Waktu yang diperlukan untuk mencapai temperatur pengerasan tergantung pada beberapa faktor seperti jenis tungku dan jenis elemen pemanasnya. Laju pemanasan dari tungku garam relatif lebih cepat dibanding dengan atmosfir karena perpindahan panas dari cairan ke benda padat terjadi dengan laju yang lebih cepat. Pemeriksaan visual dilakukan untuk mengetahui apakah benda kerja telah mencapai temperatur yang diinginkan dan bisa dilakukan dengan cara membandingkannya dengan warna dinding tungku. Setelah benda kerja telah mencapai suhu yang diinginkan kemudian diquench untuk mendapatkan struktur yang martensit. Pada umumnya setelah proses quenching dilakukan pemanasan kembali menuju suhu tertentu dengan penyejukan lambat laun sesudahnya. Proses untuk menghindari kerapuhan dan tegangan pengejutan ini disebut penemperan. Sebelum dilakukan proses pemanasan dilakukan pemanasan pendahuluan yang ikut menentukan bagi terbentuknya hasil pengerasan yang bebas rengatan. Dan salah satu caranya adalah dengan tidak memasukkan benda kerja yang akan dipanaskan dalam keadaaan dingin. Pemanasan awal biasanya dilakukan pada suhu 1500 C di bawah temperatur pengerasan yang digunakan. Salah satu penyebab yang sering terbentuknya rengatan pengerasan ialah karena pemanasan tidak merata pada benda yang dikeraskan. e. Tungku untuk Mengeraskan Baja Tungku yang diperlukan untuk mengeraskan baja harus dilengkapi dengan peralatan pengendali temperatur yang akurat dan pengendali atmosfir tungku agar proses yang sedang dilaksanakan terjamin. Perlu diperhatikan bahwa atmosfir

yang digunakan selama proses pemanasan harus netral dan tidak menimbulkan dekarburasi atau karburasi pada permukaan baja yang diproses. Adanya lapisan dekarburasi dapat menyebabkan rendahnya kekerasan sehingga dapat menimbulkan kekeliruan dalam memilih temperatur tempering. Dekarburasi juga dapat pula menjadi penyebab timbulnya retak pada jenis baja perkakas. Jenis-jenis tungku yang digunakan pada proses perlakuan panas antara lain adalah: Tungku garam, Tungku Muffle, Tungku Vakum dan Tungku Fluidized Bed. Tungku-tungku tersebut dinamai seperti itu disesuaikan dengan jenis medium pemanas yang digunakan. Perlu diketahui bahwa kecermatan proses pengerasan sangat tergantung pada penyiapan medium pengerasan yang tepat. f. Cara Menguench Medium yang digunakan untuk proses quench tergantung dari komposisi kimia baja yang diproses, kekerasan yang ingin dicapai, besarnya distorsi yang diijinkan dan kompleksitas bentuk benda kerja. Medium yang umum digunakan adalah: air, oli, brine, garam cair dan larutan polimer. Jenis baja, ketebalan penampang, distorsi yang diijinkan dan sifat yang ingin diperoleh dari benda kerja yang diproses menentukan metoda atau cara quench. Cara-cara quench adalah sebagai berikut: 1) Quench langsung (Direct quench). Cara ini dilakukan dengan mengunakan medium air atau oli dimana benda kerja ditahan pada temperatur pengerasannya untuk jangka waktu tertentu. 2) Martempering. Dengan cara ini, benda kerja dipanaskan sampai ke temperatur pengerasannya dengan cara yang biasa, medium yang digunakan adalah cairan garam. Temperature cairan garam tersebut dijaga konstan di atas temperature Ms dari baja yang bersangkutan. Benda kerja yang diproses didiamkan dalam cairan garam tersebut sampai temperatur diseluruh bagian benda homogen , tetapi tidak boleh terlalu lama karena bisa mengakibatkan bertransformasi menjadi fasa-fasa yang lebih lunak seperti perlit dan bainit.kerja seluruh cairan 3) Austempering. Proses ini dilakukan dengan cara mengquench baja dari temperatur austenisasinya ke dalam garam cair yang bertemperatur sedikit di atas temperatur Ms-nya. 4) Quench yang ditunda (Delay quenching). Proses ini dilakukan sesuai dengan nama metodenya yaitu benda kerja yang

sudah dipanaskan dan dikeluarkan dari tungku pada temperatur pengerasannya dibiarkan beberapa saat sebelum diquench. Cara ini dilakukan agar proses quench terjadi pada temperatur benda kerja yang lebih rendah sehingga memperkecil kemungkinan timbulnya distori. Cara ini lazim digunakan pada HSS, baja hot-worked dan baja-baja yang dikeraskan permukaannya. 5) Time quench. Metode ini dilakukan pada baja-baja yang memiliki mampu keras yang rendah yang memerlukan quenching ke dalam air atau pada baja-baja yang memiliki mampu keras yang tinggi tetapi ukuran benda kerjanya besar. 6) Die quench. Metode ini dilakukan dengan menggunakan medium yang mampu menyerap panas. Atas dasar hal tersebut, selama proses quench benda kerja dapat dipress sehingga secara mekanik kemungkinan distorsi dapat diperkecil. g. Medium quenching Tujuan utama dari proses pengerasan adalah agar diperoleh struktur martensit yang keras; sekurang-kurangnya dipermukaan baja. Hal ini hanya dapat dicapai jika menggunakan medium yang efektif sehingga baja didinginkan pada suatu laju yang dapat mencegah terbentuknya struktur yang lebih lunak seperti perlit dan bainit. Untuk baja karbon, medium quenching yang digunakan adalah air, sedangkan untuk baja paduan medium yang disarankan adalah oli, cairan polimer atau garam. Untuk baja-baja paduan tinggi disarankan agar menggunakan medium cairan garam. Medium yang digunakan pada proses quenching diantaranya, adalah: 1) Air. 2) Oli. 3) Garam netral. 4) Gas quenching. 5) Quenchant polimer. 6) Fluidized bed. h. Penemperan Proses tempering adalah proses pemanasan kembali baja yang dikeraskan. Dengan proses ini, duktilitas dapat ditingkatkan namun kekerasan dan kekuatannya menurun. Pada sebagian baja struktur, proses temper dimaksudkan untuk memperoleh kombinasi antara kekuatan, duktilitas dan ketangguhan yang tinggi. Dengan demikian baja yang telah mengalami proses pengerasan kemudian dilanjutkan dengan proses temper akan menjadikan baja lebih bermanfaat karena adanya struktur yang lebih stabil.

Menurut tujuannya penemperan dibedakan, yaitu; 1) Penemperan membebaskan tegangan antara 1000 sampai 2000C untuk memperlunak tegangan tanpa mengurangi kekerasan. 2) Penemperan antara 2000 sampai 3800 C untuk memperlunak kekerasan yang berlebihan dan meningkatkan keuletan, sedangkan perubahan ukuran yang juga terjadi pada pengejutan diperkecil (penting pada perkakas sayat) penerapannya pada baja paduan rendah dan bukan baja paduan. 3) Penemperan antara 5000 sampai 6500 C untuk meningkatkan kekerasan dengan penguraian karbid. Penerapannya hanya pada baja perkakas paduan tinggi. Penemperan baja bukan paduan berlangsung pada suhu penemperan yang berpedoman pada kandungan karbon dan kekerasan yang dikehendaki (1800 sampai 3400). Semakin tinggi suhu penemperan dan semakin lama didiamkan pada suhu ini (lama penemperan) semakin banyak terbentuk martensit: kekerasan akan lebih rendah, keuletan akan bertambah dan tegangan berkurang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saat temperatur dinaikkan, baja yang dikeraskan akan mengalami 4 tahapan sebagai berikut: o Pada temperature antara 800 dan 2000 C, suatu produk transisi yang kaya karbon yang dikenal sebagai karbida, berpresipitasi dari martensit tetragonal sehingga menurunkan tetragonalitas martensit atau bahkan mengubah martensit tetragonal menjadi ferit kubik. Pada saat ini, akibat keluarnya karbon, volume martensit berkontraksi. Karbida yang terbentuk pada perioda ini disebut sebagai karbida epsilon. o Pada temperatur antara 2000 dan 3000 C, austenit sisa mengurai menjadi suatu produk seperti bainit. Penampilannya mirip martensit temper perioda ini mirip martensit temper. Pada tahap ini volume baja meningkat. o Pada temperatur antara 3000 dan 4000 C terjadi pembentukan dan pertumbuhan sementit dari karbida yang berpresipitasi pada tahap pertama dan kedua. Perioda ini ditandai dengan adanya penurunan volume dan melampaui efek yang ditimbulkan dari penguraian austenit pada tahap yang kedua. o Pada temperatur antara 4000 dan 7000 C pertumbuhan terus berlangsung dan disertai dengan proses sperodisasi dari sementit. Pada temperatur yang lebih tinggi lagi, terjadi pembentukan karbida kompleks pada baja-baja

yang mengandung unsur-unsur pembentuk karbida yang kuat. PROSES TEMPER Proses temper adalah proses memanaskan kembali baja yang sudah dikeraskan dengan tujuan untuk memperoleh kombinasi antara kekuatan, duktilitas dan ketangguhan yang tinggi. Proses temper terdiri dari memanaskan baja sampai dengan temperatur dibawah temperatur A1, dan menahannya pada temperatur tersebut untuk jangka waktu tertentu dan kemudian didinginkan diudara. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada saat temperatur dinaikan, baja yang dikeraskan akan mengalami 4 tahapan sebagai berikut: 1. Pada temperatur antara 80 dan 2000 C, suatu produk transisi yang kaya karbon yang dikenal sebagai karbida, berpresipitasi dari martensit tetragonal sehingga menurunkan tetragonalitas martensit atau bahkan mengubah martensit tetragonal menjadi ferit kubik. Perioda ini disebut sebagai proses temper tahap pertama. Pada saat ini, akibat keluarnya karbon, volume martensit berkontraksi. Karbida yang terbentuk pada perioda ini disebut sebagai karbida epsilon. 2. Pada temperatur antara 200 dan 3000 C, austenit sisa mengurai menjadi suatu produk seperti bainit. Penampilannya mirip martensit temper. Perioda ini disebut sebagai proses temper tahap kedua. Pada tahap ini volume baja meningkat. 2 3. Pada temperatur antara 300 dan 4000 C, terjadi pembentukan dan pertumbuhan sementit dari karbida yang berpresipitasi pada tahap pertama dan kedua. Perioda ini disebut sebagai proses temper tahap ketiga. Perioda ini ditandai dengan adanya penurunan volume dan melampaui efek yang ditimbulkan dari penguraian austenit pada tahap yang kedua. 4. Pada temperatur 400 dan 7000 C pertumbuhan terus berlangsung dan disertai dengan proses sperodisasi dari sementit. Pada temperatur yang lebih tinggi lagi, terjadi pembentukan karbida kompleks, pada baja-baja yang mengandung unsur-unsur pembentuk karbida yang kuat. Perioda ini disebut sebagai proses temper tahap keempat. 1. Maksud dan Tujuan. Yang dimaksud dengan annealing ialah menurunkan kekerasan suatu baja

dengan jalan memanaskan baja tersebut pada temperatur diatas temperatur krisis maksimum 9800C, dan kemudian dinginkan secara perlahan-lahan di udara (sampai dingin). Sebagai misal baja dengan kadar karbon 1,2%C, susunan strukturnya adalah Sementit dan pearlit, setelah kita annealing maka akan didapat susunan pearlit agak kasar sehingga mengurangi kekerasan dari baja tersebut. Tujuan dari annealing ialah untuk : 1. Mendapatkan baja yang mempunyai kadar karbon tinggi, tetapi dapat dikerjakan mesin atau pengerjaan dingin. 2. Memperbaiki keuletan. 3. Menurunkan atau menghilangkan ketidak homogenan stuktur. 4. Memperhalus ukuran butir. 5. Menghilangkan tegangan dalam. 6. Menyiapkan struktur baja untuk proses perlakuan panas. 2. Langkah Kerja Proses Annealing. 2.1 Proses Annealing. Proses annealing adalah sebagai berikut: 1. Benda kerja kita masukan kedalam kotak baja yang kita isi dengan terak atau pasir. 2. Panaskan pada temperatur 9800C selama 1 sampai 3 jam. 3. Setelah cukup waktunya kotak kita angkat dari dapur. 4. Benda kerja didinginkan dengan perlahan-lahan. 2.2 Cara-Cara Pendinginan Pada Proses Annealing. Pendinginan dapat kita lakukan dengan cara: 1. Benda kerja dikeluarkan dari kotak dan dibiarkan dingin perlahan-lahan dengan pendinginan dari udara. 2. Benda kerja bersama-sama dengan kotaknya dibiarkan dingin perlahanlahan dengan pendinginan udara. 3. Kotak yang berisi benda kerja dibiarkan didalam dapur dan dapur kita matikan. Sehingga dapur, benda kerja dan kotak mengalami pendinginan yang perlahan-lahan dari udara. 3. Tipe-Tipe Proses Annealing Full Annealing. Full annealing (FA) terdiri dari austenisasi dari baja yang diikuti dengan pendinginan yang lambat didalam tungku, kemudian temperatur yang dipilih untuk austenisasi tergantung pada kandungan karbon dari baja tersebut.

You might also like