You are on page 1of 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM MUSKULUSKELETAL ALAT BANTU GERAK

Kasus 16

Oleh Kelompok 16 :

1. Rahmad Julianto 2. Sayrina Salinas D 3. Wahyu Tri Caksono

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SATRIA BHAKTI NGANJUK 2011/2012

LAPORAN PENDAHULUAN ALAT BANTU GERAK A. Pengertian Alat bantu gerak adalah suatu alat bantu yang digunakan untuk membantu proses penyembuhan klien. Selain itu juga dapat digunakan untuk membantu pergerakan klien berdasarkan atas kemampuan klien untuk menahan berat tubuh pada kaki, kekuatan lengan dan stamina dengan tujuan kompensasi pada defisiensi dan fungsi normal dari sistem muskuluskeletal, mengurangi tekanan berat pada sendi - sendi, dan memberikan kekuatan untuk mendorong tubuh kedepann atau untuk keseimbangan klien saat berjalan (asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem muskulusketal, 2012). Alat bantu gerak adalah suatu alat bantu klien untuk melakukan suatu rentag gerak atau keseimbangan tubuh yang akan dilakukan (mis. Berjalan). Klien yang menggunakan alat bantu gerak yaitu dengan indikasi pada klien hemiparese, pada klien paraparese, pada klien setelah dilakukan pemasangan gips, post strok yang mengalami kelehan ekstremitas bawah dan pada klien post fraktur ekstremitas bawah (Nuzulul, 2010). B. Macam-macam alat bantu gerak Ada beberapa alat bantu gerak yang sering dilakukan untuk mendukung dan menambah keseimbangan tubuh, dimana pemakainnya harus berlawanan dengan arah yang sakit. 1. Tongkat canes

Tongkat yang digunakan oleh klien yang dapat menahan berat badan meraka dengan kedua kaki, tetapi satu kaki atau pinggulnya lemah atau mengalami gangguan. Adapun prinsip prinsip pada tongkat canes yaitu :

a) Ujung ujung aluminium tongkat canes dipasang karet setebal 3,75 cm untuk memeberikan tahanan pada waktu berjalan dan optimalisasi stabilitas klien. b) Pegang canes setinggi trokanter mayor. c) Siku klien dapat defleksi kira- kira 25 30 derajat. Pasien harus diajarkan beberapa tehnik yang harus diketahui oleh setiap pasian yang menggunakan tongkat canes, antara lain : 1) Tehnik berjalan a) Pegang tongkat dengan tangan yang berlawanan dengan ekstremitas bawah yang sakit. Jika pasien tidak mampu menggunakan tongkat pada sisi yang berlawanan, tongkat dapat dipegang pada sisi yang sama dengan ekstremitas yang sakit. b) Majukan tongkat bersamaan dengan menggerakkan tungkai yang sakit kedepan. c) Jaga agar tongkat cukup dekat dengan tubuh untuk mencegaah badan condong kebelakang dan ketidakseimbangan. d) Berikan penahanan kebawah pada tongkat ketika ektremitas yang tidak sakit memulai fase berayun. 2) Tehnik menaiki tangga a) Majukan ekstremitas yang tidak sakit ke atas (selangkah). b) Kemudian majukan tongkat dan diikuti ekstremitas yang sakit satu anak tangga datasnya. 3) Tehnik turun tangga a) Majukan atau turunkan ekstremitas yang sakit kebawah (selangkah). b) Kemudian majukan tongkat dan diikuti ekstremitas yang tidak sakit satu anak tangga dbawahnya.

2. Walker

Merupakan alat bantu jalan yang memberikan lebih banyak sanggahan dan kestabilan dibandingkan tongkat atau kruk. Wakker tidak membutuhkan pola berjalan resiprokal alamiah. Alat bantu berjalan ini sangant berguna bagi mereka yang mempunyai keseimbangan buruk atau kemampuan kardiovaskular yang terbatas atau mereka yang tidak dapat menggunakan kruk. Bila klien mampu mengangkat kakinya kira - kira 2,5 cm dari tempat tidur, maka ia memiliki tenaga yang cukup untuk berjalan. Tinggi walker disesuaikan dengan tinggi klien. Lengan klien yang terletak pada bagian genggaman walker harus fleksi pada siku dengan sudut 20 30 derajat. Klien harus menggunakan sepatu yang kuat dan pas. Perawat secara kontinu mengkaji kestabilan klien dan melindungi klien dari kemungkinan terjatuh. Perawat berjalan bersamaan klien, memegang pada bagian pinggangnya sesuai yang diperlukan untuk keseimbangan. Ajarkan klien untuk ambulasi, yaitu sebagai berikut : a) Memegang walker pada bagian tangan untuk kestabilan. b) Angkat walker, tempatkan didepan anda sementara anda agak mencondongkan tubuh kedepan. c) Berjalan kedalam wakler, dengan menyangga berat badan anda pada tangan ketika anda memajukan tungkai anda yang lebih lemah, dengan menahan berat badan. d) Seimbangkan diri anda pada kedua kaki anda. e) Lanjutkan pola berjalan seperti ini.

3. Kruk (crutch)

Memberikan sanggahan dan keseimbangan, merupakan metode mudah untuk dapat bergerak dari satu tempat ketempat yang lainnya. Keseimbangan yang baik dan postur yang tegak penting untuk berjalan dengan kruk. Cara memegang kruk adalah dengan siku menekuk 30 derajat dan pergelangan tangan harus lurus. Sebelum berjalan, klien belajat untuk memindahkan berat badan dan mempertahankan keseimbangan. Klien harus duduk di kursi, berdiri dari posisi duduk, dan berdiri dari posisi duduk. Mengukur kruk dapat dilakukan dengan klien berdiri, berbaring ataupun dengan menggunakan tinggi pasien. Bagian pegangan tangan harus disesuaikan untuk memungkinkan fleksi 20 30 derajat. Pergelangan tangan harus diekstensikan dan tangan dorsofleksi. Bantalkan busa karet pada bagian pegangan tangan dapat digunakan untuk menghilangkan tekanan kruk pada lengan atas. Adapun gaya berjalan dengan beberapa titik tumpuan yaitu sebagai berikut : a) Gaya berjalan dengan empat titik tumpuan 1) Pindahkan kruk sebelah kanan depan, dengan jarak 10 15 cm. 2) Pindahkan kaki kiri ke depan, lebih baik sejajar dengan kruk sebelah kanan. 3) Pindahkan kruk sebelah kiri kedepan. 4) Pindahkan kaki kanan kedepan. b) Gaya berjalan dengan tiga titik tumpuan 1) Berat badan disangga sebelah kaki, sedangkan kaki yang satu lagi digunakan untuk penyeimbang proses berjalan. 2) Gaya berjalan ini dipakai apabila kaki yang sakit hanya diperkenankan menyangga sebagian dari berat badan. 3) Pindahkan kaki kiri dan kadua kruk kedepan.

4) Pindahkan kaki kanan kedepan. 5) Seterusnya seperti itu. c) Gaya berjalan dengan dua titik tumpuan 1) Berat badan disangga oleh kedua kaki dan polanya lebih cepat dari gaya berjalan empat titik tumpuan. 2) Pindahkan kaki kiri dan kruk kanan kedepan. 3) Pindahkan kaki kanan dan kruk kiri kedepan 4) Dan seterusnya seperti itu. Dalam penggunaan kruk juga terdapat kelompok otot terpenting dalam berjalan menggunakan kruk. Kelompok otot penting itu yaitu sebagai berikut : 1. Depresor bahu Untuk menstbilkan ekstremitas atas dan mencegah terikan bahu. 2. Adduktor bahu Untuk menahan bagian atas kruk terhadap dinding dada. 3. Fleksor, ekstensor, dan abduktor lengan (pada bahu) Untuk menggerakkan kruk ke arah depan, ke belakang, dan ke arah samping. 4. Ektensor lengan bawah Untuk mencegah fleksi, penting dalam mengangkat tubuh untuk gaya berjalan berayun. 4. Kursi Roda

Merupakan alat bantu yang di gunakan oleh pasien yang mengalami kesulitan menggunakan kaki (cacat akibat kecelakaan, cedera, maupun suatu penyakit). Alat ini dapat di gerakkan dengan bantuan seseorang, dengan menggunakan tangan, dan dapat juga menggunakan mesin otomatis. Pemakaian pertama kursi roda di Inggris tercatat pada tahun1670-an. Macam macam kursi roda yaitu :

a) Kursi roda manual Adalah kursi roda digerakkan dengan tangan si penderita cacat, merupakan kursi roda yang biasa digunakan untuk semua kegiatan. Kursi roda seperti ini tidak dapat digunakan oleh penderita cacat yang mempunyai kecacatan ditangan juga. b) Kursi roda listrik Merupakan kursi roda yang digerakkan dengan motor listrik biasanya digunakan untuk perjalanan jauh bagi penderita cacat atau bagi penderita cacat ganda sehingga tidak mampu untuk menjalankan sendiri kursi roda, untuk menjalankan kursi roda mereka cukup dengan menggunakan tuas seperti joystick untuk menjalankan maju, mengubah arah kursi roda belok kiri atau belok kanan dan untuk mengerem jalannya kursi roda. Prosedur memindah pasien dari tempat tidur ke kursi roda, antara lain sebagai berikut : a) Rendahkan posisi bed sampai posisi yang terendah.lalu kunci roda bed. b) Letakkan nkursi roda sejajar dan dekatkkan pada bed, kunci semua roda kursi. c) Bantu klien posisi duduk ditempat tidur. d) Kaji postural hipotensi (adanya pusing atau mata berkunangkunang atau tidak). e) Berikan klien waktu untuk istirahat sejenak. f) Instruksikan klien untuk menggeser kaki kesamping dan posisi duduk tepi bed. g) Instruksikan mencondongkan tubuh kedepan mulai pinggul. h) Instruksikan meletakkan kaki yang kuat dibawah tepi bed, sedangkan yang lemah didepannya. i) Meletakkan tangan klien diatas tepi bed, atau diatas kedua bahu perawat. j) Berdiri tepat didepan klien. Condongkan tubuh kedepan, fleksikan pinggul, lutut, dan pergelangan kaki. Lebarkan kaki dan salah satu didepan diantara kedua kaki klien dan yang lain kebelakang. k) Lingkari punggung klien dengan kedua tangan perawat. l) Tegakkan otot gluteal, abdominal, kaki dan otot lengan. Siap untuk melakukan gerakan. m) Bantu klien untuk berdiri, dan kemudian bergerak bersama menuju kursi roda. n) Bantu klien untuk duduk, minta klien untuk membelakangi kursi roda, meletakkan kedua tangan diatas lengan kursi roda atau pada bahu perawat.

o) Minta klien untuk menggeser dudukannya sampai pada posisi yang paling aman. p) Turunkan tatakan kaki dan letakkan kedua kaki klien diatasnya. q) Buka kunci kursi roda dan klien siap di dorong.

Asuhan Keperawatan Pasien dengan Alat Bantu Gerak A. Pengkajian 1. Identitas Klien yang menggunakan alat bantu gerak biasanya terjadi pada klien yang setelah dilakukan pemasangan gips. 2. Riwayat penyakit sekarang Pada umumnya klien mengalami keterbatasan gerak akibat pemasangan gips. 3. Keluhan utama Klien dengan pemasangan gips, umumnya mengalami respon ansietas, rasa tidak nyaman akibat nyeri. 4. Riwayat penyakit keluarga Keluarga klien dengan riwayat pernah mengalami pemasangan gips, dapat membantu memberi informasi tambahan agar klien menjadi termotivasi baik. 5. Riwayat penyakit dahulu Mengetahui klien pernah mengalami fraktur sehingga dilakukan pemasangan gips. B. Pemeriksaan fisik 1. Mengkaji skelet tubuh Di kaji mengenai adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat pertumbuhan tulang yang dapat dijumpai, pemendekan extermitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis harus di catat. Gerakan fragmen harus di minimalkan untuk mencegah cedera lebih lanjut. Melakukan palpasi untuk mengetahui adanya edema atau nyeri tekan. 2. Mengkaji sistem persendian Di evaluasi dengan memeriksa rentang gerak, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan. Pada lansia keterbatasan gerakan berhubungan dengan patologi sendi degenerative.

3. Mengkaji sistem otot Di kaji dengan memperhatikan kemampuan seseorang dalam megubah posisi kekuatan otot dan koordinasi sesuai nilai kenormalan masingmasing otot pasien. 4. Mengkaji cara berjalan Minta klien untuk berjalan, perhatikan cara berjalan mengenai kehalusan dan iramanya, bila klien berjalan pincang, biasanya disebabkan adanya nyeri akibat penyangga beban tubuh yang terlalu berat. C. Masalah keperawatan 1. Kerusakan mobilitas fisik. 2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan penggunaan peralatan bantuan untuk mobilisasi. 3. Resiko terjadi trauma.

D. Rencana Keperawatan No. 1. Diagnosa Kerusakan fisik. Tujuan dan Kriteria Hasil mobilitas Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam, kemampuan beraktivitas pada klien meningkat. Kriteria Hasil : klien menunjukkan dapat beraktivitas dengan bantuan alat bantu. Intervensi 1. Posisikan klien mempertahankan tubuh yang tepat. untuk sikap Rasional 1. Mempertahankan fungsi sendi dan deformitas. Implementasi 1. Memposisikan klien untuk mempertahankan sikap tubuh yang tepat. 2. Membantu klien dalam melakukan aktivitas perawatan diri. 3. Mengajarkan pada klien melakukan latihan mobilitas gerak. 4. Mengajarkan pada klien penggunaan alat bantu. 1. Mengobservasi tingkat pengetahuan pasien terhadap alat bantu. 2. Menjelaskan kembali mengenai prosedur

2. Bantu klien melakukan perawatan diri.

dalam aktivitas

3. Ajarkan pada melakukan mobilitas gerak.

klien latihan

2. Untuk menumbuhkan kemandirian dan peningkatan imobilitas. 3. Untuk mempertahankan tonus otot serta imobilitas sendi. 4. Untuk meningkatkan kemandirian dan proses pemulihan. 1. Mengetahui sebatas kemampuan klien dalam memahami penggunaan alat bantu. 2. Memberikan kesempatan untuk mengklarifikasi kesalahan persepsi

4. Ajarkan pada klien penggunaan alat bantu.

2.

Kurang pengetahuan b.d penggunaan peralatan bantuan untuk mobilisasi.

Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam, klien paham tentang alat bantu yang digunakan. Kriteria Hasil : setelah diberikan penjelasan klien mampu melakukan

1. Observasi tingkat pengetahuan pasien terhadap jenis alat bantu.

2. Jelaskan kembali mengenai prosedur penggunaan alat bantu (cara berjalan).

aktivitas dengan bantuan alat bantu (tongkat, walkes, kruk).

3. bantu klien dan dampingi klien saat menggunakan alat bantu.

4. Diskusikan manfaat dari kesehatan umum dan pemulihan mobilitas fisik.

tentang alat bantu yang akan digunakan. 3. Akan menambah pemahaman klien dan mencegah terjadinya cedera kembali. 4. Pemberian penjelasan tersebut dapat membuat pasien termotivasi. 1. Untuk meminimalkan resiko trauma.

penggunakan alat bantu. 3. Membantu klien dan mendampingi klien saat menggunakan alat bantu. 4. Mendiskusikan manfaat dari kesehatan umum dan pemulihan mobilitas fisik. 1. Mengobservasi lingkungan klien untuk mengetahui kemungkinan banyak bahaya. 2. Membantu klien yang mengalami debilitas kelemahan. 3. Memberikan petunjuk tentang penggunakan alat bantu kepada pasien atau keluarga. 4. Memberikan informasi kepada klien atau

3.

Resiko terjadi trauma.

1. Observasi lingkungan klien untuk mengetahui kemungkinan banyak bahaya (lantai licin). 2. Bantu klien yang mengalami debilitas kelemahan.

3. Berikan petunjuk tentang penggunakan alat bantu (tongkat, walker, kruch) kepada pasien atau anggota keluarga. 4. Berikan informasi kepada klien atau keluarga tentang perlunya kewaspadaan keamanan.

2. Tindakan menghalangi jalan membantu melindungi pasien agar tidak jatuh. 3. Untuk melindungi pasien dan memberi rasa aman.

4. Tindakan tersebut memungkinkan pasien dan pemberi

perawatan berperan aktif dalam bencana penanganan dan mempertahankan lingkungan yang aman.

keluarga tentang perlunya kewaspadaan dan keamanan.

Daftar Pustaka Lukman dan Nurma Ningsih. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuluskeletal. Jakarta : Salemba Medika Nuzulul. (2010). Askep Mobilitas. 19 September 2012:08.00 wib. www.scribd.com/.../askep mobilitas Taylor, Cynthia M dan Sheila Sparks Ralph. (2010). edisi 10. Diagnosis Keperawatan dengan Rencana Keperawatan. EGC. Jakarta

You might also like