You are on page 1of 33

SEJARAH IMUNOLOGI SEJARAH IMUNOLOGI

Berkembang dari observasi sembuh dari peny infeksi tertentu menjadi terlindung thd peny tsb Thucydides (ahli sejarah perang Peloponnesia) 430 SM wabah di Yunani yg terjangkit & sembuh tdk menderita wabah ke-2 kalinya Sejarah imunologi Louis Pasteur the father of immunology

Imunologi seluler th 1950

Cacar pertama di Cina ,Turki, Asia Tengah seluruh dunia


1000 SM ahli Cina sejenis imunisasi menghirup puyer dari krusta lesi cacar Puyer krusta diaplikasikan mel jarum (pocking device) ke kulit (variolasi) berkembang di Turki & Asia Tengah

Lady Mary Wortly Montagu (Inggris/ th 1700) mempelajari teknik inokulasi yg dipraktekkan pd anaknya sehat meski srg terpajan wabah cacar
Inggris/1721 inokulasi nanah penderita cacar

dipraktekkan pd 6 tawanan sehat

Edward Jenner (1796) mengumpulkan nanah dari luka pok sapi dari tangan pemerah susu inokulasi ke James Philip (4 thn) hanya menimbulkan panas ttp tdk sakit inokulasi nanah dari cacar aktif tdk menimbulkan reaksi berarti

Vaksinasi (vaca=sapi) dgn nanah pok sapi sbg pencegahan diangkat sbg pendiri imunologi

Emil von Behring, Paul Erlich, Shibasaburo Kitosato mengembangkan anti toksin difteri asal serum kuda imunisasi pasif Pasteur menunjukkan peran mikroorganisme dlm proses fermentasi mengisolasi & memurnimanaskan (pasteurisasi) Robert Koch mengisolasi kuman antraks dan TBC. Louis Pasteur membuktikan kemampuan antraks menimbulkan penyakit & meneliti imunisasi antraks, kolera ayam & rabies

1880-1890 imunisasi dg vaksin yg diatenuasikan berkembang ke Eropa & Amerika. Rudolf Krauss memperlihatkan reaksi presipitasi yg ditimbulkan antara antitoksin dlm serum & bakteri Elie Metchnikof 1884 mempelajari organisme sel tunggal & fagositosis pd larva bintang laut dgn memasukkan duri kembang ros dlm kumpulan larva sel bermigrasi cepat & berkelompok sekitar duri

1900 ditemukan bukti tubuh memiliki pertahanan thd infeksi dgn membentuk antibodi. Hans Bucner (Jerman) menemukan molekul dlm darah diidentifikasi Jules Bordet (Belgia) sbg aleksin & komplemen bersama Octave Gengou mengembangkan uji fiksasi komplemen

Karl

Landsteiner (Wina) menggambarkan gol darah ABO manusia (1900)

Charles Robert Richet (Perancis) & Paul Jules Portier (1900) mengimunisasi anjing thd toksin asal tentakel anemon laut menimbulkan anafilaksis & fenomena alergi yg berhubungan dg reaksi imun Struktur imunoglobulin dijelaskan Rodney Robert Porter & Gerald Edelman 1950 & 1960 imunologi modern mulai bergerak sebagai pionir riset medis Jean Baptiste Dausset menggambarkan antigen histokompatibilitas pd manusia & imunologi transplantasi dikembangkan menjadi ilmu utama.

Transplantasi sumsum tulang Th/ efektif utk severe combined immunodeficiency dan penyakit sejenis 1960 ditandai dengan Renaisance imunologi seluler imunologi memasuki era modern Cabang ilmu imunologi : imunologi molekular (imunokimia,imunobiologi, imunogenetik), imunopatologi, imunologi tumor, imunologi transplantasi, imunologi perbandingan, imunotoksikologi, imunofarmakologi dll

Astrid Elsa Fagraeus (1948) menemukan peran sel plasma dlm pembentukan antibodi.

Teknik imunofluoresensi yang dikembangkan Albert Coons identifikasi antigen dlm jaringan & sintesis antibodi dlm sel individual
Bruce Glick dkk tdk menemukan antibodi pd imunisasi ayam yg bursa fabriciusnya diangkat bukti pertama bahwa pembentukan antibodi tergantung dari bursa fabricius. Robert A Good mengenal arti penemuan tsb dlm terjadinya defisiensi imun pd anak

Minneapolis & Miller membuktikan peran timus


dlm respon imun dan berbagai ahli mulai meneliti ekuivalen bursa pada manusia dan hewan lain

Pembentukan antibodi oleh sistem imun dari


banyak spesies ditemukan bursa dependen dan imunitas selular adalah timus dependen
1959 James Gowans membuktikan bahwa limfosit sebetulnya disirkulasi ulang.

1966 Tzvee Nicholas Harris dkk menunjukkan bahwa limfosit dapat membentuk antibodi

1966 & 1967 Claman dkk, David dkk, Mitchison dkk menunjukkan bahwa sel T dan B bekerja sama dalam respon imun.
Berbagai fenomena seperti pengalihan pembentukan satu antibodi ke jenis lainnya tergantung pada sinyal dari sel T yang mengaktifkan sel B untuk mengubah IgM ke IgG atau IgA.

Sel B yang dirangsang oleh antigen tanpa sinyal sel T akan terus membentuk IgM. Antigen tersebut disebut timus independen, sedang yang lainnya memerlukan sel T sebagai antigen timus dependen. Mitchison dkk menggambarkan sel T helper. Gershon & Condo menggambarkan sel T supresor Baruj Benacerraf dkk menunjukkan peran produk gen histokompatibilitas mayor dlm spesifitas & regulasi respon imun yg sel T dependen.

Jerne menggambarkan teori jaring imunitas, bhw antibodi dibentuk thd spesifitas idiopatik dari molekul antibodi yg diikuti pembentukan antibodi antiidiotipik yg menjelaskan proses tambahan imunoregulatori yg berarti dlm fungsi sistem imun Tonegawa dkk, Leder dkk mengiidentifikasi & mengklon gen yang menyandi variabel & diversitas konstan pada tempat antibodi diikat 1975 George Kohler & Cesar Milstein berhasil memproduksi antibodi monoklonal dgn hibridisasi sel mutan mieloma dengan sel B yg memproduksi antibodi (teknik hibridoma)

BEBERAPA TOKOH LAIN BEBERAPA TOKOH LAIN YG BERPERAN PENTING YANG BERPERAN PENTING
Michael Heidelberger (Amerika 1888-1991) pendiri imunokemistri Arne W Tiselius (Swedia 1902-1971) mengembangkan teknik imunofloresens Ervin A. Kabat (Amerika 1914-2000) memisahkan imunoglobulin dengan elektroforesis

Henry Allen Dale (Inggris 1875-1968) menemukan histamin & mengembangkan tes Schultz-Dale untuk anafilaksis

William Dameshek (Rusia Amerika 1900-1969) menjelaskan anemia hemolitik autoimun Orjan T. Gunarson Ouchterlony (Swedia 1914- ) mengembangkan teknik difusi ganda Merril Chase (Amerika 1905) meneliti hipersensitifitas lambat & dermatitis kontak Philip Levine (Rusia Amerika 1900-1987) pionir dalam penelitian antigen golongan darah, sistem MNP, transfusi & transplantasi

Jules Freud (Hongaria 1890-1960) meneliti pembentukan antibodi, ensefalomielitis alergik & mengembangkan ajuvan Freud
Hans Zinsser (Amerika 1878-1940) menunjukkan perbedaan tuberkulin & hipersensitifitas anafilaktik Max Theiler (Afsel 1899-1972) mengembangkan vaksin yellow fever

Gregory Schwartzman (1896-1965 Rusia Amerika) menggambarkan reaksi lokal & sistemik setelah suntikan endotoksin bakteri

Robin Coombs (Inggris 1921) mengembangkan tes Combs Albert Hewett Coons (Amerika 1912-1978) mengembangkan teknik fluoresens antibodi Pierre Grabar (1898-1986 Ukraina) mengembangkan imunoelektroforesis & fungsi pembawa antibodi Milan Hasek (1925-1985 Cekoslowakia) meneliti peran toleransi imun & biologi transplantasi

Gustav Joseph V Nossal (Australia 1931- ) meneliti fungsi & pembentukan antibodi
Ernest Witchsky (Jerman-Amerika 1901-1969) meneliti tranfusi Noel Richard Rose (Amerika 1927- ) meneliti tiroiditis autoimun Peter Alfred Gerore (1897-1962 Inggris) menemukan genetik transplantasi & antigen H yang berhubungan dengan penolakan tumor Peter Brian Medawar (Inggris 1915-1987) menemukan anti seminal dalam transplantasi

Ray David Owen (Amerika 1915konsep toleransi imun

) meneliti

Frank James Dixon (Amerika 1920- ) meneliti peran kompleks imun dalam terjadinya penyakit Niels Kay Jerne (Inggris 1911-1994) memberikan kontribusi dalam teori selektif pembentukan antibodi, interaksi antara antibodi & limfosit

David Wilson Talmage (Amerika 1919- ) mengembangkan teori selektif dalam pembentukan Ab
Joshua Lederberg (Amerika 1925rekombinan genetik ) meneliti

Jan Gosta Waldenstrom (1906-1996, Swedia) menggambarkan makroglobulinemia

Daniel Bovet (Perancis, 1907-1992) meneliti peran histamin pada alergi & pengembangan antihistamin

Frank MacFarlene Burnet (Australia, 1899-1985) menemukan toleransi imun didapat George Davis Snel (Amerika, 1903-1996) meneliti struktur permukaan sel yang ditentukan secara genetik Jean Baptiste Gabriel (Perancis 1916- ) pionir dalam penelitian sistem HLA & imunogenetik dari histokompatibilitas

Baruj Benacerraf (Amerika, 1920- ) meneliti efek hipersensitivitas lambat, subset limfosit, MHC & imunogenetik Ir Henry George Kunkel (1916-1983, Amerika) meneliti imunoglobulin, protein mieloma & FR sebagai autoantibodi Astrid Elsa Fragraeus-Wallhom (Swedia, 1913) menjelaskan bahwa imunoglobulin disintesis dlm sel plasma & diekspresikan pada membran sel

Rosalyn Sussman Yalow (Amerika, 1921) menyempurnakan teknik radio-immunoassay, menemukan peran antibodi dalam diabetes yang insulin resisten
JFSP Miller (1931- ) membuktikan peran timus pada imunitas Robert Alan Good (1922-2003, Amerika) meneliti ontogeni & filogeni respons imun yang terfokus pada peran timus & bursa fabricius & peran timus dalam edukasi limfosit James Gowans (Inggris, 1924- ) membuktikan resirkulasi limfosit melalui duktus torasikus & fungsi limfosit

Rodney Robert Peter (1917-1985, Inggris) meneliti antibodi & struktur, fragmen Fab dan Fc Gerald Maurice Edelman (Amerika, 1929- ) menemukan antibodi yang terdiri atas rantai ringan & berat Rosalyn Sussman Yalow (Amerika, 1921) menyempurnakan teknik radio-immunoassay, menemukan peran antibodi dalam diabetes yang insulin resisten Richard K Greshan (1932-1983) meneliti peran Ts, digambarkan sebagai subpopulasi limfosit yang menekan produksi antibodi oleh sel B dan menurunkan kemampuan sel T dalam respon imun

Kimishige Ishizaka (Amerika, 1935- ) & Terako Ishizaka menemukan IgE & menjelaskan fungsinya Georges JF Kohler (1946-1995, Jerman) memproduksi antibodi monoklonal melalui hibridisasi sel mieloma mutan dengan sel B (teknik hibridoma) Cesar Milstein (Argentina, 1957-2002) memproduksi antibodi monoklonal dengan hibridisasi sel mieloma mutan dan sel B (teknik hibridoma)

Susumu Tonegawa (Jepang 1939- ) meneliti gen imunoglobulin & diversitas antibodi E. Donnall Thomas & Joseph E Muray mengurangi penolakan organ oleh sistem imun tubuh. Merupakan orang pertama yang berhasil melakukan transplantasi organ, dengan ginjal dari kembar identik di Boston Amerika. Dua thn kemudian berhasil melakukan transplantasi sumsum tulang

Rolf Zinkernagel (1944- ) & Peter Daherty (1940- ) meneliti bagaimana sel T melindungi tikus terhadap infeksi virus LCMV (lymphocytic choriomeningitis virus), menemukan bahwa sel T/CTL tikus terinfeksi virus hanya membunuh sel sasaran terinfeksi yang mengekspresikan MHCI. Hal ini menunjukkan bahwa sel T tidak mengenal virus secara langsung, tetapi hanya mengenal dalam hubungannya dengan MHC

Bidang Imunologi Klinis: 1. Imunoregulasi 2. Imunoterapi 3. Imunogenetika 4. Imunodiagnosis

You might also like