You are on page 1of 4

65 Persen Kasus Keracunan Makanan Dari Katering

Bagus Kurniawan - detikNews Yogyakarta - Kebanyakan penyebab terjadinya kasus keracunan makanan disebabkan oleh mikroba seperti bakteri, virus dan parasit. Sumber makanan yang menjadi penyebab kasus keracunan makanan sekitar 65 persen berasal dari perusahaan katering. Hal itu diungkapkan Prof Dr Ir Umar Santoso MSc, dalam pidato pengukuhan guru besar bidang kimia pangan dan hasil pertanian Fakultas Teknologi Pertanian (FTP), di Balai Senat, Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa, (17/2/2009). "Kasus keracunan karena makanan sangat sering terjadi di masyarakat. Hal ini mengindikasikan kondisi keamanan pangan di masyarakat sangat memprihatinkan," kata Umar. Dia mengatakan sumber makanan yang menjadi penyebab kasus keracunan makanan berasal dari perusahaan katering sebanyak 65 persen. Makanan industri kecil sekitar 19 persen dan makan yang disiapkan rumah tangga sebesar 16 persen. Jenis makanan yang menyebabkan kasus keracunana paling banyak berasal dari makanan utama, disusul jamur dan kemudian mie. Sedangkan kasus ini sering terjadi pada karyawan perusahaan 45 persen, sekolah 25 persen, dan masyarakat umum 20 persen. "Korban yang menderita terjadi pada orang dewasa sekitar 75 persen, dan sisanya pada anakanak," papar Umar yang menyampaikan pidato ilmiahnya berjudul 'Peranan Ahli Pangan dalam Mendukung Keamanan dan Kehalalan Pangan'. Selain faktor keamanan pangan yang menjadi penyebab kasus keracunan makanan kata dia, praktek pemalsuan dalam perdagangan pangan juga kerap terjadi dan sangat memprihatinkan. Hal ini berdampak buruk tidak hanya menyangkut kualitas tetapi juga keamanan dan kehalalan pangan. Menurut dia, penentuan halal dan haram pangan dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu jenis bahan, cara penyiapannya, dan usaha untuk mendapatkannya. Konsep halal makanan dalam Islam sebetulnya sederhana, tetapi karena pengolahan dalam industri bersifat kompleks maka untuk menentukan status kehalalan produk menjadi tidak mudah. "Adanya berbagai bahan tambahan pangan menjadi titik kritis penentuan status kehalalan," katanya. Dia menyebutkan untuk verifikasi status kehalalan suatu bahan dapat dilakukan dengan dua pendekataan, yaitu dengan penelusuran asal-usul bahan, atau dengan autentikasi bahan melalui analisis kimia sejauh teknologi memungkinkan. Meski demikian, menurutnya para ilmuwan berusaha menerangkan alasan pengharaman berdasarkan kajian ilmiah. Mungkin sebagian alasan tidak dapat terjangkau dengan

pendekatan ilmiah saat ini. Beberapa makanan yang diharamkan dalam Islam diantaranya bangkai, darah, daging babi, dan daging hewan yang disembelih atas nama selain Allah SWT. Beberapa makanan yang disebutkan itu, lanjut Umar, tentang diharamkannya bangkai, secara ilmiah dapat dijelaskan bahwa bangkai binatang merupakan bahan yang mudah mengalami pembusukan, baik karena proses enzimatis maupun karena serangan bakteri. "Bakteri akan memecah zat-zat gizi dan selama pembusukan sehingga timbul senyawasenyawa bersifat toksik," jelasnya. Adapun darah, merupakan cairan alat transport baik zat-zat gizi maupun zat racun dalam tubuh. Sehingga produk-produk metabolisme dan mikroorganisme serta virus penyebab penyakit didistribusikan oleh darah. Selain itu, daging babi merupakan jenis makan yang mudah memberikan reaksi alergi, karena kandungan histamin dan senyawa imidazole dapat menimbulkan gejala inflamsai. "Daging babi merupakan daging banyak mengandung parasit dibanding hewan lain yang dikonsumsi manusia," katanya. Dia menambahkan konsep halal untuk sekarang ini telah memberikan peluang baik bagi pengusaha muslim maupun non muslim untuk dapat menjadikannya bisnis yang besar baik domestik maupun pasar global. Permintaan produk halal meningkat seiring dengan perkembangan jumlah penduduk muslim dan meningkatknya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi pangan yang bergizi, menyehatkan, aman dan halal. "Industri pangan halal global telah memanfaatkan konsep 'halalalan-thayyiban' sebagai alat untuk pemasaran. Apalagi dengan jumlah penduduk muslim dunia sekitar 1,3 miliar dimana di Indonesia, penduduk muslim lebih dari 85 persen atau sekitar 170 juta orang," pungkasnya.

http://news.detik.com/read/2009/02/17/233622/1086443/10/65-persen-kasus-keracunanmakanan-dari-katering

Identifikasi masalah : 1. Kasus keracunan makanan sekitar 65 persen berasal dari perusahaan katering Makanan industri kecil sekitar 19 persen dan makan yang disiapkan rumah tangga sebesar 16 persen. 2. praktek pemalsuan dalam perdagangan pangan juga kerap terjadi dan sangat memprihatinkan. Hal ini berdampak buruk tidak hanya menyangkut kualitas tetapi juga keamanan dan kehalalan pangan.

1. Sisi keuntungan dan kebersihan

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya keracunan . pertama, adalah pada proses pengolahan dalam hal ini adalah campuran-campuran yang dimasukan dalam proses memasak makanan. Faktor ini memang terdapat kesengajaan dari pihak produsen yang memang menghendaki keuntungan yang besar dengan mengesampingkan kesehatan konsumennya. Kedua, adalah pada kebersihan dari bahan makanan, peralatan masak yang dipakai dan tempat memasak yang tidak higienis. Pada sebab yang kedua ini adalah memang kerana kecerobohan yang memasak sehingga enyebabkan tercampurnya zat-zat yanng berbahaya.

Pemalsuan dalam produk makanan kerap terjadi beberapa produk makanan. Misalnya bakso yang dibuat dari daging tikus dan ada pula daging sapi yang dicampur dengan daging babi. Kerana pada produk tersebut sangat sulit untuk dibedakan oleh konsumen pada umumnya maka harus ada campur tangan pihak pemerintah.

Solusi : 1. Pada kasus karacacunan 65 persentase adalah pada perusahaan katering maka harus ada peran pemerintah yang ikut campur di dalamnya. Dalam menindak lanjuti kasus ini pemerintah khususnya badan POM mengusut kasus penyebab kasus keracunan. Jika hal itu adalah kerena kesengjaan pengusaha maka pemerintah harus menutut tegas agar bertanggungjawab pada korban yang dirugikan. Dan memberikan sanksi paada pemilik usaha kepada pihak yang berwajib untuk memoertanggungjawabkan kesalahannya. Dan memberikan penegasan agar tidak mengulangi kesalahannya. Pada peristiwa ini tentu akan memberikan dampak buruk pada citra perusahaan. Sehingga bila perusahhan tidak berusaha untuk menngembalikan citra pada masyarakat akan mengakibatkan kerugian besar pada perusahaan. Pada sisi konsumen agar lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi suatu makanaan dengan kasus ini tentu bisa menjadikan konsumen trauma pada kejadian ini dan membuat mereka tidak mau membeli produk dari perusahaan katering yang bersangkutan. Pihak pemerintah maupun pihak berwenang yang mengatur perundang-undangan yang memberikan hukuman yang berat pada pelaku yang mencelakakan konsumen agar pikir panjaang sebelum berbbuat kecurangan dalam menyediakan produk. dan dari pihak badan POM perlu untuk melakukan investigasi dan meneliti dari produk-produk yang beredar di pasaran apakah berbahaya atau tidak. Dan perlu badan POM atau pemerintah membuat standar yang harus dimiliki dan dipatuhi oleh perusahaan dalam menjalankan usahanya.

2. Kasus pemalsuan makan yang merugikan masyarakat. Semisal seperti daging sapi dicampur dengan daging babi atau daging tikus yang dibuat bakso. Adalah sulit bila pemerintah atau badan pom mengecek produk bakso yang beredara di pasaran. Yang bisa dilakukan pihak pemerintah bersama badan pom dan ylki adalah memberikan sosialisasi agar bisa mengenali produk produk yang bermasalah tersebut dari ciri-cirinya yang berbeda dengan produk yang asli. Dan mengajak konsumen dan masyarakat untuk berfikir logis dan kritis, karena terkadang produk yang bermasalah itu dijual dengan harga yang lebih murah dari yang biasanya. Kepada pihak pengusaha yang bersangkutan diberikan pelatihan atau semacam seminar mengenai dampak buruk dari mencampur produknya dengan bhan berbahaya. Sehingga hal tersebut mampu menyadarkan kesalahan yang bahkan bisa membuat orang mengalami penyakit yang kronis karenanya. Pada kasus pemalsuan daging yang marak, maka pihak pengusaha bakso yang baik dan tidak bermasalah yang terkena imbasnya. Sehingga pada kasus ini, para pengusaha bakso harus terbuka pada konsumen yang dengan itu akan menumbuhkan rasa percaya konsumen pada pengusaha bakso bahwa produknya tidak bermasalah. Dan perlu menyematkan label halal, sehingga hal ini akan mampu menanggulangi kasus pemalsuan yang sedang terjadi. Pemalsuan juga sering terjadi pasar daging sapi, namun tak serumit pada produk bakso. Pada pasar daging sapi, pemerintah atau badan pom bisa melakukan investigasi atau semacam operasi paasar untuk mencaritahu produk daging yang bermasalah dan menegur atau bahkan memberikan sanksi pada pihak pengusaha yang bermasalah.

You might also like