You are on page 1of 6

Tugas Pengelolaan Sampah Perkotaan

REGINA GIANTIKA 1107135680 TEKNIK LINGKUNGAN Tata cara pengangkutan sampah, menurut: 1. Kepmen Permukiman dan Prasarana No. 534/KPTS/M/2001 Pada Kepmen di atas, telah diatur mengenai pengangkutan sampah yang tiap tempat dibedakan caranya. Tempat-tempat tersebut adalah : a. Permukiman Kota Pengangkutan sampah 80% dari jumlah penduduk kota/perkotaan dilayani oleh system DK/PDK dan sisanya 2096 dapat ditangani secara saniter (on-site system). Penanganan sampah on-site dilakukan secara saniter individual composting, separasi sampah untuk diambil pemulung. Tempat kapasitas pewadahan tersedia. Pengumpulan dan pengangkutan sampah dilakukan secara regular. Tidak ada pembuangan sampah secara liar. b. Permukiman Penanganan sampah di permukiman dibagi atas beberapa tahap, yaitu: pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, pemindahan, dan TPA. Pada tahap pemhamhkutan, 60%-80% produk sampah (80%-90% komersial dan 50%-80% permukiman, 100% untuk permukiman dengan kepadatan 100 jiwa/ha) terlayani. Dump truck 6 m3 untuk 10.000 penduduk.

(Komentar): Pengangkutan sampah seperti yang telah diatur oleh Kepmen Permukiman dan Prasarana No. 534/KPTS/M/2001 sedemikian rupa dengan tujuan agar sampah-sampah terkontrol tempat pembuangannya, cara pengolahannya, dan tidak menumpuk di daerah permukiman. Namun, pada kenyataanya, masih banyak permukiman yang daerahnya tidak dilewati oleh truk pengangkut sampah. Sehingga, masyarakat membuang sampah ke lahan kosong di sekitar permukiman mereka, ataupun mereka akan mengolah sendiri sampah tersebut, baik dengan cara membakar atau menimbun sampah, namun, pengolahan yang tidak benar akan mencemari lingkungan. Selain itu, pengangkutan sampah yang seharusnya dilakukan secara regular, pada kenyataannya tidak terlaksana, karena sering ditemukan kasus penumpukan sampah di suatu permukiman dikarenakan truk pengakut sampah yang tidak datang untuk mengambil sampah. Tidak terlaksananya Kepmen Permukiman dan Prasarana No. 534/KPTS/M/2001 yang telah disusun sedemikian rupa, membuktikan bahwa kinerja dari pemerintah belum efisien dalam menjalankan peraturan yang telah dibuat. Pemerintah harus lebih serius serta lebih disiplin dalam menjalankan tugasnya, agar pengangkutan sampah permukiman dapat berjalan sesuai keputusan yang telah dibuat.

2. SNI 19-2454-2002, Tata cara teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan. Pengangkutan adalah kegiatan pengangkutan sampah dari TPS atau wadah komunal ke TPST atau TPA dengan frekuensi pengangkutan disesuaikan dengan jumlah sampah yang ada. Pengangkutan sampah residu dari TPS atau wadah komunal

dilakukan bila container 8 telah penuh dan sesuai jadwal pengangkutan yang telah dikonfirmasikan dengan pengelola sampah kota. Menurut SNI 19-2454-2002, terdapat 3 metode pembuangan akhir yang dapat dilakukan pada TPST atau TPA, yaitu: a. Penimbunan terkendali (controlled landfill) yang dilengkapi pengolahan dan gas. b. Lahan urug saniter (sanitary landfill) yang dilengkapi pengolahan lindi dan gas. c. Penimbunan dengan system kolam (fakultatif maturasi) untuk daerah pasang surut. (Komentar): Pengangkutan sampah perkotaan telah diatur sedemikian rupa pada SNI 19-2454-2002, akan tetapi, realisasi dari peraturan ini belum terealisasi sempurna di masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan dengan jadwal pengangkutan sampah yang dalam peraturan telah diatur serta telah dikonfirmasikan oleh pengelola sampah kota terhadap masyarakat, dalam kehidupan sehari-hari banyak ditemukan kasus dimana bertumpuknya sampah di kota, dikarenakan jadwal dari mobil pengangkut sampah yang tidak tiba sesuai jadwalnya. Pemerintah harus membenahi factor-faktor penentu agar terlaksananya peraturan yang telah dibuat. Metode pembuangan akhir yang diatur oleh SNI 19-2454-2002, pada kenyataanya tidak terealisasi sepenuhnya. Di lapangan, pembuangan akhir, yaitu TPST atau TPA, tidak menganut metode Penimbunan terkendali (controlled landfill), Lahan urug saniter (sanitary landfill), dan Penimbunan dengan sistem kolam (fakultatif, maturasi), namun menggunakan metode open dumping, dimana sampah-sampah ditimbun, hingga kian lama terbentuk timbulan sampah yang menumpuk. Hal ini, harus mendapat perhatian penuh dari pemerintah untuk menanggulanginya, dibutuhkan peran dari seluruh elemen,

masyarakat dan pemerintah, bahu-membahu untuk mengurangi timbulan dari sampah. Banyak metode yang dapat digunakan, contohnya, minimisasi jumlah sampah dari sumbernya, menganut konsep 3R dalam pengolahan sampah, penampungan akhir dari sampah tidak lagi dengan metode open dumping, dan lain sebagainya.

3. SNI 3-3243-2008 Pengelolaan sampah permukiman Tata cara pengelolaan sampah permukiman menurut SNI 03-3243-2008, teknik operasional penanganan sampah di sumbernya meliputi : 1) Menerapkan pemilahan sampah organic dan non organic. 2) Menerapkan teknik 3R di sumber dan TPS. Penanganan sampah di sumbernya, yang meliputi pemisahan/sortasi, penyimpanan dan pengolahan, merupakan tahap kedua dalam kegiatan pengelolaan sampah. Karena tahap ini dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap karakteristik sampah, kesehatan masyarakat, serta sikap masyarakat terhadap system pengelolaan sampah, maka sangatlah penting untuk memahami bagaimana sebaiknya kegiatan penanganan sampah on-site dilakukan. 1. Penanganan dan Pemisahan sampah di sumbernya Penanganan dan pemisahan sampah di sumbernya, sebelum kegiatan

pengumpulan, merupakan hal yang kritis karena ikut menentukan langkah pengelolaan berikutnya. Penanganan sampah di sumbernya adalah semua perlakuan terhadap sampah yang dilakukan sebelum sampah ditempatkan dalam kontainer untuk kegiatan pengelolaan berikutnya. Penanganan sampah di

sumbernya

bervariasi

menurut

jenis

sampah

yang

dipisahkan

untuk

reuse/recycling. Pemisahan sampah di sumbernya merupakan cara yang paling efektif guna mereduksi volume dan memanfaatkan kembali sampah. Dalam hal ini sampah yang masih memiliki nilai ekonomis dipisahkan berdasarkan jenisnya dari sampah organic yang mudah membusuk. Sampah yang telah dipisahkan selanjutnya dapat digunakan kembali secara langsung (reuse), diolah lebih lanjut, atau dijual kepada pihak pemanfaat. Dalam hal pemilahan sampah telah dilakukan oleh masyarakat, sementara ini orang sering menggunakan 3 warna umum untuk membedakan ketiga jenis utama sampah yaitu : - Warna hijau untuk sampah organik - Warna kuning untuk sampah anorganik - Warna merah untuk sampah berbahaya/B3 2. Penyimpanan sampah Sebelum diangkut ke TPS atau TPA, sampah ditempatkan oleh penghasil di kontainer sampah. Hal-hal yang harus diperhatikan selama penyimpanan sampah adalah: (1) pengaruh penyimpanan terhadap komponen sampah, (2) jenis

container yang digunakan, (3) lokasi kontainer, (4) kesehatan masyarakat dan estetika. Pengaruh dari masa penyimpanan terhadap sampah adalah: a. Dekomposisi/penguraian biologik b. Absorpsi air c. Kontaminasi komponen sampah

(Komentar): Penanganan sampah di sumbernya dapat memudahkan teknis pengelolaan sampah itu sendiri, karena, dengan telah melakukan penanganan di sumbernya, sampah menjadi mudah ditangani. Sampah dengan jumlah yang sedikit, dapat diproses dengan lebih cepat, daripada saat sampah telah menumpuk (timbulan sampah). Namun, pada kenyataannya, penanganan sampah di sumbernya ini belum terlaksana secara menyeluruh. Masyarakat yang telah sadar dengan pentingnya pemisahan sampah, tidak dapat melakukan pemisahan itu secara benar, apabila tidak didukung oleh fasilitas dari pemerintah. Contohnya, ketika masyarakat yang telah memilah-milah sampahnya, mendapati petugas kebersihan tetap mencampur adukkan sampah yang telah dipilah-pilah. Hal ini membuktikan bahwa harus ada kerjasama yang sinergis antara masyarakat dan pemerintah untuk menangani permasalahan sampah, karena pada dasarnya masyarakat dan pemerintah saling membutuhkan satu sama lain.

You might also like