You are on page 1of 21

Kebersihan Jasmani dan Rohani dalam Islam

Oleh : Ali Wafa , SH Masalah kebersihan bukan masalah kecil dalam ajaran Islam, dalam hal ini Kebersihan itu mencakup dua perkara : 1. Kebersihan Jasmani adalah kebersihan yang berkenaan kebersihan tubuh ( physic) dan kebersihan lingkungan secara internal ( Tempat tinggal , sekolah, dll. ) maupun secara external ( jalan raya, selokan, sungai , pantai , udara dan air ) yang diwujudkan pada kesadaran individu ( pribadi ) atau masyarakat ( public ) dalam mendapatkan kenyamanan secara layak pada kehidupannya .

Menurut Prof .Dr. M. Aburrahman MA bahwa kebersihan merupakan salah pokok dalam memelihara kelangsungan eksistensinya, sehingga tidak ada satupun makhluk kecuali berusaha untuk membersihkan dirinya, walaupun makhluk tersebut dinilai kotor. Pembersihan diri tersebut, secara fisik misalnya, ada yang menggunakan air, tanah, air dan tanah. Bagi manusia membersihkan diri tersebut dengan tanah dan air tidak cukup, tetapi ditambah dengan menggunakan dedaunan pewangi, malahan pada zaman modern sekarang menggunakan sabun mandi, bahkan untuk pembersih wajah ada sabun khusus dan lain sebagainya. Pada manusia konsep kebersihan, bukan hanya secara fisik, tetapi juga psikhis, sehingga dikenal istilah kebersihan jiwa, kebersihan hati, kebersihan spiritual dan lain sebagaianya. Dalam Pandangan Islam menetapkan berbagai macam peristilahan tentang kebersihan yaitu, thaharah, nazhafah, fitrah dan Tazkiyah .

Berkenaan dengan hal itu Allah Azza wa Jalla berfirman :

Dan pakaianmu bersikanlah (QS.Al Muddatsir ayat . 4)

Sesungguhnya Allah mencintai orang orang yang bertaubat dan orang orang yang mermbersikan diri . ( QS. Al baqoroh ayat 222 ) Dari shahabat Abu Hurairoh bahwa Rasulullah Shollahu alaihi wasallam bersabda Dari Abi Rofi, ia berkata, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pada suatu malam berkeliling mengunjungi beberap istrinya (untuk menunakan hajatnya), maka beliau mandi setiap keluar dari rumah istri-istrinya. Maka Abu Rofi bertanya, Ya, Rasulullah, tidakkah mandi sekali saja? Maka jawab Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Ini lebih suci dan lebih bersih. (Ibnu Majah dan Abu Daud, derajat haditsnya hasan) Ayat dan Hadist diatas menyuruh kepada kita merealisasikan kebersihan secara global baik bersih fisik maupun bersih spiritual . Sebagaimana disinggung al-Quran dan Sunnah banyak menggunakan istilahistilah yang berkaitan dengan kebersihan atau kesucian. Dalam al-Quran ada istilah thaharah sebanyak 31 kata dan tazkiyah 59 kata. Dalam al-Quran istilah nazhafah, sementara dalam hadis kata nazhafah dapat kita lihat dalam riwayat bukan hadis, al-Nazhafatu min al-Iman walaupun hadis tersebut dipertanyakan valid hadist ini. Jadi kebersihan jasmani secara konkrit dalah kebersihan dari kotoran atau sesuatu yang dinilai kotor. Kotoran yang melekat pada badan, pakaian, tempat tinggal, dan lain sebagainya yang mengakibatkan seseorang tak nyaman dengan kotoran tersebut. Umpamanya, badan yang terkena tanah atau kotoran tertentu, maka dinilai kotor secara jasmaniah, tidak selamanya tidak suci. Jadi, ada perbedaan antara bersih dan suci. Mungkin ada orang yang tampak bersih, tetapi tak suci. 2. Kebersihan Rohani adalah kebersihan secara spirirualitas yang ada pada diri seseorang dari pola pikirnya, kesadarannya , sikap atau prilaku , jiwanya dan mentalnya tidak ternodai dari hal hal yang dilarang oleh Ad Dien ( Islam ) baik secara Abstract ( Khafi- tersembunyi ) maupun secara Transparant ( Jali nyata ) yang akan menuju kesempurnaan individu / seseorang dalam menjalankan agamanya. Kebersihan Rohani menurut Islam secara global ada 2 aspek : 1.Kebersihan Itiqad atau Akidah. Kebersihan dalam aspek ini adalah yang paling utama, yaitu kebersihan aqidah dari syirik atau kekufuran. Jangan sampai aqidah kita tidak bersih, baik kepada Zat Allah, Sifat Allah, maupun perbuatan-Nya. Seringkali kita terjebak secara tidak sadar dalam hal-hal kecil, dimana jika tidak kita pahami secara itiqad maka hal-hal kecil itu dapat menjerumuskna kita kepada syirik khafi ( halus ). Misalnya kita sering mengatakan, secara tidak sadar : Ijazah inilah yang a kan mengubah nasibmu, Obat ini yang telah menyembuhkan sakitku selama ini, Dokter telah memvonis bahwa hidupnya tinggal 6 bulan lagi, Air minum ini dapat menghilangkan hausmu, Andaikan semalam mereka tidak lewat puncak, pasti mereka tidak akan mengalami kecelakaan maut ituini adalah Penyakit-penyakit hati yang berkaitan dengan masalah aqidah inilah yang pertama kali harus dibersihkan pada diri seseorang karena penyakit ini, seseorang tidak dapat membedakan yang haq dari yang bthil, sunnah dari bidah, tauhid dari syirik. Atau kita sering bimbang dengan rizki kita, padahal selama kita masih hidup Allah telah menjamin rizki kita. Atau kita tidak yakin dengan ketentuan Allah, kita tidak redha dengan apa yang Allah telah tentukan kepada kita.Naudzubillah min dzalika waallahu mustaan . 2. Kebersihan Jiwa ( Tazkiyah An- Nufus ) Tazkiyah An Nufus adalah menurut bahasa berarti suci, berkembang dan bertambah. Sedangkan yang dimaksud disini ialah memperbaiki jiwa dan mensucikannya melalui jalan ilmu

( Al- Quran dan Sunnah ) dalam menjaga dirinya tidak ternodai oleh kotoran kotoran jiwa seperti riya, ujub, takabbur, sumah , bakhil, hasad ( dengki ) , malas, Boros, tamak dan penyakit hati jiwa lainnya menuju kepada insal Kamil. Tazkiyaun nufus merupakan salah satu hajat utama yang diminta Rasulullah.Dalam do'anya, Rasululah mengatakan: Ya Allah berikanlah ketaqwaan kepada diriku ini dan sucikanlah ia, Engkau adalah sebaikbaik Dzat yang mensucikannya, Engkau adalah Penolong dan Tuannya. (HR Muslim. 2722). Allah Azza Wa jallah berfirman : maka katakanlah: "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)" Allh Subhnahu wa Tal sebagaimana firman-Nya: Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasl di antara mereka, yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As-sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS al-Jumah : 2) Dari ayat di atas, para mufassirin menerangkan bahwa di antara tugas Raslullh Shallllhu alaihi wa Sallam kepada umatnya adalah: 1. menyampaikan ayat-ayat Allh 2. membersihkan atau mensucikan jiwa mereka 3. mengajarkan kitab dan sunnah kepada mereka. Dosa dan kemaksiatan diibaratkan oleh Raslullh Shallllhu alaihi wa Sallam laksana nodanoda hitam yang akan memudarkan qolbu seorang mumin yang jernih. Kalau tidak segera ditazkiyah dengan taubat kepada Allh ia akan memekatkan dan menutup mati mata hati itu sendiri sehingga ia akan keras bagaikan batu bahkan bisa lebih keras dari itu (Lihat Al-Baqoroh 74). Dan tidak tertutup kemungkinan kemuliaannya sebagai seorang muslim akan hilang dan jatuh sampai kepada peringkat binatang (baca Al-Arf 179). Penutup dan Tausiyah Terakhir kami berpesan pada pribadi kami juga kepada para pembaca yang budiman A.Kebersihan diri adalah citra jiwa yang bersih sebagai manifestasi ketaqwaan seseorang . B. Awali proses Tazkiyah dengan muhsabah (introspeksi diri), kemudian murqobah (merasa diawasi) yang ketat. Bila perlu lakukan muqobah (memberi sanksi pada diri) kalau ternyata ada di dalam diri yang berusaha mengurangi apalagi menghapuskan semangat mujhadah dalam bertazkiyah. C. Awasi musuh-musuh eksternal (syaithn/thoghut) dan internal ( hawa nafsu) D. Jauhi sifat membual, pesimis, apatis, malas, riya, sombong dan rendah diri karena itu adalah yang mengotori hati dan jiwa (An-Nafs) seseorang. Semoga bermanfaat tulisan yang ringkas ini. Kita tutup dengan doa kepada Allh :

)( Ya Allh anugerahkanlah ketakwaan pada jiwaku dan sucikanlah ia, karena Engkaulah sebaikbaik Dzat yang mensucikan dan Engkaulah pemiliknya dan penguasanya.

Assalamu Alaikum Ustadz, mau tanya Kebersihan sebagian dari iman itu hadits, atsar, atau pepatah Arab? (081384874xxx) Jawaban: Wa Alaikum Salam wa Rahmatullah wa Barakatuh. Bismillah wal hamdulillah wash Shalatu was Salamu Ala Rasulillah wa ala Aalihi wa Man waalah wa Bad: Ucapan tersebut sangat terkenal dan dibuat dalam bentuk stiker, hiasan dinding, slogan, dan lainnya. Lalu mereka menyebutnya sebagai sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Hadits ini dhaif jiddan (sangat lemah). Imam Al Iraqi, ketika membahas Buniya Ad Din alan Nazhafah (Agama di bangun di atas Kebersihan), beliau berkata: " " " " . Belum saya temukan hadits seperti ini. Dalam kitab Adh Dhuafa karya Imam Ibnu Hibban terdapat hadits dari Aisyah: Bersih bersihlah karena Islam itu bersih. Dan o leh Imam Ath Thabarani dalam kitab Al Awsath, dengan sanad dhaif jiddan (sangat lemah) dari hadits Ibnu Masud: Kebersihan sebagian dari Iman. (Takhrijul Ahadits Ihya, No. 278) Lajnah Daimah (semacam komisi Fatwa) di Kerajaan Saudi Arabia, yang di ketuai saat itu oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz Rahimahullah, pernah ditanya tentang status hadits ini. Mereka menjawab: . Apa yang Anda sebutkan secara global, bukanlah hadits dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, itu hanyalah perkataan yang meluncur dari lisan manusia. (Fatawa Al Lajnah Ad Daimah Lil Buhuts Al Ilmiah wal Ifta, pertanyaan No. 5729. Cet. 1. Riasah Idarat Al Buhuts Al Ilmiah wal ifta. Riyadh) Syaikh Athiyah Shaqr Rahimahullah mufti Mesir pada masanya- menjelaskan ketika Beliau ditanya tentang ucapan di atas: Ada pun lafaz yang disebutkan dalam pertanyaan, dan sering keluar dari lisan manusia, ini bukanlah hadits yang datang dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, sesungguhnya riwayat tentang nilai kebersihan dari nabi ada dalam bentuk kalimat yang lain. (Fatawa Al Azhar,

8/256) Sedangkan Syaikh Dr. Abdullah Al Faqih Hafizhahullah mengomentari ucapan tersebut: Laisa haditsan nabawiyyan bukan hadits nabi. (Fatawa Asy Syabkah Al Islamiyah, No. 32475) Catatan: Walau pun ucapan ini bukanlah hadits. Namun, Islam adalah agama yang mengajak dan mencintai kebersihan dan keindahan. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin Rahimahullah juga angkat bicara: ( ) Ada pun (Kebersihan sebagian dari Iman), ini bukanlah hadits, tetapi secara makna adalah benar karena agama Islam menyeru kepada kebersihan. (Fatawa Nur Ala Ad Darb, 111/92) Hal ini ditegaskan dalam hadits-hadits shahih sebagai berikut: Dari Abdullah bin Masud Radhiallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Susunguhnya Allah itu indah, dan mencintai keindahan. (HR. Muslim, Bab Tahrim Al Kibr wa Bayanihi, No. 91. At Tirmdzi, Bab Maa Jaa fi Al Kibr, No. 2067. Katanya: hasan shahih gharib. Ahmad No. 3600. Ibnu Hibban, Bab No. 5466) Juga, dari Abu Malik Al Asyari Radhiallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: Kesucian adalah sebagian dari iman. (HR. Muslim, Bab Fadhl Al Wudhu, No. 223. Ahmad No. 21834. Ibnu Abi Syaibah, Al Mushannaf, No. 3. Ad Darimi No. 653) Hadits ini memiliki perbedaan makna dengan, Kebersihan sebagian dari iman. Seorang manusia bisa bersih dengan mandi, menggunakan pakaian baru, dan lain-lain. Namun itu semua hanya bersih, bukan suci. Oleh karena itu kebersihan bisa dilakukan oleh siapa saja termasuk orang kafir. Sedangkan kesucian, hanyalah milik muslim, karena mereka wudhu, mandi wajib, dan tayammum, oleh karena itu wajar jika kesucian adalah bagian dari iman. Sedangkan, kebersihan belum tentu bagian dari iman, karena orang kafir juga bisa bersih-bersih. Maka, hal ini ditegaskan lagi oleh hadits:

Wudhu sebagian dari iman. (HR. At Tirmidzi, No. 3583. Katanya: hasan shahih. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Misykah Al Mashabih no. 281) Juga hadits-hadits lain yang begitu banyak tentang anjuran bersiwak, mencukur bulu ketika dan kemaluan, mandi Jumat, memotong kuku, dan sebagainya. Sekian. Wallahu Alam

"KEBERSIHAN DAN KESEHATAN DALAM PERSEPEKTIF ISLAM"


KEBERSIHAN DAN KESEHATAN DALAM PERSEPEKTIF ISLAM Oleh: HM. Cholil Nafis, Ph D

A. Mukaddimah Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Penciptanya-nya, namun Islam memiliki aturan dan tuntunan yang bersifat komprehensif1, harmonis, jelas dan logis antar sesama makhluk. Ajaran yang menjadi dasar dalam membangun relasa vertikal dan horizontal ini adalah kebersihan. Bersih merupakan salah salah satu pokok dalam memelihara kelangsungan eksistensinya, sehingga tidak ada satupun makhluk kecuali berusaha untuk membersihkan dirinya. Bersih adalah kondisi sesuatu yang bebas dari hal yang kotor. Jadi benda yang di katakan bersih apabila tidak ada kotoran berupa apa pun. Maka dari pengertian ini dapahi diketahui bahwa kondisi bersih berarti sesuatu hal yang harus dijaga dan dirawat dari hal-hal yang kotor yang dapat dihinggapi oleh kuman serta menjadi sarang penyakit. Dalam membangun konsep kebersihan, Islam menetapkan berbagai macam peristilahan tentang kebersihan. Yaitu istilah thaharah, nazhafah, tazkiyah, dan fitrah. Thaharah biasa digunakan untuk menyebut kebersihan badani sebagai syarat untuk melaksanakan ibadah. Nazhafa biasanya gunakan untuk menyebut lingkungan sekitar yang bersih. Tazkiyah digunakan untuk menyebut kebersihan sesuatu yang tidak tampak. Sedangkan fitrah biasa digunakan untuk menyebut kebersihan holistik umat manusian berkenaan dengan keyakinan dan jiwa. Semua term tersebut mengandung makna bersih zahir dan batin. Dalam ajaran Islam, bersih zahir tidak cukup tetapi dalamnya pun harus suci. Karenanya sesuatu yang tampa luarnya bersih masih harus juga disucikan betinnya. Contoh, orang yang hendak melaksanakan shalat tidak cukup hanya bersih, tetapi juga harus suci. Sunci zahir saja tidak cukup tetapi juga harus suci dari najis yang sifatnya batin, yaitu suci dari hadats kecil dan hadats besar. Bahkan seorang hanmba yang hendak menyempurnakan beribadah kepada Allah harus bersih dari perbuatan dosa, maka ia harus bertaubat, beristighfar dan berbuat baik. Karenanya, makna bersih amat holistik yang menyangkut berbagai persoalan kehidupan, baik dunia dan akhirat Kebersihan dalam pandangan Islam sangat erat hubungannya dengan kesehatan. Karenanya tujuan Islam mengajarkan hidup yang bersih dan sehat adalah menciptakan individu dan masyarakat yang sehat jasmani, rohani, dan sosial sehingga mampu menjadi umat pilihan dan khalifah Allah untuk memakmurkan bumi. Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia. Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia, maka Islam menegaskan perlunya kesehatan untuk menjalankan agama secara sempurna. B. Ajaran Bersih Allah SWT memerintah hambanya untuk melaksanakan ibadah dengan ketentuan bersuci. Ini

menunjukkan bahwa keduanya tak dapat dipisahkan dalam melaksanakan perintah Allah SWT. Antara ibadah dan suci terdapat hubungan yang erat dan timbal balik, di mana kesucian dianggap sebagai ibadah, dan ibadah itu sendiri dianggap tidak sah atau sempurna tanpa melalui kebersihan suci. Al-Quran menjadikan kebersihan dan kebersihan sebagai sarana untuk menentukan kualitas ibadah. Karenanya, kebersihan selalu dijadikan sebagai syarat dari suatu ibadah baik kesucian lahiriyah maupun batiniyah. Kesucian lahiriyah berorientasi kepada sah dan tidak sahnya suatu ibadah, sedangkan kebersihan bathiniyah lebih terfokus kepada kesempurnaan suatu ibadah yaitu diterima atau tidak diterima. Kaitan yang erat ini seharusnya dapat dijadikan budaya dalam kehidupan karena pelaksanaan ibadah rutin dilaksanakan setiap hari. Suatu contoh keterkaitan antara pelaksanaan ibadah dengan kesucian adalah rukun Islam berupa shalat, zakat, puasa dan haji. Hal yang paling menarik dari ibadah-ibadah ini ialah adanya penentuan syarat-syarat suci sebelum pelaksanaan ibadah dan tujuan suci yang hendak diraih. Syarat-syarat ini pada umumnya mengarah kepada sifat bersih baik lahir maupun batin. Makna kebersihan yang digunakan dalam Islam ternyata mengandung makna yang banyak aspek, seperti aspek kebendaan, aspek harta dan aspek jiwa. Thaharah (suci) bermakna bersih dari kotoran yang najis. Maka tidak heran jika kitab-kitab fikih Islam menempatkan bab thaharan diawal, sebelum membahas shalat. Dalam kitab suci Al-quran banyak ayat yang menganjurkan unntuk bersuci. Alalh berfirman : Dan pakaianmu bersikanlah (QS.Al Muddatsir ayat: 4) Sesungguhnya Allah mencintai orang orang yang bertaubat dan orang orang yang mermbersikan diri. ( QS. Al baqarah:222 ).

Ada dua makna dalam mengarti suci, yaitu suci dari hadats dan suci dari najis. Hadats dan najis merupakan sesuatu yang menghalangi seseorang untuk melaksanakan ibadah tertentu seperti shalat. Hadats berbeda dengan najis karena hadats berarti keadaan dan bukan suatu benda atau zat tertentu, sedangkan najis berarti benda atau zat tertentu dan bukan suatu keadaan. Hadats adalah suatu keadaan tidak suci yang tidak dapat dilihat, tetapi wajib disucikan untuk sahnya ibadah: Hadas dibagi dua. a. Hadas kecil. Penyebabnya antara lain keluar sesuatu dari dubur atau qubul, menyentuh lawan jenis yang bukan muhrimnya dan tidur nyeyak dalam keadan tidak duduk tetap. Cara mensucikan hadats ini ialah berwudhu. b. Hadas besar/Jenaba. Penyebanya antara lain : keluar air mani, bersetubuh, wanita melahirkan dan haidh. Cara mensucikan hadas besar ini adalah mandi yang harus dibasahi seluruh tubuhnya. Najis adalah suatu benda kotor menurut syara' (hukum agama). Benda - benda najis meliputi : Darah, Anjing, babi nanah, bangkai selain bangkai manusia, ikan laut, dan belalang, Segala sesuatu yang keluar dari dubur dan qubul, minuman keras yang memabukkan. Najis dibagi menjadi tiga yaitu : a. Najis mukhaffafah

(ringan). yaitu air kencing bayi laki-laki yang belum berumurdua tahun, dan belum makan sesuatu kecuali air susu ibunya (ASI). Cara menghilangkannya cukup diperciki air pada tempat yang terkena najis tersebut. b. Najis mutawashitha (sedang). Yaitu segala sesuatu yang keluar dari dubur/qubul manusia atau binatang, barang cair yang memabukkan, dan bangkai (kecuali bangkai manusia, ikan laut dan belalang), tulang dan bulu dari hewan yang haram dimakan. Najis mutawassithah dibagi dua yaitu : Najis 'ainiyah, yaitu najis yang berwujud (tampak dan dapat dilihat), misalnya kotoran manusia atau binatang. Yang dan kedua najis hukmiyah yaitu najis ,mutawassithah yang sudah diberishkan bahu, rupa dan rasanya, sehingga najis tersebut tidak berwujud (tidak tampak dan tidak terlihat). Cara membersihkan najis muthawassithahainiyah cukup dibasuh untuk menghilangkan sifat-sifat najis (yakni warna, rasa dan bau) nya hilang. Sedangan cara membersihkan najis hukmiyah sama dengan najis mukhaffafah, yaitu mengalirkan air suci. c. Najis mughallazhah (Berat). Yaitu najis anjing dan babi. Cara menghilangkannya harus dibersihkan bau, warnan dan rasanya kemudian basuh sebanyak tujuh kali dan salah satu diantaranya dicampur dengan tanah (debu). Selain tiga macam najis diatas, masih terdapat satu najis lagi yaitu : Ma'fu (Najis yang dima'afkan) antara lain nanah atau darah yang cuma sedikit, debu atau air dari lorong-lorong yang memercik dan sulit dihindarkan (umum al-bahwa). Adapun kotoran memiliki makna yang lebih umum dari najis, sebab meliputi pula sesuatu yang kotor namun tidak menghalangi seseorang melakukan ibadah, contohnya tanah, debu dan lain - lain. Nazhafah berkonotasi kebersihan untuk memelihar anggota tubuh, rumah dan lingkungan. Nazhafah identik dengan kebersihan dan keindahan. Akan tetapi seringkali kata bersih atau nazhafah dimaknai untuk menyebut sesuatu yang terhindar dari najis dan kotoran. Islam sering menyebut kata bersih untuk fisik dan jiwa, baik secara tampak maupun tidak tampak. Rasulallah Saw bersabda dalam hadist, yang diriwayatkan oleh Ahmad, yang sanad nya Anas bin malik, menyebutkan. : Dari anas bin malik, dari nabi saw beliau bersabda : meludah di masjid itu suatu kesalahan dan dendanya adalah menguburnya ( HR. Ahmad ). Rasulullah saw bersabda: Islam itu bersih maka peliharalah kebersihan karena sesungguhnya tidak masuk surga kecuali orang-orang yang bersih. (Al-Hadis) Sesungguhnya Allah itu bersih, Ia cinta kebersihan ( HR Turmudzi ) Agama itu di bangun diatas kebersihan ( HR. Al-Ghazali ) Tazkiyah atau zakat berkonotasi kesucian harta dan jiwa. Al-Quran mengungkapkan bahwa kata zakat seakar dengan tazkiyah. Ialah zakat mal untuk

membersihkan harta bagi para muzakki sehingga harta yang dizakati adalah bersih dan yang tidak dizakati dinilai kotor, sedangkan zakat fitrah adalah untuk membersihkan fitrah para muzakki dari segala kotoran yang membelenggu. Contoh keterkaitan bersih dari suci dengan ibadah adalah ibadah. Shalah adalah ibadah yang wajib dilaksanakan setiap hari pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Dalam ibadah shalat diperintah untuk bersuci sebelum melakukanakannya. Para ulama memberikan rincian tentang bersih dari suci ini, mulai dari bersih diri, pakaian dan tempat pelaksanaan shalat. Perintah agar bersih dari suci sebelum melakukan shalat terdapat dalam Q.S. Al-Maidah ayat 6 yang populer disebut dengan wudhu. Adapun anggota-anggota tubuh yang wajib untuk dibersihkan ialah membasuh muka, membasuh kedua tangan hingga siku, mengusap kepala, sunnah mengusap kedua daun telingan, wajib membasuh kedua kaki hingga mata kaki. Kedudukan fiqh Islam dalam ibadah adalah mengatur tata cara pengabdian manusia kepada Allah SWT, Zat Yang Maha Suci dan Maha Bersih, dan karenanya pengabdian ini tidak akan membuahkan hasil yang baik jika manusia tidak mensucikan dan membersihkan dirinya terlebih dahulu. Artinya, sifat-sifat Allah yang bersih dan suci hanya dapat diinternalisasi oleh orang-orang yang bersih dan suci. Bila kebersihan dikaitkan dengan ibadah sebagaimana disebutkan Al-Quran dalam kasus ibadah shalat, berarti menjaga kebersihan termasuk sesuatu yang diwajibkan, sama halnya dengan kewajiban shalat itu sendiri. Ini juga termasuk salah satu alasan para ulama ketika mengeluarkan kaidah fiqh: mala yatimmu al-wajib illa bihi fahuwa wajib. Artinya apabila suatu kewajiban tidak sempurna tanpa melibatkan sarana yang lain, maka sarana yang lain itu juga hukumnya adalah wajib. C. Ajaran Sehat Dalam kehidupan manusia pasti melewati tiga hal, yaitu sehat, sakit dan mati. Sehat dan sakit merupakan rona dan dinamika yang abadi selama manusia masih hidup di muka bumi. Ini yang harus disikapi dengan bijak dan adil bagi umat beragama. Sehat menurut batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. WHO pada tahun 1984 menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehatan seutuhnya. Bila sebelumnya pada tahun 1947 WHO memberikan batasan sehat hanya dari 3 aspek saja, yaitu sehat dalam arti fisik (organobiologik), sehat dalam arti mental (psikologik/psikiatrik) dan sehat dalam arti sosial; maka sejak 1984 batasan tersebut sudah ditambah dengan aspek agama (spiritual). Islam sejak awal sangat mementingkan hidup sehat melalui tindakan promotifpreventif-protektif. Langkah dimulai dari pembinaan terhadap manusia sebagai subjek sekaligus objek persoalan kesehatan itu sendiri. Islam menanamkan nilainilai tauhid dan manifestasi dari tauhid pada diri manusia. Nilai-nilai tersebut mampu merubah persepsii tentang kehidupan manusia yang pada gilirannya tentu saja dapat merubah perilakunya. perilaku yang diharapkan dari manusia yang bertauhid adalah perilaku yang merealisasikan ketaatan kepada perintah dan larangan Allah SWT.

Islam memandang kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena itu Rasulullah saw. menegaskan bahwa orang Islam yang kuat lebih baik dan lebih disenangi di mata Allah daripada orang mukmin yang lemah seperti diungkapkan dalam hadis berikut: Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disenangi di mata Allah daripada orang mukmin yang lemah. (HR. Muslim) Senada dengan hadis ini, ada pepatah Arab yang menyatakan: Akal yang sehat terdapat dalam jiwa yang sehat. Mengingat pentingnya kesehatan sebagaimana diungkapkan dalam hadits di atas, maka menjaga kesehatan merupakan perintah wajib bagi setiap muslim. Karena dalam kaidah hukum Islam perintah terhadap sesuatu juga berarti perintah untuk melaksanakan perantaranya. Artinya jika membangun badan/fisik yang sehat merupakan perintah wajib, maka melakukan perbuatan untuk menjaga kesehatan hukumnya wajib pula. Secara filosofis, makna kesehatan menurut ajaran Islam adalah kesehatan dalam diri manusia yang meliputi sehat jasmani dan rohani atau lahir dan batin. Orang yang sehat secara jasmani dan rohani adalah orang berperilaku yang lebih mengarah pada tuntunan nilai-nilai ruhaniyah, sehingga melahirkan amal saleh. Ada empat faktor utama yang mempengaruhi kesehatan, ialahh lingkungan (yang utama), perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetik. Bila ditilik semuanya tetaplah bemuara pada manusia. Faktor lingkungan yang mencakup fisik, biologi, sosial, dan ekonomi mempunyai pengaruh paling besar terhadap kondisi kesehatan. Manusialah yang paling memiliki kemampuan untuk memperlakukan dan menata lingkungan hidup Ketika Islam memandang kesehatan merupakan faktor yang sangat penting, maka Islam juga memberikan petunjuk bagaimana hidup sehat. Di antara yang sangat ditekankan dalam Islam adalah faktor makanan. Islam menyuruh kaum muslim tidak memakan makanan kecuali makanan yang halal dan bergizi seperti dalam firman Allah SWT: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik (bergizi) dari apa yang terdapat di bumi.. (QS. Al-Baqarah: 168) Makanan yang halal dan bergizi akan membuat tubuh kuat dan tahan terhadap serangan penyakit. Dengan tubuh yang sehat dan kuat ini maka kemungkinan tertular penyakit menjadi kecil. Orang yang mudah terserang penyakit adalah orang-orang yang tidak memiliki antibody yang kuat yang biasanya disebabkan kondisi fisik yang tidak sehat. Karena itu, kesehatan tubuh harus benar-benar diperhatikan dengan mengonsumsi makanan-makanan yang halal dan bergizi. Makanan yang halal dalam Islam adalah makanan-makanan yang terpilih tidak saja dari segi substansi makanannya tetapi juga dari segi asal makanan diperoleh. Konsep kesehatan dalam Islam tidak hanya mengutamakan kesehatan fisik tetapi

juga psikis. Sedangkan makanan yang bergizi adalah makanan-makanan yang lebih spesifik lagi dari sekian banyak makanan yang halal. Sehingga dengan kriteria makanan yang halal dan bergizi ini, makanan yang masuk ke dalam perut manusia benarbenar makanan yang terpilih. Islam menyadari betul bahwa perut adalah sumber munculnya berbagai macam penyakit, karena itu agar tubuh sehat, makanan yang akan masuk ke dalam perut harus disaring terlebih dahulu, baik aspek gizi maupun kehalalannya. D. Urgensi Kebersihan dan Kesehatan Islam tidak membiarkan manusia di alam ini terbelenggu dalam persoalan yang tidak dapat dipecahkan. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT berikut ini: Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk dari yang baik. (QS. Ali Imran: 179) Landasan nilai tauhid mengajarkan agar setiap muslim bergaya hidup bersih dan sehat. Ini merupakan cara efektif untuk menghindari sakit. Kebersihan misalnya, sangat ditekankan oleh Islam dan dinilai sebagai cerminan dari Iman seseorang. Kewajiban membersihkan dari najis, hadats kecil, janabah, sunnah untuk bersiwak membuktikan bahwa Islam sangat perduli terhadap kebersihan fisik dan jiwa. Dengan berwudhu, seorang muslim akan secara langsung membersihkan tangan (yang biasanya menjadi pangkal masuknya penyakit ke dalam mulut) dan muka. Kemudian, mencuci kemaluan dengan air setelah buang air kecil atau buang air besar. Adapun, ibadah puasa memberikan pengaruh sangat baik terhadap kesehatan perut. Dengan puasa, sistem pencernaan yang bekerja, laksana mesin mendapatkan kesempatan untuk diistirahatkan Dari hidup bersih menuju hidup sehat. Islam mengantisipasi sesuatu yang mengganggu kesehatan, yaitu penyakit. Penyakit dalam pandangan Islam merupakan sesuatu yang harus diberantas. Sebab, orang yang terjangkit penyakit pastilah mengganggu pelaksanaan ibadah secara sempurna dan menghambat produktifitas manusia. Islam mengajarkan pengobatan, tetapi Islam lebih menekan pada pencegahan terkena penyakit. Oleh karena itu, perlu umat Islam mempunyai perspektif bahwa membangun kesadaran hidup bersih, sehat dan mengobati penyakit adalah bagian dari dakwah Islam Karena itu, salah satu tujuan dari ajaran Islam ialah menghilangkan kemadharatan/bahaya (dafu al-dharar) yang menimpa manusia baik bahaya yang mengancam fisik maupun psikis. Tujuannya adalah agar manusia dapat menjalankan tugasnya sebagai makhluk Allah SWT. menyembah dan mengabdi kepada-Nya- di muka bumi ini dengan baik. Jika kondisi fisik atau psikis seseorang tidak sehat tentu ia tidak akan dapat menunaikan tugas tersebut dengan baik. Karena itu, Islam sangat memperhatikan masalah kesehatan dan menganjurkan agar manusia

menjaga kesehatan. Di samping itu, untuk mencapai tubuh yang sehat, dalam pandangan Islam tidak cukup hanya mengandalkan faktor internal tubuh manusia saja, tetapi juga faktor lingkungan. Sebaik apapun makanan yang dikonsumsi manusia, jika lingkungannya tidak sehat atau tidak bersih, maka ancaman penyakit masih tetap besar. Karena penyakit bisa datang melalui makanan yang dikonsumsi dan bisa juga melalui udara dan hewan yang kotor. Maka dari itu, Islam juga sangat menekankan kebersihan. E. Kesimpulan Dua konsep Islam tentang kebersihan dan kesehatan sangat tepat untuk membangut sumber daya manusia yang berkualitas. Karena untuk menjadi manusia yang produktif dan kreatif prasyaratnya harus bergaya hidup bersih dan sehat. Kondisi sehat ialah manusianya yang memiliki ketahanan tubuh yang kuat, sehingga tercipta generasi dan masyarakat yang tercantum dalam firman Allah SWT: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (an Nisaa:9) Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. (Al-Hadits)

Diposkan 29th October 2011 oleh MTs Terpadu Ro'iyatul Mujahidin

BAB I Permasalahan Dalam kehidupan makhluk bernyawa kebersihan merupakan salah pokok dalam memelihara kelangsungan eksistensinya, sehingga tidak ada satupun makhluk kecuali berusaha

untuk membersihkan dirinya, walaupun makhluk tersebut dinilai kotor. Pembersihan diri tersebut, secara fisik misalnya, ada yang menggunakan air, tanah, air dan tanah. Bagi manusia membersihkan diri tersebut dengan tanah dan air tidak cukup, tetapi ditambah dengan menggunakan dedaunan pewangi, malahan pada zaman modern sekarang menggunakan sabun mandi, bahkan untuk pembersih wajah ada sabun khusus dan lain sebagainya. Pada manusia konsep kebersihan, bukan hanya secara fisik, tetapi juga psikhis, sehingga dikenal istilah kebersihan jiwa, kebersihan hati, kebersihan spiritual dan lain sebagaianya. Agama dan ajaran Islam menaruh perhatian amat tinggi pada kebersihan, baik lahiriah fisik maupun batiniyah psikis. Kebersihan lahiriyah itu tidak dapat dipisahkan dengan kebersihan batiniyah. Oleh karena itu, ketika seorang Muslim melaksanakan ibadah tertentu harus membersihkan terlebih dahulu aspek lahiriyahnya. Ajaran Islam yang memiliki aspek akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak ada kaitan dengan seluruh kebersihan ini. Hal ini terdapat dalam tata cara ibadah secara keseluruhan. Orang yang mau shalat misalnya, diwajibkan bersih fisik dan psikisnya. Secara fisik badan, pakaian, dan tempat salat harus bersih, bahkan suci. Secara psikis atau akidah harus suci juga dari perbuatan syirik. Manusia harus suci dari fahsya dan munkarat. Dalam membangun konsep kebersihan, Islam menetapkan berbagai macam peristilahan tentang kebersihan. Umpamanya, tazkiyah, thaharah, nazhafah, danfitrah, seperti dalam hadis yang memerintahkan khitan, sementara dalam membangun perilaku bersih ada istilah ikhlas, thib al-nafs, ketulusan kalbu, bersih dari dosa, tobat, dan lain-lain sehingga makna bersih amat holistik karena menyangkut berbagai persoalan kehidupan, baik dunia dan akhirat. Oleh karena itu, persoalannya ialah bagimana kebersihan dalam Islam dan apa konsep Islam mengkonsepsi kebersihan. Persoalan ini diajukan karena ketika Islam memiliki ajaran

kebersihan yang amat lengkap, ternyata dalam aspek perilaku masyarakat Muslim belum sebagaimana yang dikehendaki ajaran Islam itu sendiri. Maka tidak heran bila orang sering bicara tentang kebersihan di negara-negara maju yang kebetulan non-Muslim amat mengagumkan. Diharapkan dengan tulisan ini dapat memberikan pencerahan terhadap masyarakat yang selama ini terkesan kurang memperhatikan aspek kebersihan dan belum sadar kebersihan yang menjadi bagian ajaran keimanan ini.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Jika kita lihat secara konkrit bersih adalah merupakan kebersihan dari kotoran atau sesuatu yang dinilai kotor. Kotoran yang melekat pada badan, pakaian, tempat tinggal, dan lain sebagainya yang mengakibatkan seseorang tak nyaman dengan kotoran tersebut. Umpamanya, badan yang terkena tanah atau kotoran tertentu, maka dinilai kotor secara jasmaniah, tidak selamanya tidak suci. Jadi, ada perbedaan antara bersih dan suci. Mungkin ada orang yang tampak bersih, tetapi tak suci. Namun Makna kebersihan yang digunakan dalam Islam ternyata mengandung makna yang banyak aspek ada yang dilihat dari aspek kebersihan harta dan jiwa dengan menggunakan istilah tazkiyah. Umpamanya, ungkapan Allah dalam al-Quran ketika menyebutkan bahwa zakat yang seakar dengan tazkiyah, memang maksudnya untuk membersihkan harta, sehingga harta yang dizakati adalah bersih dan yang tidak dizakati dinilai kotor. Kebersihan dan kotor harta sebenarnya ada korelasinya dengan jiwa. Suatu fitrah adalah kebudayaan itu sendiri, sekaligus peradaban dan keyakinan. Dengan demikian, maka konsep kebersihan dan kesucian yang berdasarkan keyakinan dan kebudayaan masing-masing ada nuansa, perbedaan, lidahnya; gajah, kerbau, dan babi yang kesohor makhluk menjijikan mandi di kubangan, dan demikian seterusnya. Menurut Prof .Dr. M. Aburrahman MA bahwa kebersihan merupakan salah pokok dalam memelihara kelangsungan eksistensinya, sehingga tidak ada satupun makhluk

kecuali berusaha untuk membersihkan dirinya, walaupun makhluk tersebut dinilai kotor.[1] Pembersihan diri tersebut, secara fisik misalnya, ada yang menggunakan air, tanah, air dan tanah. Bagi manusia membersihkan diri tersebut dengan tanah dan air tidak cukup, tetapi ditambah dengan menggunakan dedaunan pewangi, malahan pada zaman modern sekarang menggunakan sabun mandi, bahkan untuk pembersih wajah ada sabun khusus dan lain sebagainya. Pada manusia konsep kebersihan, bukan hanya secara fisik, tetapi juga psikhis, sehingga dikenal istilah kebersihan jiwa, kebersihan hati, kebersihan spiritual dan lain sebagaianya. Dalam bahasa Indonesia terdapat kosa-kata kotor dan jijik serta kebalikannya, bersih dan suci. Namun, semua itu baru pada tingkat lahiriyah. Lalu, bagimana Islam memberi makna kebersihan tersebut. Justru yang menarik lagi dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar, bahkan melakukannya sendiri, bukan hanya membersihkan badan kita, tetapi pakaian, rumah, halaman, kendaraan dengan menggunakan istilah mencuci pakaian, kendaraan dan lain-lain. Mencuci diambil dari kata mensucikan, membikin suci yang diidentikkan dengan bersih. Ini artinya, apapun yang ada harus dibersihkan atau disucikan. B. Perintah di anjurkannya kebersihan Kebersihan sangat di perhatikan dalam islam baik secara fisik maupun jiwa, baik secara tampak maupun tidak tampak, dan serta agar memelihara dan menjaga sekeliling kita dari kotar agar tetap bersih,Rasulallah Saw bersabda dalam hadist, yang diriwayatkan oleh ahmad, yang sanad nya anas binmalik, menyebutkan. : Dari anas bin malik, dari nabi saw beliau bersabda : meludah di masjid itu suatu kesalahan dan dendanya adalah menguburnya. ( HR. Ahmad ).[2] Hadist tersebut mengisyaratkan bahwa, krtika rasulallah saw menjelaskan bahwa meludah di masjid adlah suatu perbuatan yang tercela dan dendanya adalah menimbunnya dengan tanah.

Sebagaimana di ungkapkan dalam buku yang berjudul Di Bawah Asuhan Nabi saw. Mngungkapkan bahwa Anas bin malik sebagai anak yang selalu mengikuti rasulallah saw di beri tahu agar menjaga kebersihan masjid. Ini mengisyaratkan bahwa begitu perhatiannya rasulallah tentang menjaga kebersihan, dan mengajarkan dan menerapkan kepada manusia sejak usia anakanak serta memberi tahu perlunya menjaga kebersihan dari segala hal yang mengotori dirinya dan lingkungan. Hadist rasulallah saw, menerangkan tentang betapa pentingnya kebersihan dan perlunya usaha mewujudkan kebersihan, antara lain: Kebersihan itu sebagian dari iman ( HR Muslim ) Agama itu di bangun diatas kebersihan ( HR. Al-Ghazali ) Sesungguhnya islam itu bersih, hrndaklah kamu mewujudkan kebersihan karena sesungguhnya tidak akan masuk sorga kecuali orang yang bersih (HR Khatib) Sesungguhnya Allah itu bersih, Ia cinta kebersihan ( HR Turmudzi ) Islam juga menganjurkan agar uamtnya senantiasa membersihkan badan nya dari kotoran atau tetap menjaga kebersihan. Rasulallah saw bersabda : Bersihkanlah badan. Maka allah akan membersihkan kamu. Maka sesungguhnya seorang abdi (muslim )yang tidur dalam keadaan bersih /suci kecuali tidur bersamanya, pada rambutrambutnya, malaikat yang tidak ada hentinya mendoa kannya, ya allah ampunilah, abdimu ini karena sesungguhnya ia tidur dalam ke adaan bersih atau suci. (HR. Thabrani, ibnu hibban) Hadist lain yakni : Dari Abu Huraerah RA sesungguhnya rasulallah saw bersabda: seandainya tidak akan merepotkan ummatku, maka aku akan perintahkan kepada mereka untuk membersihkan gigi pada setiap kan sholat.( H R. Bukhari dan Muslim ) Hadits diatas hanya sebagian kecil dari hadist hadist nabi Muhammad SAW yang mengharuskan umat islam gemar akan kebersihan serta mengajak orang lain agar cinta kebersihan dan berusha mewujudkan kebersihan. Mari kita lihat lingkungan kita. Sudahkah kita bersungguh-sungguh dalam membudayakan hidup bersih ?. hidup bersih harus menjadi budaya kita, mewujudkan kebersihan menjadi bagian dari ibadah kita. Menyuruh orang lain supaya

bersih, mencegah orng lin dari tidak bersih, termasuk amar makruf nahi munkar, namun jangan lupa lebih baik jika kita mulai budaya kebersihan itu dari diri kita sendiri. Dalam kitab suci kita yakni Al-quran jiga banyak ayat yang menganjurkan unntuk melakukan perbuatnya bersih. Antara lain, Alalh berfirman :


Dan pakaianmu bersikanlah (QS.Al Muddatsir ayat: 4)


Sesungguhnya Allah mencintai orang orang yang bertaubat dan orang orang yang mermbersikan diri. ( QS. Al baqoroh:222 ).[3]

C.

Perbedaan hadast dan najis, kotor. Hadats dan najis merupakan sesuatu yang menghalangi seseorang untuk melaksanakan ibadah tertentu seperti shalat. Hadats berbeda dengan najis karena hadats berarti keadaan dan bukan suatu benda atau zat tertentu sedangkan najis berarti benda atau zat tertentu dan bukan suatu keadaan. Adapun kotoran memiliki makna yang lebih umum dari najis, sebab meliputi pula sesuatu yang kotor namun tidak menghalangi seseorang melakukan ibadah, contohnya tanah, debu dan lain - lain.
Hadast

Hadas menurut kamus Istilah Agama karya Drs. Shodiq SE adalah suatu keadaan tidak suci yang tidak dapat dilihat, tetapi wajib disucikan untuk sahnya ibadah :

Hadas dibagi dua yaitu: a. Hadas kecil. Penyebabnya antara lain keluar sesuatu dari dubur atau qubul, menyentuh lawan jenis yang bukan muhrimnya dan tidur nyeyak dalam keadan tidak tetap. Cara membersihkan hadis ini ialah berwudhu. b. Hadas besar/Jenabat/junub. Penyebanya antara lain : keluar air mani, bersetubuh, wanita habis melahirkan dan lain sebagainya. Cara mensucikan hadas besar ini adalah mandi wajib.

Najis

Najis adalah suatu benda kotor menurut syara' (hukum agama). Benda - benda najis meliputi : * Darah * Nanah * Bangkai, kecuali bangkai manusia, ikan laut, dan belalang * Anjing dan babi * Segala sesuatu yang keluar dari dubur dan qubul * Minuman keras, seperti arak dan sebagainya * Bagian anggota binatang yang terpisah karena dipotong dan sebagainya sewaktu masih hidup. Najis menurut tingkatannya dibagi tiga yaitu : a. Najis Mukhaffafah (ringan) adalah air kencing bayi laki-laki yang belum berumurdua tahun, dan belum makan sesuatu kecuali air susu ibunya. Cara menghilangkannya cukup diperciki air pada tempat yang terkena najis tersebut. b. Najis Mutawashitha (Sedang) adalah segala sesuatu yang keluar dari dubur/qubul manusia atau binatang, barang cair yang memabukkan, dan bangkai (kecuali bangkai manusia, ikan laut dan belalang) serta susu, tulang dan bulu dari hewan yang haram dimakan, najis dibagi dua yaitu : Najis 'ainiyah yaitu najis yang berwujud (tampak dan dapat dilihat), misalnya kotoran manusia atau binatang. yang kedua Najis hukmiyah yaitu najis yang tidak berwujud (tidak tampak dan tidak terlihat), seperti bekas air kencing dan arak yang sudah mengering. Cara membersihkan Najis Muthawashithah cukup dibasuh tiga kali agar sifat-sifat najis (yakni warna, rasa dan bau) nya hilang. c. Najis Mughalladhah (Berat) adalah najis anjing dan babi. Cara menghilangkannya harus dibasuh sebanyak tujuh kali dan salah satu diantaranya dengan air yang bercampur tanah. Selain tiga macam najis diatas, masih terdapat satu najis lagi yaitu : Ma'fu (Najis yang dima'afkan) antara lain Nanah atau darah yang cuma sedikit, debu atau air dari lorong-lorong yang memercik sedikit dan sulit dihindarkan.

BAB III KESIMPULAN Kebersihan merupakan suatu yang amat fitri bagimakhluk hidum, utamanya makhluk bernyawa. Dalam ajaran Islam kebersihan saja belum cukup, tetapi harus disertai kesucian,

Dalam kebrsihan yang ada kalanya menggunakan istilah thaharah atau tazkiyah semuanya berkaitan dengan kebersihan dan kecusian, baik hissiyah maupun manawwiyah, bahkan digunakan lafal fitrah. Konsep kebersihan yang amat jami (konprehensif) dalam Islam, belum dimaknasi secara kontekstual dalam rangkan membangun kebersihan dalam raga dan jiwanya. Maka dalam upaya membangun keseimbangan ini agaknya konseptualisasikebersihan dan kesucian harus digalakkan. Adalah naf jika hanya sebelah antara kebersihan dan kesucian. Ini barangkali yang mengakibatkan mengaapa orang Islam sering bersuci tetapi tidak bersih atau yang lain non-Muslim mereka tak suci tetapi bersih. Yang jelas Rasul adalah Tokoh Kebersihan, Kesucian, dan Pelestarian Lingkungan Oleh Karena itu kita sebagai umat islam yang ajaran islam begitu banyak perhatiannya tenatang kebersihan, selayajknya kita dapat merealisasikan Kebersihan tersebut dalam kehidupan yang realitas yang kita jalani sehari-hari. Demi untuk mempetahankan kesehatan serta memperindah kehidupan dalam bermasyarakat, sebab Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak bau, tidak malu, tidak menyebarkan kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain. Kebersihan badan meliputi kebersihan diri sendiri, seperti mandi, menyikat gigi, mencuci tangan, dan memakai pakaian,maupun kebersihan tempat tinggal, lingkungan. Kebersihan merupakan hal yang harus di miliki setiap manusia sebab kebersihan symbol dari seseorang itu mampu menjaga serta mensyyukuri karunia nikmat yang di beri Allah swt, dalm artian setiap manusia harus tetap manghindari kotor dengan menjaga kebersihan agar tetap segar, bugar dan sehat sehingga tetap sanggup dan bisa mnjalankan ibadah dengan sebaik mungkin.

DAFTAR PUSTAKA Al-quran dan terjemah Thalib, Muhammad. 2003. Dibawah asuhan nabi saw. Jogjakarta : hidayah ilahi Al-asqolani , ibnu hajar. 2008. Bulughul maram. Jakrta : pustaka as-sunnah http://www.icmi.or.id http://kajianislamsumenep.blogspot.com

You might also like