Professional Documents
Culture Documents
Bagian Ke Tujuhpuluh
Dan
seketika,
Janamejaya,
kamar
peraduan itu menjadi terang-benderang! Cahaya itu adalah kekuatan yang dipancarkan oleh ayahanda paduka, raja Parkit yang masih bayi itu. Semua rakasa yang hadir di sana untuk menyaksikan keajaiban ini, gemetar ketakutan dan meninggalkan ruangan itu, bahkan banyak pula yang menemui kehancurannya di sana! Di angkasa, terdengar suara bergema dan mengatakan : Bagus, bagus sekali, O Keawa ! Dan pada saat itu, kekuatan senjata Brahman itu lalu kembali ke asalnya, yaitu kepada penguasa seluruh alam semesta! Ayahanda paduka itu, O Janamejaya, telah menerima nafas kehidupannya kembali Bayi itu bergerak-gerak sesuai dengan kekuatannya. Dan semua wanita Bharata berseru kegirangan. Atas permintaan Gowinda, para
Brhmaa menguncarkan bait-bait suci Wedaweda untuk mengucap syukur dan memberi berkah. Semua wanita mulia itu berseri-seri wajahnya menarik dan nafas memuja Janrdana. Kunt, Draupad, Subhadra dan Uttar semuanya lega bagaikan penumpangpenumpang sebuah kapal yang pecah dilanda topan, namun berhasil mendapatkan perahu penolong dan selamat tiba di pantai ! Demikian besar kegembiraan itu ! Para seniman, pemainpemain olah raga dan orang-orang pandai yang berada di lingkungan istana, memuji-muji syukur dan bersujud di hadapan Janrdana dan mengucapkan doa-doa selamat kepada bangsa Kuru. Setelah tiba saatnya, Uttar lalu bangkit dari tempat tidur, menimang bayinya dan menghaturkan sembah kehadapan Penguasa
Utama dari bangsa Yadu. Ka sendiri, tak terlukiskan lagi kegembiraannya. Untuk menyatakan kegembiraannya itu, anak itu diberinya hadiah sebuah batu permata yang tak ternilai harganya di dunia ini! Demikian juga hadiah-hadiah diberikan oleh para pembesar bangsa Wi yang mengiringkan Ka ke istana bangsa Kuru itu. Hadiah-hadiah itu sungguh luar biasa banyaknya ! Janrdana itulah yang memberikan nama kepada ayahanda paduka itu. Pada waktu itu O Janamejaya, Ka yang akti dan penuh kebenaran itu berkata sebagai berikut: Karena anak Abhimanyu ini terlahir pada waktu bangsa Kuru ini hampir saja musnah, maka baiklah anak ini kuberi nama Parkit! Demikian itulah ucapan Ka. Ayah paduka itu tumbuh dengan sehat, membuat siapapun yang memandanginya
menjadi senang dan berbahagia. Tepat pada waktu ayahanda paduka itu telah berusia satu bulan, para Pawa kembali ke ibukota kerajaan dengan membawa harta kekayaan yang luar biasa banyaknya.