You are on page 1of 15

MATERNITAS II

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan bayi dan anak sangat dipengaruhi oleh ibu. Sejak masa kehamilan janin menerima nutrisi dari ibu melalui plasenta.pada masa bayi didalam tubuh ibu secara alami telah disediakan makanan yang dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya berupa ASI. Banyak ahli sepakat ASI lebih unggul daripada susu formula atau susu sapi. Pada abad ke-19 beberapa studi kedokteran yang dilakukan di Eropa menunjukkan angka kematian dan kesakitan bayi bayi yang diberikan ASI ternyata lebih rendah daripada yg diberi susu formula. Oleh karena itu ibu-ibu memerlukan bantuan agar proses menyusui lebih berhasil. Banyak alasan yang dikemukakan oleh ibu-ibu yang tidak menyusui bayinya anatara lain ibu tidak memproduduksi cukup ASI atau bayinya tidak mau menghisap. Sesungguhnya hal ini tidak disebabkan kerena ibu tidak memproduksi ASI yang cukup, melainkan karena ibu kurang percaya diri bahwa Asi-nya cukup untuk bayinya. Disamping itu caracara menyusui yang tidak baik dan tidak benar dapat menimbulkan gangguan pada putting susu ibu. Kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang keunggulan ASI dan manfaat menyusui menyebabkan ibu-ibu mudah terpengaruh dan beralih kepada pemberian susu formula atau yang lainnya. Di daerah pedesaan rata-rata ibu menyusui bayi mereka, namun hasil penelitian menunjukan pengaruh kebiasaan yang kurang menunjang pamanfaatan ASI secara optimal, seperti pemberian pralaktal, pemberian

makanan/minuman pengganti ASI karena ASI belum keluar untuk hari-hari pertama setelah melahirkan. Jenis makanan tersebut dapat membahayakan kesehatan bayi dan menyebabkan berkurangnya kesempatan untuk merangsang produksi ASI sedini mungkin melalui hisapan bayi pada payudara ibu. Penelitian menunjukan peningkatan penggunaan susu formula. Jumlah ibu-ibu yang memberikan ASI pada bayi usia 0-3 bulan di perkotaan sebanya 47%. Sedangkan di
MANAGEMENT LAKTASI 1

MATERNITAS II

pedesaan sebanyak 55 %. Beberapa alasan ibu-ibu menghentikan pemberian ASI kepada bayi yaitu produksi ASI kurang (32%), ibu bekerja (16%), ingin dianggap modern (4%), masalah pada putting susu (28%), pengaruh iklan pada susu formula (16%), pengaruh orang lain terutama keluarga (4%). Oleh karena itu dukungan untuk pemberian ASI sangat diperlukan dari keluarga , masyarakat dan petugas kesehatan untuk menciptakan generasi yang sehat dan berkualitas. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari management laktasi ? 2. Bagaimana Fisiologi laktasi ? 3. Apa saja Reflek laktasi ? 4. Bagaimana Perkembangan laktasi ? 5. Jelaskan Langkah-langkah kegiatan Menejemen Laktasi menurut Depkes RI (2005) ! 6. Apa saja komposisi Gizi Dalam ASI ? 7. Jelaskan manfaat dari pemberian ASI !

1.3

Tujuan 1. 2. 3. 4. 5. Menjelaskan definisi dari management laktasi. Menjelaskan fisiologi laktasi. Menjelaskan reflek laktasi. Menjelaskan perkembangan laktasi. Menjelaskan langkah-langkah kegiatan Menejemen Laktasi menurut Depkes RI (2005). 6. 7. Menjelaskan komposisi dalam ASI. Menjelaskan manfaat dari pemberian ASI.

BAB 2 PEMBAHASAN
MANAGEMENT LAKTASI 2

MATERNITAS II

2.1

Definisi Laktasi Manajemen laktasi adalah tata laksana yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya. (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005) Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi mengisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005) Laktasi adalah Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI dinamakan laktasi.

2.2

Fisiologi Laktasi

Pada masa hamil, terjadi perubahan pada payudara, dimana ukuran payudara bertambah besar. Untuk mempersiapkan payudara agar pada waktunya dapat memberikan ASI, estrogen akan mempersiapkan kelenjar dari saluran ASI dalam bentuk poliferasi, deposit lemak, air dan elektrolit, jaringan ikat semakin banyak dan miopitel di sekitar kelenjar mammae semakin membesar.sedangkan progesterone meningkat kematangan kelenjar mammae dengan hormone lain. Bersamaan dengan membesaranya kehamilan perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI semakin tampak, payudara semakin membesar, puting susu semakin menonjol pembuluh darah semakin tampak, dan areola mammae makin hitam. (Manuaba, 1998) Pada kehamilan lima bulan lebih, kadang-kadang dari ujung putting mulai keluar cairan yang disebut kolostrum. Sekresi cairan tersebut karena pengaruh hormone laktogen dari plasenta dan hormone prolaktin dari kelenjar hipofise. Produksi cairan tidak berlebihan karena meski selama hamil kadar prolaktin cukup tinggi pengaruhnya di hambat oleh estrogen. Setelah partus, pengaruh penekanan dari estrogen dan progesterone terhadap hipofisis hilang. Timbul pengaruh hormon - hormon hipofisis kembali, antara lain
MANAGEMENT LAKTASI 3

MATERNITAS II

lactogenic hormone. (prolaktin) yang akan dihasilkan pula. Mamma yang telah dipersiapkan pada masa hamil terpengaruhi, dengan akibat kelenjar-kelenjar susu berkontraksi,sehingga pengeluaran air susu dilaksanakan. (Wiknjosastro, 2007) Pada seorang wanita menyusui ( laktasi ) kedua dan selanjutnya cenderung lebih baik dari pada yang pertama, menunjukan bahwa seperti halnya pada semua fungsi reproduksi, di perlukan trial runs ( latihan) sebelum mencapai kemampuan yang optimal. Pada umumnya wanita yang lebih muda kemampuanya lebih baik dari pada yang tua. (Ibrahim, 1986). Menurut ( Depkes, 2005) Pada masa hamil, terjadi perubahan pada payudara, dimana ukuran payudara bertambah basar. Ini disebabkan proliferasi sel duktus laktiferus dan sel kelenjar pembuat ASI. Karena pengaruh hormon yang dibuat plasenta yaitu laktogen, prolaktin koriogonadotropin, estrogen dan progesteron. Pembesaran juga disebabkan oleh bertambanya pembuluh darah. Pada kehamilan lima bulan atau lebih, kadang-kadang dari ujung puting mulai keluar cairan yang disebut kolostrum. Sekresi cairan tersebut karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari kelenjar hipofise. Produksi cairan tidak berlebihan karena meski selama hamil kadar prolaktin cukup tinggi pengaruhnya dihambat oleh estrogen. Setelah persalinan, dengan terlapasnya plasenta, kadar estrogen dan progesteron menurun, sedangkan prolaktin tetap tinggi. Karena tak ada hambatan oleh estrogen maka terjadi sekresi ASI. Pada saat mulai menyusui, maka dengan segera, rangsangan isapan bayi memacu lepasnya prolaktin dan hipofise yang memperlancar sekresi ASI.

2.3 Reflek pada laktasi

1. Refleks Prolaktin Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin kedalam darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan lamanya bayi menghisap.
MANAGEMENT LAKTASI 4

MATERNITAS II

Semakin sering bayi menyusu, maka semakin banyak prolaktin yang dilepas oleh hipofise sehingga semakin banyak air susu yang diproduksi oleh sel kelenjar. Prolaktin terdiri dari protein yang sangat kompleks dan belum dapat dibuat secara sintesis. Oleh karena itu tindakan sering menyusui merupakan cara terbaik untuk mendapatkan air susu yang banyak.

2. Refleks Aliran (Let Down Reflex) Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormon prolaktin juga mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitosin. Dimana setelah oksitosin dilepas kedalam darah akan mengacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus berkontraksi sehingga memeras air susu dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju putting susu. Dengan demikian, dengan sering menyusui sampai payudara terasa kosong sangat penting agar tidak terjadi pembendungan pada payudara. Pembendungan pada payudara akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan sakit. Tidak jarang dapat menyebabkan payudara mudah terkena infeksi. Kadang kadang tekanan akibat kontraksi otot otot polos tersebut begitu kuat sehingga air susu menyembur keluar. Oksitoksin juga mempengaruhi jaringan otot poos rahim berkontraksi sehingga mempercepat lepasnya plasenta dari dinding rahim dan membantu mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh karena itu, bayi setelah lahir harus segera disusukan pada ibunya. Dengan seringnya menyusui maka penciutan rahim akan semakin cepat dan semakin baik. Refleks let-down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau dapat juga ibu merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda lain dari let-down adalah tetesan pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi. Refleks ini dipengaruhi oleh kejiwaan ibu. Rasa kawatir dan rasa sakit yang dirasakan ibu dapat menghambat reflek tersebut. Diduga hal tersebut menyebabkan lepasnya adrenalin yang menghambat oksitoksin tidak dapat mencapai otot polos. Dengan demikian tidak ada rangsangan kontraksi dari otot polos.

3. Reflek menangkap (rooting reflek)

MANAGEMENT LAKTASI

MATERNITAS II

Jika disentuh pipinya, bayi akan menoleh kearah sentuhan, dan jika bibir disentuh, bayi akan membuka mulut dan berusaha mencari puting untuk menyusu.

4. Reflek menghisap Reflek menghisap pada bayi akan timbul jika puting merangsang langit langit (palatum) dalam mulutnya. Untuk dapat merangsang bagian langit langit secara sempurna, sebagian besar areola harus tertangkap oleh mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada dibawah areola akan tertekan oleh gusi, lidah serta langit langit sehingga air susu diperas secara sempurna ke dalam mulut bayi.

5. Reflek menelan Air susu yang penuh dalam mulut bayi akan ditelan sebagai pernyataan reflek menelan dari bayi. Pada saat bayi menyusu, akan terjadi peregangan puting susu dan areola untuk mengisi rongga mulut. Oleh karena itu, sebagian besar areola harus ikut masuk ke dalam mulut. Lidah bayi akan menekan ASI keluar dari sinus laktiferus yang berada di bawah areola.

2.4

Perkembangan Laktasi Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara: a. Progesteron mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besarbesaran b. Estrogen menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui[9]. Karena itu, sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI

MANAGEMENT LAKTASI

MATERNITAS II

c. Follicle stimulating hormone (FSH) d. Luteinizing hormone (LH) e. Prolaktin membesarnya alveoil dalam kehamilan.Hormon prolaktin /hormon produksi ASI dihasilkan oleh eklenjar hipofise didasar otak yang membuat sel kelenjar payudara menghasilkan ASI.Hormon ini mempunyai efek penting dalam menekan fungsi indung telur sehingga memperlambat kesuburan atau haid. f. Oksitosin mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down / milk ejection reflex.Hormon oksitosin/ hormon pengeluaran ASI dihasilkan dari bagian belakang hipofise hormon ini membuat otot otot mengkerut dan memeras ASI keluar. g. Human placental lactogen (HPL) Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting, dan areola sebelum melahirkan. 2.5 Langkah-langkah kegiatan Menejemen Laktasi menurut Depkes RI (2005) adalah : a). Masa Kehamilan (Antenatal). 1. Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi mengenai manfaat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi ibu, bayi dan keluarga serta cara pelaksanaan management laktasi. 2. Menyakinkan ibu hamil agar ibu mau dan mampu menyusui bayinya. 3. Melakukan pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara. Disamping itu, perlu pula dipantau kenaikan berat badan ibu hamil selama kehamilan. 4. Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan sehari-hari termasuk mencegah kekurangan zat besi. Jumlah makanan sehari-hari perlu ditambah mulai kehamilan trimester ke-2 (minggu ke 13-26) menjadi 1-2 kali porsi dari jumlah makanan pada saat sebelum hamil untuk kebutuhan gizi ibu hamil.
MANAGEMENT LAKTASI 7

MATERNITAS II

5. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Penting pula perhatian keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan hatinya bahwa kehamilan merupakan anugerah dan tugas yang mulia. b). Saat segera setelah bayi lahir. 1. Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu dibantu dan dimotivasi agar mulai kontak dengan bayi (skin to skin contact) dan mulai menyusui bayi. Karena saat ini bayi dalam keadaan paling peka terhadap rangsangan, selanjutnya bayi akan mencari payudara ibu secara naluriah. 2. Membantu kontak langsung ibu-bayi sedini mungkin untuk memberikan rasa aman dan kehangatan. c). Masa Neonetus 1. Bayi hanya diberi ASI saja atau ASI Eksklusif tanpa diberi minum apapun. 2. Ibu selalu dekat dengan bayi atau di rawat gabung. 3. Menyusui tanpa dijadwal atau setiap kali bayi meminta (on demand). 4. Melaksanakan cara menyusui (meletakan dan melekatkan) yang baik dan benar. 5. Bila bayi terpaksa dipisah dari ibu karena indikasi medik, bayi harus tetap mendapat ASI dengan cara memerah ASI untuk mempertahankan agar produksi ASI tetap lancar. 6. Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) dalam waktu kurang dari 30 hari setelah melahirkan. d). Masa menyusui selanjutnya (post neonatal). 1. Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selama 6 bulan pertama usia bayi, yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan atau minuman lainnya. 2. Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan ibu menyusui sehari-hari. Ibu menyusui perlu makan 1 kali lebih banyak dari biasanya (4-6 piring) dan minum minimal 10 gelas sehari.
MANAGEMENT LAKTASI 8

MATERNITAS II

3. Cukup istirahat (tidur siang/berbaring 1-2 jam), menjaga ketenangan pikiran dan menghindari kelelahan fisik yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat. 4. Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang keberhasilan menyusui. 5. Mengatasi bila ada masalah menyusui (payudara bengkak, bayi tidak mau menyusu, puting lecet, dll ). 6. Memperhatikan kecukupan gizi makanan bayi, terutama setelah bayi berumur 6 bulan; selain ASI, berikan MP-ASI yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya secara bertahap. 2.6 Komposisi Gizi Dalam ASI 1. Lemak Lemak merupakan sumber kalori utama dalam ASI dengan kadar 3,5%-4,5%. Lemak mudah diserap oleh bayi karena enzim lipase yang terdapat dalam sistem pencernaan bayi dan ASI akan mengurai Trigliserida menjadi Gliserol dan Asam Lemak. Keunggulan lemak ASI mengandung asam lemak esensial yaitu Docosahexaenoic Acid (DHA) Arachionoic Acid (AA) berguna untuk pertumbuhan otak. Kadar kolesterol dalam ASI lebih tinggi karena untuk merangsang enzim protektif yang membuat metabolisme kolesterol menjadi efisien. 2. Karbohidrat Karbohidrat utama dalamASI adalah laktose dengan kadar 7 gram %. Laktose mudah terurai menjadi Glukose dan Galaktose oleh enzim Laktose yang terdapat dalam mukosa saluran pencernaan bayi sejak lahir. Laktose juga bermanfaat untuk mempertinggi absofsi Kalsium dan merangsang pertumbuhan Laktobasilus Bifidus. 3. Protein Protein dalam susu adalah kasein dan whey kadarnya 0,9 %. Selain itu terdapat dua macam asam amino yaitu sistin dan taurin. Sistin diperluka untuk pertumbuhan somatik sedangkan taurin untuk pertumbuhan otak
MANAGEMENT LAKTASI 9

MATERNITAS II

4. Garam dan Mineral. - Zat Besi Jumlah zat besi dalam ASI termasuk sedikit tetapi mudah diserap. Zat besi berasal dari persediaan zat besi sejak bayi lahir, dari pemecahan sel darah merah dan dari zat besi yang terkandung dalam ASI. Dengan ASI bayi jarang kekurangan zat besi - Seng Seng diperlukan untuk pertumbuhan perkembangan dan imunitas, juga diperlukan untuk mencegah penyakit akrodermatitis enteropatika (penyakit kulit dan sistim pencernaan) 5. Vitamin - Vitamin K Berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah. - Vitamin E Banyak terkandung dalam kolostrum. - Vitamin D Berfungsi untuk pembentukan tulang dan gigi. 6. Zat Protektif - Imunoglobulin Semua jenis imunoglobulin terdapat dalam ASI, seperti IgA, IgG, IgM, IgD, dan IgE yang berguna untuk imunitas terhadap penyakit. - Lisosi Enzim lisosim dalam ASI berfungsi untuk memecah dinding bakteri dan antiinflamasi.
MANAGEMENT LAKTASI 10

MATERNITAS II

- Laktoperoksidase Enzim ini beserta dengan peroksidase hidrogen dan ion tioksinat membantu membunuh streptokokus. - Lactobasillus bifidus Lactobasilus bifidus berfungsi mengubah laktose menjadi asam laktat dan asam asetat, menjadikan saluran pencernaan bersifat asam sehingga menghambat pertumbuhan mokroorganisme patogen. - Lactoferin dan trasferin Kedua zat ini merupakan peotein dalam ASI yang berfungsi menghambat pertumbuhan stapilokokus dan E.coli , dengan cara mengikat zat besi yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya sehingga kuman tersebut tidak mendapatkan zat besi. - Komplemen C3 dan C4 Komplemen C3 dan C4 berguna sebagai faktor pertahanan. - Sel makrofag Sel makrofag berfungsi membunuh kuman dan membentuk kimplemen C3, C4, lisosim serta lactoferin. - Lipase : Lipase merupakan zat anti virus 2.7 Manfaat Pemberian ASI A. Manfaat bagi bayi 1. ASI mengandung komponen perlindungan terhadap infeksi, mengandung protein yang spesipik untuk perlindungan terhadap alergi dan merangsang sistem kekebalan tubuh 2. Komposisi ASI sangat baik karena mempunyai kandungan protei, karbohidrat, lemak dan mineral yang seimbang.

MANAGEMENT LAKTASI

11

MATERNITAS II

3. ASI memudahkan kerja pencernaan, mudah diserap oleh usus bayi serta mengurangi timbulnya gangguan pencernaan seperti diare atau sembelit. 4. Bayi yang minum ASI mempunyai kecenderungan memiliki berat badan ideal. 5. ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi termasuk untuk kecerdasan bayi. 6. Secara alamiah ASI memberikan kebutuhan yang sesuai dengan usia kelahiran bayi. 7. ASI bebas kuman karena diberikan langsung dari payudara sehingga kebersihannya terjamin. 8. ASI mengandung banyak kadar selenium yang melindungi gigi dari kerusakan. 9. Menyusui akan melatih daya hisap bayi dan membantu mengurangi insiden maloklusi dan membentu otot pipi yang baik. 10. ASI memberikan keuntungan psikologis. 11. Suhu ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.

B. Manfaat Untuk Ibu. 1. Aspek kesehatan ibu. a) Membantu mempercepat pengembalian uterus ke bentuk semula dan mengurangi perdarahan post partum karena isapan bayi pada payudara akan merangsang kelenjar hipopise untuk mengeluarkan hormon oksitosin. Oksitosin bekerja untuk kontraksi saluran ASI pada kelenjar air susu dan merangsang kontraksi uterus b) Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan secara bertahap karena pengeluaran energi untuk ASI dan proses pembentukannya akan mempercepat kehilangan lemak. c) Pemberian ASI yang cukup lama dapat memperkecil kejadian karsinoma payudara dan karsinoma ovarium. d) Pemberian ASI mudah karena tersedia dalam keadaan segar dengan suhu yang sesuai sehingga dapat diberikan kapan dan dimana saja. 2. Aspek Keluarga Berencana

MANAGEMENT LAKTASI

12

MATERNITAS II

Pemberian ASI secara eksklusif dapat berfungsi sebagai kontrasepsi karena isapan bayi merangsang hormon prolaktin yang menghambat terjadinya ovulasi sehingga menunda kesuburan. 3. Aspek Psikologis Menyusui memberikan rasa puas, bangga dan bahagia pada ibu yang berhasil menyusui bayinya dan memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak.

MANAGEMENT LAKTASI

13

MATERNITAS II

BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan Manajemen laktasi adalah tata laksana yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya. (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005)
Pada masa hamil, terjadi perubahan pada payudara, dimana ukuran payudara bertambah

basar. Ini disebabkan proliferasi sel duktus laktiferus dan sel kelenjar pembuat ASI. Karena pengaruh hormon yang dibuat plasenta yaitu laktogen, prolaktin

koriogonadotropin, estrogen dan progesteron. Pembesaran juga disebabkan oleh bertambanya pembuluh darah. Pada kehamilan lima bulan atau lebih, kadang-kadang dari ujung puting mulai keluar cairan yang disebut kolostrum. Sekresi cairan tersebut karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari kelenjar hipofise.
Reflek pada laktasi

1. Refleks Prolaktin 2. Refleks Aliran (Let Down Reflex) 3. Reflek menangkap (rooting reflek) 4. Reflek menghisap 5. Reflek menelan 3.2 Saran Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. Setelah itu ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras atau makanan lainnya. ASI juga mengandung semua nutrisi yang diperlukan bagi bayi, mulai dari hormon, antibodi, faktor kekebalan sampai antioksidan. Oleh karena itu dukungan untuk pemberian ASI sangat diperlukan dari keluarga masyarakat dan petugas kesehatan untuk menciptakan generasi yang sehat dan berkualitas.

MANAGEMENT LAKTASI

14

MATERNITAS II

DAFTAR PUSTAKA

http://bayidananak.com/2010/03/29/posisi-menyusui-yang-benar/ http://www.skripsi-kti.co.cc/2010/10/proses-laktasi-dan-menyusui.html

MANAGEMENT LAKTASI

15

You might also like