You are on page 1of 4

PERLAKUAN AIR MINUM I.

DASAR TEORI Tubuh manusia memiliki suatu sistem yang berfungsi untuk meregulasi osmolaritas plasma dan konsentrasi natrium di dalam plasma dengan cara menyesuaikan eksresi air melalui ginjal. Fungsi ini diperankan oleh kerja ADH. Ketika osmolaritas tubuh meningkat ( terjadi kekurangan cairan di dalam tubuh) di atas normal, hipofisis posterior akan mensekresi lebih banyak ADH sehingga permeabilitas tubulus kontortus distal (TKD) dan duktus koligens terhadap air akan meningkat. Hal ini akan menyebabkan meningkatnya reabsorbsi air sebagai bentuk kompensasi tingginya osmolaritas _ agar osmolaritas kembali normal. Ketika terjadi kelebihan cairan di dalam tubuh, sekresi ADH akan dikurangi sehingga permeabilitas tubulus terhadap air berkurang dan jumlah urin yang disekresikan pun bertambah. Nah, tetapi jumlah zat terlarut yang ada di urin untuk diekresikan kan tetap atau tidak bertambah, sehingga osmolaritas urin akan turun. Terjadinya penurunan pada osmolaritas urin inilah yang menyebabkan penurunan berat jenis urin. Tubuh itu mampu mengekresikan sebanyak 20 L urin encer per harinya, dengan konsentrasi sekitar 50 mOsm/L. Jika seseorang meminum air sebanyak satu liter, volume urin akan naik sekitar enam kali normal dalam waktu 45 menit setelah air tersebut diminum, dan seperti yang tadi sudah dijelaskan, jumlah zat di dalam urin tidak akan berubah sehingga urin yang terbentuk akan sangat encer.

Mekanisme terbentuknya urin encer adalah sebagai berikut: Ketika urin memasuki Tubulus kontortus proksimal (TKP), konsentrasinya adalah 300 mOsm. Akibat terjadi penyerapan NaCl dan kegagalan penyerapan air, urin menjadi sangat encer. Di TKD, urin memiliki konsentrasi 100 mOsm dan terus berkurang di sepanjang duktus koligens dan menjadi 50 mOsm saat keluar dari kaliks minor. Seperti yang tadi sudah dijelaskan, terjadinya penurunan osmolaritas inilah yang menyebabkan penurunan berat jenis urin setelah mengkonsumsi air dalam jumlah yang besar. Kalau pada praktikum kan OP harus meminum air sebanyak 1 L. II. HASIL

TABEL HASIL PRAKTIKUM KONTROL OP U-pra U-0 U-30 U-60 U-90 U-120 Berat Badan (kg) 69 69 69 69 69 69 Tekanan Darah 100/57 100/65 100/60 100/80 100/90 100/70 Volume Urin (ml) 8 100 20 20 20 20 Berat Jenis 1,005 1,005 1,005 1,005 1,005 1,005 pH 6,5 7 6,5 8 7 7,5 Kadar Glukosa -

Nama : Ahmad Muhajirin Usia : 20 Tahun BB (kg) U Pra U-0 U 30 U 60 U 90 U 120 III. Volume urin (mL) 59 59 22 17 Tekanan Darah (mmHg) 110/80 110/80 1,03 1,03 6 6 Kuning Kuning BJ pH Glukosa Warna

Waktu

PERLAKUAN 60 60 59 59 27 310 300 125 120/80 110/80 110/80 110/80 1,025 1,005 1,005 1,005 5 5 6 6 Kuning Jernih Jernih Jernih

PEMBAHASAN Pada hasil percobaan yang ditunjukkan di atas, maka pada perlakuan minum air 1L telah terjadi peningkatan volume urin secara bertahap dalam jangka waktu 120 menit setelah perlakuan. Hal ini sesuai dengan teori, bahwa air yang dikonsumsi terlebih dahulu akan masuk ke sistem pencernaan dan akan masuk ke sirkulasi. Hal ini menyebabkan peningkatan volume plasma dan akhirnya akan mengakibatkan penurunan osmolalitas plasma. Semua ketidakseimbangan ini otomatis akan mencetus tubuh untuk melakukan sesuatu untuk mempertahankan homeostasis donk. Oleh karena itu, sekresi ADH akan ditekan oleh input dari osmoreseptor _ reabsorpsi air di TKD dan duktus koligens berkurang. Volume urin yang diekresikan akan bertambah banyak dan urin semakin encer. Seperti pada penjelasan sebelumnya.

Dari percobaan didapatkan bahwa: Pada U-60 pasca perlakuan, laju produksi urin mencapai maksimal, yaitu mencapai 10,3 mL/menit dengan Volume urin yang dihasilkan adalah 310 mL. Urin pada U-60 tersebut encer, dan dibuktikan dengan warnanya yang lebih jernih jika dibandingkan dengan urin sebelum perlakuan. BJ pada U-60 juga memberikan hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan U sebelum perlakuan. Udah disebutkan berkali-kali bahwa penurunan BJ berhubungan dengan

berkurangnya osmolaritas urin. Jadi, semakin banyak partikel zat terlarut dalam suatu larutan, maka akan semakin tinggi massa dan berat jenis larutan tersebut. Parameter lain: Berat badan pada OP yang minum air terlihat bahwa BB sebelum perlakuan adalah 59,6. Tapi pada saat OP sudah meminum air sebanyak 1 L, BB meningkat menjadi 60,4 (peningkatan adalah 1 kg, di mana 1 L air kan setara dengan 1 kg air). Peningkatan BB ini ada hubungannya dengan volume plasma darah. BB kembali ke BB semula. Untuk tekanan darah dan pH urin, bisa dilihat sedikit berfluktuasi. Jadi, perubahan pH urin ada hubungannya dengan perubahan pH plasma. Tetapi, akibat adanya sistem buffer plasma, maka pengenceran plasma akibat meningkatnya volume plasama tidak memberikan perubahan pH yang cukup bermakna. Begitu juga dengan tekanan darah yang diatur oleh sistem saraf simpatis untuk menurunkan curah jantung serta tahanan perifer.

You might also like