You are on page 1of 6

PENDEKATAN ANALISIS SWOT

Pengambilan keputusan tentang program Pendidikan Nonformal yang akan


dilaksanakan, sebagian ditentukan oleh perencanaan yang baik. Salah satu pendekatan
perencanaan pendidikan nonformal yang dilakukan disebut Analisis SWOT (Strengths,
Weaknesses, opportunities, threats = kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman). Melalui
analisis SWOT akan melahirkan program Pendidikan nonformal yang realistis dan sesuai
kebutuhan sasaran.

PENDAHULUAN
Perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang
tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Disebut sistematis karena
perencanaan itu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip tertentu di dalam
proses pengambilan keputusan, penggunaan pengetahuan dan teknik/ pendekatan secara
ilmiah, serta tindakan atau kegiatan yang terorganisasi. Perencanaan dilakukan untuk
menyusun rangkaian kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Tujuan
tersebut dapat mencakup tujuan umum (goals) dan tujuan khusus (objectives) suatu
kegiatan/ program. Dalam menyusun rencana sebaiknya mempertimbangkan sumber-
sumber yang tersedia atau dapat disediakan. Sumber-sumber itu meliputi sumber manusia
dan sumber non-manusia. Sumber manusia mencakup antara lain pamong belajar,
fasilitator, tutor, warga belajar, pimpinan lembaga dan masyarakat. Sumber non-
manusia meliputi fasilitas, alat-alat, waktu, biaya, lingkungan sosial budaya, lingkungan
fisik, dsb. Dengan perencanaan diharapkan dapat dihindari penyimpangan sekecil
mungkin dalam penggunaan sumber-sumber tersebut. Perencanaan hanya akan dapat
dilakukan apabila perencana megenal, mamahami dengan benar kekuatan dan kelemahan
sebagai aspek internal aspek eksternal dari organisasi/ lembaga atau perencana, sehingga
dapat diungkap tantangan yang akan timbul di masa depan dan peluang yang mungkin
terbuka untuk diraih untuk kebaikan/ peningkatan kinerja. Tanpa mengetahui aspek-aspek
tersebut rencana yang disusun hanya merupakan angan-angan yang tidak berdasar, karena
itulah diperlukan data yang cermat dan akurat dan terbaru dari semua lini/ komponen
terkait.
Perencanaan yang tidak didukung data, sering menimbulkan adanya rencana yang tidak
akan pernah tercapai, walaupun didukung oleh sumberdaya yang cukup memadai.
Perencanaan memerlukan adanya data dasar yang diterima dan diakui oleh semua pihak
termasuk disemua jenjang organisasi/lembaga terkait. Setiap ada perubahan harus
dilakukan secara serentak, disemua tingkatan organisasi/ lembaga terkait. Data dasar
harus diperbaiki setiap tahun perencanaan. Sering suatu rencana sudah disusun tanpa si
perencana memahami apa yang ada dan sudah terjadi dan apa penghambat yang dihadapi.
Dalam keadaan seperti ini, tujuan yang disusun dalam rencana tersebut hampir dapat
dipastikan tidak akan dapat dicapai. Perencanaan sering dianggap sebagai tugas rutin
semata, pada hal perencanaan adalah sesuatu yang dinamis, kreatif, dan inovatif.
Perencanaan tidak pasif dan statis, karena itulah diperlukan kereasi dan rasa memiliki
(sense of ownership) dari para perencana serta rasa malu apabila rencana yang disusun
ternyata tidak realistis dan tidak dapat diwujudkan. Pada setiap setiap perencanaan,
hindarilah ungkapan ”perencanaan untuk perencanaan” yang mengandung makna
ketidakpeduliaan akan tujuan yang dirancang tetapi hanya asal ada kegiatan.
Untuk menyusun rencana yang dapat direalisasikan dalam kegiatan nyata dan berhasil,
diperlukan bebagai pendekatan untuk mengetahui atau memahami sejumlah informasi
yang diperlukan, baik aspek internal maupun aspek ekternal. Salah satu pendekatan yang
dapat digunakan adalah analisis ”SWOT” (Strengths, Weaknesses, Opportunities,
Threats). Sejanjutnya, pendekatan ini akan dibahas pada bagian lain tulisan ini.

KONSEP ANALISIS SWOT


SWOT merupakan singkatan dari kata Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan),
Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman). Menurut Sihombing (2000), kata
Threats mengandung unsur yang negatif, sehingga lebih cenderung menggunakan kata
yang mengandung unsur positif yaitu tantangan (Challenges). Pengubahan ancaman
menjadi tantangan karena dia melihat bahwa ancaman kalau dikelola dengan tepat dapat
berubah menjadi peluang, sedangkan tantangan selalu berisi peluang. Sehingga
pendekatannya menjadi SWOC.
1. Kekuatan
Maksud kekuatan dalam analisis ini adalah faktor-fakor yang mendukung
penyelenggaraan program, serta diakui eksistensinya oleh semua pihak
(masyarakat). Contoh kekuatan-kekuatan yang ada pada program pendidikan luar
sekolah antara lain dapat menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada di masyarakat
tanpa harus memenuhi persyaratan tertentu/ ketat, yang tidak mungkin dipenuhi
oleh masyarakat. Fasilitas-fasilitas tersebut, antara lain, balai desa, gedung SD
dan Puskesmas yang kosong, gedung milik Yayasan ataupun rumah-rumah
penduduk. Penilik PLS dapat melakukan bimbingan kepada penyelenggara
program PLS kapan saja tanpa terikat oleh jam kantor.
2. Kelemahan
Maksud kelemahan dalam analisis ini adalah permasalahan yang timbul dari
penyelenggaraan program dan hasilnya.
Permasalahan merupakan kelemahan yang dapat berubah menjadi tantangan
kelancaran pelaksanaan tugas/ program. Sebagai contoh disebutkan bahwa maasih
banyak gedung-gedung yang ada , baik milik pemerintah maupun milik yayasan/
swasta belum semua termanfaatkan sebagai tempat belajar. Hal ini disebabkan
oleh beberapa hal, antara lain: (a) rendahnya kesungguhan petugas (penilik/tenaga
TLD/ penyelenggara program) dalam mendekati pihak-pihak yang memiliki
gedung kosong, untuk dapat dimanfaatkan, (b) masyarakat belum memahami
secara baik dan benar tentang penting dan keuntungan, jika program PLS
diberikan tempat belajar, (3) rendahnya perhatian pemerintah pada penyediaan
tempat belajar program PLS
3. Peluang
Maksud peluang dari analisis ini adalah hal-hal atau faktor-faktor dari luar
program yang kalau dicermati dan dimanfaatkan dengan baik dapat menjadi
tumpuan harapan dimasa depan. Contoh hingga saat ini masih cukup banyak
tenaga terdidik yang belum mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keinginannya;
sehingga mereka masih menganggur dan dapat dimanfaatkan sebagai tenaga
pendidik (tutor/ fasilitator) dalam program-pogram PLS.
4. Tantangan
Maksud tantangan dalam analisis ini adalah hal-hal yang harus diatasi, direbut,
diperbaiki dan ditingkatkan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas
dalam usaha mencapai tujuan. Tantangan bukan penghambat, tetapi perangsang
untuk mendorong perencana pendidikan luar sekolah untuk lebih kreatif dan
dinamis. Tantangan dapat berubah menjadi peluang bagi perencana yang tidak
berperilaku apatis, statis dan mudah puas. Contoh tantangan, penyebaran
pemukiman baik warga belajar maupun tenaga kependidikan, serta mobilitas
warga belajar merupakan tantangan besar dalam pembentukan dan dalam
mempertahankan kelangsungan kegiatan/ program PLS. Untuk itu, tantangan-
tantangan yang dihadapi adalah (a) menempatkan kelompok belajar yang dapat
terjangkau baik oleh warga belajar maupun tenaga kependidikan /tutor, dan (b)
menemukan strategi-strategi untuk mempertahankan keutuhan kelompok minimal
sampai mereka menyelesaikan satu program pembelajaran.

STRATEGI PENYUSUNAN RENCANA


Apabila petugas PLS ingin kegiatan/ programnya terlaksana, dicintai dan dirindukan oleh
semua orang termasuk atasan, maka dalam penggalian faktor kekuatan, kelemahan yang
dimiliki dan peluang dan tantangan yang dihadapi, dapat disusun pola dasar penyusunan
rencana kegiatan/ program. Apabila faktor kekuatan dikaitkan dengan peluang, maka
akan dapat dilihat 3 kemungkinan: (1) faktor kekuatan lebih besar dari peluang yang
ada. Pada situasi ini program/ kegiatan dapat mengkonsentrasikan diri pada pemantapan
program dan menghindari penurunan kualitas. (2) Faktor kekuatan lebih kecil dari
peluang. Disini program/ kegiatan dapat memanfaatkan peluang dengan mengadakan
penyeragaman garis program dan penganekaragaman mutu program. Sehingga peluang-
peluang yang terbuka dapat dimanfaatkan. (3) Faktor kekuatan sama dengan faktor
peluang. Dalam situasi ini program/ kegiatan memfokuskan diri pada peningkatan
kualitas dan mencari peluang yang baru. Apabila kekuatan dikaitkan dengan
tantangan, situasi yang dihasilkan akan menggambarkan: (1) Fakor kekuatan lebih
besar dari faktor tantangan. Disini program/ kegiatan dapat memperkenalkan program-
program baru karena tidak akan ada hambatan yang berarti. (2) Faktor kelemahan lebih
sedikit dari faktor tantangan. Pada situasi ini program/ kegiatan akan memperhemat
programnya agar mampu mengubah tantangan menjadi peluang; (3) Faktor kekuatan
sama dengan faktor tantangan. Disini dapat diperkenalkan program baru, karena
tantangan harus dikendalikan dengan program-program yang berkualitas.
Apabila faktor kelemahan dikaitkan dengan peluang ditemukan juga beberapa
kemungkinan yang akan terjadi: (1) faktor kelemahan lebih menonjol dan peluang.
Disini program/kegiatan harus berusaha mengurangi kalau tidak dapat menghapuskan
kelemahan-kelemahan yang ada, dengan cara meneliti dimana sebenarnya kelemahan
tersebut, kemudian diperbaiki. Perbaikan dapat dengan cara tambal sulam atau mengganti
dengan yang baru yang lebih mampu memanfaatkan peluang; (2) Faktor kelemahan
lebih kecil dari peluang. Disini peluang harus dimanfaatkan seoptimal mungkin sambil
memperkuat program; (3) Faktor kelemahan sama dengan kuatnya peluang. Disini
seluruh kekuatan harus dikerahkan untuk memperkuat program agar peluang dapat
dimanfaatkan.
Apabila faktor kelemahan dikaitkan dengan tantangan, juga akan ditemukan keadaan
sebagai berikut: (1) faktor kelemahan lebih kuat dari faktor tantangan. Disini harus
ada penggantian program; (2) Faktor kelemahan lebih kecil dari tantangan. Dalam
keadaan ini faktor tantangan harus dihilangkan, kecuali dapat diubah atau dimanfaatkan
menjadi peluang; (3) Faktor kelemahan sama kuatnya dengan tantangan. Dalam
situasi ini kelemahan harus segera diperangi.
DAFTAR PUSTAKA

Aditya Prabhaswara, Peti Savitri, 2002, Dasar Penyusunan Project Proposal, Yogyakarta:
Andi

H.D. Sudjana, 2005, Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah, Bandung: Falah
Production

Umberto Sihombing, 2000, Pendidikan Luar Sekolah Manajemen Strategi, Jakarta: PD


Mahkota.

You might also like