You are on page 1of 33

MAKALAH BISNIS INTERNASIONAL

OLEH: Aditya Heidy Rosari 1006712122 Rachel Christy P 1006774852 Rahadian Aji 1006696636 Rosita Nuriana 1006712596

Universitas Indonesia Fakultas Ekonomi Depok 2013

Statement of Authorship Kami yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah terlampir adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya. Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menyatakan menggunakannya. Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Nama

NPM

Tanda Tangan

Aditya Heidy Rosari Rachel Christy P Rahadian Aji Rosita Nuriana Mata Ajaran : Bisnis Internasional

1006712122 1006774852 1006696636 1006712596

Judul Makalah : Makalah Bab 18-19 Tanggal Dosen : 26 Mei 2013 : Evony Silvino Violita

Chapter 18 INTERNATIONAL FINANCIAL MANAGEMENT

Di berbagai transaksi bisnis sering terjadi beberapa kasus antara lain waktu penerimaan barang dengan pembayaran yang tidak bertepatan. Walaupun pelanggan telah membayar barang dengan cek tetapi dapat pula terjadi tidak dapat dicairkannya cek akibat jumlah dana tidak mencukupi atau kasus lainnya yang dapat terjadi terkait dengan proses pembayaran oleh pelanggan. Oleh karena itulah kegiatan transaksi keuangan dan kepercayaan merupakan masalah yang cukup besar bagi bisnis nasional maupun internasional. Perbedaan hukum, budaya, praktik keuangan serta perubahan mata uang diantara beberapa negara merupakan hal-hal yang harus diketahui oleh home country dan negara lain yang melakukan hubungan bisnis. Sebuah perusahaan juga harus membutuhkan informasi kredit yang spesifik dan informasi terkait cara pembayaran dengan perusahaan asing yang akan bekerjasama dengannya untuk mempermudah proses pembayaran dan transaksi yang dilakukan.

Financial Issues in International Trade


Di dalam transaksi keuangan, penjual dan pembeli harus bernegosiasi dan membuat perjanjian tentang berbagai hal seperti harga, jumlah barang, dan tanggal pengiriman barang. Di dalam transaksi yang menghubungkan pembeli dan penjual menimbulkan beberapa isu antara lain adalah :

1. Choice of Currency Pemilihan jenis mata uang merupakan hal yang sering timbul dalam transaksi keuangan. Eksportir dan importir biasanya akan memiliki kecenderungan untuk memilih mata uang yang akan digunakan tergantung dengan keuntungan yang akan didapatkan. Eksportir akan lebih memilih untuk menggunakan mata uang sesuai dengan negaranya sehingga ia akan dapat mengetahui secara pasti berapakah jumlah uang yang akan

didapatkannya dari importir. Sedangkan importir juga akan lebih memilih untuk membayar menggunakan mata uang yang berlaku di negaranya sehingga ia akan mengetahui jumlah yang harus dibayarkannya. Namun biasanya solusi yang diambil adalah eksportir dan importir akan mengambil jalan tengah yaitu dengan menggunakan mata uang pihak ketiga. Sebagai contohnya apabila mata uang kedua negara bernilai cukup lemah maka mereka akan menggunakan mata uang yang cukup stabil di dunia seperti Yen ataupun U.S Dollar. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pembayaran dan memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak tanpa merugikan salah satu pihak lain.

2. Credit Checking Hal yang penting di dalam perdagangan internasional adalah reabilitas dan kepercayaan dari pembeli. Apabila importir memiliki keuangan yang sehat dan merupakan perusahaan reliabel serta memiliki catatan yang baik dalam setiap transaksi yang dilakukan sebelumnya maka eksportir tidak akan segan-segan untuk memberikan perpanjangan kredit bagi importir karena merasa bahwa importir dapat dipercaya. Namun apabila importir memiliki masalah finansial dan memiliki resiko kredit yang besar terkait dengan pembayaran transaksi yang pernah dilakukan terdahulu maka eksportir akan meminta dokumen terkait pembayaran untuk mengurangi resiko tersebut. Di dalam sebuah transaksi akan sangat penting untuk mengecek rating kredit dari pelanggan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menanyakan credit reference atau menanyakan informasi yang terkait kepada bank lokal yang memiliki hubungan dengan pelanggan. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan agar pelanggan tidak memiliki permasalahan dalam hal pembayaran kredit atas barang yang akan dikirim. Apabila sebuah perusahaan tidak melakukan hal ini maka akan dapat menimbulkan suatu permasalahan dalam hal pembayaran kredit karena pelanggan dapat memiliki riwayat

pembayaran kredit yang buruk sehingga dapat mengalami masalah dalam pembayaran seperti menunda atau tidak melakukan pembayaran sehingga hal ini akan dapat merugikan eksportir.

3. Method of Payment Pihak yang melakukan transaksi internasional dapat saling bernegosiasi untuk menentukan metode pembayaran yang akan dilakukan berdasarkan riwayat kredit importir serta aturan yang berlaku di dalam industri mereka. Ada beberapa cara pembayaran yang setiap jenisnya akan memberikan tingkat resiko dan biaya pelaksanaan yang berbeda. Beberapa jenis metode pembayaran yang ditawarkan adalah sebagai berikut : a. Payment in Advance Pembayaran di awal merupakan metode pembayaran paling aman bagi eksportir karena ia akan menerima pembayaran di awal sebelum melakukan pengiriman barang sehingga pembayaran akan terjamin tanpa akan ada masalah terkait pembayaran. Dengan menggunakan metode ini maka eksportir akan mengurangi resiko kredit dan akan dapat menerima pembayaran secara tepat waktu. Namun hal ini merupakan jenis pembayaran yang membuat importir merasa tidak aman karena ia harus menyerahkan uang sebelum menerima barang dari eksportir sehingga akan meningkatkan resiko apabila eksportir gagal dalam melakukan pengiriman barang sesuai dengan kontrak yang telah disepakati. Eksportir yang hanya menerapkan jenis pembayaran seperti ini akan menjadi kalah bersaing dengan eksportir yang dapat menawarkan metode pembayaran lain yang lebih menguntungkan bagi importir. b. Open Account Jenis pembayaran ini akan menguntungkan bagi importir karena barang akan dikirim oleh eksportir dan akan diterima oleh importir sebelum dilakukannya

pembayaran. Eksportir akan menetapkan dan menagih biaya kepada importir dalam jangka waktu tertentu atas pengiriman barang yang telah dilakukan. Open account dapat digunakan sebagai alat pemasaran karena dapat menawarkan pembeli potensial pembiayaan jangka pendek. Namun jenis metode pembayaran ini akan menimbulkan resiko tidak dipenuhinya pembayaran oleh importir karena pembayaran dilakukan setelah pengiriman barang dilakukan. Selain itu transaksi yang menggunakan metode ini tidak mengikutsertakan pihak ketiga seperti bank yang dapat membantu proses pembayaran sehingga resiko yang dihadapi oleh eksportir akan menjadi lebih besar. Metode pembayaran ini akan lebih tepat digunakan untuk pembiayaan jangka panjang bagi perusahaan besar yang telah memiliki reputasi yang bagus dalam hal pembayaran kewajiban. c. Documentary Collection Bank akan berperan sebagai agen yang akan memfasilitasi proses pembayaran dari importir kepada eksportir. Untuk memulai pembayaran dengan metode ini, eskportir akan menyiapkan dokumen yang disebut draft yang berisi tentang rincian pembayaran yang disebut dengan sight draft serta dokumen yang berisi jangka waktu pembayaran atau disebut dengan time draft. Selain itu draft juga disertai dokumen pendukung lainnya seperti rincian transportasi pengiriman yang digunakan yang disebut dengan bill of lading. Setelah mendapatkan dokumen dari eksportir maka bank dari eksportir akan menghubungi bank koresponden di negara importir yang akan menghubungkan dan membantu proses pembayaran. Dengan menggunakan metode ini maka eksportir akan mendapat beberapa keuntungan seperti biaya bank yang memfasilitasi akan lebih murah karena bank bertindak sebagai agen, bank juga akan membantu ke arah jalur hukum apabila importir tidak dapat memenuhi pembayaran yang telah dijanjikan di awal, bank juga akan membantu meringkas

proses pembayaran sehingga akan sangat membantu baik bagi eksportir maupun importir, selain itu karena bank merupakan bank lokal maka hal ini akan membuat importir menjaga nama baik perusahaan di lingkungan dengan cara membayar tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang telah ditentukan. d. Letter of Credit Untuk menghindari beberapa kesulitan eksportir dapat meminta digunakannya letter of credit. Dokumen ini diterbitkan oleh bank dan berisi perjanjian bahwa importir akan melakukan pembayaran apabila eksportir telah memenuhi semua kewajibannya dalam melakukan pengiriman barang kepada importir. Karena difasilitasi dan telah dijanjikan oleh bank maka hal ini akan memberikan tingkat resiko yang lebih rendah bagi eksportir. Dengan menggunakan metode ini maka akan dapat memberikan keuntungan bagi eksportir karena eksportir akan dapat mengetahui kelayakan kredit importir karena sebelum bank menyetujui permintaan letter of credit, bank akan terlebih dahulu mengecek keadaan importir dalam hal pembayaran kredit dan mengecek transaksi yang akan dilakukan. Ada beberapa dokumen yang harus disiapkan oleh eksportir yaitu invoice, bill of lading, packing list serta dokumen terkait lainnya. Selain itu untuk menerbitkan surat maka bank dari pihak importir juga akan meminta beberapa dokumen pendukung tambahan kepada eksportir seperti export licences yang diterbitkan oleh agensi dari eksportir, certificates of product origin yang akan memastikan bahwa barang yang dikirim merupakan barang yang dibuat di negara eksportir, serta inspection certificate untuk memberikan asuransi bahwa barang yang dikirim telah dicek kelayakannya dan telah sesuai dengan standar suatu produk. Setelah menerbitkan letter of credit maka bank dari pihak importir akan mengirimkannya kepada bank dari pihak eksportir yang dilengkapi dengan dokumen

pendukung lainnya yang disertai dengan saran atas term kredit yang kemudian akan membentuk advised letter of credit. Namun eksportir dapat meminta bank untuk menambahkan garansi atas pembayaran letter of credit yang kemudian akan membentuk sebuah confirmed letter of credit. Tipe ini akan timbul apabila perusahaan sangat memikirkan resiko politik yang dapat terjadi. Namun dalam menerima letter of credit, eksportir harus teliti dan mencocokkan isinya agar sesuai dan tidak terjadi kesalahan. Metode pembayaran ini dapat digunakan apabila eksportir tidak terlalu mengenal importir dan apabila importir memiliki catatan kredit yang baik kepada bank lokal yang akan memfasilitasi proses pembayaran. e. Credit Cards Untuk transaksi internasional yang kecil yang terjadi antara international merchants dan foreign retail customer, pembayaran dapat dilakukan dengan menggunakan credit card seperti American Express, VISA, dan Master Card. Untuk dapat melakukan pembayaran dengan credit card tentu saja perusahaan harus menggunakan credit card yang terpercaya. Dengan menggunakan credit card maka akan dikenakan biaya charge sebesar dua hingga empat persen dari merchant. Kemudian perusahaan akan mengenakan biaya charge sebesar satu hingga tiga persen untuk perubahan mata uang. f. Countertrade Metode pembayaran countertrade akan terjadi apabila sebuah perusahaan menerima pembayaran selain dengan menggunakan uang atas barang atau jasanya. Countertrade dapat berupa barter, counterpurchase, buy-back, atau offset purchase. Barter merupakan pertukaran suatu barang dengan barang lain yang telah disepakati antara kedua belah pihak. Sedangkan counterpurchase adalah suatu perusahaan menjual produknya pada suatu waktu dan akan mendapatkan kompensasi berupa

produk lain di beberapa waktu kemudian. Hal ini juga sering disebut sebagai parallel barter. Buy back merupakan penjualan barang yang dilakukan kepada perusahaan kedua yang kemudian akan mendapatkan kompensasi berupa barang output yang dihasilkan oleh perusahaan itu. Sedangkan offset purchase merupakan sebuah bagian dari barang yang diekspor yang dihasilkan di negara impor, contohnya merupakan peralatan militer. Untuk melakukan countertrade digunakan clearinghouse account yang akan memfasilitasi terjadinya transaksi ini.

Financing Trade Jangka waktu pembayaran merupakan hal yang penting di dalam perdagangan internasional. Setiap barang akan memiliki jangka waktu pembayaran antara 30 hari hingga 180 hari yang ditawarkan oleh penjual. Sedangkan untuk transaksi yang lebih kompleks biasanya hal terkait pembayaran akan lebih rumit karena dapat terdiri dari uang muka, pembayaran denda atas keterlambatan pembayaran serta pembayaran bunga. Namun seorang eksportir akan dapat memiliki keuntungan kompetitif apabila dapat menawarkan kemudahan bagi pelanggan yang memiliki tingkat keuangan yang rendah. Tentu saja resiko tidak dibayarnya barang akan semakin besar sehingga sebelum untuk memperpanjang kredit atau kemudahan bagi pelanggan, eksportir harus menghitung trade off antara keuntungan dari peningkatan penjualan dengan resiko tidak terbayarnya kredit oleh pelanggan.

Managing Foreign Exchange Risk


Terdapat tiga exposure yang dapat mempengaruhi suatu perusahaan yang melakukan transaksi internasional antara lain adalah sebagai berikut : 1. Transaction Exposure

Sebuah perusahaan akan menghadapi transaction exposure ketika keuntungan finansial dan biaya transaksi dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar mata uang yang selalu bergerak setiap saat. Ada beberapa jenis transaksi bisnis internasional yang dapat menyebabkan terjadinya transaction exposure seperti : Purchase of goods, services, or assets, Sales of goods, services, or assets., Extension of credit, Borrowing of money Misalkan Sacks Fifth Avenue akan melakukan pembelian barang dari Swiss dengan menggunakan mata uang franc Swiss pada lima bulan mendatang. Maka Sacks akan mengalami suatu resiko atas nilai tukar mata uang yang dapat berubah sewaktuwaktu. Untuk menghadapi hal ini maka dapat dilakukan beberapa cara antara lain sebagai berikut :

A. Go naked Sacks dapat tidak memperdulikan exposure yang mungkin terjadi dengan hanya melakukan pembelian mata uang sesuai dengan kebutuhan pada waktu pembayaran. Diharapkan dalam kurun waktu tersebut terjadi kenaikan nilai mata uang home country terhadap mata uang asing tersebut sehingga akan membuat harga barang tersebut menjadi lebih murah. Namun apabila terjadi penurunan nilai mata uang maka hal ini akan dapat menyebabkan kerugian.

B. Buy Swiss francs forward Sacks dapat melakukan pembelian terhadap mata uang asing terlebih dahulu untuk pembayaran di masa mendatang. Dengan dilakukannya hal ini maka akan melindungi pengusaha dari kemungkinan melemahnya mata uang US Dollar terhadap

mata uang asing. Namun hal ini juga dapat menimbulkan kerugian akibat hilangnya kesempatan kenaikan nilai mata uang US Dollar.

C. Buy Swiss franc currency options Sacks dapat membuat kontrak terkait dengan pembelian mata uang terkait. Dengan membuat kontrak maka dapat terlindung dari melemahnya nilai dollar terhadap mata uang asing sesuai dengan isi perjanjian yang telah dibuat sebelumnya sehingga tidak akan mengeluarkan jumlah uang melebihi isi kontrak. Sacks dapat melanjutkan kontrak apabila terjadi penurunan nilai mata uang dollar terhadap mata uang asing tetapi ia juga dapat membiarkan kontrak menjadi expired apabila terjadi kenaikan nilai mata uang dollar terhadap mata uang asing sehingga ia dapat memanfaatkan kenaikan tersebut karena dapat membayar dengan jumlah yang lebih sedikit. Namun metode ini juga memiliki kerugian antara lain karena biaya yang akan ditimbulkan akan lebih besar dibandingkan dengan metode yang lain.

D. Acquire an offsetting asset Metode lain yang dapat digunakan oleh Sacks adalah dengan mendapatkan aset pengganti yang senilai dengan jumlah uang dalam mata uang asing yang digunakan. Sebagai contohnya dengan mendapatkan certificate of deposit dengan bunga yang apabila diperkirakan akan senilai dengan uang yang harus dibayarkan pada bulan Oktober. Dengan adanya aset pengganti ini maka akan menghindarkan Sacks dari resiko penurunan nilai mata uang dollar. Namun metode ini juga memiliki kekurangan yaitu adanya biaya lebih yang harus dikeluarkan dalam mendapatkan certificate of deposit tersebut dan akan kehilangan kesempatan apabila terdapat kenaikan nilai mata uang dollar terhadap mata uang asing.

2. Translation Exposure Masalah lain yang mungkin timbul bagi MNC yang memiliki anak perusahaan adalah ketika laporan keuangan dilaporkan oleh anak perusahaan di foreign country dengan mata uang asing dibandingkan dengan mata uang domestik. Translation exposure adalah dampak fluktuasi nilai tukar terhadap laporan keuangan konsolidasi yang dapat mengubah nilai foreign subsidiaries ketika diukur dengan mata uang yang digunakan oleh parent company. Efek dari translation exposure dapat dikurangi dengan menggunakan balance sheet hedge. Balance sheet hedge diciptakan ketika perusahaan internasional menyesuaikan asetnya pada denominasi mata uang tertentu dengan utangnya menggunakan denominasi mata uang yang sama. Kontroversi terjadi mengenai translation exposure bahwa banyak ahli yang berpendapat perusahaan lebih baik melindungi diri dari transaction exposure daripada translation exposure karena transaction exposure dapat menimbulkan kerugian kas yang nyata.

3. Economic Exposure Economic exposure adalah dampak terhadap nilai perusahaan karena adanya perubahan nilai tukar mata uang yang tidak terduga (tidak terantisipasi). Dari sudut pandang strategis, masalah ini pantas mendapatkan banyak perhatian oleh perusahaan karena dampaknya yang menyeluruh terhadap seluruh kegiatan operasional perusahaan. Salah satu cara yang digunakan untuk mengatasi dampak ini dengan memanfaatkan operational hedge, yaitu dengan mencoba menyesuaikan penerimaan pada denominasi mata uang tertentu dengan aliran biaya yang ekuivalen. Contohnya, Sony mengurangi dampak economic exposure dengan cara melokalisasi proses manufaktur serta riset dan pengembangannya.

Untuk mampu mengantisipasi dampak ini, perusahaan harus mampu menganalisis kemungkinan perubahan tingkat nilai tukar mata uang baik melalui kebijakan moneter suatu negara, kinerja neraca pembayaran, ataupun tingkat inflasi dalam suatu negara.

Management of Working Capital


Mengatur working capital sebuah MNC lebih sulit dibandingkan perusahaan domestik karena manager harus mengatur neraca setiap anak perusahaan dengan mata uang yang berbedabeda. Oleh karena itu, manager harus mampu menyeimbangkan tiga corporate financial goals yaitu: 1. Minimizing Working Capital Balances Perusahaan memerlukan working capital paling tidak untuk dua alasan: 1) untuk memfasilitasi transaksi harian dan 2) untuk berjaga-jaga jika ada permintaan yang tak terduga terhadap kas. Memegang sejumlah working capital membutuhkan opportunity cost karena working capital hanya menghasilkan rate of return yang kecil dibandingkan melakukan investasi lainnya. Untuk meminimalisasi pemegang kas perusahaan secara luas, diperlukan adanya centralized cash management, dimana manager berkoordinasi dengan seluruh bagian keuangan anak perusahaan untuk mengumpulkan seluruh laporan arus kas setiap cabang/anak perusahaan. Manager akan mengumpulkan seluruh dana dan menyalurkan kembali ke anak perusahaan jika ada kebutuhan yang mendesak. Selain itu, centralized cash manager juga berfungsi untuk mencari investasi jangka pendek terbaik untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang paling menguntungkan. 2. Minimizing Currency Conversion Costs Bisnis internasional melibatkan banyak kesulitan yang harus dihadapi oleh MNC. Terkadang anak perusahaan melakukan transaksi dengan anak perusahaan lain di luar negeri dengan mata uang yang berbeda sehingga menimbulkan adanya conversion cost

karena adanya perbeda mata uang yang digunakan. Untuk mengurangi biaya tersebut, perusahaan dapat menerapkan bilateral netting untuk dua negara atau multilateral netting bagi tiga negara atau lebih. 3. Minimizing Foreign-Exchange Risk Untuk mengurangi akibat dari nilai tukar yang fluktuatif, MNC sering menerapkan leads and lags strategy dimana financial officers mencoba mengurangi aset lancar (leading) dan menambah utang lancar jangka pendek (lagging) ketika nilai suatu mata uang akan diprediksikan turun dan sebaliknya. Bagian keuangan MNC harus memastikan kecukupan kas masing-masing anak perusahaan untuk memenuhi kebutuhan transaksi harian dengan tetap merespon secara aktif setiap perubahan nilai tukar yang terjadi.

International Capital Budgeting


Tugas lain yang harus dihadapi oleh financial officers sebuah MNC yaitu memastikan dana yang terbatas cukup digunakan untuk investasi dan setiap proyek yang hendak dikerjakan. Oleh karena itu diperlukan metode evaluasi untuk terhadap proyek investasi yang dibuat dengan beberapa pendekatan yang sering digunakan yaitu: net present value, internal rate of return, dan payback period. 1. Net Present Value Prinsip dasar NPV yaitu jumlah uang yang dipegang hari ini akan lebih besar nilainya dibandingkan hari ke depannya. NPV digunakan untuk menilai apakah sebuah proyek investasi tetap menghasilkan cash flow yang positif untuk masa mendatang. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan untuk menyetujui sebuah proyek internasional yaitu:

Risk Adjustment: proyek internasional akan lebih berisiko dibandingkan proyek domestik maka financial officers harus memastikan proyeksi cash flow yang dibuat sudah menyesuaikan dengan risiko yang akan dihadapi.

Choice of Currency: proyek internasional pasti melibatkan berbagai jenis mata uang dan bergantung pada dampak investasi tersebut apakah pada home country atau di negara lokasi anak perusahaan. Financial officers juga harus mengestimasikan adanya perubahan nilai tukar terhadap mata uang yang digunakan dalam proyeksi cash flow.

Whose perspective: parents or projects? Financial officers harus bisa memastikan apakah proyek ini akan lebih bermanfaat bagi induk perusahaan atau anak perusahaan agar laba yang diproyeksikan dapat disesuaikan dengan keadaan perusahaan yang berhubungan.

2.

Internal Rate of Return Internal rate of return adalah tingkat bunga ketika NPV dari sebuah proyek sama

dengan nol. Setelah itu internal rate of return yang telah ditemukan disamakan dengan hurdle rate nilai minimal rate of return yang diterima untuk sebuah investasi modal proyek akan disetujui jika tingkat internal rate of return lebih tinggi dari hurdle rate. 3. Payback Period Payback period adalah metode untuk menilai jumlah waktu yang diperlukan sebuah investasi untuk dapat mengembalikan modal awal investasi. Proyek yang diterima yaitu proyek yang dapat menghasilkan laba yang tinggi dan seiring waktu laba akan berkurang namun secara perlahan.

Sources of International Investment Capital


1. External Sources of Investment Capital Untuk mencapai kebutuhan dana untuk sebuah proyek, diperlukan aktivitas pembiayaan baik melalui debt-financing ataupun equity-financing. Sumber pembiayaan dari pihak eksternal dapat berasal dari investment bankers dan financial intermediaries untuk aktivitas meningkatkan equity balance. Untuk aktivitas debt-financing, MNC dapat meminjam dana dengan tingkat bunga tertentu baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek. Hal yang perlu diperhatikan bagi pasar modal internasional yaitu swap market, dimana dua perusahaan dapat saling menukarkan obligasi mereka. MNC biasanya memilih currency swaps untuk menukar bunga dan obligasi yang dibayarkan berdasarkan mata uang yang diminati. Pasar ini juga dinilai aman karena bank internasional terus menjalankan perannya untuk mengawasi transaksi yang terjadi. 2. Internal Sources of Investment Capital Selain memperoleh dana dari pihak eksternal, perusahaan juga dapat memperoleh dana untuk membiayai proyek dari cash flow yang dihasilkan oleh internal atau perusahaan itu sendiri. Bagi MNC, yang memiliki banyak anak perusahaan, dana dapat diperoleh baik dari induk perusahaan atau dari sister companies melalui pinjaman,kepemilikan saham, atau melalui transfer pricing strategy. Transfer price adalah harga barang atau jasa yan dibayarkan yang terjadi secara intracorporate antara anak perusahaan dengan cabang perusahaan lain dalam satu keluarga perusahaan yang sama. Transfer prices dihitung dengan dua cara yaitu market-based method dan nonmarket-based method. Transfer price dengan menggunakan harga yang ditentukan oleh keseimbangan pasar memiliki dua manfaat. Pertama, menghindari konflik karena menggunakan standar harga

yang sama. Kedua, dengan menggunakan harga pasar, penjualan dapat dihitung dengan efektif sehingga laba yang dihasilkan mencerminkan kegiatan penjualan perusahaan sebenarnya. Atas, perusahaan akan lebih cenderung menghitung transfer pricing dengan harga pasar. Namun ada barang atau jasa dimana tidak ada pasar aktif sehingga tidak ada harga yang dapat merefleksikan barang atau jasa tersebut. Oleh karena itu, transfer pricing dihitung menggunakan nonmarket-based method dimana harga ditetapkan berdasarkan persetujuan kedua belah pihak yang terkait. Kerugian menggunakan metode ini yaitu adanya kemungkinan menghabiskan waktu hanya untuk bernegosiasi terhadap harga yang tepat dan harga dari metode ini tidak mencerminkan efisiensi penjualan meski di neraca konsolidasi inefisiensi ini tidak nampak. Namun, metode ini tetap memiliki kelebihan yaitu mengurangi pajak dan biaya tariff yang dibayarkan. Manfaat paling signifikan dari metode ini adalah mengurangi pajak penghasilan yang dibayarkan oleh perusahaan.

Tax Havens Salah satu keuntungan menjadi MNC yaitu adanya kemampuan untuk mengurangi beban pajak yang dibayarkan melalui strategi transfer pricing karena adanya tax havens yaitu negara-negara yang membebankan pajak penghasilan sangat rendah bahkan tidak membebankan sama sekali. Strategi ini dijalankan oleh MNC dengan mendirikan wholly owned subsidiary di sebuah tax haven. Beberapa negara atau wilayah dengan tax haven yaitu Cayman Island, The Bahamas, Liechtenstein, dan the Netherlands Antilles. Negara dengan tax haven tidak hanya harus membebankan income tax yang rendah tetapi juga menyediakan stabilitas politik dan iklim usaha yang dapat menarik perhatian pengusaha untuk mendirikan perusahaan di negara-negara tersebut.

Chapter 19

INTERNATIONAL HUMAN RESOURCE MANAGEMENT AND LABOR RELATIONS

Case: HRM Greek Style


Yunani telah menjadi anggota penuh Uni Eropa sejak tahun 1980, namun dalam hal teknik manajemen dan manajemen sumber daya manusia, Yunani masih memiliki karakteristik yang digunakan oleh negara berkembang. 95 persen dari seluruh bisnis privat mempekerjakan kurang dari seratus orang. 14 persen dari perusahaan manufaktur memiliki lebih dari seratus orang dan dari 14 persen tersebut hanya 2 persen diantaranya yang mempekerjakan lebih dari 500 orang. Mayoritas dari seluruh bisnis merupakan kepemilikan keluarga dan pemiliknya mewakili beberapa otoritas. Yunani belum memulai proses industrialisasinya sampai sekitar 50 tahun yang lalu. Pada saat itu, banyak bisnis yang dilindungi dari kompetisi luar dan justru menghasilkan praktek yang tidak efisien. Kemudian terjadilah banyak perubahan dalam beberapa dekade terakhir, manajemen lebih modern dan manajemen sumber daya manusia masuk ke dalam bisnis manufaktur dan bisnis jasa yang lebih besar. Hubungan industri dan pasar tenaga kerja Yunani telah bertransformasi seiring negara tersebut mengadopsi regulasi dan perintah Uni Eropa. Pasar tenaga kerja menjadi lebih fleksibel dan penawaran kolektifnya lebih desentralisasi. Upah minimum telah ditetapkan, sejalan dengan aturan pelatihan, kesehatan dan keamanan. Trade unions secara tradisional ikut terlibat tidak hanya dalam hubungan ketenagakerjaan tetapi juga masalah politik dan memiliki pengaruh terhadap partai politik di Yunani. Manajemen sumber daya manusia sedang dalam tahap perkembangan di Yunani. 10 persen dari perusahaan Yunani yang mempunyai ratusan karyawan memiliki departemen

SDM. 11 persen memiliki strategi perencanaan sumber daya manusia. Jika dibandingkan dengan perusahaan multinasional di Yunani yang memiliki 52 persen, angka yang dimiliki perusahaan Yunani tersebut relatif kecil. Hal itu menunjukan bahwa manajemen SDM di perusahaan-perusahaan Yunani masih dianggap rendah prioritasnya. Hal-hal tersebut yang membedakan perusahaan Yunani dengan perusahaan subsidiari multinasional. Lokal bisnis kebanyakan tidak memiliki strategi, atau hanya memiliki verbal strategi saja. Hanya 54 persen bisnis tradisional Yunani yang memiliki strategi SDM tertulis, bandingkan dengan perusahaan subsidiari multinasional yang mencapai 77 persen. Manajer SDM di Yunani memberikan apresiasi berdasarkan senioritas dan loyalitas. Mereka kurang memiliki keinginan untuk memindahkan orang dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya, atau dari satu tempat ke tempat lainnya. Hal ini mengakibatkan pekerjaannya mengalami kesulitan dalam menghadapi permintaan yang tak diduga dan perubahan lingkungan eksternal. Manajemen SDM secara perlahan bergerak ke arah modernisasi, terutama di kota besar seperti Athena. Terjadi transfer ide antara perusahaan tradisional Yunani dengan perusahaan multinasional. Kombinasi tersebut berhasil membuat banyak bisnis milik family-owned di Yunani lebih kompetitif. Hasilnya, seperti yang diduga, manajemen SDM di Yunani maju tidak hanya berdasarkan praktek tradisional, gaya manajemen dan struktur serta kepemilikan bisnis itu saja, tetapi juga dipengaruhi faktor eksternal, terutama dari perusahaan multinasional dan dari manajemen pendidikan dan pelatihan. Pengalaman Yunani ini adalah contoh utama dari internasionalisasi praktek bisnis terutama dalam manajemen SDM untuk dapat bergerak dalam pasar yang kompetitif, seperti Uni Eropa.

The Nature of International Human Resource Management


Human resource management/manajemen sumber daya manusia (HRM) adalah sekumpulan aktivitas yang secara langsung menarik, mengembangkan dan

menjaga/memelihara efektivitas tenaga kerja yang penting untuk meraih tujuan perusahaan. Tugas HRM ini termasuk untuk merekrut dan memilih manajer dan non-manajer, menyediakan training dan pengembangan karyawan, penilaian kinerja, dan menyediakan kompensasi dan benefit. Seorang manajer HR, baik di bekerja di perusahaan domestik maupun internasional harus mengembangkan prosedur dan kebijakan untuk menyelesaikan tugasnya. Manajer HR internasional menghadapi tantangan yang lebih sulit dibanding manajer di perusahaan domestik. Terutama masalah perbedaan budaya, tingkat pertumbuhan ekonomi, dan sistem legal di setiap negara tempat perusahaan tersebut beroperasi, di mana hal tersebut dapat memengaruhi program perekrutan, pemecatan, pelatihan dan pemberian kompensasi. Biasanya masalah muncul ketika konflik tumbuh antara budaya dan hukum di home country dan host country. Misalnya, pemrotesan mengenai diskriminasi gender di Amerika Serikat di mana hukum menerangkan mengenai kesempatan kerja yang sama bagi pria dan wanita tidak sejalan dengan hukum dan adat yang berlaku di Arab Saudi terkait mengenai peranan wanita. Konflik terjadi ketika MNC Amerika Serikat menginginkan eksekutif wanitanya untuk menerima tugas ke luar negeri sama halnya dengan eksekutif prianya. Perusahaan internasional juga harus menentukan, variasi karyawan yang harus mereka rekrut, berapa dari home country, host country, atau negara ketiga. Gabungan optimal di antara ketiganya bergantung pada lokasi dimana perusahaan tersebut beroperasi. Penentuan gabungan ketiganya juga dipengaruhi oleh hukum lokal yang berlaku di host country. Bisnis internasional juga menghadapi tantangan mengenai pelatihan dan

pengembangan yang lebih rumit. Misalnya, manajer SDM harus menyediakan cross-cultural

training kepada eksekutif yang diberi tugas ke luar negeri. Pelatihan yang diberikan kepada pekerja operasional juga harus disesuaikan dengan pendidikan yang diberikan sistem sekolah lokal. Selain itu, kondisi dan biaya hidup yang berbeda-beda antar negara membuat manajer SDM harus mengatur sistem kompensasi yang memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja host country. Mereka harus memperhatikan hukum yang berlaku mengenai penetapan upah minimum, dan benefit-benefit lain misalnya bonus, asuransi kesehatan, dan lain-lain.

Strategic Significance of HRM

Gambar di atas memperlihatkan elemen dasar dari proses manajemen sumber daya manusia internasional. Pertama yang harus dilihat adalah keterkaitan antara strategi perusahaan dengan strategi sumber daya manusianya itu sendiri. Jika perusahaan menerapkan strategi cost leadership dan berusaha mengalahkan kompetitor dengan strategi yang agresif mengenai harga, maka perusahaan harus memutuskan bahwa mencari suppliers dengan harga termurah atau memindahkan produksinya ke negara yang memiliki biaya tenaga kerja yang

murah seperti Cina dan Indonesia. Keputusan perusahaan ini akan memengaruhi proses kerja manajer SDM untuk memenuhi tujuan bersama perusahaan.

International Managerial Staffing Needs


Masalah staffing yang dihadapi manajer SDM dapat dibagi ke dalam dua kategori. Pertama, merekrut, melatih, dan retaining karyawan manajerial dan eksekutif. Sementara yang kedua merekrut, melatih, dan retaining karyawan nonmanajerial.

Scope of Internationalization Mulai dari proses perekrutan, pelatihan, dan retaining. Ukuran seberapa besar tugastugas ini bergantung pada ruang lingkup perusahaan dalam lingkungan internasional. Misalnya perusahaan MNC tentu saja lebih rumit dibandingkan dengan indirect exporting company. 1. Export department: sebuah perusahaan yang berkecimpung dalam bisnis internasional biasanya juga melakukan kegiatan ekspor meskipun dalam skala yang kecil. Aktifitas internasional tersebut diurus oleh export department, di mana manajer melaporkan kepada eksekutif perusahaan, misalnya wakil presiden marketing. Manajer yang menempati posisi ini biasanya merupakan warga negara home country perusahaan tersebut. Dalam departemen ini dibutuhkan staf yang ahli, biasanya staf ahli tersebut direkrut dari bank internasional, perusahaan pengangkutan internasional, perusahaan manajemen ekspor. 2. International division: Umumnya, divisi internasional sebuah perusahaan bertempat di home country dan diketuai oleh warga negara home country untuk memudahkan komunikasi dan koordinasi antara operasional domestik dan internasional. Kepala

perusahaan subsidiaris melaporkan kepada wakil presiden divisi internasional. Manajer foreign subsidiaries ini bisa dari home country atau host country. Kedua manajer dari ke dua divisi tersebut saling berkomunikasi dan berkoordinasi untuk saling berbagi latar belakang budaya dan pendidikannya. 3. Global organization: sebuah perusahaan yang berada dalam proses internasionalisasi biasanya mengadopsi pola perusahaan global. Untuk mencapai kesuksesan, perusahaan membutuhkan tim yang terdiri dari manajer yang ahli dan memiliki pengetahuan mengenai: Product line perusahaan: manajer produksi harus peduli faktor-faktor seperti teknik manufaktur, peluang penelitian dan pengembangan, dan strategi kompetitor. Functional skills (accounting, logistik, marketing, manajemen manufaktur, dll) penting untuk menghadapai kompetisi global. Individual country markets, manajer harus memahami faktor-faktor seperti hukum lokal, budaya, kompetitor, sistem distribusi dan media periklanan. Global strategy, top eksekutif harus membuat formula strategi global bagi perusahaan untuk meyakinkan bahwa strategi yang dijalankan perusahaan saat ini telah diimplementasikan dengan baik.

Centralization versus Decentralization of Control


Keputusan perusahaan mengenai sentralisasi dan desentralisasi dalam pengambilan keputusan memengaruhi manajer SDM dalam mengambil keputusan. Perusahaan yang melakukan sentralisasi biasanya mempekerjakan manajer dari home country, sementara jika perusahaan melakukan desentralisasi biasanya mereka mempekerjakan manajer dari host country.

Staffing Philosophy
Terkait dengan masalah sentralisasi dan desentralisasi, dan filosofi berdasarkan kewarganegaraan international managers, perusahaan dapat merekrut dari tiga grup: parent country nationals, host country nationals, third-country nationals. Parent country nationals (PCNs), resident untuk home country. penggunaan PCN ini memilik keuntungan, karena mereka berbagi budaya umum dan latar belakang pendidikan dengan staf. Jika strategi global perusahaan mengembangkan teknologi dan teknik bisnis baru di home country, maka perusahaan akan menerapkan inovasi tersebut di host country juga. Namun, PCN juga memiliki kelemahan, yaitu kurangnya pengetahuan mengenai hukum yang berlaku di host country, budaya, kondisi ekonomi, struktur sosial, dan proses politik. Host country nationals (HCNs), resident untuk host country. Keuntungannya, memahami hukum lokal, budaya, dan kondisi ekonomi. Kedua, perusahaan mengurangi biaya terkait dengan manajer ekspatriat. Tetapi HCNs ini juga memiliki kekurangan, HCN mungkin kurang familiar dengan budaya dan praktek dari perusahaan itu sendiri. Third-country nationals (TCNs), yang bukan merupakan warga baik dari host country maupun home country. Seperti halnya PCNs, TCNs biasanya digunakan untuk posisi level atas. TCNs dan PCNs biasa juga dikenal dengan sebutan ekspatriat. Ada beberapa sistematika yang dapat digunakan untuk memilih apakah memakai PCNs, HCNs, atau TCNs. Ethnocentric staffing model, pemakaian metode ini mengambil perspektif bahwa home office perspective lebih dibutuhkan dibanding local perspective. Polycentric staffing, menggunakan HCNs dengan asumsi bahwa mereka mengetahui pasar lokal lebih baik. Geocentric staffing model, memosisikan PCNs, HCNs, dan TCNs selevel. Perusahaan akan memilih orang terbaik yang tersedia, tanpa melihat individu tersebut berasal dari mana.

Recruitment and Selection


Ruang lingkup internasionalisasi perusahaan, level sentralisasi, dan filosofi stafing membantu memutuskan kemampuan apa yang dibutuhkan seorang manajer internasional. Kemampuan tersebut di bagi ke dalam dua kelompok. Pertama, kemampuan yang dibutuhkan untuk mengerjakan pekerjaan dan kedua kemampuan yang dibutuhkan untuk bekerja di

lokasi yang asing.

Recruitment of Managers

Recruitment of experienced managers, perusahaan merekrut manajer berpengalaman dengan berbagai cara. Cara paling umum adalah mencari dari dalam perusahaan itu sendiri, bisa dari home country ataupun host country, yang dipersiapkan untuk tugas internasional. Cara lainnya adalah perusahaan mencari manajer prospektif dari perusahaan lain. Untuk top level manajer cara seperti ini biasanya disebut dengan headhunters. Bias juga perusahaan merelokasi fasilitasnu=ya untuk lebih dekat dengan karyawan yang qualified. Recruitment of younger managers, ini jarang dilakukan oleh MNC untuk merekrut fresh graduate sebagai manajer dan diberikan tugas internasional. Biasanya fresh graduate ini dikirim ke luar negeri dalam jangka pendek, kemudian kembali lagi dan diberi tugas domestik. Beberapa perusahaan mulai peduli dengan pengembangan jangka panjang manajermanajer muda.

Selection of Managers
Setelah mengidentifikasi manajer yang prospektif, manajer SDM harus memutuskan orang mana yang memenuhi kualifikasi untuk diberikan tanggung jawab. Individu tersebut harus memenuhi karakteristik: Kompetensi manajerial (kemampuan kepemimpinan dan teknis, pengetahuan mengenai budaya perusahaan) Pelatihan yang memadai ( pendidikan formal, pengetahuan mengenai host market, budaya serta bahasanya) Adaptasi dengan situasi baru Hal yang harus diperhatikan juga adalah ketika merekrut manajer ekspatriat. Karena biaya perusahaan akibat expatriate failure sangatlah tinggi. Expatriate failure adalah pemulangan manajer ekspatriat lebih awal akibat ketidakmampuan dalam mengerjakan tugas di luar negeri. Alasan utama terjadinya hal tersebut adalah ketidakmampuan mereka dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan lokal.

Phases In Acculturation

Expatriation and Repatriation Issues


Bekerja dalam budaya asing akan mengantarkan pada culture shock. Sebuah fenomena psikologi yang mengantarkan pada perasaan takut, membutuhkan pertolongan, terluka, dan disorientasi. Ekspatriat baru mungkin akan merasakan rasa kehilangan

lingkungan mereka yang lama. Culture shock mengurangi efektifitas dan produktifitas ekspatriat. Salah satu solusi paling mudah adalah menyediakan pelatihan budaya dan bahasa pada ekspatriat, sehingga mereka dapat memahami dan mengantisipasi terhadap penyesuaian budaya yang terjadi. Repatriation, adalah membawa kembali manajer kembali ke rumah setelah menyelesaikan semua tugasnya.

Pelatihan dan Pengembangan Pelatihan ialah intsruksi yang ditujukan untuk mengembangkan keahlian dan kemampuan terkait pekerjaan. Contohnya ialah program pelatihan yang didesain untuk manajer dalam rangka mempelajari bahasa asing, menggunakan peralatan baru atau untuk mengimplementasikan prosedur manufaktur yang baru. Pengembangan ialah edukasi umum yang difokuskan untuk menyiapkan manajer dalam menghadapi tugas baru dan atau posisi yang lebih tinggi. Contohnya ialah program pengembangan yang diberikan kepada manajer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan atau untuk memotivasi bawahan untuk bekerja lebih maksimal.

Menilai Kebutuhan Pelatihan Sebelum perusahaan menjalankan pelatihan, perusahaan harus menilai kebutuhan terkait pelatihan dan pengembangan. Penilaian ini meliputi penentuan perbedaan antara manajer dan karyawan dapat lakukan dan apa yang perusahaan harapkan mereka dapat laksanakan. Contohnya ialah perusahan menjalakan operasi bisnis di Amerika Latin oleh karena itu perusahaan menginginkan karyawan dapat berbicara bahasa Spanyol dengan lancar. Jika hanya sedikit karyawan yang tidak berbicara bahasa Spanyol, pelatihan yang dibutuhkan minimal. Namun jika banyak

karyawan yang tidak bisa berbicara bahasa Spanyol maka pelatihan yang mendalam perlu dilakukan.

Metode dan Prosedur Dasar Pelatihan Isu pertama yang dihadapi oleh perusahaan internasional ialah apakah perencanaan pelatihan dan pengembangan mengikuti program standar atau mengembangkan program terkustomisasi. Program standar umumnya lebih murah dibandingkan dengan program yang dibuat sesuai kebutuhan. Namun program standar terkadang tidak cocok dengan kebutuhan perusahaan. Pada akhirnya banyak peruahaan membuat program sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Menurut Sanjyot Dunnung, presiden Atma Global, salah satu innovator di area ini, MNC cenderung mengembangkan program yang konsisten secara global namun tetap fleksibel dalam pelaksanaannya sehingga dapat memenuhi kebutuhan di daerah yang berbeda.

Mengembangkan Manajer Muda Globalisasi bisnis mendorong banyak MNC memahami pentingnya

internasionalisasi manajer pada awal karir. Hingga pada akhir tahun 1980 kebanyakan MNC di U.S menunda memberikan tugas baru di luar negeri kepada manajer mereka apabila manajer tersebut belum berkarier selama 7 atau 10 tahun di perusahaan mereka. Namun belakangan ini MNC mulai memahami bahwa mereka membutuhkan tugas-tugas internasional yang terintegrasi dengan career plan. Contohnya GE menyediakan pelatihan bahasa kepada staff professionalnya yang bahkan belum direncanakan untuk ditugaskan ke luar negeri.

Performance Appraisal dan Kompensasi Menilai Performa di Bisnis Internasional Peformance appraisal ialah proses penilaian akan seberapa efektif sumber daya manusia melaksanakan tugasnya. Tujuan dari performance appraisal ialah menyediakan feedback kepada individual akan seberapa baik performa mereka, memberikan reward kepada karyawan yang memberikan performa baik, mengindentifkasi area yang masih membutuhkan pelatihan dan pengembangan tambahan dan untuk mengidentifikasi masalah yang mungkin membutuhkan adanya perubahan dalam pemberian tugas.

Menentukan Kompensasi di Bisnis Internasional Isu penting lainnya di bidang sumber daya manusia ialah mementukan kompensasi. Agar dapat selalu kompetitif, perusahaan harus menyediakan paket kompensasi bagi manajernya sesuai dengan pasar yang ada. Paket ini meliputi gaji dan hal-hal diluar gaji. Contohnya di Jerman, karyawannya dapat mengganti biaya mobil para esekutifnya dan esekutif di Jepang pada umumnya mendapatkan tunjangan dalam jumlah yang besar, Kompensasi manajerial antara lain ialah cost of living allowance, kompensasi ini dimaksudkan untuk membayar biaya hidup baik di negara asal maupun di negara asing. Hardship premium atau foreign service premium merupakan supplement yang dibutuhkan sebagai insentif bagi manajer agar bersedia ditugaskan di lokasi yang kurang diinginkan. Tax equalization system ialah bentuk kompenasisi yang ditujukan agar penerimaan sesudah dipotong pajak sama dengan yang diterimaa saat bekerja di negara asalnya. Selain itu perusahaan juga harus memperhatikan tunjangan-tunjangan yang diberikan kepada manajer ekspatriat. Tunjangan dalam bentuk khusus perlu diberikan tidak hanya sekedar asuransi kesehatan dan tunjangan liburan. Tunjangan dapat berupa rumah, edukasi,

perawatan kesehatan, pembayaran biaya untuk kembali ke negara asal, dan club memberships. Tunjangan ini disesuaikan dengan kebutuhan manajer ekspatriat. Perusahaan juga harus memperhatikan permasalahan ekuitas. Contohnya jika suatu perusahaan internasional U.S mentransfer esekutifnya yang berasal dari Venezuela ke negara Peru, gaji esekutif tersebut sebaiknya dibayar dengan sesuai standar Peru, Venezuela atau US? Hal ini harus dipertimbangkan secara cermat oleh perusahaan untuk memastikan gaji dan kompensasi yang diberikan telah sesuai. Retention and Turnover Elemen yang penting lainnya dalam SDM internasional ialah retention dan turnover. Retention merupakan bagaimana perusahaan dapat mempertahankan karyawan yang berharga dan turnover adalah tingkat karyawan meninggalkan perusahaan. Karyawan meninggalkan perusahaan dengan berbagai macam alasan, contohnya ketidakpuasan akan gaji dan peluang untuk promosi atau adanya tawaran yang lebih baik di perusahaan lain.

Isu SDM untuk Karyawan Non Manajerial Recruitment and Selection Dalam perusahaan internasional umumnya karyawan non manajer merupakan HCN dikarenakan HCN cenderung lebih murah dibandingkan PCN atau TCN. Perusahaan harus memahami hukum dan peraturan yang berlaku di negara asal. Training and Development Manajer SDM juga harus memberikan pelatihan dan pengembangan kepada karyawan non manajer. Di negara yang kurang berkembang, pelatihan akan lebih dibutuhkan agar kualitas tetap terjaga. Compensation and Performance Appraisal

Kompensasi dan performance appraisal juga berbeda-beda di setiap negara. Contohnya di United States fokus pada apresiasi pencapaian individual sedangkan di Jepang fokus pada pencapaian grup.

Hubungan dengan Buruh Comparative Labor Relations Hubungan dengan buruh di negara asal sering kali merefleksikan hukum, budaya, struktur sosial dan kondisi ekonomi. Contohnya keanggotaan dalam serikat buruh US menuruh dalam beberapa tahun terakhir dan hanya meliputi 15% dari angkatan kerja. Hal ini dikarenakan serikat buruh di US diatur secara ketat oleh hukum. Setiap negara memiliki regulasi yang berbeda terkait serikat buruh oleh karena itu perusahaan internasional harus memperhatikan hal ini untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan. Collective Bargaining Collective bargaining ialah proses yang ditujukan untuk membuat kesepakatan antara manajemen dan serikat buruh. Di US hal ini diatur secara ketat. Representatif dari serikat buruh dan manajemen bertemu dan menegosiasikan kontrak. Kontrak akan diperbaharui ketika masa berlakunya habis. Pemerintah US cenderung bersikap pasif mengenai hal ini sedangkan di negara lainnya umumnya pemerintah bersikap lebih aktif dimana pejabat pemerintah juga ikut dalam pertemuan antara manajemen dan serikat buruh. Pengaruh Serikat Buruh dan Codetermination Pengaruh serikat buruh bisa berwujud dalam berbagai macam hal dari keanggotaan hingga demonstrasi. Codetermination adalah hasil dari hukum Jerman tahun 1947 yang mengharuskan perusahaan di industry batu bara dan baja

memberikan hak suara bagi karyawannya untuk memberikan input tentang bagaimana menjalankan perusahaan. Hukum ini telah diubah beberapa kali dan saat ini berlaku pada semua peruahaan Jerman yang memiliki lebih dari 2.000 karyawan. Serikat Uni Eropa juga berusaha menetapkan standar dalam pengaturan buruh, hal ini diwujudkan dalam social charter atau kadang disebut social policy yang fokus pada hal-hal seperti cuti hamil, pelatihan, dan dana pensiun.

DAFTAR PUSTAKA

Griffin, Ricky W., and Pustay, Michael W. International Business: A Managerial Perspective. 6th Edition, Prentice Hall. 2010

You might also like