You are on page 1of 5

Kesehatan Perkotaan Jadi Perhatian Dunia

06 Apr 2010

Nasional Pelita

Jakarta. Pelita Masalah kesehatan di kola besar saat ini menjadi perhatian dunia, karena hampir setengah jumlah penduduk atau 50 persen tinggal di perkotaan, dan diperkirakan tahun 2015 penduduk Indonesia yang tinggal di kota mencapai 60 persen. Bahkan pada tahun 2030 diperkirakan enam dari sepuluh orang menjadi penghuni kota. Jika hal ini tidak perhatikan dapal menimbulkan masalah kesehatan yang serius karena sepertiga dari penduduk kota itu tinggal di perkotaan yang kumuh.Masalah tersebut terjadi antara lain karena kecepatan urbanisasi kadang-kadang melebihi kemampuan pemerintah untuk membangun Infrastruktur penting."Jadi yang perlu adalah melakukan aksi bagaimana dapat mengendalikan kesehatan agar tidak menjadi masalah yang lebih serius," kata Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PPPD Kementerian Kesehatan, Prof Tjandra Yoga Aditama, di Jakarta, Senin (5/ 4) menjelang Hari Kesehatan Dunia. Tjandra mengatakan, ada beberapa hal terkait kesehatan di perkotaan yakni polusi udara oleh NOx, CO, dan O3, pencemaran air dan sungai baik dari rumah tangga maupun industri, yang menjadi penyebab terjadinya penyakit menular seperti ISPA (infeksi saluran pernafasan).Selain Hu, ada pengaruh budaya di perkotaan dapat mengakibatkan stress dan memicu turunnya daya tahan tubuh. Makanan di perkotaan Juga banyak yang tidak sehat, serta lingkungan yang dicemari asap rokok dan asap kendaraan bermotor. "Tetapi seperti penyakit demam berdarah. TBC, flu burung. Juga bisa terjadi di kota dan di desa, penyakit-penyakit itu sangat terkait dengan padatnya komunitas penduduk," ujar Tjandra.Untuk itu, Kemenkes telah membina 77 kota untuk dijadikan percontohan kota sehat. Namun, baru ada 30 kota sehat yang telah memenuhi persyaratan sebagai kola sehat. Selain itu, pihaknya sejak 2008 membuat 10 pasar sehat sebagai uji coba, antara lain di Jakarta Timur. Pekalongan, Malang, Mataram, Metro, Sragen, Bontang, Gunung Kidul, dan Gianyar. Terkait Hari Kesehatan Sedunia ke-62 yangjatuh pada 7 April 2010, ada 10 pesan utama yang perlu dilakukan oleh masyarakat. Yakni, beri kesempatan kota untuk Hari Bebas Kendaraan Bermotor, satu orang menanam satu pohon, satu Jam saja untuk gerakan pasar sehat, kelola sampah dengan baik, perluas kawasan tanpa rokok untuk kesehatan publik, beri ruang gerak untuk pejalan kaki, perbanyak taman untuk paru-paru kota, memasyarakatkan olah raga dan mengolahragakan masyarakat, menjamin ketersediaan sayur dan buah dengan harga terjangkau, dan tata pemukiman yang bersih dan sehat.

DirekturBlna Kesehatan Komunitas Kemenkes Bambang Sardjono mengatakan, kehidupan di perkotaan cenderung Individualistis dan kualitas dan efisiensi pelayanan kesehatannya belum merata. "Bahkan belum ada sistem yang baik. Misalnya Puskesmas tidak tahu mana warganya yang kena DBD, karena tidak ada pemberitahuan dari pihak rumah sakit yang merawat pasien tersebut," ujarnya.Menurut Bambang, proporsi kematian pada usia 65 tahun karena penyakit tidak menular di perkotaan mencapai 59.5 persen atau Iebih tinggi dari kematian akibat yang sama di pedesaan yang hanya 57 persen.(dew) Entitas terkaitGunung | Iebih | Individualistis | Indonesia | Infrastruktur | ISPA | Kemenkes | Makanan | Masalah | Pelita | Tjandra | Hari Kesehatan | Misalnya Puskesmas | Penyehatan Lingkungan | PPPD Kementerian | Dirjen Pengendalian Penyakit | Hari Bebas Kendaraan | Prof Tjandra Yoga | Terkait Hari Kesehatan Sedunia | Kesehatan Perkotaan Jadi Perhatian Dunia | Blna Kesehatan Komunitas Kemenkes Bambang Sardjono | Ringkasan Artikel Ini Jika hal ini tidak perhatikan dapal menimbulkan masalah kesehatan yang serius karena sepertiga dari penduduk kota itu tinggal di perkotaan yang kumuh.Masalah tersebut terjadi antara lain karena kecepatan urbanisasi kadang-kadang melebihi kemampuan pemerintah untuk membangun Infrastruktur penting."Jadi yang perlu adalah melakukan aksi bagaimana dapat mengendalikan kesehatan agar tidak menjadi masalah yang lebih serius," kata Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PPPD Kementerian Kesehatan, Prof Tjandra Yoga Aditama, di Jakarta, Senin (5/ 4) menjelang Hari Kesehatan Dunia. Misalnya Puskesmas tidak tahu mana warganya yang kena DBD, karena tidak ada pemberitahuan dari pihak rumah sakit yang merawat pasien tersebut," ujarnya.Menurut Bambang, proporsi kematian pada usia 65 tahun karena penyakit tidak menular di perkotaan mencapai 59.5 persen atau Iebih tinggi dari kematian akibat yang sama di pedesaan yang hanya 57 persen.(dew) Jumlah kata di Artikel : 465 Jumlah kata di Summary : 134 Ratio : 0,288 *Ringkasan berita ini dibuat otomatis dengan bantuan mesin. Saran atau masukan dibutuhkan untuk keperluan pengembangan perangkat ini dan dapat dialamatkan ke tech at mediatrac net.

akarta - Persoalan kesehatan di perkotaan sangat kompleks ganda. Selain menghadapi masalah kesehatan masyarakat modern, persoalan penyakit konvensional pun masih menjadi beban. Persoalan kesehatan di kota memiliki kekhasan, yakni sangat beragam dan kompleks lantaran masih menanggung beban persoalan kesehatan konvensional, seperti gizi buruk, tuberkulosis, diare, dan demam berdarah dengue, demikian Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih dalam acara seminar memperingati Hari Kesehatan Sedunia, Rabu (7/3). Di sisi lain, muncul masalah yang identik dengan masyarakat modern, seperti kecelakaan lalu lintas,

kelebihan berat badan, dan gangguan lain akibat gaya hidup tidak sehat. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, proporsi penyakit infeksi di perkotaan penyebab kematian terbesar ialah penyakit sistem pernapasan, seperti tuberkulosis (6,3 persen), penyakit hati (4 persen) dan pnemonia (3,3 persen). Penyakit tidak menular penyebab kematian terbesar ialah stroke (19,4 persen), diabetes melitus (9,7 persen), dan hipertensi (7,5 persen). Berbagai faktor, seperti lingkungan, sosial, infrastruktur fisik, air, sanitasi, tempat hidup, tempat bekerja, dan akses ke layanan kesehatan amat memengaruhi. Kegagalan mengatasi faktor mendasar itu berdampak pada buruknya kualitas kesehatan masyarakat. Endang mengatakan, layanan kesehatan bagi penduduk perkotaan menjadi salah satu masalah besar di tengah memberatnya beban perkotaan. Persoalan urbanisasi tidak hanya tanggung jawab sektor kesehatan. Masalah kesehatan terletak di hilir atau sebagai dampak, terutama akibat buruknya lingkungan hidup. Tidak mungkin Kementerian Kesehatan yang mengatasinya sendiri, harus ada komitmen dari pemerintah kota untuk membangun infrastruktur yang berwawasan kesehatan, ujarnya. Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia PBB untuk Indonesia, Khanchit Limpakarnjanarat, mengatakan, investasi di bidang kesehatan imbalannya setimpal. Setiap investasi 1 dollar AS untuk sanitasi akan mengurangi biaya penanganan penyakit sebesar 9 dollar AS. Investasi dalam pembangunan kesehatan di kota juga merupakan strategi penting mengurangi kemiskinan di perkotaan, ujarnya. (INE/kps)

BAB VII MASYARAKAT, PERKOTAAN DAN PEDESAAN


Studi Kasus Urbanisasi Tak Terkendali Menimbulkan Krisis Kemanusiaan PERINGATAN Hari Kesehatan Sedunia tahun 2010 mengangkat tema soal urbanisasi dan kesehatan. Urbanisasi menyebabkan pertumbuhan penduduk di perkotaan, hal ini dapat menimbulkan permasalahan global. Di abad 21 ini, lebih dari setengah penduduk dunia tinggal di kota dan lebih dari sepertiganya tinggal di daerah kumuh. Sehingga tidak mustahil jika nantinya, kemiskinian semakin meningkat dan jumlah orang miskin di kota lebih banyak daripada di desa. Masalah yang dihadapi terkait laju urbanisasi dan pertumbuhan penduduk antara lain kepadatan lalu lintas, pencemaran udara, perumahan yang kurang sehat, pelayanan kesehatan yang kurang layak, serta tingginya kriminalitas, kekerasan dan penggunaan obat-obatan terlarang. Menurut Ketua Asosiasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja Indonesia (Akeswari) DR Dr Dwidjo Saputro. SpKJ(K) kondisi perkotaan yang semakin padat penduduknya akan menimbulkan masalah kesehatan jiwa. Persaingan hidup semakin berat, karena lapangan pekerjaan tidak bisa

menyerap tenaga kerja lagi, maka kemiskinan semakin bertambah akibatnya semakin banyak penduduk yang stress. Lingkungan yang kurang kondusif juga sangat mempengaruhi kesehatan Jiwa anak dan remaja. kata Dwidjo dalam forum diskusi bersama PWI Jaya di Jakarta. Kamis .Dwidjo mengatakan berbagai kasus bunuh diri yang dilakukan remaja, perkelahian antar remaja, dan masalah sosial lainnya yang terekspos adalah suatu fenomena gunung es. Artinya, selain masih banyak masalah yang tidak muncul ke permukaan, juga mempunyai akar masalah yang mendalam dan komplek terkait dengan kesehatan jiwa. Urbanisasi yang tidak terkendali dapat mengakibatkan krisis kemanusiaan. Penduduk yang semakin miskin akan semakin menderita. Bank Dunia pun memperkirakan tahun 2035 nanti kota-kota akan didominasi permukinan orang-orang miskin. Anak-anak dan remaja di perkotaan juga akan mempunyai beban psikologis yang semakin besar. ujarnya. Masalah sosial bisa terjadi karena ada masalah kesehatan jiwa yang dialami masyarakat. Namun sebaliknya, masalah kesehatan jiwa muncul akibat ada masalah sosial. Kedua hal itu saling mempengaruhi. katanya. Tetapi, dia sangat menyayangkan perhatian pemerintah belum serius terhadap penanganan masalah kesatuan Jiwa terutama kesehatan Jiwa anak dan remaja. Hingga saat Ini belum ada kebijakan dan perencanaan yangjelas. padahal satu dari lima anak dan remaja memiliki masalah kesehatan jiwa. Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Dr Ida Bagus Nyoman Banjar mengatakan Jakarta sebagai sasaran urbanisasi memiliki beban semakin besar. Untuk mengatasi penyakit infeksi saja belum tuntas, muncul lagi kasuskasus penyakit degeneratif karena gaya hidup perkotaan, lalu sekarang masalah kesehatan jiwa akibat padatnya penduduk kota. ujarnya. OPINI : Seharusnya Pemerintah pusat lebih memperhatikan masyarakat desa yang sangat membutuhkan lapangan pekerjaan. Masyarakat pedesaan masih mementingkan kebersamaan, keserasian, dan perasaan. Inilah yang menjadi pembeda antara masyarakat pedesaan dan perkotaan. Masyarakat di pedesaan cendrung lebih mempunyai sifat solidaritas yang lebih besar jika dibandingkan dengan masyarakat kota kebanyakan karena masyarakat pedesaan masih mempunyai asas gotong royong. ______________________________________________________________________________ ___________________________

1. Sebutkan 3 tipe masyarakat Masyarkat kebawah Masyarakat menengah Masyarakat ke atas 2. Sebutkan 2 ciri ciri masyarakat kota

kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain.Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu pembagian kerja di antra warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa interaksi yang terjai lebih banyak terjadi berdasarkan pada factor kepentingan daripaa factor pribadi pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam

You might also like