You are on page 1of 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn S DENGAN RETENSI URIN PADA BPH DI IGD RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Tugas Praktik Program Profesi Ners Stase Kegawatdaruratan

Disusun oleh : AGUNG ADI ARYONO A21100397

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG 2013

PENGESAHAN

Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Pada Tn S Dengan Retensi Urin Pada Bph Di Igd Rsud Saras Husada Purworejo Telah disetujui pada tanggal : Mengetahui : Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

RUWIYAH, S.Kep.Ns Ka Prodi S1 Keperawatan

M. MADKHAN ANIS S.Kep.Ns

HERNIYATUN, M.Kep, Sp. Mat

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................ 1 HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... 2 DAFTAR ISI .................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...................................................................................... 4 B. Tujuan.. ................................................................................................. 4 1. Tujuan Umum ................................................................................ 4 2. Tujuan Khusus ............................................................................... 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian ................................................................................. 5 B. Etiologi ..................................................................................... 5 C. Batasan Karakteristik .............................................................. 6 D. Patofisiologi ............................................................................. 7 E. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan .................................... 8 BAB III METODE PENELITIAN A. Pengkajian. ............................................................................... 10 B. Masalah Keperawatan .............................................................. 10 C. Rencana Keperawatan ............................................................. 11 D. Implementasi ........................................................................... 11 E. Evaluai ..................................................................................... 11 BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... 12 BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 13 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... LAMPIRAN ....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembesaran prostat benigna atau lebih dikenal sebagai BPH sering diketemukan pada pria yang menapak usia lanjut1. Istilah BPH atau benign prostatic hyperplasia sebenarnya merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat. Hiperplasia prostat benigna ini dapat dialami oleh sekitar 70% pria di atas usia 60 tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria berusia di atas 80 tahun. Keluhan yang disampaikan oleh pasien BPH seringkali berupa LUTS (lower urinary tract symptoms) yang terdiri atas gejala obstruksi (voiding symptoms) maupun iritasi (storage symptoms) yang meliputi: frekuensi miksi meningkat, urgensi, nokturia, pancaran miksi lemah dan sering terputus-putus (intermitensi), dan merasa tidak puas sehabis miksi, dan tahap selanjutnya terjadi retensi urine. Hubungan antara BPH dengan LUTS sangat kompleks. Tidak semua pasien BPH mengeluhkan gangguan miksi dan sebaliknya tidak semua keluhan miksi disebabkan oleh BPH. Terapi yang akan diberikan pada pasien tergantung pada tingkat keluhan pasien, komplikasi yang terjadi, sarana yang tersedia, dan pilihan pasien. Di berbagai daerah di Indonesia kemampuan melakukan diagnosis dan modalitas terapi pasien BPH tidak sama karena perbedaan fasilitas dan sumber daya manusia di tiap-tiap daerah. Walaupun demikian dokter di daerah terpencilpun diharapkan dapat menangani pasien BPH dengan sebaik-baiknya. Penyusunan guidelines di berbagai negara maju ternyata berguna bagi para dokter maupun spesialis urologi dalam menangani kasus BPH dengan benar. B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Mampu melakukan asuhan keperawatan GADAR dengan retensi urine di IGD RSUD Saras Husada Purworejo. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien pada pasien BPH dengan masalah utama retensi urine di IGD RSUD Saras Husada Purworejo b. Mampu menganalisis dan merumuskan masalah keperawatan berdasarkan kegawatdaruratan pada pasien dengan masalah keperawatan retensi urine di IGD RSUD Saras Husada Purworejo c. Mengetahui efektifitas tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan masalah keperawatan retensi urine di IGD RSUD Saras Husada Purworejo

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Retensio urine adalah kesulitan miksi karena kegagalan urine dari fesika urinaria. (Kapita Selekta Kedokteran). Retensio urine adalah tertahannya urine di dalam akndung kemih, dapat terjadi secara akut maupun kronis. (Depkes RI Pusdiknakes 1995). Retensio urine adlah ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun terdapat keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut. (Brunner & Suddarth). Retensio urine adalah sutau keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak punya kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna. B. ETIOLOGI Adapun penyebab dari penyakit retensio urine adalah sebagai berikut: 1. Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medulla spinallis S2 S4 setinggi T12 L1. Kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis baik sebagian ataupun seluruhnya, misalnya pada operasi miles dan mesenterasi pelvis, kelainan medulla spinalis, misalnya miningokel, tabes doraslis, atau spasmus sfinkter yang ditandai dengan rasa sakit yang hebat. 2. Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, atoni pada pasien DM atau penyakit neurologist, divertikel yang besar. 3. Intravesikal berupa pembesaran prostate, kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil, tumor pada leher vesika, atau fimosis. 4. Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran porstat, kelainan patologi urethra (infeksi, tumor, kalkulus), trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih. Sedangkan pada BPH penyebab secara pasti belum diketahui, namun terdapat faktor resiko umur dan hormon androgen (Anonim,FK UI,1995). C. BATASAN KARAKTERISTIK Adapun tanda dan gejala atau menifestasi klinis pada penyakit ini adalah sebagai berikut: a. Diawali dengan urine mengalir lambat. b. Kemudian terjadi poliuria yang makin lama menjadi parah karena pengosongan kandung kemih tidak efisien. c. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih. d. Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK. e. Pada retensi berat bisa mencapai 2000 -3000 cc. f. Sensasi kandung kemih penuh g. Tidak ada haluran urine

D. PATOFISIOLOGI Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadinya pembesaran prostat, resistensi pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot destrusor menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan destrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensio urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas. Benigne Prostat Hyperplasia (BPH) ialah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab/UPF Ilmu Bedah RSU Benigne Prostat Hyperplasia (BPH) ialah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab/UPF Ilmu Bedah RSUD Dr Soetomo, 1994 : 193). Benigne Prostat Hyperplasia (BPH) ialah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab/UPF Ilmu Bedah RSUD Dr Soetomo, 1994 : 193). http://www.thedigilib.com (16 mei 2013) Pada retensio urine, penderita tidak dapat miksi, buli-buli penuh disertai rasa sakit yang hebat di daerah suprapubik dan hasrat ingin miksi yang hebat disertai mengejan. Retensio urine dapat terjadi menurut lokasi, factor obat dan factor lainnya seperti ansietas, kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya. Berdasarkan lokasi bisa dibagi menjadi supra vesikal berupa kerusakan pusat miksi di medulla spinalsi menyebabkan kerusaan simpatis dan parasimpatis sebagian atau seluruhnya sehingga tidak terjadi koneksi dengan otot detrusor yang mengakibatkan tidak adanya atau menurunnya relaksasi otot spinkter internal, vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, intravesikal berupa hipertrofi prostate, tumor atau kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil menyebabkan obstruksi urethra sehingga urine sisa meningkat dan terjadi dilatasi bladder kemudian distensi abdomen. Factor obat dapat mempengaruhi proses BAK, menurunkan tekanan darah, menurunkan filtrasi glumerolus sehingga menyebabkan produksi urine menurun. Factor lain berupa kecemasan, kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya yang dapat meningkatkan tensi otot perut, peri anal, spinkter anal eksterna tidak dapat relaksasi dengan baik. Dari semua factor di atas menyebabkan urine mengalir labat kemudian terjadi poliuria karena pengosongan kandung kemih tidak efisien. Selanjutnya terjadi

distensi bladder dan distensi abdomen sehingga memerlukan tindakan, salah satunya berupa kateterisasi urethra. Berdasarkan teori sehingga dapat digamarkan sebagi berikut : Pembesaran prostat Retensi urine Kerusakan eleminasi urine Kateterisasi Prostatektomi / TURP

Risiko infeksi

Sumbatan cateter

Perdarahan / pembekuan darah

Nyeri

Distensi VU

Ketakutan

Devisit perawatan diri

Pembatasan aktifitas

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI Masalah Out come Intervention Keperawatan 1. Retensi - Eleminasi urine - Irrigasi bledder urine baik - Kateterisasi urinari. (Kerusakan eleminasi urine) 2. Nyeri akut - Peningkatan - Manajemen nyeri kenyamanan (PQRST, riwayat - Perilaku kontrol nyeri sebelumnya, nyeri cara mengurangi - Penurunan nyeri, respon) tingkat nyeri - Analgesic adminstration

Rasional Melancarkan saluran urin Mengeluarkan urine Mengatasi nyeri Membantu mengurangi nyeri Memberikan rasa nyaman

3. Risiko infeksi

Faktor resiko terkontrol

Manajemen lingkungan: Kenyamanan Kontrol infeksi Pencegahan infeksi

4. Ketakutan Ketakutan terkontrol Tindakan menurunkan kecemasan / ketakutan. Merestrukturisasi pemahaman. Bantuan Perawatan diri: Mandi Bantuan Perawatan diri: Berpakaian Bantuan Perawatan diri: Higiene Bantuan Perawatan diri: Berhias Bantuan Perawatan diri: Makan -

5. Kurang perawatan diri

Pemenuhan kebutuhan: Perawatan diri: Mandi Perawatan diri: Berpakaian Perawatan diri: Higiene Perawatan diri: Berhias Perawatan diri: Makan

Mengetahui adanya tanda infeksi Mengurangi terjadi infeksi Memberikan rasa nyaman Menambah pemahaman pasien mengurangi rasa takut. Membantu pemenuhan perawatan diri pada pasien

BAB III TINJAUAN KHASUS Telah dilakukan asuhan keperawatan pada pasien S di IGD Saras Husada Purworejo. Pengkajian Nama : Tn S Umur : 69 Th Alamat : Prembun 3/1 Prembun Kebumen Tanggal :15 Mei 2013 Jam : 14.02 Riwayat kesehatan sekarang Pasien datang ke IGD Saras Husada Purworejo dengan keluhan tidak bias bung air kecil sejak kemarin sing,1 hari yang lalu. Pasien merasa sakit pada kandung kemih karena tidak bias kencing. Pasien tampak menahan sakit. Tampak ada penumpukan pada kandung kemih. Klien mengatakan sudah dilakukan op BPH di Rumah Sakit lain dan sekarang hari ke 40 post op. setelah dilakukan op masih bias BAK dengan lancar. Keluarga pasien mengatakan tidak ada yang mengalami penyakit yang sama seperti yang di derita pasien sekarang. Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit gula dan darah tinggi. Pemeriksaan tanda tanda vital TD : 150/80 mmHg N : 96 x/mnt R : 24 x/mnt S : 36,2 C GCS : 15 Pengkajian nyeri P : pasien mengatakan sakit karena tidak bias kencing Q : nyeri seperti di tekan R : nyeri pada kandung kemih S : sekala 7 tujuh T : klien mengatakan sakit sejak tadi pagi Masalah keperawatan 1. Retensi urine berhubungan dengan hambatan pada saluran uretra ditandai dengan Data subyektif - Mengatakan tidak bias BAK sejak kemarin siang. Data Obyektif - Tampak ada penumpukan pada kandung kemih.

2. Nyeri berhubungan dengan peningkatan retensi urine pada kandung kemih ditandai dengan Data subyektif P : pasien mengatakan sakit karena tidak bias kencing Q : nyeri seperti di tekan R : nyeri pada kandung kemih S : sekala 7 tujuh T : klien mengatakan sakit sejak tadi pagi Data Obyektif - Pasien tampak menahan sakit - TD : 150/80 mmHg - N : 96 x/mnt - R : 24 x/mnt - S : 36,2 C Rencana Tindakan Keperawatan Diagnose keperawatan 1. Retensi urine berhubungan dengan hambatan pada saluran uretra

Kriteria hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan pemasangan kateter diharapkan eliminasi urin pasien baik 2. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan dengan peningkatan tindakan keperawatan retensi urine pada selama 30 menit kandung kemih diharapkan nyeri basien berkurang dengan skala menjadi 2 (dua)

Intervensi Kateterisasi urinari

Manajemen nyeri (PQRST, riwayat nyeri sebelumnya, cara mengurangi nyeri, respon) Analgesic adminstration Manajemen lingkungan: Kenyamanan

Tindakan IGD Waktu 15/05/2013 14.02

Tindakan Memasang kateter

Respon Klien merasa nyeri saat di pasang kateter, kakteter tidak bisa masuk menggunakan no 16, dan no 8. Kateter terpasang menggunakan no

15/05/2013 14.35

Menejemen nyeri

18 P : pasien mengatakan sakit karena tidak bias kencing sudah berkurang Q : nyeri seperti ditekan R : nyeri pada kandung kemih dan saluran ureter S : sekala 3 tiga T : klien mengatakan sakit sejak tadi pagi Klien mengatakan nyeri berkurang dari pada sebelum terpasang selang. Klien mengatakan untuk mengatasi sakitnya dengan nafas dalam. Klien kelihatan rileks

Evaluasi Waktu Diagnosa keperawatan 15/5/13 Retensi urine 14.45 berhubungan dengan hambatan pada saluran uretra

15/5/13 14.45

Evaluasi S: klien mengatakan sekarang merasa lega, klien mengatakan sakit pada kandung kemih berkurang, klien mengatakan agak sakit pada saluran kencing. O: klien tampak rileks, urin keluar berwarna kuning keemasan, jernih tidak ada gumpalan. A: masalah keperawatan belum teratasi P: pertahankan kateter sampai pemeriksaan selanjutnya Lakukan perawatan kateter Nyeri berhubungan S: P : pasien mengatakan sakit karena tidak bias kencing dengan peningkatan sudah berkurang retensi urine pada Q : nyeri seperti ditekan kandung kemih R : nyeri pada kandung kemih dan saluran ureter S : sekala 3 tiga T : klien mengatakan sakit sejak tadi pagi Klien mengatakan nyeri berkurang dari pada sebelum terpasang selang.

O: Klien kelihatan rileks TD : 130/80 N : 88 R : 24 S : 36C A: masalah keperawatan belum teratasi P: lanjutkan intervensi menejemen nyeri

BAB IV PEMBAHASAN

Pada penelitian yang pernah dilakukan di RSUD Tugurejo Semarang dengan judul Faktor Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian infeksi saluran kemih pada pasien rawat inap usia 20 tahun ke atas dengan kateter menetap di RSUD Tugurejo Semarang memberikan kesimpulan bahwa pemakaian keteter lebih dari 3 hari dapat menimbulkan ISK (infeksi saluran kemih) sebanyak 25% kejadian. BPH adalah suatu pembesaran prostat yang disebabkan bertambahnya struktur kelenjar dan jaringan ikat hal ini terjadi karena adanya pengaruh hormon testosteron yang diubah menjadi dihidrotestosteron pada sel prostat. pembesaran prostat ini biasanya menandakan bahwa masa muda dan usia produkti bagi pria sudah berakhir. Selain itu gangguan prostat lainnya dapat berupa peradangan prostat dan kanker prostat. Penyebab pasti pembesaran prostat masih belum bisa ditentukan, tetapi faktor umur, genetik dan hormon androgen mempunyai peranan penting dalam gangguan penyakit prostat. http://www.metriscommunity.com/ (17/5/13) Pada pasien BPH tidak kemungkinan akan dipasang kakteter karena adanya retensi urin. Kasus BPH berpengaruh dengan kelancaran pembuangan urin, yaitu akan menggangu saluran uretra pada normalnya. Saluran uretra akan terhimpit oleh pembengkakan prostat. Bahkan uretra tidak mampulagi mengeluarkan urin sehingga akan terjadi gangguan pada eliminasi urun (retensi urin). Banyaknya urin yang tertampung pada vesika juga akan berbengaruh terhadap pelebaran jalan urin pada ureter. Semakin banyak urin tertampung maka semakin tinggi tekanan yang diberikan terhadap organ sekelilingnya. Tidak kemungkinan akan member tekanan pada prostat sehingga menimbulkan semakin tersumbat saluran uretranya. Hal ini menjadi kejadian yang gawat karena bias terjadi pecah kandung kemih jika tidak dikosongkan urin yang tertampung dalam vesika. Pengurangan ini bias dilakukan dengan dua cara yaitu dilakukan tindakan medis pungsi dan pemasangan kateter. Sesuai jurnal yang diajukan berhubungan dengan kasus yang dihadapi pada pasien IGD di RSUD Saras Husada yaitu terjadi sumbatan pada uretra pasien post op hari ke 40. Tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu pemasangan kateter pada pasien tersebut. Pasien tersebut pertama kali dipasang kateter dengan nomor 16 tidak bias masuk karena ada tekanan dari dalam. Kemudian diganti kateter nomor 8 tetap saja tidak bias masuk. Kemudian ketiga kalinya dipasang kateter no 18 dan bias masuk. Rasional keberhasialan pemakaian kateter no 18 adalah kateter lebih besar mempunyai kekuatan untuk memberikan dorongan pada rogga uretra yang terhimpit oleh prostat dari pada ukuran yang lebih kecil. Pada saat proses dipasang kateter dari kesemuanya pasien merasa sakit. Adanya rasa sakit tersebut adalah tanda adanya suatu hal yang tidak normal. Hal tersebut bias menandakan adaya luka pada dinding uretra. Adanya luka tersebut bias menjadi jalan masuk bakteri E Coli yang menyebabkan ISK. http://amazine.com (17/5/13)

Berdasarkan jurnal ISK akan terjadi apabila terpasang kateter menatap selama lebih dari 3 hari mendukung 25% kejadian. Pada tindakan pemasangan kateter juga akan menjadi faktor pendukung terjadinya ISK. Pada pasien ini hendaknya dilakukan perawatan kateter dan pegatian kateter pada waktu yang tepat, karena untuk mengurangi terjadinya ISK. Berkaitan dengan efektifitas pemasangan kateter mengunakan cara pelumuran kateter dan semprot pada saluran kateter bias dibuktikan. Dari kedua cara tersebut tidak berbengaruh terhadap kecepan pemasangan kateter. Karena pada kasusu ini pasien dipasang menggunakan cara seprot dengan rasionalnya lebih licin permukaan uretra sehingga lebih cepat masuk. Tetapi dalam tindakan tersebut tidak terjadi sedemikian. Yaitu membenarkan kedua cara pemasangan kateter tersebut tidak ber bengaruh dengan kecepat keberhasilan pemasangan kateter. EFEKTIFITAS PENGGUNAAN JELLY K-Y DENGAN INSTILLAGEL PADA PASIEN DENGAN KATETERISASI URIN DI RUANG ASTER RSUD ULIN BANJARMASIN. Tindakan kateterisasi merupakan tindakan invasif dan dapat menimbulkan rasa nyeri, sehingga jika dikerjakan dengan cara yang keliru akan menimbulkan kerusakan uretra yang permanen. Nyeri merupakan keluhan utama yang sering dialami oleh pasien dengan kateterisasi karena tindakan memasukkan kateter dalam vesika urinaria mempunyai risiko terjadinya infeksi atau trauma pada uretra. Tindakan memberikan cairan pelumas atau jelly pada prosedur kateter urin sangat penting untuk mencegah atau mengurangi resiko terjadinya trauma pada uretra dan sensasi nyeri yang dialami pasien. Ada dua teknik pemberian jelly yaitu dengan penggunaan Jelly K-Y yang dioleskan pada ujung kateter dan cara ke-2 penggunaan Instillagel yang disemprotkan langsung pada meatus uretra dengan spuit 10 ml yang dilepaskan jarumnya. Penelitian ini mengenai perbedaan kecepatan pemasangan dan keluhan nyeri yang dialami pria dewasa usia 25-65 tahun yang pertama kali menjalani kateterisasi urin dengan cara pelumasan yang berbeda. Rancangan penelitian ini adalah eksperimen semu dengan jumlah sampel 17 orang untuk perlakuan dan 17 orang untuk kontrol. Kecepatan pemasangan diukur dengan stopwatch sedangkan intensitas nyeri diukur dengan menggunakan skala intensitas nyeri deskriptif secara objektif dari klien. Analisa data dengan Mann-Whitney Test dengan tingkat kemaknaan a = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara kecepatan pemasangan kateterisasi urin yang dioleskan jelly k-y pada ujung kateter dan yang disemprotkan instillagel langsung ke meatus uretra dan tidak ada perbedaan bermakna antara keluhan nyeri pada pemasangan kateterisasi urin yang dioleskan jelly k-y pada ujung kateter dan yang disemprotkan instillagel langsung ke meatus uretra. Kata kunci: teknik pelumasan, kateter, kecepatan pemasangan dan keluhan nyeri

BAB V KESIMPULAN Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 45 menit di IGD pada pasien S dapat disimpulkan : 1. Pasien dengan masalah keperawatan retensi urin merupakan kejadian yang gawat yang perlu segera ditangani. 2. Tindakan keperawatan memilih tindakan pemasangan lebih kateter dari pada dilakukan pungsi pada vesika. 3. Rencana keperawatan selanjutnya mengajurkan melakukan perawatan kateter karena berkaitan dengan resiko terjadinya ISK 4. Efektifitas penggunaan Jelly K-Y dengan Instillagel tindakan keperawatan memasang kateter terbukti tidak ada perbedaan bermakna antara kecepatan pemasangan kateterisasi urin yang dioleskan jelly k-y pada ujung kateter dan yang disemprotkan instillagel langsung ke meatus uretra dan tidak ada perbedaan bermakna antara keluhan nyeri pada pemasangan kateterisasi urin yang dioleskan jelly k-y pada ujung kateter dan yang disemprotkan instillagel langsung ke meatus uretra.

DAFTAR PUSTAKA McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By MosbyYear book.Inc,Newyork NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA Price, Sylvia A and Willson, Lorraine M, 1996, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses penyakit, Edisi empat, EGC, Jakarta Sjamsuhidayat, R., Dejong, W., (1997 ) Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta. University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications, Philadelphia, USA ________, 2012 http://www.metris-community.com/penyakitprostat-penyebabprostatgejalaprostat/ akses (17/5/13) ________, 2013http://amazine.co/22875/5-cara-bakteri-menginfeksi-tubuh-manusia/ akses (17/5/13)

You might also like