You are on page 1of 117

Untuk anak-anaku

Wafa Azizah
Mochammad Fachri Fadhlurrohman

i
MANAJEMEN OPERASIONAL

ii
Asep Muslihat, SE
Manajemen Operasional
Materi Perkuliahan Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi Unsika
Penerbit Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Unsika
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................. iv
Bab I PENDAHULUAN........................................................................ 1

iii
Bab II POLA KEGIATAN USAHA ........................................................ 15
Bab III MACHINE DAN PERALATAN .................................................. 22
Bab IV PERENCANAAN FASILITAS .................................................... 37
Bab V TIME AND MOTION STUDY .................................................... 59
Bab VI MAINTENANCE ........................................................................ 63
Bab VII FORCASTING ........................................................................... 66
Bab VIII PRODUCTION PLANNING ....................................................... 77
Bab IX JOB ASSIGMENT ..................................................................... 81
Bab X LINIER PROGRAMING ............................................................. 91
Bab XI NETWORK PLANNING ............................................................. 100
Bab XII INVENTORY CONTROL ............................................................ 106

Kata Pengantar

iv
ALHAMDULILLAH, segala puja dan puji hanya milik Allah azza wa jalla,
Rabb Yang Maha mengatur Alam Semesta. Shalawat dan salam senantiasa kita
sampaikan kepada manajer terbaik yang Allah ciptakan, Muhammad saw, juga
kepada keluarga, sahabat, tabiin dan umat beliau hingga akhir jaman.
Pada akhir dasawarsa abad ke-20, umat islam mulai menyadari bahwa
mereka tengah berada di zaman ekonomi global. Konsekuensinya, umat islam
harus mamapu mengangkat identitasnya sebagai muslim dan memberikan
nuansa positif pada peradaban dunia.
Buku ini disusun untuk memberikan gambaran tentang proses
transformasi faktor-faktor produksi sebagai masukan menjadi keluaran berupa
barang dan jasa. Bagaimana perusahaan memanfaatkan sumber-sumber yang
terbatas menjadi produk unggulan yang memberikan keuntungan maksimal.
Manajemen produksi dewasa ini merupakan bagian yang sangat penting dalam
perusahaan yang sangat erat hubungannya dengan upaya efesiensi dan
efektivitas sehingga akan menuju pada peningkatan produktivitas yang terus
menerus. Perlu juga diketahui bahwa kata kunci dalari manajemen operasi
adalah produktivitas.
Akhirulkalam, mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi para pembaca
khsususnya mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Unsika,
kritik dan saran kearah perbaikan sangat dibutuhkan dalam menyempurnakan
buku ini.............. Alhamdulillahirobilallamin.
Karawang, 18 September 2006
Penyusun,
Muslih

v
BAB I
PENDAHULUAN
Kompetensi :
Setelah mempelajari Bab ini mahasiswa diharapkan memiliki kompetensi :
1. Definisi Manajemen Operasi
2. Fungsi Manajemen dalam Manajemen Operasi
3. Proses Transformasi dalam manajemen operasi
4. Sejarah Perkembangan Manajemen Operasi
5. Aplikasi Manajemen Operasi
6. Organisasi Proses Manufaktur
7. Konsep Produktivitas
A. Pengertian Manajemen Produksi atau Operasi
Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi tidak terlepas dari
pengertian manajemen secara umum, yaitu mengandung unsur adanya
kegiatan yang dilakukan dengan mengkoordinasikan berbagai kegiatan dan
sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu.
Sofyan Assauri mengatakan bahwa manajemen produksi dan operasi
merupakan proses pencapaian dan pengutilisasian sumber-sumber daya
untuk memproduksi atau menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa yang
berguna sebagai usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi.
Richard J. Schonberger, Edward M. Kond, JR (1997) Think Operation
Management as a function that transforms inputs including people, capital,
energy, materials, and technology into outputs, namely, goods and
services.
Fogarty (1989) mendefinisikan manajemen produksi dan operasi sebagai
suatu proses yang secara berkesinambungan dan efektif menggunakan
fungsi manajemen untuk mengintregasikan berbagai sumber daya secara
efisien dalam rangka mencapai tujuan.
Schroroeder (1994) memberikan penekanan terhadap definisi produksi
dan operasi pada tiga hal, yaitu pengolahan fungsi organisasi dalam
menghasilkan barang dan jasa, adanya sistem transformasi yang
menghasilkan barang dan jasa, serta adanya pengambilan keputusan
sebagai elemen penting dari manajemen operasi. Sementara Heizer (1993),
Adam (1989) dan Buffa (1991) lebih menitik beratkan kegiatan produksi dan
operasi sebagai suatu wahana yang dipakai dalam mengubah masukan
menjadi keluaran.
Berdasarkan berbagai definisi yang diungkapkan tersebut maka yang
dimaksud manajemen operasi adalah proses yang berhubungan dengan

1
penciptaan atau pembuatan barang dan jasa melalui proses transpormasi
dari masukan sumber daya produksi menjadi masukan berupa barang atau
jasa.
Istilah produksi cenderung dikaitkan dengan pabrik, mesin maupun lini
perakitan karena pada mulanya teknik dan metode dalam manajemen
produksi merpang dipergunakan untuk mengoperasikan pabrik atau kegiatan
perakitan yang lain. Namun, dengan berkembangnya teknik dan metode
manajemen produksi maka penerapannya tidak hanya berlaku bagi kegiatan
pembuatan barang-barang yang berwujud saja, tetapi juga bisa diterapkan
dalam pembuatan barang-barang tak berwujud atau jasa.
Dalam perusahaan jasa, fungsi produksi memang tidak terasa nyata,
misalnya dalam kegiatan bank, perusahaan penerbangan, atau lembaga
pendidikan. Produk yang dihasilkan tidak dalam bentuk yang bisa dilihat,
melainkan dalam bentuk kredit yang diproses, kursi pesawat terbang yang
diisi, atau ilmu pengetahuan yang diajarkan. Di sini teknik dan metode
manajemen produksi dipergunakan untuk mengoperasikan fungsi-fungsi
manajemen dalam perusahaan untuk menghasilkan produk. Dalam industri
jasa seperti ini manajemen produksinya sering disebut dengan istilah
manajemen operasi.
Istilah operasi sesungguhnya juga dipakai dalam perusahaan manufaktur,
yaitu dalam pengertian kegiatan mengoperasikan sumber-sumber daya
produksi untuk menghasilkan produk. Istilah manajemen operasi
mengandung pengertian yang lebih luas. Oleh karena itu, dalam
perkembangannya kemudian digunakan istilah manajemen operasi saja,
yang mencakup kedua jenis kegiatan baik yang menghasilkan barang
maupun jasa. Dalam buku ini, istilah manajemen produksi hanya dipakai
apabila penekanannya diarahkan kepada kegiatan yang menghasilkan
barang bukan jasa.

2
B. Fungsi Manajemen dalam Manajemen Operasi
Diatas telah disebutkan bahwa kegiatan dalam manajemen operasi
mencakup penggunaan fungsi-fungsi manajemen. Dalam perencanaan,
manajer operasi menentukan tujuan dari subsistem operasi dari organisasi
dan mengembangkan program, kebijaksanaan dan prosedur yang diperlukan
untuk mencapai tujuan tersebut. Tahap ini mencakup penentuan peranan dan
fokus dari operasi, termasuk perencanaan produk, perencanaan fasilitas dan
perencanaan penggunaan sumber-sumber daya produksi.
Dalam pengorganisasian, manajer operasi menentukan struktur individu,
grup, seksi, bagian, divisi, atau departemen dalam subsistem operasi untuk
mencapai tujuan organisasi. Manajer operasi juga menentukan kebutuhan
sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan operasi serta mengatur
wewenang dan tanggung jawab yang diperlukan dalam melaksanakannya.
Fungsi penggerakan (directing/actuating) dilaksanakan dengan memimpin,
mengawasi dan memotivasi karyawan untuk melaksanakan/ tugasnya.
Fungsi pengendalian dilakukan dengan mengembangkan standar dan
jaringan komunikasi yang diperlukan agar pengorganisasian dan
penggerakan sesuai dengan yang direncanakan dan mencapai tujuannya.
C. Proses Transformasi
Kegiatan operasi merupakan bagian dari kegiatan organisasi yang
melakukan proses transformasi dari masukan (input) menjadi keluaran
(output) .Masukan berupa semua sumber daya yang diperlukan (misalnya
material, modal, peralatan), sedangkan keluaran berupa barang jadi, barang
setengah jadi atau jasa. Proses ini biasanya dilengkapi dengan kegiatan
umpan balik untuk memastikan bahwa keluaran yang diperoleh sesuai
dengan yang dikehendaki. Gambar 1.1 berikut menunjukkan skema proses
transformasi dari masukan menjadi keluaran.

3
Gambar 1.1 Skema Proses Transformasi
Dalam suatu perusahaan pembuat sepatu, sebagai contoh, masukan
yang diperlukan antara lain berupa material (misalnya kain kanvas, kulit, sol
karet, lem/ paku), modal (yang dinyatakan dalam bentuk modal kerja, tanah
dan bangunan), mesin dan peralatan, tenaga kerja, metode-metode produksi
dari kemampuan manajerial dari pengelola. Melalui proses transformasi
masukan tersebut diolah menjadi keluaran yang memiliki nilai tambah, yang
dalam.hal ini berupa sepatu. Dalam bidarig jasa, misalnya dalam suatu usaha
jasa ekspedisi, proses transformasi terjadi bila masukan (kendaraan, tenaga
kerja, dan energi) ditransformasikan menjadi suatu jenis pengeluaran berupa
jasa pelayanan barang dari satu tempat ke tempat yang lain.
Kegiatan umpan balik dilakukan dengan melakukan pengecekan pada
beberapa titik kunci dan membandingkannya dengan standar atau acuan
yang telah ditetapkan. Apabila terjadi perbedaan antara hasil dengan standar
maka dilakukan tindakan koreksi, yang dapat berupa perbaikan dalam
komponen masukan atau penyempurnaan dalam proses produksi sehingga
keluaran dapat sesuai dengan yang diharapkan.
D. Sejarah
Kegiatan operasi sudah dikenal beribu-ribu tahun yang lalu, sejak manusia
mengenal cara berburu, memasak dan membuat suatu benda. Pengetahuan
atau cara tersebut berkembang terus dengan ditemukannya prinsip dan

4
metode-metode baru dan akhirnya terbentuk menjadi suatu ilmu tersendiri,
dilengkapi dengan masuknya unsur-unsur ilmu pengetahuan yang lain.
Elemen-elemen yang mendasari manajemen operasi tersebut secara umum
dapat dijelaskan sebagai berikut lihat Gambar 1.2).
Gambar 1.2 Elemen Dasar Manajemen Operasi
1. Konsep dasar manajemen operasi sendiri yang membedakannya dari
disiplin ilmu yang lain, misalnya konsep perencanaan tata letak,
perencanaan kapasitas, perencanaan kebutuhan material (MRP),
penjadwalan, pengendalian mutu, dan sebagainya.
2. Teknik dan konsep yang dikembangkan melalui teori organisasi dan
manajemen.
Teknik dan konsep tersebut banyak dipergunakan terutama dalam
perencanaan, pengorganisasian sumber daya, dan pengendalian proses.
3. Penerapan pengetahuan atau praktek yang dikembangkan dari disiplin ilmu
lain,seperti ekonomi, keuangan, dan matematika. Sebagai contoh, analisis
permintaan dan penawaran dari teori ekonomi, analisis biaya-biaya dari
manajemen keuangan, atau pemrograman linier dan metode penugasan
yang berasal dari riset operasi.
4. Penemuan-penemuan teknologi. Komputer dan laser merupakan contoh
dari penemuan teknologi terakhir yang sangat berpengaruh dalam sistem
manajemen produksi serta mendorong perkembangan teknologi proses
maupun produksi.
Perkembangan manajemen operasi lebih terasa sejak meletusnya
Revolusi Industri pada abad ke-18. Pada saat itu pola kerajinan tangan mulai
tergeser dan sistem pabrik mulai berkembang. Serangkaian perubahan
dalam teknik-teknik industri dan perkembangan kondisi sosial ekonomi

5
memungkinkan berkembangnya unit-unit produksi menjadi makin lama makin
besar. Dilengkapi dengan penemuan-penemuan teknologi yang semakin
lama semakin canggih maka selain fasilitas produksi menjadi lebih modern
juga penanganannya menjadi lebih kompleks.
Karena globalisasi perekonomian sudah melanda dunia maka setiap
perusahaan dituntut untuk dapat mengembangkan dirinya sedemikian rupa
agar dapat mencapai tujuannya. Sejalan dengan perkembangan teknologi
dan perekonomian, konsep manajemen operasi semakin lama menjadi
semakin berkembang dan semakin terasa peranannya dalam pengembangan
perusahaan agar semakin efisien dan efektif sehingga dapat memiliki daya
saing yang kuat.
Perkembangan manajemen operasi sampai dalam bentuknya yang
sekarang ini didasarkan atas penemuan-penemuan dari para ahli. Tabel 1.1
menunjukkan sebagian dari individu dan perusahaan yang telah memberikan
kontribusi dalam perkembangan manajemen operasi beserta jenis teori atau
metode yang dikembangkannya.
Tabel 1.1
Beberapa Individu/Perusahaan yang Memberikan Kontribusi terhadap
Perkembangan Manajemen Operasi
Tahun Individu/Perusahaan Penemuan
1776 Adam Smith Spesialisasi pekerja dalam kegiatan
manufaktur
1800 Eli Whitney Standardisasi, pertukaran
antarkomponen, pengendalian mutu
1832 Charles Babbage Pembagian pekerja berdasarkan
keterampilan, penugasan pekerjaan
berdasarkan keterampilan
1881 FW Taylor Bapak manajemen ilmiah, studi
peningkatan metode dan waktu
1905 AK Erlang Teori antrian
1908 CE Knoappel Peta titik pulang pokok (BEP)
1914 FW Harris Model pesanan paling ekonomis (EOQ)
1916 Henry L. Gantt Diagram balok (Gantt chart)
1922 Frank Gilbreth dan Lillian
Giibreth
Studi gerakan dan waktu (Time and
Motion Study)
1924 Walter Shewhart Penggunaan peta kontrol untuk
pengendalian mutu (SPC)
1934 FW Trippet Work sampling
1940 SP Mitrofanov Group technology
1946 John Mauchly dan JP Eckert Komputer digital

6
1947 George Dantzig Pemrograman linier
1950 WE Deming Pengendalian mutu menyeluruh (TQC)
1957 DuPont Corp. Metode jalur kritis (CPM)
1958 Booz, Allen,
Dan Hamilton
Teknik peninjauan ulang dan evaluasi
program (PERT)
1975 Joseph Orlicky dan
O. Wright
Penggunaan komputer dalam
manufaktur, penjadwalan, pengendalian
dan peren-canaan kebutuhan material
(MRP)
1978 Taichi Ohno Just in time (JIT)
1980 WE Deming dan J. Juran Aplikasi kualitas dan produktivitas Jepang
dalam pemakaian robot dan CAD/CAM
E. Aplikasi
Manajemen operasi dapat diterapkan di berbagai jenis organisasi,
misalnya industri manufaktur, perkebunan, rumah sakit, perhotelan, atau
perbankan. Manajemen operasi diperlukan dalam pengaturan tata letak
bangunan/ruang/mesin maupun peralatan, dalam penentuan cara kerja dan
waktu standar untuk suatu tugas, pengembangan desain produk dan proses
produksi, perencanaan operasi, pengendalian mutu produk, pendistribusian
hasil produk, dan berbagai kegiatan operasi yang lain.
Struktur dasar dan unsur manajemen operasi untuk semua jenis
perusahaan sama, namun tingkat kepentingan unsur-unsurnya bisa berbeda,
tergantung dari ienis perusahaannya. Sebagai contoh, perencanaan tata letak
juga diperlukan dalam restoran, sekolah atau biro perjalanan, tetapi akan
terasa sangat penting bagi industri manufaktur, terutama dalam pengaturan
mesin-mesin dan peralatan produksi, seperti pada industri tekstil atau
bengkel-bengkel mesin. Pengelolaan persediaan, yang juga salah satu unsur
dalam manajemen produksi, adalah penting bagi suatu perusahaan properti,
tetapi tingkat kepentingannya masih lebih kecil bila dibandingkan fungsinya
dalam suatu pasar swalayan atau agen penjualan suku cadang kendaraan
bermotor.
Unsur-unsur yang perlu mendapat perhatian lebih tergantung kebutuhan
dari perusahaan yang bersangkutan. Tidak semua unsur manajemen
produksi dapat diterapkan dalam kegiatan perusahaan jasa, misalnya
perencanaan kebutuhan material dan pengendalian persediaan barang.
F. Organisasi Proses Manufaktur

7
Sebelum memasuki materi manajemen operasi lebih lanjut akan dibahas
jenis-jenis organisasi dalam proses manufaktur. Analis sistem manufaktur
telah mengidentifikasi dua kategori dasar bagi suatu perusahaan industri,
yaitu continuous process industries dan intermittent process industries.
1. Continuous Process Industries
Continuous process industries adalah industri yang memproduksi barang
dengan proses kontinyu. Kontinyu di sini bukan berarti berproduksi secara
terus-menerus 24 jam tanpa henti, tetapi diartikan sebagai proses yang
dilakukan secara tumpukan, bukan perunit produk. Industri jenis ini sering
kali menggunakan proses kimia dari pada fisik atau mekanik. Contoh
industri jenis ini adalah industri pupuk, gula, semen, atau tepung terigu.
2. Intermittent Process Industries
Intermittent process industries atau sering juga disebut sebagai discrete
parts manu-facturing adalah industri yang memproduksi barang secara
proses individu, unit per unit. Sebagai contoh adalah industri alat-alat
elektronika, kendaraan bermotor, peralatan kantor, dan alat-alat rumah
tangga.
Intermittent process industries selanjutnya dapat dibagi lagi dalam tiga
kelompok dengan masing-masing karakteristik utamanya sebagai berikut.
a. Jobb Shoping Production
Memproduksi berbagai jenis barang yang berbeda dengan volume
produksi yang rendah (beberapa unit saja) untuk masing-masing jenis
barang. Memerlukan peralatan yang sangat fleksibel (mampu
mengerjakan berbagai jenis pekerjaan) dan tenaga kerja yang
ahli/berkemampuan tinggi. Biasanya berproduksi berdasarkan pesanan.
Contoh dari industri yang masuk dalam kelompok ini adalah bengkel-
bengkel mesin, perusahaan mebel, dan butik pakaian.
b. Batch Production
Memproduksi barang dalam batch atau lot yang kecil dengan berbagai
tahap pengerjaan, setiap tahap pengerjaan dilakukan untuk seluruh
batch sebelum menuju tahap pengerjaan berikutnya. Sistem produksi
harus cukup fleksibel dan menggunakan peralatan multiguna agar
mampu memenuhi berbagai persyaratan dan fluktuasi permintaan. Batch
production dapat dilihat sebagai suatu situasi di antara jobbshoping dan
mass production, di mana volume produksi cukup besar tetapi masih

8
belum cukup memenuhi untuk produksi massal. Sistem ini lebih
ekonomis dibandingkan jobbing shop karena dapat mengurangi set-up
cost. Contoh pabrik perakitan mesin dan peralatan pabrik, di mana
jumlah unit produksi per jenisnya cukup besar tetapi produksinya tidak
dalam bentuk massal.
c. Mass Production (Repetitive Manufacturing)
Jenis barang yang diproduksi relatif sedikit tetapi dengan volume
produksi yang besar (massal), karena itu seluruh produk biasanya
distandardisasikan. Permintaan produk biasanya tetap/stabil. Demikian
pula desain produk jarang sekali berubah untuk jangka waktu pendek
atau menengah. Fasilitas produksi terdiri atas mesin-mesin yang sangat
khusus. Meskipun mesin-mesin seperti ini biasanya mahal, tetapi
biayanya dapat diamortisasi untuk produksi yang berjangka panjang.
Contoh industri yang berproduksi secara massal adalah industri
pembuatan dan perakitan kendaraan bermotor niaga roda empat, lampu
pijar, televisi, dan disket komputer.
Perbedaan Contiuous Process dan Intermitten Process dapat dilihat pada
tabel 1.2 dibawah ini :
Tabel 1.2 Perbedaan Contiuous Process dan Intermitten Process
G. Produktivitas

9
Ukuran utama yang digunakan untuk mengukur kinerja dari manajemen
operasi adalah produktivitas. Produktivitas merupakan ukuran bagaimana
baiknya suatu sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil
yang diinginkan. Secara umum produktivltas dapat dinyatakan sebagai rasio
antara keluaran terhadap masukan, atau rasio hasil yang diperoleh terhadap
sumber daya yang dipakai.
Bila
dalam rasio tersebut masukan yang dipakai untuk menghasilkan keluaran
dihitung seluruhnya disebut sebagai produktivitas total (total factor
productivity, TFP), tetapi bila yang dihitung sebagai masukan faktor tertentu
saja maka disebut sebagai produktivitas parsial (partial productivity).
Produktivitas total digunakan untuk mengukur perubahan efisiensi dari
kegiatan operasi. Untuk mengukur perubahan produktivitas total dalam suatu
periode waktu, kita harus memperoleh data yang berkaitan dengan kuantitas
keluaran dan masukan yang digunakan selama periode tadi.

10
Contoh 1
Misalnya PT Benang Merah pada tahun 2003 dan 2004 masing-masing
menghasilkan produksi sebesar 28.000 kg dan 35.000 kg roti kering.
Perusahaan tersebut menggunakan masukan: tenaga kerja, energi, dan
bahan baku. Kuantitas masukan pada tahun 2003 dan 2004 sebagai berikut.
Masukan 2003 2004
tenaga kerja (jam-orang) 10.000 12.000
energi (kVA) 8.000 9.000
bahan baku (kg) 40.000 50.000
Untuk mengetahui nilai produktivitas total masing-masing tahun, kita harus
memperoleh data tentang harga masing-masing masukan dalam tahun
dasar, misalnya tahun 2003. Apabila pada tahun 2003 biaya tenaga kerja =
Rp6.000/jam-orang, biaya energi = Rp5.000/kVA, dan biaya bahan baku =
Rpl.OOO/kg, maka produktivitas totalnya:
Tahun 2003 :
Tahun 2004 :
Selama periode 2003 - 2004 terjadi kenaikan produktivitas total sebesar 4,8
%, yaitu dari 200 ke 209,6 kg/juta rupiah. Perlu diingat di sini bahwa harga
masukan pada tahun dasar digunakan untuk seluruh tahun, tidak untuk tahun
dasarnya saja.
Produktivitas parsial yang paling banyak diamati adalah produktivitas tenaga
kerja, yaitu rasio antara keluaran per jam-tenaga kerja. Salah satu faktor yang
paling mempengaruhi produktivitas tenaga kerja adalah perubahan teknologi.
Pertumbuhan teknologi yang tinggi, apabila faktor lainnya tetap, akan
meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang tinggi pula.
Contoh 2

jutarupiah kg / 200
) 5 ( 8 ) 6 ( 10 ) 1 ( 40
28000

+ +
jutarupiah kg / 6 , 209
) 5 ( 9 ) 6 ( 12 ) 1 ( 40
35000

+ +
11
Bagian produksi dari PT Biru Laut, suatu perusahaan pembuat pesawat
telepon, rata-rata berhasil merakit 640 set pesawat telepon per hari pada
tahun 1990. Apabila jumlah tenaga kerja pada bagian tersebut sebanyak 80
orang, maka produktivitas tenaga kerjanya sebesar:
Produktivitas Tenaga Kerja :
Pengukuran produktivitas dapat dilakukan untuk lingkup nasional, industri,
organisasi, atau perseorangan. Pengukuran produktivitas terutama berguna
di dalam membandingkan hasil yang dicapai antara satu periode dan periode
yang lain, atau produktivitas yang dicapai antara dua negara, departemen,
bagian, atau individu. Karena produktivitas dapat diukur dalam berbagai cara,
maka sering digunakan indeks untuk mempermudah perbandingan. Apabila
indeks dlgunakan maka produktivitas pada periode dasar diberi nilai 100,
sehingga akan mudah dlketahui peningkatan atau penurunan produktivitas
dari suatu periode tertentu dibandingkan periode lainnya atau dari satu
bagian dengan bagian lainnya pada periode yang sama. Rumus dari indeks
produktivitas adalah sebagai berikut.
Indeks produktivitas :
Tabel berikut menunjukkan suatu contoh
perhitungan produktivitas serta indeks produktivitas, di mana sebagai tahun
dasar digunakan tahun 1990.
Tabel1.3
Produktivitas Tenaga Kerja dari/Perusahaan Telepon PT Biru Laut
Tahun Rata-rata
Produksi
Tenaga Kerja
(orang)
Produktivitas
(unit/hari/
Indeks
Produktivitas
1 2 3 4 5
1990 640 80 8,00 100
1991 701 85 8,25 103
1992 714 91 7,85 98

orang unit
orang
hari unit
/ 10
80
/ 640

100
det
x
dasar tasperuode produktivi
ertentu tasperio produktivi
12
1993 730 95 7,68 96
1994 760 100 7,60 95
Berdasarkan rata-rata produksi yang dihasilkan (kolom 2) terlihat adanya
pertumbuhan produksi yang selalu positif dari tahun ke tahun. Apabila
penilaian kinerja perusahaan tersebut hanya dilihat dari rata-rata hasil
produksi maka penilaian tersebut dapat menyesatkan karena yang
diperhatikan keluaran saja tanpa memperhitungkan masukannya. Dengan
menggunakan perhitungan produktivitas maka penilaian tadi menjadi lebih
objektif.
Dalam contoh ini tahun 1990 ditentukan sebagai tahun dasar, maka
indeks produktivitasnya adalah 100. Dari hasil perhitungan dapat diketahui
bahwa pada tahun berikutnya secara berturut-turut indeks produktivitasnya
adalah 103, naik 3% dari tahun sebelumnya, kemudian terjadi penurunan
menjadi 98 pada tahun 1992, 96 pada tahun 1993, dan 95 pada tahun 1994.
Disini dapat diketahui bahwa meskipun jumlah produksi per tahun
meningkat, maka kecuali pada tahun 1991 telah terjadi penurunan dalam
produktivitas tenaga kerjanya dibandingkan tahun 1990. Untuk itu manajer
produksi perlu mencari upaya agar dapat meningkatkan produktivitas tenaga
kerjanya. Peningkatan produktivitas akan berarti peningkatan jumlah produksi
meskipun tanpa harus menambah jumlah tenaga kerja. adalam sektor jasa
lebih sulit dibandingkan dalam sektor non-jasa. Sebagai contoh, dalam suatu
kantor pengacara di mana terdapat kasus-kasus yang berbeda, pengukuran
produktivitas dapat dinyatakan dalam "kasus per jam-orang" atau "kasus per
staf'. Namun, mengingat setiap jenis kasus bisa berbeda bobotnya, maka
penilaian produktivitasnya menjadi lebih sulit. Staf yang dapat menyelesaikan
kasus dalam jumlah yang lebih banyak dari staf lainnya belum berarti
memiliki produktivitas yang lebih tinggi apabila kebetulan staf pertama
tersebut hanya menangani kasus-kasus yang relatif ringan. Manajer operasi
perlu lebih bijaksana dalam melakukan penilaian maupun dalam usaha
mengembangkan produktivitas.
Produktivitas dapat diukur dalam berbagai bentuk. Tabel di bawah
menunjukkan contoh ukuran produktivitas dalam berbagai jenis organisasi.

13
Tabel 1.4 Contoh Ukuran Produktivitas
Organisasi Ukuran Produktivitas
Industri
Konstruksi
Bisnis
Pendidikan
Kesehatan
Angkutan udara
Hotel
Bank
unit produksi/karyawan
proyek/teknisi, pendapatan/biaya konstruksi
penjualan/karyawan, pangsa pasar/karyawan
mahasiswa/fakultas, uang pendidikan/biaya administrasi
pasien/dokter, pasien/tempat tidur
penerbangan/pesawat, passenger-miles/pilot/
tingkat hunian/kamar, tingkat hunian/karyawan
nasabah/kasir, jumlah rekening/biaya administrasi.

14
BAB II
POLA KEGIATAN USAHA
Kompetensi
Setelah mempelajari Bab ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan fungsi-fungsi utama manajemen produksi dan operasi
2. Menjelaskan tentang Research and Development
3. Menjelaskan tentang Product Design
4. Menjelaskan tentang Process Design
A. Fungi - fungsi Utama Manajemen Produksi dan Operasi
1. Planning (Perencanaan)
- Apa yang akan dikerjakan
- Bagaimana perencanaannya (faktor-faktor produksi)
- Kemana arah/tujuannya.
2. Do (Pelaksanaan)
- Fasilitas-fasilitas (Tools and Equipment)
- Menyediakan Fasilitas
3. (chek / Controling) Menilai Hasil Produksi
Kegiatan tersebut sering disebut sebagai Model atau Pola Kegiatan Usaha.
Langkah - langkah Pola Kegiatan Usaha :
Langkah pertama :
dimulai dari adanya gagasan produk (product idea), gagasan ini hendaknya
yang realistis yang datanya dapat berasal dari intern perusahaan. Selain dari
pihak intern data bisa juga berasal dari pihak exstern.
Langkah Kedua :
Untuk dapat merealisasikan gagasan produksi tersebut maka pimpinan
perusahaan yang bersangkutan terlebih dahulu harus melakukan aktivitas
penelitian dan pengembangan (Research and Development).

15
Langkah Ketiga :
Didalam melakukan aktivitas penelitian dan pengembangan hendaknya
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut ;
1. Tentukan rancangan produk yang akan kita hasilkan.
2. Tentukan produk manufacture and fasilities, dimana didalamnya menyangkut
modal, jenis mesin yang akan digunakan serta metoda atau cara proses
produksi yang diperlukan.
1. Tentukan rancangan pabrik, baik berupa bentuknya maupun fasilitas dan
jasa-jasa yang mendukung.
Langkah - langlah tersebut termasuk kedalam Plant in the long run.
Langkah keempat :
Menuangkan rencana tersebut ke dalam tahapan Perencanaan dan
Pegendalian Produksi (PPC). Didalam tahapan ini terdiri atas kegiatan :
Peramalan, penjadwalan produksi, pengaturan persediaan dsb.
Langkah ini disebut Plant in the short run.
Langkah kelima :
Memproduksi produk secara besar-besaran berdasarkan rencana yang telah
dibuat dalam langkah keempat. Tahap ini termasuk kedalam Pelaksanaan
(Doing).
Langkah keenam :
Menjual produk kepasar dan sambil menerima masukan berupa umpan balik
tentang produk yang telah kita buat ( tahapan Chek/Control).
Kelima langkah tersebut dapat digambarkan dalam satu diagram yang disebut
dengan Pola Kegiatan Usaha

16
POLA KEGIATAN USAHA

PERSONIL FINANCE MATERIA
L
RESEARCH &
DEVELOPME
NT
PRODUCT
IDEA
PRODUCT
DESIGN &
SERVICE
PRODUCT
MANUFACTURE
& FACILITIES
PLANT DESIGN &
SERVICE
PRODUCTION
PLANNING &
CONTROL
EXECUTION
PRODUCT SELLING MARKET
PILOT
PLANT
PLANT IN THE LONG
RUN
PLANT IN THE SHORT
RUN
DO
CHEK
17
B. Research and Development
Research and Development

Jenis - jenis Research and Development
Pure Research (Riset Murni) Riset yang dilakukan untuk mencari suatu
temuan yang benar-benar orsinil tanpa memperhatikan hasil yang akan
dicapai.
Applied Research (Riset Penerapan) : Riset yang dilakukan untuk
menerapkan hasil dari riset murni.
Development Research (Riset Pengembangan) : Riset yang dilakukan untuk
mengembangkan hasil riset murni yang sudah diterapkan dalam Applied
Research.

Pure Research Development
Research
Research and
Development
Applied Research
Pilot Project/Pilot Plan

Product Idea
18
C. Product Design
Rancangan Produk (Product Design)
Product Design adalah rancangan dari produk yang akan dihasilkan dimana di
dalamnya menyangkut aspek bentuk produk, mutu produk, dan nilai-nilai
estetika.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam membuat Product Design.

Prototype adalah contoh pertama dari produk yang akan dihasilkan dan sudah
dapat dipergunakan.
Miniatur/Maket : adalah contoh pertama dari produk yang dihasilkan tetapi
skalanya diperkecil dan tak dapat dipergunakan.
Jenis-jenis Product Design :
Secara garis besar jenis product design adalah :
1. Design yang benar-benar baru sama sekali
2. Mere-design produk-produk yang sudah ada.
Fungsi Product Design :

Function Design Specification
and Standard
Price
(Volume)
PROTOTYPE
Sambungan-sambungan
- Bagian-bagian (part)
- Bentuk (form)
- Ukuran (size)
- Mutu (kekuatan)
- Syarat-syarat
- Warna
19
1. Untuk menghidari kegagalan-kegagalan yang mungkin terjadi didalam
membuat suatu produk.
2. Untuk memilih cara proses produksi yang ekonomis.
3. Untuk menentukan standarisasi dari produk yang dihasilkan
4. Untuk mengkalkulasikan biaya dari produk yang dibuat.
5. Untuk menguji apakah produk yang dihasilkan tersebut telah benar-benar
sesuai dengan spesifikasi atau persyaratan yang telah ditentukan.
Standar adalah : suatu kesepakatan ukuran, kriteria yang ditujukan untuk
mempertemukan antara kemampuan produsen dan keinginan konsumen.
Standar : spesifikasi-spesifikasi yang diakui oleh kedua belah pihak untuk lebih
bersifat relatif dan berlaku dalam jangka waktu tertentu.
D. Process Design
Rancangan Proses (Process Design)
Rancangan Proses adalah Perencanaan langkah-langkah proses pembuatan
suatu produk mulai dari bahan baku sampai dengan barang jadi.
Langkah-langkah Process Design
1. Meneliti product design terlebih dahulu, apakah sudah benar atau belum.
2. menentukan model pembuatannya.

Bentuk Mutu
Volume
Type ProsesProduksi
Proses Design
Bahan
Pilot Project/Pilot Plan

20
3. Memilih dan menentukan mesin-mesin beserta peralatan yang akan
digunakan.
4. Menentukan tata letak fasilitas produksi (lay out)
1. Perencanaan dan penetapan pengendalian terhadap uang, material, mesin
dan tenaga kerja agar efektif dan efisien.
BAB III
MACHINE DAN PERALATAN
Kompetensi
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mempunyai kompetensi :
1. Jenis-jenis mesin
2. Faktor-faktor yang di pertimbangkan dalam pemilihan mesin
3. Ekonomi dari mesin atau peralatan
4. Kebijakan penggantian dan pemilihan mesin
5. Kendala yang dihadapi dalam penggantian mesin
6. Biaya-biaya yang terjadi dalam pemilihan mesin
7. Metoda analisis pemilihan dan penggantian mesin
A. Machine
Faktor - faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan mesin ;
1. Jenis Mesin
2. Spesifikasi Mesin
3. Kualitas Mesin
1. Sifat Mesin
Pada dasarnya jenis mesin dibagi menjadi 2 (dua) :

21
1. Mesin yang bersifat umum/serba guna (General Purpose Machine) : adalah
merupakan mesin yang dibuat untuk mengerjakan barang (part) tertentu.
Biasanya digunakan oleh bengkel-bengkel, reparasi dan pemeliharaan.
Ciri - ciri mesin ini adalah :
1. Mesin biasanya dibuat standar sehingga harganya relatif murah.
2. Penggunaannya fleksibel.
3. Dibutuhkan tenaga terampil terutama untuk memeriksa hasil pekerjaan.
4. Biaya pemeliharaannya relatif murah
5. Tidka udah ketinggalan jaman
2. Mesin yang bersifat khusus (Delay Special Machine) : adalah suatu mesin
yang dibuat untuk mengerjakan satu atau beberapa jenis pekerjaan yang
sifatnya serba guna.
Ciri - ciri mesin ini adalah :
1. Dibuat atas dasar pesanan hingga harganya relatif mahal.
2. Sulit untuk menyesuaikan terhadap permintaan konsumen
3. Pekerjaan lebih cepat dan digunakan untuk produksi masa.
4. memerlukan tenaga ahli khusus untuk pemeliharaannya.
5. Tenaga kerja yang diperlukan lebih sedikit, tapi mesin cepat kuno.
Didalam memilih dan menentukan mesin terdapat 2 (dua) aspek yang perlu
diperhatikan :
1. Langkah-langkah Analisis.
2. Faktor - faktor pertimbangan analisis.
kedua aspek tersebut dapat digambarkan dalam bentuk diagram berikut

22

Gambar 3.1
Langkah-langkah Pemilihan dan Penggantian Mesin
Technical Factor terdiri dari 7 (tujuh) factor :
1. Kapasitas Mesin
2. Ketelitian Mesin
3. Cara Pelayanan
4. Keserbagunaan
5. Keistimewaan terhadap mesin lain

Bentuk Mutu Volume Type
ProsesProduksi
Bahan
Metode
Produksi

Merk Mesin Jenis/Type
Mesin
Faktor - faktor
Intangible
Factor
Dapat diukur
Tangible
Factor
Technical
Factor
Cost
Factor
Mesin yang
dapat dipilih
Reputation
Factor
23
6. Kemungkinan - kemungkinan rusaknya bagian tertentu.
7. Kemungkina terhadap masa depan.
Cost Factor terdiri atas 11 faktor
1. PURCHASES PRICE (Harga Pembelian)
2. DEPRECATION RATE (Tingkat Penyusutan)
3. MAINTENANCE COST (Biaya Pemeliharaan)
4. REPAIR COST (Biaya Perbaikan)
5. TAXES AND INTEREST (Pajak-pajak dan bunga)
6. LABOR COST OPERATION (Biaya Buruh/biaya Operasi)
7. POWER COST (Biaya Tenaga)
8. OPERATING EFECIENCY (Effesiensi)
9. AMORTIZATION TIME (Waktu Pengembalian Modal)
10. POSSIBLE SAVING EVER AND ABOVE ANOTHER METHOD
(Kemungkinan-kemungkinan adanya penghematan)
11. OPERATING COST PER UNIT HANLED (Biaya operasi persatuan).
Intangible Factor terdiri atas :
1. POSSIBLE FUTURE EXPANSION OR CONTRACTION OF PRODUCTION
PLAN (Kemungkina terhadap pengembangan).
2. FLEXIBILITY OR ADAPTABILITY OF EQUIPMENT TO OTHER USE (Tingkat
keluwesan dan penyesuaian mesin terhadap penggunaan lainya.
3. SAFETY CONSIDERATION (Pertimbangan keselamatan kerja).
4. ESTIMATED LENGTH OF TIME EQUIPMENT WILL BE USED (Perkiraan
lamanya mesin tersebut dapat dipergunakan)
2. PRECENT OF TIME EQUIPMENT WILL BE USED (Prosentase waktu
penggunaan mesin)
6. AVAILABILITY OF SELECTED EQUIPMENT (Tersedianya mesin tersebut di
pasaran)
7. MANUFACTURED REPUTATION (Riwayat pembuatan mesin)
8. AVAILABILITY OF REPAIR PARTS (Tersedianya suku cadang)
9. COMPLEXITY OF EQUIPMENT (Tingkat kompleksitas mesin)
B. EKONOMI DARI MESIN - MESIN /ALAT - ALAT
Dalam hal memilih mesin dapat digunakan beberapa metoda :
1. Differensial Yield
2. Capitalization Yield

24
3. Minimum Anual Cost
Simbol - simbol yang dipergunakan :
A : Nilai rata-rata investasi
V : Nilai Investasi Mesin / Alat pada saat di analisis
N : Lama / Jangka Waktu penyusutan dalam tahun
E : Tingkat bunga rata-rata
R : Tingkat bunga pengembalian modal
C : Biaya tahunan tampa pengembalian investasi
CAC : Capital Anual Cost
Rumus - rumus :


Contoh :
Jika diketahui sebuah perusahaan hendak membeli sebuah mesin dari 3
buah mesin yang ditawarkan oleh pemasok sebagai berikut :
Tabel 3.1 : Daftar Penawaran Mesin
Jenis Besarnya investasi (V)
(dalam Ribuan Rp)
C R(%)

,
_

N
N
V A
1
2 / 1
R
N
N
V E .
1
2 / 1
,
_

V
E
C
CAC .
CAC V CC +
E C MAC +
25
I 16.000 6.900 10
II 20.000 6.450 10
III 26.000 6.200 10
N = 10 Tahun
Dengan menggunakan analisa dari ekonomi mesin, manakah dari ketiga
jenis mesin tersebut yang akan dipilih.
Jawab :
1. Differential Yield
Untuk Mencari Differential Yiled rumus yang digunakan adalah :

Jadi yang harus dilakukan adalah mencari Nilai Investasi rata-rata (A)
dengan menggunakan rumus :
Mesin I :

= 8.800
Mesin II :

= 11.000
Mesin III :
= 14.300
Tabel 3.2 Hasil perhitungan Nilai A
MESIN INVESTASI A C R
I 16.000 8.800 6.900 10%
II 20.000 11.000 6.450 10%

% 100 X
A
C
DY

,
_

N
N
V A
1
2 / 1

,
_

10
1 10
) 16000 ( 2 / 1 A

,
_

10
1 10
) 20000 ( 2 / 1 A

,
_

10
1 10
) 66000 ( 2 / 1 A
26
III 26.000 14.300 6.200 10%
Selanjutnya mencari perubahan nilai A dan C
Tabel 3.2 Perubahan Nilai A dan C
Perubaha
n
Kenaikan A Berkurangnya C Differential Yield
I II 2.200 450
% 20 % 100
2200
450
x
II III 3.300 250
% 8 % 100
3300
250
x
I III 5.500 700
% 13 % 100
5500
700
x
Dipilih yang mempunyai Differential Yield terbesar yaitu mesin II
2. Capitalization Cost
Rumus yang digunakan untuk mencari Capitalization Cost adalah
dimana :
dan
Nilai Tingkat Bunga Rata-rata (E) masing-masing mesin :
Mesin I :

= 880
Mesin II :

CAC V CC +
V
E
C
CAC .
R
N
N
V E .
1
2 / 1
,
_

% 10
10
1 10
) 16000 ( 2 / 1 X E
,
_

% 10
10
1 10
) 20000 ( 2 / 1 x E
,
_

27
= 1100
Mesin III:
= 1430
Capital Anual Cost masing-masing mesin :
Mesin I
Mesin II
Mesin III
Jadi Capitalization Cost Masing-masing mesin :
Mesin I 16.000 + 125.000= 141.000
Mesin II 20.000 + 117.000= 137.000
Mesin III 26.000 + 113.000= 139.000
Menurut Capitalization cost mesin yang dipilih yang mempunyai CC yang
terendah yaitu mesin II dengan CC 137.000
3. Minimum Annual Cost

% 10
10
1 10
) 66000 ( 2 / 1 X E
,
_

125000 16000 .
880
6900

117000 20000 .
1100
6450

113000 26000 .
1430
6200

E C MAC +
28
Mesin I 6900 + 880 = 7.780
Mesin II 6450 + 1.100 = 7.550
Mesin III 6200 + 1.430 = 7.630
Yang dipilih mesin II karena mempunyai MAC terendah
C. Kebijakan Pembelian dan Penggantian Mesin
Alasan-alasan Mengadakan Penggantian Mesin :
1. Adanya keuntungan potensial dari penggunaan mesin baru.
2. Mesin yang sedang dipergunakan sudah rusak sehingga tidak dapat bekerja
sebagaimana mestinya.
3. Mesin yang digunakan sudah ketinggalan jaman.
4. Mesin yang dipergunakan sudah tidak mampu menghasilkan produk baru
yang berbeda sebagai akibat perubahan keinginan konsumen.
5. Mesin yang dipergunakan menyebabkan semangat kerja menurun dan
kondisi kerja menjadi jelek.
D. Kesulitan yang dihadapi dalam penggantian Mesin
1. Adanya sifat atau behavior bahwa orang tidak mau mengganti mesin yang
dimilikinya sebelum mesin tersebut rusak sama sekali atau secara teknis
sudah tidak dapat dipergunakan.
2. Terdapat keadaan yang walaupun secara teknis belum tua tetapi secara
ekonomis telah tua atau ketinggalan jaman.
3. Adanya kesulitan keuangan yang dihadapi oleh perusahaan untuk
mengadakan pembelian mesin baru.
4. Dibutuhkan tenaga kerja yang cakap terutama apabila dibeli mesin yang
mekanismenya tinggi.
E. Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pembelian mesin baru
1. Recurring Cost : biaya yang terus menerus timbul selama mesin
dipergunakan ; biaya upah langsung, biaya upah tidak langsung, tenaga
listrik, biaya pemeliharaan, pajak dan asuransi.

29
2. Non Recurring Cost : biaya-biaya yang dikeluarkan hanya satu kali saja
selama mesin atau peralatan dimiliki ; biaya pembelian, biaya pengangkutan
dan biaya pemasangan mesin tersebut.
F. Metoda-metoda Pemilihan dan Penggantian Mesin.
1. Annual Cost Saving : metoda ini menekankan pada adanya
penghematan(saving) yang diperoleh dari mesin-mesin yang dipilih.
Contoh : Sebuah Perusahaan ingin mengganti mesin lama dengan mesin
yang baru. Adapun data-data mesin lama dan mesin baru sebagai berikut :
Mesin Lama Keterangan Mesin Baru
200.000,- Harga 500.000,-
50.000,- Upah Langsung 15.000,-
25.000,- Upah Tidak Langsung 30.000,-
30.000,- Biaya Maintenance 10.000,-
15.000 Biaya Tenaga Listrik 20.000,-
5.000,- Pajak dan Asuransi 15.000,-
5 % Bunga/tahun 5 %
4 Tahun Umur Ekonomis 10 Tahun
40.000,- Nilai Residu 50.000,-
Dengan menggunakan Annual Cost Saving Approach, apakah akan
mengganti mesin dengan yang baru atau mempertahankan mesin lama.
Untuk menghitung besarnya annual cost saving, terlebih dahulu kita harus
mencari total pengeluaran (total out of pocket expense) dan total biaya
operasi pertahun (total annual operating cost).
2. Total Life Average Method.
Metoda ini menekankan kepada pencarian biaya total rata-rata setiap tahun,
jadi mesin yang memiliki biaya total rata-rata yang terendahlah yang akan
dipilih.
Contoh : Apabila sebuah perusahaan memiliki mesin yang sedang
dipergunakan dalam operasi produksi, yang disebut mesin lama, mempunyai
harga pasar Rp 100.000,- . Perusahaan ingin membeli mesin baru seharga
Rp 500.000. Data-data lain mengenai kedua jenis mesin tersebut adalah
sebagai berikut :
Mesin Lama Keterangan Mesin Baru
100.000,- Harga 500.000,-
2 tahun- Umur (Operating Life) 10 tahun

30
10.000,- Nilai Sisa 50.000,-
46.000,- Biaya Operasi pertahun tidak
termasuk depresiasi
37.000,-
10% Tingkat Bunga 10%
3. Present Wort Method
Dalam metoda ini semua biaya-biaya baik biaya pemilikan (investasi) maupun
biaya operasi dari masing-masing perkirakan dengan nilai sekarang dan
kemudian diperbandingkan.
Contoh : Apabila sebuah perusahaan yang memiliki mesin lama yang berupa
manual stampler, bermaksud hendak menggantikan dengan mesin automatic
stampler. Adapun data-data mesin sebagai berikut :
Mesin Lama Keterangan Mesin Baru
100.000,- Harga 300.000,-
2 tahun- Umur (Operating Life) 4 tahun
40.000,- Biaya Operasi pertahun 30.000,-
Tingkat bunga 10 %.
Jawaban :
Annual Cost Saving
Keterangan Mesin
Lama
Mesin Baru
Upah Langsung 50.000,- 30.000,-
Upah Tidak Langsung 25.000,- 15.000,-
Biaya Maintenance 30.000,- 10.000,-
Biaya Tenaga 15.000,- 20.000,-
Pajak dan Asuransi 5.000,- 15.000,-
Total Out of Pocket 125.000,- 90.000,-
Bunga 10.000,- 25.000,-
Depresiasi 40.000,- 45.000,-
Total Annual Cost per years 175.000,- 160.000,-
Keterangan :
a. Bunga Dari Mesin Lama Rp. 200.000,- x 5% = Rp. 10.000,-
b. Bunga dari Mesin Baru Rp. 500.000,- x 5% = Rp. 25.000,-
c. Depresiasi Mesin Lama dengan Stright Line Method :

is UmurEkonom
sidu Nilai aBeli H
tahun Depresasi
Re arg
/

31
= 40.000
d. Depresiasi Mesin Baru dengan Straight Line Method :
= 45.000
Jadi dengan memilih mesin Baru akan didapat penghematan biaya operasi
sebesar :
Biaya Operasi Mesin Lama = Rp. 175.000,-
Biaya Operasi Mesin Baru = Rp. 160.000,-
Annual Cost Saving = Rp. 15.000,-
Apakah dengan adanya annual cost saving sebesar Rp. 15.000, akan
mendorong untuk menggantikan mesin lama dengan yang baru, untuk
keputusan tersebut harus diperhatikan :
1. Berapa lama modal yang diinvestasikan dalam mesin baru akan kembali,
untuk itu maka harus dihitung Capital Recovery Period
Tahun x
Baru iMe Depresisas Lama Me Depresiasi
aru InvestasiB
CRP 1
sin sin +

Tahun x CRP 1
000 . 45 000 . 40
000 . 200 000 . 500
+

= 3,52 Tahun
2. Apakah Mesin Baru tersebut tidak mengurangi semangat kerja
3. Apakah mesin baru tersebut dapat menampung kemungkinan
pertambahan permintaan
4. Apakah hal lain juga akan menguntungkan dari mesin baru tersebut
Total Life Average Method
Keterangan Mesin Lama Mesin Baru
Total Biaya Operasi selama umur 92.000,- 370.000,-
Total Biaya Depresiasi selama umur 90.000,- 45.000,-

Tahun
tahun Depresasi
4
000 . 40 000 . 200
/

Tahun
tahun Depresasi
10
000 . 50 000 . 500
/

32
Total Bunga selama umur 15.500,- 297.500,-
Total Biaya Selama Umur 197.500,- 1.117.500,-
Biaya Rata-rata pertahun mesin lama =
Biaya Rata-rata pertahun mesin baru =
Keterangan :
a. Biaya Operasi selama umur :
Mesin Lama = 46.000 x 2 tahun = 92.000,-
Mesin Baru = 37.000 x 10 tahun = 370.000,-
b. Total Depresiasi Mesin selama umur :
Mesin Lama : 100.000 10.000 = 90.000,-
Mesin Baru : 500.000 50.000 = 450.000,-
c. Biaya Bunga selama umur
Mesin Lama :
Tahun 1 : 10% x 100.000 = 10.000,-
Tahun 2 : 10% x (100.000-45.000) = 5.500,-
Total Bunga = 15.500,-
Mesin Baru
Tahun 1 : 10% x 500.000 = 50.000,-
Tahun 2 : 10% x (500.000-45.000) = 45.500,-
Tahun 3 : 10% x (500.000-90.000) = 41.000,-
Tahun 4 : 10% x (500.000-135.000) = 36.500,-
Tahun 5 : 10% x (500.000-180.000) = 32.000,-
Tahun 6 : 10% x (500.000-225.000) = 27.500,-
Tahun 7 : 10% x (500.000-270.000) = 23.000,-
Tahun 8 : 10% x (500.000-315.000) = 18.500,-
Tahun 9 : 10% x (500.000-360.000) = 14.000,-
Tahun 10 : 10% x (500.000-405.000) = 9.500,-
Total Bunga selama umur = 297.500,-
Jadi menurut Total Life Average Approach mesin lama masih layak
dipertahankan karena memiliki biaya rata-rata lebih rendah

750 . 98
2
500 . 197

750 . 111
10
500 . 117 . 1

33
Present Wort Method
Persyaratan utama untuk analisis dengan Present Wort Method adalah umur
mesin atau peralatan yang diperbandingkan harus sama. Apabila terjadi umur
mesin atau peralatan tidak sama maka sebelum menganalisis kedua umur
harus disamakan terlebih dahulu dengan cara mesin yang umurnya lebih
pendek dianggap menggunakan dua buah mesin.
Pada metode ini seluruh biay yang terjadi dikalikan dengan Nilai sekarang
(Present Value).
Present Value dapat dicari dengan rumus :
dimana :
i = tingkat bunga
n = umur mesin
atau dilihat dalam tabel nilai sekarang dari sejumlah uang Rp. 1
Mesin Baru
Nilai Sekarang dari Automatic Stampler 300.000
Nilai Sekarang dari biaya Operasi :
Tahun I 30.000 x 0.9091 27.273
Tahun II 30.000 x 0.8264 24.792
Tahun III 30.000 x 0.7513 22.539
Tahun IV 30.000 x 0.6830 20.490
Total Biaya Automatic Stampler Baru dengan PV 395.094
Biaya Rata-rata pertahun dengan nilai sekarang :
Mesin Lama
Nilai Sekarang Manual Stampler I 100.000
Nilai sekarang dari biaya operasi Manual Stampler I

( )
n
i
PV
+

1
1
50 , 773 . 98
4
094 . 395

34
Tahun I 40.000 x 0.9091 36.364
Tahun II 40.000 x 0.8264 33.056
Nilai sekarang Manual Stampler II
100.000 x 0,8264 82.640
Nilai sekarang dari biaya operasi Manual Stampler II
Tahun I 40.000 x 0.7513 30.052
Tahun II 40.000 x 0.6830 27.320
Total Biaya Automatic Stampler Lama dengan PV 309.432
Biaya Rata-rata pertahun dengan nilai sekarang :
Jadi menurut present wort method mesin lama masih menguntungkan untuk
dipakai karena memiliki biaya yang lebih rendah.

358 . 77
4
432 . 309

35
BAB IV
PERENCANAAN FASILITAS
Kompetensi

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa memiliki kompetensi :
1. Tujuan dan proses Perencanaan Fasilitas
2. Perencanaan Lokasi Perusahaan
3. Perencanaan Bangunan Perusahaan
4. Perencanaan Tata Letak Fasilitas
5. Perencanaan sistem material handling
6. Perencanaan Penerangan, suara ribut dan udara dalam pabrik
Perencanaan fasilitas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sebelum
dan setelah perusahaan beroperasi. Perencanaan fasilitas mempunyai
subjek yang luas dan dapat diterapkan dalam berbagai jenis bidang, misalnya
untuk perencanaan suatu produk baru, perkantoran, penambahan bagian
pada suatu rumah sakit, atau perluasan ruang tunggu disuatu pelabuhan
udara.
Secara umum tujuan perencanaan fasilitas adalah :
1. Menunjang tujuan organisasi melalui peningkatan material handling dan
penyimpanan.
2. Menggunakan tenaga kerja, peralatan, ruang, dan energi secara efektif.
3. Meminimalkan investasi modal
4. Mempermudah pemeliharaan
5. Menigkatkan keselamatan kerja
Berdasarkan klasifikasinya perencanaan fasilitas dapat dibagi kedalam :
A.Penentuan Lokasi Pabrik ( Plant Location )

36
B.Perencanaan Bangunan Pabrik ( Planning the Building )
C. Penyusunan Peralatan Pabrik ( Plant Lay Out )
D. Material Handling
E.Penerangan, suara ribut dan udara dalam pabrik ( Industrial Ligthing,
Noise and Plant Climate )
A. Plant Location
Tujuan Penentuan lokasi suatu perusahaan dengan tepat ialah untuk dapat
membantu perusahaan beroperasi dengan lancar, efektif dan efisien.
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
1. Faktor-faktor Utama ( Primary Factors )
2. Faktor-faktor Sekunder ( Secondary Factors )
1. Faktor - faktor Utama (Primary Factors)
Faktor -faktor utama adalah faktor-faktor yang langsung mempengaruhi tujuan
utama perusahaan. Faktor-faktor yang termasuk dalam faktor utama yang
perlu diperhatikan adalah :
a. Letak dari pasar
b. Letak dari sumber-sumber bahan mentah
c. Terdapat Fasilitas pengangkutan
d. Supply dari buruh atau tenaga kerja yang tersedia
e. Terdapatnya pembangkit tenaga listrik (power station)
2. Faktor - faktor sekunder (Secondary Factors)
Walaupun faktor-faktor selain dari faktor-faktor utama dinyatakan sebagai
faktor sekunder, tetapi dalam beberapa hal untuk perusahaan tertentu bisa
mempunyai arti penting. Faktor-faktor sekunder antara lain :
a. Rencana masa depan
b. Biaya dari tanah dan gedung, terutama dalam hubungannya dengan
rencana masa depan.
c. Kemungkinan perluasan

37
d. Terdapatnya fasilitas service
e. Water Supply (persediaan air)
f. Tinggi rendahnya pajak dan undang-undang perburuhan
g. Masyarakat di daerah tersebut (sikap, besar dan keamanan)
Dalam perencanaan lokasi perusahaan dikenal daerah yang disebut suburban
area. Suburban Area adalah daerah pinggiran kota besar atau kota-kota kecil
yang berada dekat kota besar.
Daerah suburban menarik perusahaan untuk menempatkan pabrik atau
industri-industri terutama setelah terdapatnya mesin-mesin material handling.
Akibat adanya pengaruh dari suburban area ini, maka terdapat gejala-gejala
penyebaran pabrik-pabrik di daerah-daerah sehingga menimbulkan aspek
desentralisasi perusahaan.
Keuntungan-keuntungan daerah suburban area :
1. Upah buruh relatif lebih murah dari pada di kota besar
2. Letaknya relatif dekat dengan pasar dari pada daerah-daerah luar kota.
3. Harga tanah relatif lebih murah dibandingkan dengan di kota besar.
4. Terdapatnya alat transportasi untuk mengangkut barang ke kota besar.
5. Dekat dengan service industries yang umumnya terdapat di kota-kota besar.
6. Tidak perlu membangun atau mendirikan pembangkit tenaga listrik sendiri
karena listrik kota besar biasanya dapat dengan mudah mencapai daerah ini
dari pada daerah luar kota.
7. Pajak-pajak pada umumnya lebih rendah dari pada di kota besar.
8. Biaya-biaya gedung relatif lebih murah.
9. Adanya persediaan tenaga kerja yang besar dibandingkan dengan daerah-
daerah di luar kota.
10. Hanya sedikit waktu dan usaha yang dikeluarkan untuk pergi dan pulang
dari pekerjaan.
11. Sedikit pembolosan, karena kesempatan kerja di daerah ini kurang.
12. Adanya labour relation yang lebih akrab.
Tahap - tahap dalam memilih lokasi pabrik
Tahap Pertama : Melihat kemungkinan daerah -daerah mana yang dapat
ditentukan sebagai daerah-daerah alternatif dengan melihat
ketentuan dari pemerintah.

38
Yang perlu dipertimbangkan dalam tahap ini adalah : jenis
proses produksi dan jenis barang yang akan menentukan
spesifikasi umum dari pabrik yang berhubungan dengan
tenaga kerja, pengangkutan dan sebagainya.
Tahap Kedua : Melihat pengalaman orang lain atau pengalaman kita sendiri
dalam menentukan lokasi pabrik.
Tahap Ketiga : Mempertimbangkan dan menilai masyarakat dari daerah-
daerah yang pada tahap kedua telah dipilih untuk daerah
lokasi pabrik karena dianggap paling menguntungkan.
setelah melalui ketiga tahap tersebut selanjutnya dilakukan penilaian terhadap
alternatif daerah yang dipilih. Untuk menilai daerah-daerah tersebut digunakan
tiga metoda penilain yaitu :
1. Metoda Penilaian Hasil Values.
Dalam Metoda ini semua faktor-faktor yang dianggap penting dinilai untuk
masing-masing lokasi, kemudian lokasi yang mempunyai nilai (values) yang
tertinggi yang kita pilih.
Faktor yang dianggap penting untuk menilai masing-masing lokasi misalnya
dalam hal in ada 6 faktor : Pasar, Bahan Baku, Tanaga Kerja, Tenaga Listrik
dan Iklim.
Tabel 1. PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT DIUKUR DALAM
PEMILIHAN SUATU PLANT SITE UNTUK PABRIK TAPIOKA.
Kebutuhan Pabrik Nilai Ideal Jakarta Bandung Tanjung
Karang
Pasar 35 35 30 25
Pengangkutan 25 25 25 20
Bahan Baku 15 5 12 15
Tanaga Kerja 10 8 10 8
Tanaga Listrik 10 10 10 8
Iklim 5 5 4 4
Jumlah 100 88 91 80
Dari tabel di atas lokasi yang dipilih adalah B dengan nilai 91
2. Metoda Perbandingan Biaya.
Biaya-biaya atau cost yang diperbandingkan untuk pemilihan lokasi pabrik
dapat dibagi atas 3 bagian yaitu :

39
1. Biaya bahan /harga bahan
2. Biaya pengolahan
3. Biaya distribusi
Tabel 2. Perhitungan Biaya Sampai barang diserahkan kepada pelanggan
untuk berbagi lokasi Pabrik
Jenis Biaya A B C D
Bahan Baku 50,- 40,- 35,- 30,-
Bahan Bakar dan Tenaga 15,- 15,- 20,- 25,-
Biaya-biaya pengerjaan/operasi :
Tenaga Kerja Pabrik & Pengawas 20,- 15,- 20,- 20,-
Laboratorium Reparasi 10,- 10,- 15,- 15,-
Biaya-biaya lainnya :
Administrasi 5,- 8,- 10,- 10,-
Asuransi 5,- 5,- 5,- 5,-
Pajak 4,- 4,- 4,- 4,-
Bunga Pinjaman 3,- 3,- 3,- 3,-
Pengepakan Karung 4,- 4,- 4,- 4,-
Biaya Penjualan 5,- 7,- 10,- 8,-
Biaya Pengangkutan ke pasar 5,- 8,- 15,- 10,-
Jumlah 126,- 119,- 141,- 134,-
3. Economic Analisis
Suatu analisis mengenai biaya-biaya operasi pada msing-masing alternatif
ditambah dengan penilaian atas faktor-faktor intangibles yang relevan.
Keterangan Kota A Kota B Kota C
Biaya sewa 20.000,- 10.000,- 10.000,-
Biaya Tenaga Kerja 135.000,- 130.000,- 160.000,-
Biaya Pengangkutan 81.000,- 64.000,- 28.000,-
Pajak 3.500,- 2.000,-
Biaya Operasional Total 242.000,- 213.500,- 206.000,-
Sikap Masyarakat Acuh tak acuh Menghendaki
Usaha ini
Acuh tak acuh
Perumahan Pegawai Sangat Baik Cukup Kurang
Dari tabel terlihat bahwa dengan hasil perhitungan dan perbandingan dalam
economic analisis, maka pemilihan lokasi perusahaan akan jatuh pada kota
C. Akan tetapi bila kita perhitungkan intangible factors, maka pilihan akan
jatuh pada kota B.

40
B. Perencanaan Bangunan Pabrik
Suatu bangunan yang direncanakan dengan baik akan memberikan
keuntungan tertentu diantaranya :
1 . Mengurangi Work In Process
2 . Menekan biaya pemindahan bahan-bahan (Material Handling)
3 . Menekan biaya penyimpanan
4 . Mengurangi waktu pengerjaan
5 . Menyederhanakan prosedur pengawasan atas pengolahan dan pegawai
6 . Mengurangi biaya biaya pemeliharaan
7 . Mengurangi kemacetan-kemacetan dan gangguan - gangguan atas
pekerjaan.
8 . Memperbesar fleksibilitas dan kegunaan dari pabrik
9 . Mengurangi upah dan biaya-biaya untuk melatih buruh
10. Memperbesar kesenangan kerja dan mempertinggi moril para pekerja serta
mengurangi turn over buruh.
Jenis-jenis Bangunan (Types Of Building)
1. Gedung yang tidak bertingkat dengan berbagai macam susunan/bentuk
atap.
2. High bay dan monitor types.
3. Gedung yang bertingkat.
4. Gedung dengan bentuk khusus/tertentu (special types)
Pertimbangan dalam pembuatan Design Bangunan (Building Design)
1. Fleksibilitas
2. Kemungkinan perluasan/ekspansi.
3. Fasilitas bagi para karyawan.
4. Fasilitas bagi kendaraan maupun tempat-tenmpat lain.
5. Perlindungan terhadap bahaya kebakaran dan keamanan para pekerja.
6. Hal-hal yang dapat merusak kesehatan.
7. Kekuatan dan kapasitas lantai.
8. Hal-hal lain.
Cara-cara Memperoleh Fleksibilitas Gedung
1. Ruangan yang cukup luas sesuai dengan kebutuhan.
2. Loteng yang tinggi, sehingga ada udara segar dalam pabrik dan agar ban
berjalan dapat dipasang.

41
3. Lantai gedung harus cukup kuat.
4. Penempatan mesin pada tempat yang mudah dipindah-pindahkan.
5. Bentuk/dan type gedung. Bentuk gedung yang persegi empat dan susunan
peralatan (Lay Out) disesuaikan dengan bentuk yang sudah ada. Pada
umumnya fleksibilitas diperoleh pada gedung yang bertingkat.
C. Plant LayOut
Definisi :
(1) Plant Lay Out adalah suatu perencanaan lantai untuk menentukan dan
menyusun fasilitas-fasilitas fisik untuk membuat produksi.
(2) Plant Lay Out adalah suatu gambaran visuil mengenai susunan fasilitas-
fasilitas fisik untuk membuat produk.
Maksud dan Tujuan :
1. Meningkatkan Pelayanan Bagi Langganan :
a. Cepat dan Dipercaya.
b. Mutu Lebih Baik
2. Mengurangi Biaya-biaya Produksi :
a. Biaya Material Handling
b. Biaya Buruh
c. Biaya Overhead
d. Biaya Scrap dan Waste.
3. Mempercepat Perputaran Uang :
a. Aliran Proses Lebih Cepat.
b. Meningkatkan Efektivitas Mesin-mesin dan Orang
c. Inventory Turn Over Tinggi.
4. Meningkatkan semangat kerja :
a. Penggunaan Tenaga Fisik Berkurang.
b. Kecelakaan-kecelakaan berkurang
c. Kondisi Kerja Lebih Baik
d. Kebanggan Timbul.
Faktor - Faktor Yang dipertimbangkan
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menyusun Lay Out adalah :
1. Bahan Baku ( Material)
2. Mesin (Machine)

42
3. Orang (Men)
4. Pemindahan (Movement)
5. Menunggu
6. Pelayanan
7. Gedung
8. Perubahan - perubahan
Jenis-jenis Lay Out :
1. By Process
Dalam Process Lay Out semua mesin dan peralatan yang sama
ditempatkan/dikelompokan dalam suatu area atau department yang sama.
Jadi hanya terdapat satu jenis proses di setiap bagian.
Keuntungan-keuntungan Process Lay Out
a. Investasi yang lebih rendah didalam equipment (mesin-mesin), oleh
karena dalam process lay out ini duplication of machinery kurang, dan
lebih memungkinkan untuk menggunakan mesin pada tingkat
penggunaan yang cukup tinggi karena mengerjakan satu jenis pekerjaan
saja.
b. Sangat fleksible, karena mesinnya general purpose machine, sehingga
dapat mengikuti dengan cepat perubahan dari satu jenis produk ke jenis
lain.
c. Manufacturing cost biasanya rendah, karena walaupun ragamnya banyak,
tetapi jumlahnya sedikit.
d. Perusahaan yang memakai process lay out ini tidak mudah berhenti
produksinya atau terhenti sama sekali (shut down), karena bila satu
mesin rusak maka pekerjaan dapat dilakukan dengan mesin yang ada di
sampingnya, sehingga tidak mengganggu order lainnya. Disamping itu
juga biasanya terdapat persediaan diantara bagian-bagian untuk menjaga
kelancaran produksi.
e. Karena mesinnya general purpose, maka ada incentive untuk
memperbaiki hasil pekerjaannya, sebab apa yang dikerjakan oleh satu
bagian dapat langsung terlihat, sedang pada product lay out ini tidak
nampak.
Kelemahan Process Lay Out

43
a. Pekerjaan untuk routing, scheduling dan cost accounting sukar, karena
setiap kali order baru, maka semua perencanaan harus dikerjakan
kembali, sehingga pekerjaanya banyak sekali.
b. Didalam process lay out, material handling dan material transportasi cost
tinggi, karena biasanya di sini kita tidak bisa menggunakan ban berjalan
(conveyer) atau mesin-mesin yang otomatis. Akibatnya bahan-bahan
bergerak lambat sekali dan inventory dari product yang dikerjakan terlalu
besar, sehingga memerlukan gudang yang luas.
c. Koordinasi dan pengawasan sukar, karena terdapatnya variasi dari
manufacturing dan biasanya process in time lebih lama. Juga inspection
perlu lebih tinggi, karena setiap product yang dikerjakan harus diperiksa
kembali.
2. By Product
Product lay out ialah keadaan di mana mesin-mesin dan fasilitas
manufacturing yang lain diatur menurut urutan-urutan (sequence) dari proses
yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu product. Oleh karena itu bagian-
bagian yang ada menjadi bagian pengerjaan suatu product ( a product
manufacturing department)
Keuntungan-keuntungan product lay out
a. Dapat digunakan alat-alat (mesin-mesin) yang otomatis. Dalam product
Lay out biasanya digunakan special purpose machine.
b. Dapat digunakan ban berjalan, karena rute dari bahan-bahan sudah fixed
(tertentu), sehingga material handling lebih cepat dan material handling
cost lebih rendah (murah), serta inventory lebih kecil.
c. Pengawasan mesin-mesin lebih mudah dan production control
disederhanakan, karena route dari bahan-bahan telah fixed dan dapat
disederhanakan.
d. Inspeksi yang diperlukan lebih sedikit
e. Kebutuhan material dapat dischedule lebih tepat. Hal ini sangat
dibutuhkan terutama dalam peningkatan kapasitas produksi.
Kelemahan-kelemahan product lay out :
a. Pekerjaan mudah terhenti, karena jika pekerjaan terhenti pada suatu titik
atau mesin tertentu, maka seluruh pekerjaan akan terhenti pada ketika itu
juga.

44
b. Karena sifatnya tidak fleksible, maka kalau terjadi perubahan-perubahan
akan memakan biaya yang besar. Oleh karena itu product lay out
biasanya kurang cocok untuk memprodusir barang-barang yang design-
nya berubah-ubah.
c. Rate of output sudah fixed.
d. Sifat pekerjaan adalah satu irama saja (monotonous), sehingga dapat
membosankan dan akibatnya setelah bosan, maka efisiensi pekerjaan
menurun.
e. Investasi tinggi, karena penggunaan special purpose machine dan
conveyer, dimana sering terdapat duplication of machinery, karena
mesin-mesin yang kerjanya part time harus ditempatkan disemua
department.
3. Fixed Position
Didalam lay out macam ini mesin-mesin, alat-alat, bahan baku dan orang-
orang mendatangi produk yang akan dibuat.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menyusun lay out :
1. Product yang dihasilkan.
2. Urutan produksinya.
3. Kebutuhan akan ruangan yang cukup luas.
4. Peralatan / mesin-mesin itu sendiri.
5. Maintenance dan Replecement.
6. Adanya keseimbangan kapasitas.
7. Minimum Movement.
8. Aliran (flow) dari material.
9. Employee area.
10. Service area.
11. Waiting area.
12. Plant Climate.
13. Fleksibility.
Cara melakukan Plant Lay Out.
Pekerjaan lay out tidak dapat dikerjakan sendiri oleh satu orang. Pekerjaan ini
membutuhkan suatu usaha dan pemikiran bersama dan terkoordinir baik antara
semua bagian-bagian di dalam pabrik.
Dalam melakukan Plant Lay Out ini ada beberapa tahapan yang akan dilalui,
yaitu :

45
1. Plant Inventory
Tahap pertama di dalam menentukan lay out sebuah pabrik yang baru,
ataupun mengubah lay out yang telah ada adalah membuat :
a. Daftar Mesin.
b. Ukuran Mesin.
c.Gambar-gambar mesin
2. Group Outline : Di dalam gambar perlu diperhatikan pula macam-macam
mesin secara kelompok, terdiri dari mesin-mesin yang sama dan ukuran
yang sama.
3. Alat-alat pembantu : seperti lori, tool boxes, standar dll.
4. Methode Invesgation :Dari hasil method study, lay out suatu mesin, operator
dan alat-alat pembantu dapat digambarkan dan diskala.
5. Daerah mesin.
6. Machine Blok Plan
7. Shop Floor lay out.
E. Material Handling
Meterial Handling adalah suatu seni dan ilmu pengetahuan mengenai
pemindahan, pengepakan dan penyimpanan semua bentuk material (bahan).
Material Handling bisa juga dikatakan sebagai kegiatan mengangkat,
mengangkut, dan meletakan bahan-bahan/barang-barang dalam proses di
dalam pabrik, kegiatan mana dimulai dari sejak bahan-bahan masuk atau
diterima di pabrik sampai pada saat barang jadi/produk akan dikeluarkan dari
pabrik.
Maksud dan Tujuan
1. Menghemat Penggunaan luas lantai
2. Mengurangi beban manusia dan kecelakaan
3. Meningkatkan semangat kerja
4. mengurangi biaya handling
5. Mengurangi biaya overhead
6. Mengurangi biaya produksi
Dasar -dasar perencanaan :

46
1. Kombinasikan / hindarkan
2. Pendekan / Luruskan
3. Bahan dekat pada tempat pekerjaan
4. Bahan berada ditempat pekerjaan, sebelum dikerjakan
5. Utamakan pemindahan orang dari pada pemindahan barang.
Faktor-faktor Pertimbangan Fisik
1. Macam Bahan yang diangkut
2. Asal bahan
3. Tujuan bahan
4. Satuan berat & ukuran bahan
5. Jarak ditempuh
6. Jumlah Operator yang diperlukan
7. Waktu Per trip
8. Satuan beban Uniform dalam berat & Uniform dalam ukuran
9. Apakah kecepatan pengadaan dari asal sama dengan kecepatan
penyerahan.
10. Apakah ada cross traffic
11. Apakah route berbeda
12. Apakah route didalam suatu gedung atau tidak
Peralatan Material Handling.
Peralatan Material Handling yang biasanya dipergunakan dalam suatu
perusahaan pabrik dapat dibedakan atas 2 macam, yaitu :
1. Fixed Path Equipment : peralatan handling yang sudah tetap (fixed)
digunakan suatu proses produksi, dan tidak dapat digunakan untuk maksud-
maksud lain.
Sifat-sifat dari fixed path equipment ialah :
1. biasanya tergantung atau ditentukan oleh proses produksi
2. Sifatnya sudah tetap tidak fleksible
3. mesin-mesin atau peralatan ini biasanya menggunakan tenaga
listrik
Contoh fixed path equipment adalah :
a. Ban berjalan (Conveyer)
b. Derek ( Cranes)

47
c. Lift (elevator)
d. Kereta Api
2. Varied Path Equipment : yaitu peralatan material handling yang sifatnya
fleksible dapat dipergunakan untuk mermacam-macam tujuan dan tidak
khusus untuk mengangkut atau memindahkan bahan-bahan/barang-barang
tertentu.
Sifat dari varied path equipment ialah :
1. biasanya tidak tergantung pada proses produksi
2. dapat dipergunakan bermacam-macam operasi
3. mesin atau peralatan semacam ini biasanya digunakan dengan
kekuatan tenaga manusia atau tenaga motor, seperti :
a. bermacam-macam truk
b. forktruck atu forklift
c. Kereta dorong
Faktor-faktor Material Handling yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan
Peralatan Pabrik ( Plant Lay Out )
1. Disediakan gang-gang kecil atau ruang gerak yang cukup lebar untuk
menempatkan dengan aman jenis-jenis peralatan mekanis, dan dapat
menampung muatan yang terbesar yang diharapkan serta cukup bagi tempat
bergerak orang-orang yang berjalan sejajar.
2. Menyediakan tempat atau ruangan yang cukup untuk berjalannya pekerjaan,
sehingga dapat dihindarinya re-handling sebelum pengolahan dilakukan.
3. Menyimpan barang agar supaya barang tersebut tetap dalam keadaan yang
baik untuk dikerjakan.
4. Jangan sekali-kali meletakan bahan-bahan lepas di atas lantai, kecuali bila
dapat dihindarkan sama sekali, karena hal ini membutuhkan pekerjaan
dengan tangan untuk mengangkut dan membongkar bahan-bahan tersebut
setiap kali dipindahkan.
5. Meniadakan kamar-kamar penyimpanan yang terpencil dan dipagari dimana
mungkin kecuali :
a. bahan-bahan harus disimpan secara teliti sekali
b. bahan-bahan mudah hilang, rusak atau dicuri

48
c. bahan-bahan tidak segera dapat diperoleh.
6. Mengadakan suatu sistem pemindahan barang-barang sisa atau scrap dan
bahan-bahan bekas yang dibuang.
7. Merencanakan pos-pos pengawasan sebagai suatu bagian dari arus
pekerjaan.
8. Menghindarkan semua gerakan yang menyilang (zig-zag) yang melalui arus
yang berlaku umum (general line of flow)
9. Merencanakan pekerjaan-pekerjaan pengepakan pada akhir aliran atau arus
pekerjaan untuk menghindarkan pekerjaan pengepakan dan pengangkutan
kembali.
10. Dalam merencanakan tempat-tempat penerimaan dan pengiriman barang,
kekuatan lantai harus dibuat sedemikian rupa, sehingga memudahkan
masuknya kendaraan pengangkut/pemindah barang.
11. Apabila bahan tidak membutuhkan perlindungan terhadap udara,
sebaiknya memakai tempat penyimpanan lapangan untuk menghemat
tempat penyimpanan yang ada didalam ruangan. Penyimpana lapangan
harus direncanakan sehingga bahan-bahan dapat diangkut dalam unti loads
dengan truk dan katrol dan dengan tenaga kerja yang seminimum mungkin.
F. Penerangan, Suara Ribut dan Udara dalam Pabrik
Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja
1. KEBERSIHAN / KESEHATAN
2. KEAMANAN / KESELAMATAN
3. PENERANGAN
4. VENTILASI
5. WARNA
6. KEGADUHAN
7. TATA RUANG
Penerangan Pabrik
Keuntungan yang diperoleh dari adanya penerangan yang baik

49
1. Menaikan produksi dan menekan biaya
2. memperbesar ketepatan sehingga akan memperbaiki kualitas dari barang
yang dihasilkan.
3. Meningkatkan pemeliharaan gedung dan keberhasilan pabrik secara umum.
4. Mengurangi tingkat kecelakaan.
5. Memperbaiki moral para pekerja.
6. Lebih mudah untuk melihat, sehingga memudahkan untuk melanjutkan
kegiatan produksi oleh para pekerja terutama para pekerja yang telah tua
umurnya dan mengurangi ketegangan mata.
7. Penggunaan ruang lantai yang lebih baik.
8. Mengurangi turn over buruh.
9. Mengurangi terjadinya kerusakan dari barang-barang yang dikerjakan dan
mengurangi hasil yang perlu dikerjakan kembali.
Ciri - ciri Penerangan yang baik
1. Sinar / cahaya yang cukup.
2. Sinar yang tidak berkilau atau menyilaukan.
3. Tidak terdapat kontras yang tajam.
4. Cahaya terang.
5. Distribusi cayaha yang merata.
6. Warna yang sesuai.
Sumber-sumber Penerangan :
Penerangan bagi suatu perusahaan ada yang merupakan penerangan alam
dan ada yang penerangan buatan (artificial).
Sumber Penerangan buatan berasal dari :
1. Lampu pijar
2. Lampu Mercury
3. Lampu Neon

50
BUNYI RIBUT
Bunyi ribut adalah suara yang tidak diinginkan. Bunyi ribut ini perlu
dipertimbangkan, karena dapat menganggu kesenangan kerja, merusak
pendengaran, dan menimbulkan komunikasi yang salah.
Tujuan pengaturan suara atau bunyi ribut ini adalah untuk menjaga kelancaran
pekerjaan pegawai dan memelihara pendengaran pegawai serta adanya
keadilan dalam suara ini.

PENERANGAN
YANG BAIK
MENGAKIBATKAN
1. KETEGANGAN MATA BERKURANG
2. MEMUDAHKAN PENGLIHATAN
3. MEMUDAHKAN PENGUSAHAAN KEBERSIHAN/KEINDAHAN
4. MENINGKATKAN KETELITIAN/MUTU
5. MENIMBULKAN SEMANGAT/GAIRAH KERJA
6. PENGGUNAAN LUAS LANTAI YANG EFISIEN
7. MENGURANGI KECELAKAAN
PRODUKTIVITAS NAIK
51
KEADAAN UDARA
Pengaturan keadaan ruang/tempat berarti memperbaiki efesiensi buruh, tidak
cepat lelah dan kegembiraan karyawan/buruh bekerja dalam suatu pabrik yang
bersih tenang dan bebas dari suhu, kelembaban, kebersihan dan penyaluran
atas udara yang ada dalam pabrik.
Salah satu sistem yang penting dalam hal ini adalah Air Conditioning (A.C).
VENTILASI / A.C

KEGADUHAN
MENIMBULKAN
JENGKEL LEKAS LETIH
KONSENTRASI
BERKURANG
KESALAHAN
KESALAHAN
TAK PRODUKTIF
52
WARNA
Warna dapat mempengaruhi terhadap
1. Perasaan
a. merah, orange, kuning ................................ Panas
b. biru, hijau ....................................................... dingin
2. Dorongan (semangat) bertindak
a. merah ..................................................... mengadakan aksi
b. orange, kuning ....................................... menjadi ringan
c. biru ......................................................... menentang

SUASANA NYAMAN
DITENTUKAN OLEH
KEGEMBIRAAN
KERJA
PRODUKTIVITAS NAIK
MENGAKIBATKAN
JUMLAH UDARA
BERSIH
SUHU UDARA
TERTENTU
KELEMBABAN
UDARA
53
3. Penerangan
a. putih memantulkan cahaya .................. 30%
b. hijau memantulkan cahaya ................... 20%
c. Abu-abu tua memantulkan cahaya ....... 10%
4. Suasana dalam Pabrik
a. Dinding abu + mesin biru ...................... kombinasi dingin
b. dinding abu + mesin hijau ..................... kombinasi netral
c. dinding ros + mesin hijau ..................... kombinasi panas

54

KEBERSIHAN / KESEHATAN
TAK SEHAT TAK BERSIH
TAK PRODUKTIF
SEMANGAT KERJA
BERKURANG
KEMAJUANKERJA
BERKURANG
PERASAAN TAK
TENANG
ENERGI KERJA
BERKURANG
55
KEAMANAN / KESELAMATAN



TIDAK AMAN
KESELAMATAN
KURANG
TERJAMIN
PERASAAN
KUATIR
MUDAH TERJADI
KECELAKAAN
STAGNASI
KONSENTRASI
BERKURANG
TAK PRODUKTIF
56
TATA RUANGAN
BAB V
TIME & MOTION STUDI

TATA RUANGAN YANG TAK BAIK
MENGAKIBATKAN
1. KETIDAK LELUASAAN
2. KELAMBATAN-KELAMBATAN
3. KECELAKAAN-KECELAKAAN
4. KEJENGKELAN-KEJENGKELAN
5. KELETIHAN-KELETIHAN
TAK PRODUKTIF
57
Kompetensi
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan Definisi Time and Motion Study
2. Menjelaskan gerakan gerakan dasar yang ekonomis
3. Menjelaskan tentang pentingnya pengukuran waktu standar
4. Menjelaskan dan mengetahui cara menghitung waktu standar
Time Studi adalah suatu teknik yang dipergunakan untuk mempelajari,
mencatat dan menganalisa waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan.
Motion Studi adalah suatu teknik untuk mencatat, mempelajari dan
menganalisa tentang beberapa gerakan bagian badan dari pekerja ( operator)
pada saat menyelesaikan pekerjaan.
Didalam motion studi dikenal 17 gerakan telaah dasar yang disebut
THERBLIG.
Menurut Gilbreth, ke 17 gerakan tersebut adalah :
1. Mencari
2. Memiliki
3. Memegang
4. Menjangkau
5. Membawa
6. Memegang untuk memakai
7. Melepas
8. Pengarahan
9. Pengarahan Sementara
10. Memeriksa
11. Merakit
12. Lepas Rakit
13. Memakai
14. Kelambatan yang tidak dapat dihindari
15. Kelambatan yang dapat dihindari
16. Merencanakan
17. Istirahat untuk menghilangkan keletihan.
Prinsip - prinsip Ekonomi Gerakan :

58
1. Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri gerakan pada saat yang
sama.
2. Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama kecuali
istirahat.
3. Gerakan kedua tangan akan lebih mudah jika satu terhadap yang lain
simetris dan berlawana arah.
Time Study
Waktu Baku adalah waktu yang secara wajar dibutuhkan oleh seseorang
pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam
sistem kerja yang baik.
Adapun teknik dan pengukuran waktu secara garis besarnya dibagi 2 yaitu :
a. Pengukuran Waktu secara langsung.
b. Pengukuran Waktu secara tidak langsung.
Waktu siklus / waktu daur adalah waktu penyelesaian satu satuan produk sejak
bahan baku mulai diproses ditempat kerja yang bersangkutan.
Waktu Standar atau Waktu Baku dapat dihitung dengan 2 cara :
Cara Pertama :

59
Waktu Pengamatan
Waktu Rata-rata
+ Rating Factor - Skill
- Effort (usaha)
- Conditions
- Consistency
Waktu Normal
+ Allowance Factor - Istirahat
- Merokok
- Ke WC
- Menerima Instruksi
Waktu Baku / Standar
+ Policy Factor
- Suhu Udara
- Cuaca
Waktu yang diizinkan
Cara Kedua :

Waktu Baku = Waktu Rata ( RF) (AF)
RF = Rating Factor = 1 + % Rating
AF = Allowance Factor = 1 + % Allowance
PF = Policy Factor = 1 + % Policy
Contoh :
Pengamatan ke Waktu Pengamatan (menit)
1 10
2 9
3 9,5
4 10
5 10,5
6 10
7 9
8 9,5
9 11
10 10,5
Total Waktu 99,00
Keterampilan 2,5 % Menerima Instruksi 1.0%
Usaha 1,5% Suhu Udara 0,5%

60
Kondisi 0,5% Cuaca 1.0%
Konsistensi 1,0% Ke WC 3.0%
Istirahat 1.0%
Merokok 1,5%
Ditanya : Tentukan Waktu baku dan waktu yang diizinkan.
BAB VI
MAINTENANCE
Kompetensi


61
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu menjeskan :
1. Definisi Maintenance
2. Tujuan dan fungsi maintenance
3. Jenis-jenis maintenance
4. Tugas-tugas dan kegiatan maintenace
Maintenance dapat diartikan sebagai kegiatan untuk memelihara atau menjaga
fasilitas/peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau
penyesuaian/penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan
operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan.
Tujuan Utama Fungsi Pemeliharaan :
1. Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana
produksi.
2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang
dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak
terganggu.
3. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang diluar
batas dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama
waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijakan perusahaan mengenai
investasi.
4. Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin, dengan
melaksanakan kegiatan maintenan secara efektif dan efisien
keseluruhannya.
5. Menghindari kegiatan maintenance yang dapat membahayakan
keselamatan para pekerja.
6. Mengadakan suatu kerja sama yang erat dengan fungsi-fungsi utama
lainnya dari suatu perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama
perusahaan, yaitu tingkat keuntungan atau return of invesment yang sebaik
mungkin dan total biaya yang terendah.

62
Dalam upaya mencapai efektivitas pemeliharaan mesin dan seluruh fasilitas
produksi secara optimum, maka kegiatan maintenance dibagi menjadi 5
kegiatan pokok yaitu :
1. Mechanical Maintenance
2. Electrical Maintenance
3. Instrument Maintenance
4. Electric Power Maintenance
5. Workshop
Jenis-jenis Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan oleh perusahaan dapat dibedakan
dalam dua macam yaitu : Preventive Maintenance dan Corrective Maintenance.
1. Preventive Mainatenance
Preventive Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak
terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan
fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses
produksi.
Dalam Prakteknya preventive maintenance yang dilakukan oleh suatu
perusahaan pabrik dapat dibedakan atas : Routine Maintenance dan Periodic
Maintenace
2. Corrective Maintenance
Corrective atau Breakdown Maintenance dimaksudkan adalah kegiatan
pemeliharaan pada fasilitas atau peralatan setelah terjadi suatu kerusakan
atau kelainan pada fasilitas atau peralatan sehingga tidak dapat berfungsi
dengan baik.

63
Kegiatan Corrective Maintenance ini sering disebut dengan kegiatan
perbaikan atau reparasi.
Tugas - tugas atau Kegiatan -kegiatan Pemeliharaan
1. Inspeksi (Inspection)
2. Kegiatan Teknik (Engineering)
3. Kegiatan Produksi (Production)
4. Kegiatan Administrasi (Clerical Work)
5. Pemeliharaan Bangunan (Housekeeping)
BAB VII
PERAMALAN (FORCASTING)
Kompetensi

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa memiliki kompetensi :
1. Pengertian Peramalan
2. Manfaat peramalan bagi perusahaan

64
3. Proses pembuatan peramalan
4. Metoda-metoda peramalan
5. Membuat peramalan
Definisi Peramalan :
1. Peramalan adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan tentang
kemungkinan yang akan terjadi dimasa yang akan datang. misalnya ;
peramalan permintaan, peramalan cuaca, peramalan nasib, peramalan jodoh
dan lain-lain.
2. Peramalan adalah suatu proses perkiraan mengenai kegiatan-kegiatan yang
akan terjadi dimasa yang akan datang dengan menggunakan metoda
statistika dan berdasarkan data masa lalu maupun data masa kini.
Manfaat Peramalan :
a. Dapat meningkatkan hubungan kerja.
b. Dapat memaksimalkan pengaturan material
c. Dapat meningkatkan penggunaan modal dan fasilitas
d. Dapat meningkatkan pelayanan pada langganan
PROSES PERAMALAN

65


METODA RUNTUT WAKTU
Didalam membuat peramalan berdasarkan data runtut waktu maka terlebih
dahulu kita harus memperhatikan tentang pola data terlebih dahulu :
a. Pola Data Konstan / stabil ; Rumus ;

KEADAAN
LINGKUNGAN
KEADAAN
TEKNOLOGI
INFORMASI
PERMINTAAN
KEPUTUSAN PERAMALAN
- TUJUAN DAN JENIS
- JANGKA WAKTU
- DATA YANG DIGUNAKAN
- METODA YANG DIGUNAKAN
1. DELPHI 2. OPINI & PERTIMBANGAN
3. PASAR SURVEY 3. ANALOG SEJARAH 4. EKONOMETRIKA
5.RUNTUT WAKTU 6. EXPONENTIAL SMOOTHING 7. REGRESI
IMPLEMENTASI DAN PENGENDALIAN
n
X
Y

66

0
b. Pola Data Trend ; Rumus ; Y = a + bX atau Y = a - bx
0
0
c. Pola Data Siklus ; Rumus ;
0
Meskipun kita sudah membuat suatu peramalan akan tetapi pada kenyataannya
apa yang diramalkan seringkali / kadang-kadang menyimpang, namun demikian
seyogyanya kita menentukan metoda peramalan yang digunakan agar
penyimpangan peramalan yang terjadi sekecil mungkin.
Contoh Soal :
Sebuah perusahaan industri mainan anak-anak hendak memperkirakan
besarnya tingkat permintaan untuk tahun 2003, untuk itu perusahaan telah
menyiapkan data tahun 2002 yang dapat dipergunakan untuk membuat suatu
peramalan. Adapun data tersebut adalah sebagai berikut :
Data Permintaan
Perusahaan Mainan anak-anak perusahaan X
Tahun 2002
Bulan Permintaan (Y)

t
n
c t
n
b a Y .
2
cos .
2
sin

+ +
67
Januari 23
Pebruari 27
Maret 22
April 28
Mei 26
Juni 24
Juli 27
Agustus 23
September 24
Oktober 26
Nopember 22
Desember 28
Jumlah: n = 12 300
Rumus - rumus yang dapat dipergunakan :
Untuk Data Konstan :
1. Simple Average =
Bulan Y Y Y- (Y- )
2
Januari 23 25.00 (2.00) 4.00
Pebruari 27 25.17 1.83 3.35
Maret 22 25.01 (3.01) 9.06
April 28 25.27 2.73 7.45
Mei 26 25.04 0.96 0.92
Juni 24 24.96 (0.96) 0.92
Juli 27 25.04 1.96 3.84
Agustus 23 24.87 (1.87) 3.50
September 24 25.03 (1.03) 1.06
Oktober 26 25.12 0.88 0.77
Nopember 22 25.04 (3.04) 9.24
Desember 28 25.30 2.70 7.29
n=12 300 300.85 51.41
Januari :
Pebruari :
Maret :

n
X
Y

25
12
300

17 . 25
12
25 23 300

+
01 . 25
12
17 . 25 25 ( ) 27 23 ( 300

+ + +
68
April :
dan seterusnya.
Standra Error Estimate (Kesalahan Menaksir)

= 2.16
2. Simple Moving Average Method :
Bulan Y Y Y- (Y- )
2
Januari 23 25.33 (2.33) 5.44
Pebruari 27 25.11 1.89 3.57
Maret 22 26.15 (4.15) 17.21
April 28 24.00 4.00 16.00
Mei 26 25.67 0.33 0.11
Juni 24 25.33 (1.33) 1.78
Juli 27 26.00 1.00 1.00
Agustus 23 25.67 (2.67) 7.11
September 24 24.67 (0.67) 0.44
Oktober 26 24.67 1.33 1.78
Nopember 22 24.33 (2.33) 5.44
Desember 28 24.00 4.00 16.00
n=12 300 300.93 75.89
April :
Mei :
Juni :

24
3
22 27 23

+ +
67 . 25
3
28 22 27

+ +
33 . 25
3
26 28 22

+ +
27 . 25
12
01 . 25 17 . 25 25 ( ) 22 27 23 ( 300

+ + + + +
( )
1
Y - Y
2

n
SEE
1 12
41 . 51

SEE
3
3 2 1
X X X
Y
+ +

69
Juli :
dan seterusnya
Standar Error Estimate (Kesalahan Menaksir)


= 2.63
Simple Exponential Smooting :

dimana :
Peramalan dengan Pola Data Trend.
Data Penjualan Buku Manajemen Operasional
untuk tahun 2002
Bulan Penjualan (Y)
Jan 199
Peb 202
Maret 199
April 208
Mei 212
Juni 194
Juli 214
Agustus 220
Sept 219
Okto 234
Nop 219
Des 233
Total 2553
Untuk Pola Data Trend dipergunakan Rumus :
Y = a + bX

26
3
24 26 28

+ +
( )
1
Y - Y
2

n
SEE
1 12
89 . 75

SEE
k dt
n
dt dt
t d t
Y
+

+
+ + +
1
2
2
1
1
1
) 1 ( ) 1 ( ) 1 ( ) 1 (
50 , 0
1 3
2
1
2

+

+

n
70
dimana untuk mencari nilai a & b dapat dipergunakan 2 (dua) cara yaitu :
1. Cara Pendek :
Cara ini bisa dilakukan apabila diketahui X = 0, untuk mencari nilai a & b
dapat digunakan rumus :
Untuk membuat peramalan data trend maka dibuat tabel bantuan yang
berguna membantu mencari persamaan trend.
Tabel bantuan untuk mencari persamaan trend.
Bulan Penjualan (Y) X XY X
2
Jan 199 -5.5 -11 -2189 121
Peb 202 -4.5 -9 -1818 81
Maret 199 -3.5 -7 -1393 49
April 208 -2.5 -5 -1040 25
Mei 212 -1.5 -3 -636 9
Juni 194 -0.5 -1 -194 1
Juli 214 0.5 1 214 1
Agustus 220 1.5 3 660 9
Sept 219 2.5 5 1095 25
Okto 234 3.5 7 1638 49
Nop 219 4.5 9 1971 81
Des 233 5.5 11 2563 121
Total 2553 0 871 572

= 212.75


n
Y
a

2
X
XY
b
12
2553
a
572
871
b
71
= 1.5227
Jadi Persamaan Trend adalah :
Y = 212.75 + 1.5227X
Hasil peramalan dengan menggunakan persamaan tersebut adalah sbb:
Jan : Y = 212,75 + 1,5227(13)
= 232,5451
Peb : Y = 212,75 + 1,5227(15)
= 235,5905
dan seterusnya sehingga didapat tabel sebagai berikut :
Bulan
Penjualan
(Y)
Y- (Y- )
2
Jan 199 232.51 (33.51) 1,122.92
Peb 202 235.55 (33.55) 1,125.60
Maret 199 238.59 (39.59) 1,567.37
April 208 241.63 (33.63) 1,130.98
Mei 212 244.67 (32.67) 1,067.33
Juni 194 247.71 (53.71) 2,884.76
Juli 214 250.75 (36.75) 1,350.56
Agustus 220 253.79 (33.79) 1,141.76
Sept 219 256.83 (37.83) 1,431.11
Okto 234 259.87 (25.87) 669.26
Nop 219 262.91 (43.91) 1,928.09
Des 233 265.95 (32.95) 1,085.70
Total 2553
2,990.7
6
-437.76 16,505.44
Kemudian mencari Standar Error Estimate :

= 38,74

( )
1
Y - Y
2

n
SEE
1 12
44 , 505 . 16

SEE
72
2. Cara Panjang :
Cara ini digunakan apabila nilai X > 0, dimana nilai a & b dapat dicari dengan
rumus
Bulan Penjualan (Y) X XY X
2
Jan 199 0 0 0
Peb 202 1 202 1
Maret 199 2 398 4
April 208 3 624 9
Mei 212 4 848 16
Juni 194 5 970 25
Juli 214 6 1284 36
Agustus 220 7 1540 49
Sept 219 8 1752 64
Okto 234 9 2106 81
Nop 219 10 2190 100
Des 233 11 2563 121
Total 2553 66 14477 506
a =
= 196

( )
2 2
2
.
. .
X X n
XY X X Y
a

2
) (
2
.
. .
X X n
Y X XY n
b

( )
2 2
2
.
. .
X X n
XY X X Y
a

( )
2
) 66 ( ) 506 ( 12
) 14477 )( 66 ( ) 506 ( 2553

2
) (
2
.
. .
X X n
Y X XY n
b

2
) 66 ( ) 506 ( 12
) 2553 )( 66 ( ) 14477 ( 12

73
b =
= 3.045
Jadi Persamaan Trend :
Y = 196 + 3.045X
Dari persamaan tersebut dapat dibuat peramalan dengan menggunakan tebel
trend Y = 196 + 3,045X sebagai berikut :
Peramalan untuk bulan

Januari : Y = 196 + 3.045(12)
= 232,5454
Pebruari : Y = 196 + 3.045(13)
= 235,5909
dan seterusnya sehingga dihasilkan tabel sebagai berikut :
Bulan Penjualan (Y) Y Y-Y (Y-Y)
2
Jan 199 232.60 (33.60) 1,128.96
Peb 202 235.65 (33.65) 1,132.32
Maret 199 238.70 (39.70) 1,576.09
April 208 241.75 (33.75) 1,139.06
Mei 212 244.80 (32.80) 1,075.84
Juni 194 247.85 (53.85) 2,899.82
Juli 214 250.90 (36.90) 1,361.61
Agustus 220 253.95 (33.95) 1,152.60
Sept 219 257.00 (38.00) 1,444.00
Okto 234 260.05 (26.05) 678.60
Nop 219 263.10 (44.10) 1,944.81
Des 233 266.15 (33.15) 1,098.92
Total 2553 2,992.50 -439.5 16632.65
Kemudian mencari Standar Error Estimate sbb :

= 38,89
BAB VIII
PRODUCTION PLANNING

( )
1
Y - Y
2

n
SEE
1 12
65 , 632 . 16

SEE
74
Kompetensi

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu :
1. Pengertian Production Planning
2. Manfaat menyusun Production Planning
3. Proses pembuatan Production Planning
4. Membuat dan menyusun Production Planning
1. Perencanaan Produksi meliputi/ menyangkut penentuan produk yang
dibutuhkan pada waktu tertentu yang dibuat dengan kondisi biaya minimal
dan harus memenuhi kualitas tertentu.
2. Dalam perencanaan produksi harus diingat bahwa kebutuhan konsumen
harus dapat dipenuhi tepat pada waktunya. Oleh karena itu ada tiga sumber
yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen tersebut,
yaitu :
1. Hasil produksi itu sendiri.
2. Persediaan.
3. Hasil Produksi dan persediaan.

3. Contoh Aplikasi :
Asumsikan bahwa peramalan permintaan produk per bulan sebesar 125 unit.
Setiap produk memerlukan 10 man hour (jam kerja) dan hari kerja per hari
adalah 8 jam.
Jika diketahui biaya jam kerja normal (regular Time) sebesar $4 perjam dan
biaya jam kerja lembur adalah $2 perjam, serta biaya penyimpanan sebesar
$0,08 perbulannya, maka buatlah tabel perencanaan produksi.
Dari data tersebut kita bisa membuat tabel permintaan dalam unit dan dalam
man hour sebagai berikut :
Tabel 1

75
Permintaan dalam unit dan dalam Man Hour
selama satu tahun
Bulan Peramalan Permintan
jam orang
Kumulatif
peramalan
kumulatif
man hour
Januari 125 1250 125 1250
Pebruari 125 1250 250 2500
Maret 125 1250 375 3750
April 125 1250 500 5000
Mei 125 1250 625 6250
Juni 125 1250 750 7500
Juli 125 1250 875 8750
Agustus 125 1250 1000 10000
September 125 1250 1125 11250
Oktober 125 1250 1250 12500
Nopember 125 1250 1375 13750
Desember 125 1250 1500 15000
Selanjutnya kita menghitung jam kerja normal yang tersedia untuk
memproduksi barang tersebut selama satu tahun, seperti dalam tabel berikut :
Tabel-2
Jam Kerja Normal yang tersedia
Bulan Hari Kerja
Jam Kerja
Bulanan
Kumulasi
Jam Kerja
Bulanan
Januari 22 176 176
Pebruari 19 152 328
Maret 21 168 496
April 22 176 672
Mei 22 176 484
Juni 20 160 1008
Juli 22 96 1104
Agustus 22 176 1280
September 20 160 1440
Oktober 23 184 1624
Nopember 19 152 1776
Desember 21 168 1944
Setelah kita mengetahui jumlah kebutuhan jam kerja dan jam kerja yang
tersedia maka dapat dicari jumlah Tenaga Kerja yang dibutuhkan yaitu :
Jumlah Tenaga Kerja = 15000/1944 = 7,440 Orang

Hal ini berarti tenaga kerja yang diperlukan sebanyak 7,44 orang. Karena
Tenaga kerja tidak bisa didapat dalam bentuk pecahan maka kita harus
memilih apakah akan menggunakan 7 orang atau 8 orang tenaga kerja.

76
Jika menggunakan 7 orang tenaga kerja maka :
Kebutuhan = 15000 mh
Tersedia 7 x 1944 = 13608 mh
Kekurangan mh = 1392 mh
Kekurangan Man Hour sebayak 444 mh dapat diatasi dengan Over Time
(kerja lembur
Jika menggunakan 8 orang tenaga kerja maka :
Kebutuhan = 15000 mh
Tersedia 8 x 1944 = 15552 mh
Kelebihan = 552 mh
Kelebihan akan mengakibatkan Biaya Penyimpanan
Jadi Besarnya Rate Time adalah :
7056 x $4 = $ 28.184,-
Sedangkan Besarnya Over Time adalah :
444 x $2 = $ 888,-
Jadi Total Biaya $ 28.184,- + $ 888,- = $ 29.072,-

77

TABEL PERENCANAAN PRODUKSI UNTUK 7 ORANG TENAGA KERJA
80
BAB IX
JOB ASSIGMENT
Kompetensi

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan :
1. Pengertian Job Assigment
2. Metode Job Assigment
3. Proses pembuatan Job Assigment
4. Menyusun Job Assigment dengan Metode Jhonson Rule
5. Menyusun Job Assisgemnt dengan Metode Indicator
6. Menyusun Job Assigment dengan Metode Hungaria
Salah satu persoalan yang Penting didalam penjadwalan adalah mengatur
penugasan pekerjaan pada mesin-mesin. Tujuannya adalah untuk
meminimimumkan waktu menganggur (idle time) yang terjadi pada mesin-
mesin tersebut.
Dalam penugasan pekerjaan ini ada 3 metoda penugasan pekerjaan yang
akan dipelajri yaitu :
1. Johnsons Rule ; (kaidah Johnsons) adalah model penugasan pekerjaan
pada dua buah mesin.
2. Indicator Method ; adalah model penugasan pekerjaan pada lebih dari 2
buah mesin.
3. Hungarian Method ; adalah model penugasan pekerjaan kepada orang
JOHNSONS RULE
Metoda ini digunakan untuk menugaskan pekerjaa-pekerjaan pada dua
buah mesin : artinya setiap pekerjaan harus dikerjakan terlebih dahulu pada
mesin kesatu dan kemudian dilanjutkan pada mesin kedua.
Langkah-langkah Pemecahan :
1. Carilah Waktu pemrosesan terkecil dari seluruh waktu pemrosesan yang
ada. Apabila waktu pemrosesan terkecil terdapat pada mesin kesatu, maka
tentukan pekerjaan tersebut sebagai pekerjaan pertama untuk mesin
kesatu, sedangkan apabila waktu pemrosesan terkecil terdapat pada mesin

81
kedua, maka tentukanlah pekerjaan tersebut sebagai pekerjaan terakhir
pada mesin kedua.
2. Setiap pekerjaan yang sudah dijadwalkan harus dikeluarkan/dicoret
sehingga tidak diikut sertakan pada penentuan berikutnya.
3. Lakukanlah langkah kesatu dan kedua tersebut sampai semua pekerjaan
terselesaikan.
Contoh Persoalan :
Sebuah perusahaan mempunyai 6 buah pekerjaan yang harus diselesaikan
dengan mempergunakan mesin A dan mesin B. Adapun lamanya waktu
pemrosesan masing-masing pekerjaan pada masing-masing mesin adalah
sebagai berikut (dalam jam) :
Pekerjaan
Mesin
1 2 3 4 5 6
A 8 6 5 7 3 9
B 4 7 5 4 6 8

Hasil Proses Penugasan :
Mesin A Mesin B
5 3 2 6 4 1
Grafik Penugasan Pekerjaan dengan Menggunakan Johnsons Rule sebagai
berikut :
METHODE INDICATOR

82
Metoda Johnsons Rule tidak dapat digunakan apabila produk yang
dihasilkan beraneka ragam begitu pula dengan mesin yang digunakan. Ada
kalanya produk dapat dikerjakan pada berbagai jenis mesin, sehingga apabila
hal ini terjadi maka diperlukan adanya suatu pengaturan tertentu agar biaya
yang terjadi dapat ditekan. Sebenarnya untuk pengaturan tersebut diperlukan
berbagai jenis data menganai biaya, akan tetapi apabila diasumsikan bahwa
biya pengerjaan suatu pekerjaan tergantung pada waktu pengerjaannya,
maka pengaturannya dapat dilakukan dengan menggunakan methoda
indicator.
Contoh Penggunaan Methoda Indicator ;
Misalkan sebuah pabrik menerima 4 buah order yaitu ;
Order 1 sebanyak 100 buah Order 3 sebanyak 50 buah
Order 2 sebanyak 200 buah Order 4 sebanyak 75 buah
Setiap order dapat dikerjakan pada semua mesin, akan tetapi waktu
pengerjaan yang dibutuhkan untuk setiap order pada masing-masing mesin
berbeda.
Tabel 1
Standar Buah Perjam untuk masing-masing order
pada masing-masing mesin
Mesin
Order
A B C D
1 1 2/3 4/5 4/3
2 2 1 10/11 5/3
3 2 4/3 1 5/2
4 1 4/5 2/3 5/4
Jam Mesin
yang tersedia 80 150 250 100
Langkah-langkah pemecahan Metoda Indicator :
1. Buatlah Tabel Penugasan Untuk Metoda Indicator
2. Isilah Jam Per Order dengan cara membagi Banyaknya order dengan
SBPJ.
3. Mengisi indicator dengan cara : pilih SBPJ terbesar kemudian isikan pada
indicator angka 1,00. Untuk yang selanjutnya JPO dibagi dengan JPO
SBPJ terbesar.

83
4. Pilih Indicator terkecil, tempatkan pekerjaan pada mesin dengan indicator
terkecil tersebut, Jika waktu mesin yang tersedia tidak cukup, pilih indicator
terkecil kedua dan seterusnya.
Hungarian Methode
Dalam dunia usaha manajemen sering menghadapi masalah-masalah yang
berhubungan dengan penugasan optimal dari bermacam-macam sumber yang
produktif atau personalia yang mempunyai tingkat efesiensi yang berbeda-beda
untuk tugas yang berbeda pula. Metoda Hungarian adalah salah satu dari
beberapa teknik pemecahan yang tersedia untuk masalah-masalah
penugasan. Metoda ini mula-mula dikembangkan oleh seorang ahli
matematika berkebangsaan Hungaria yang bernama D. Konig dalam dalam
tahun 1916.
Untuk dapat menerapkan metoda hungarian, jumlah sumber-sumber yang
ditugaskan harus sama persis dengan jumlah tugas yang akan diselesaikan.
Selain itu setiap sumber harus ditugaskan hanya untuk satu tugas.
Masalah Minimalisasi
Contoh Kasus :
Tabel 1 Matrik Biaya
Pekerjaan
Karyawan
I II III IV
A Rp. 15 Rp. 20 Rp. 18 Rp. 22
B 14 16 21 17
C 25 20 23 20
D 17 18 18 16

Karena metoda penugasan Hungarian mensyaratkan perpasangan satu-satu,
maka ada 4! (4.3.2.1 = 24 ) kemungkinan penugasan.

84
Langkah-langkah penyelesaian Metoda Hungarian :
1. Langkah pertama adalah mengubah matrik biaya menjadi matriks opportunity
cost. Ini dicapai dengan memilih elemen terkecil dari setiap baris matrik biaya
awal untuk mengurangi seluruh elemen (angka) dalam baris tersebut. Sebagai
contoh, elemen terkecil dari baris A (=15) digunakan untuk mengurangi
seluruh elemen pada baris A. Sehingga minimal akan diperoleh satu elemen
yang bernilai nol. Prosedur yang sama terus diulangi untuk setiap baris
sehingga didapat (reduced cost matrix) seperti dalam tabel dibawah ini
Tabel 2 Reduced Cost Matrix
Pekerjaan
Karyawan
I II III IV
A 0 5 3 7
B 0 2 7 3
C 5 0 3 0
D 1 2 2 0
2. Reduced Cost Matrix terus dikurangi untuk mendapatkan total opportunity
cost matrix. Hal ini dapat dicapai dengan memilih elemen terkecil dari setiap
kolom pada reduced cost matrix untuk mengurangi seluruh elemen dari kolom
tersebut. Pada contoh diatas hanya dilakukan pada kolom III karena semua
kolom yang lain telah memiliki nilai nol.

85
Tabel 3 Total Opportunity Cost Matrix
Pekerjaan
Karyawan
I II III IV
A 0 5 1 7
B 0 2 5 3
C 5 0 1 0
D 1 2 0 0
3. Langkah berikutnya adalah mencari skedul penugasan dengan suatu total
opprtunity cost nol. Untuk mencapai penugasan ini dibutuhkan 4
independent zero dalam matrik. Ini berarti setiap karyawan harus ditugaskan
hanya untuk satu pekerjaan. Prosedur praktis untuk melakukan test
optimalisasi adalah dengan menarik garis horizontal dan atau vertikal untuk
meliput seluruh elemen yang bernilai nol. Bila jumlah garis sama dengan
jumlah baris atau kolom maka penugasan optimal sudah fisible. Bila tidak
sama maka matrik harus direvisi.
Tabel 4 Test Opportunity Cost Matrix
Pekerjaan
Karyawan
I II III IV
A 0 5 1 7
B 0 2 5 3
C 5 0 1 0
D 1 2 0 0
Dalam Tabel 4 ada tiga garis yang meliput seluruh nilai nol dibanding empat
baris atau kolom, sehingga langkah berikutnya perlu untuk merevisi matrik.
4. Untuk merevisi total opportunity cost matrix, pilih elemen terkecil yang belum
terliput garis untuk mengurangi seluruh elemen yang belum terliput garis.
Kemudian tambahkan dengan jumlah yang sama (nilai elemen terkecil) pada

86
seluruh elemen yang mempunyai dua garis yang saling bersilangan, sehingga
didapat Revised matrix dan test for optimality.
Tabel 5 Revised matrix & test for Opportunity
Pekerjaan
Karyawan
I II III IV
A 0 4 0 6
B 0 1 4 2
C 6 0 1 0
D 2 2 0 0
5. Dalam Tabel 5 dibutuhkan empat garis untuk meliput seluruh nilai nol atau
sama dengan jumlah baris atau kolom, sehingga matriks penugasan optimal
telah tercapai. Karyawan B ditugaskan untuk pekerjan I karena baris B hanya
memiliki satu nilai nol pada kolom I. Kolom II berisi satu nol pada baris C, jadi
karyawan C ditugaskan untuk pekerjaan II. Kemudian karyawan A ditugaskan
untuk pekerjaan III dan karyawan D untuk pekerjaan IV. Skedul penugasan
optimal telah tercapai dengan biaya minimum adalah sebagai berikut :
Skedul Penugasan Biaya Minimum (Rp)
A - III 18,00
B - I 14,00
C - II 20,00
D IV 10
Rp. 68
Jumlah Pekerjaan Tidak Sama dengan Jumlah Karyawan
Jika terjadi jumlah pekerjaan lebih besar dari jumlah karyawan, maka harus
ditambah suatu karyawan semu (dummy worker) dengan biaya sama dengan
nol. Sebaliknya jika jumlah karyawan lebih besar dari jumlah pekerjaan, maka
harus ditambah suatu pekerjaan semu (dummy job).
Masalah Maksimalisasi.

87
Metoda Hungarian untuk minimalisasi juga dapat diterapkan untuk masalah
penugasan yang menyangkut maksimalisasi. Dalam masalah maksimalisasi,
matriks elemen-elemen menunjukan tingkat keuntungan.
Contoh Kasus :
Matriks Keuntungan (Rp)
Pekerjaan
Karyawan
I II III IV V
A 10 12 10 8 15
B 14 10 9 15 13
C 9 8 7 8 12
D 13 15 8 16 11
E 10 13 14 11 17
Langkah-langkah untuk pemecahan masalah maksimalisasi hampir sama
dengan langkah-langkah untuk minimalisasi, perbedaan hanya pada langkah
pertama yaitu : Seluruh elemen pada setiap baris dikurangi dengan nilai
maksimum dalam baris yang sama. Prosedur ini menghasilkan matrix
opportunity loss seperti terlihat pada tabel 6
Tabel 6. Matriks opportunity loss
Pekerjaan
Karyawan
I II III IV V
A 5 3 5 7 0
B 1 5 6 0 2
C 3 4 5 4 0
D 3 1 8 0 5
E 7 4 3 6 0
Tabel 7. Matriks Total opportunity loss
Pekerjaan

88
Karyawan
I II III IV V
A 4 2 2 7 0
B 0 4 3 0 2
C 2 3 2 4 0
D 2 0 5 0 5
E 6 3 0 6 0
Dalam Tabel 7 seluruh elemen bernilai nol dapat diliput hanya dengan empat
garis. Jadi matrik harus direvisi kembali. Matriks baru ditunjukan oleh tabel 8,
dimana penugasan optimal telah ditemukan :
Tabel 8. Tabel Optimal
Pekerjaan
Karyawan
I II III IV V
A 2 0 0 5 0
B 0 4 3 0 4
C 0 1 0 2 0
D 2 0 5 0 7
E 6 3 0 6 2
Skedul penugasan optimal dan keuntungan total untuk dua alternatif
penyelesaian adalah :
Skedul
penugasan I Keuntungan
Skedul
Penugasan 2 Keuntungan
A - II 12 A - V 15
B - I 14 B - IV 15
C - V 12 C - I 9
D - IV 16 D - II 15

89
E - III 14 E - III 14
68 68
BAB X
LINIER PROGRAMING
Linier Programing merupakan salah satu model umum yang dapat digunakan
dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber daya- sumber daya yang
terbatas jumlahnya secara optimal. Masalah seperti ini muncul apabila
seseorang diharuskan untuk memilih/menentukan tingkat setiap kegiatan
yang akan dilakukannya, dimana masing-masing setiap kegiatan itu
membutuhkan sumberdaya-sumberdaya yang sama dan jumlahnya terbatas.
Dalam memecahkan masalah tersebut digunakan pendekatan model
programa linier yang menekankan pada pendekatan matematika. Metoda -
metoda yang ada dalam programa linier ada 3 :
1. Metoda Aljabar
2. Metoda Grafik
3. Metoda Simplek
Metoda pertama dan kedua hanya bisa digunakan untuk kegiatan yang tidak
lebih dari dua kegiatan (produk) sedangkan metoda simplek bisa digunakan
untuk menentukan jumlah produk dua atau lebih.

90
Metoda Simplek
Metoda ini digunakan dalam menentukan kombinasi produk yang optimum
untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum untuk kasusu yang
mempunyai lebih dari 2 variable.
Contoh Kasus :
Sebuah perusahaan memproduksi 3 buah produk yaitu A, B, C yang masing-
masing akan memberikan keuntungan sebesar Rp. 10,- Rp. 15,- dan Rp. 10,-
perunit.
Untuk memproduksi ketiga jenis produk tersebut harus melalui 3 bagian
yaitu : Cetak, Pres dan Pengeringan, dimana masing-masing kapasitas
maksimumnya adalah : 2705 menit, 2210 menit dan 445 menit.
sedangkan komposisi lamanya produk A, B, C pada ketiga bagian tersebut
yaitu (dalam menit)
Produk
Bagian
A B C
Cetak 10,7 5,0 2,0
Press 5,4 10,0 4,0
Pegeringan 0,7 1,0 2,0
Tentukanlah Komposisi Produk yang optimum dengan keuntungan yang
maksimum.
Untuk memecahkan persoalan tersebut kita harus membuat formulasi
matematis dengan cara :
Produk
Bagian
A(X
1
) B (X
2
) C(X
3
) Jam
Maksimum
Cetak 10,7 5,0 2,0 2705
Press 5,4 10,0 4,0 2210
Pegeringan 0,7 1,0 2,0 445
Laba/Unit Rp. 10,- Rp. 15,- Rp. 10,-
Dari tabel tersebut didapat formulasi :

91
fungsi tujuan Z = 10X
1
+ 15X
2
+ 10X
3
Batasan : 10,7X
1
+ 5X
2
+ 2X
3
2705
5,4X
1
+ 10X
2
+ 4X
3
2210
0,7X
1
+ 1X
2
+ 2X
3
445
dimana X
1
, X
2
, X
3
0
Langkah-langkah metoda simplek :
Langkah 1. Merubah fungsi tujuan dan batasan-batasan.
Fungsi tujuan dirubah menjadi fungsi implisit, artinya semua C
j
X
1j
digeser kekiri.
Misalnya fungsi tujuan Z = 10X
1
+ 15X
2
+ 10X
3
dirubah menjadi
Z - 10X
1
- 15X
2
- 10X
3
= 0.
Pada bentuk dasar semua batasan bertanda ketidak samaan () .
Ketidaksamaan ini harus dirubah menjadi kesamaan dengan cara
menambahkan slack variable. Slack Variable ini adalah X
n+1
,
X
n+2
...........X
n+m
Maka fungsi batasan menjadi
10,7X
1
+ 5X
2
+ 2X
3
+ X
4
= 2705
5,4X
1
+ 10X
2
+ 4X
3
+ X
5
= 2210
0,7X
1
+ 1X
2
+ 2X
3
X
6
= 445
Berdasarkan perubahan persamaan-persamaan tersebut dapat
disusun formulasi yang dirubah sebagai berikut :
Fungsi Tujuan :
Z - 10X
1
- 15X
2
- 10X
3
+ 0X
4
+ 0X
5
+ 0X
6
= 0
Batasan :

92
10,7X
1
+ 5X
2
+ 2X
3
+ X
4
= 2705
5,4X
1
+ 10X
2
+ 4X
3
+ X
5
= 2210
0,7X
1
+ 1X
2
+ 2X
3
+ X
6
= 445
Langkah 2 Menyusun persamaan - persamaan tersebut ke dalam tabel
simplek.
Langkah 3 Memilih Kolom Kunci. Kolom kunci adalah kolom yang merupakan
dasar untuk merubah tabel di atas. Pilihlah kolom yang
mempunyai nilai pada garis fungsi tujuan yang bernilai negatif
dengan angka terbesar.
Langkah 4 Memilih Baris Kunci.
Baris Kunci adalah merupakan dasar untuk memilih tabel
tersebut. Untuk memilih baris kunci terlebih dahulu carilah ratio
tiap baris dengan cara membagi nilai kanan dengan kolom kunci.
Pilihlah ratio dengan angka positif terkecil.
Nilai perpotongan antara kolom kunci dengan baris kunci disebut
Nilai Kunci (Pivot).
Langkah 5 Merubah Nilai - nilai baris kunci.
Nilai baris kunci dirubah dengan cara membaginya dengan angka
kunci.
Gantilah variable dasar pada baris itu dengan variable yang di
dapat dari bagian atas kolom kunci.
Langkah 6 Merubah Nilai-nilai pada baris kunci dengan rumus : Baris Baru =
Baris lama - (koefisien pada kolom kunci) x Nilai baris baru.
Langkah 7 Melanjutkan perbaikan-perbaikan/perubahan-perubahan.
Ulangi langkah ke -3 sampai ke - 6 sampai fungsi tujuan tidak ada
yang bernilai negatif.

93
Model Transportasi
Metoda Transpotasi merupakan suatu metoda yang digunakan untuk mengatur
pendistribusian barang dari sumber-sumber yang menyediakan produk yang
sama, ke tempat-tempat yang membutuhkan secara optimal dengan biaya yang
minimal.
Ada beberapa macam metoda transportasi yang banyak dikenal diantaranya :
1. Nort West Corner (solusi awal)
2. Vogel Approximation (solisi awal)
3. Stepping Stone (solusi akhir)
Contoh Kasus :
Suatu perusahaan tekstil mempunyai tiga buah pabrik di tiga tempat yang
berbeda yaitu : A1, A2 dan A3. Produk kain yang dihasilkan dikirim ke tiga buah
lokasi penjualan, yaitu : T1, T2 dan T3. Kapasitas pabrik, permintaan penjualan
dan biaya pengangkutan dari masing-masing pabrik ke masing-masing gudang
penjualan terlihat dalam tabel dibawah ini :
Tabel 1
Gudang
Pabrik T1 T2 T3
Kapasitas
Pabrik
A1
5
x11
10
x12
10
x13
60
A2
15
x21
20
x22
15
x23
80
A3
5 10 20
70

94
x31 x32 x33
Permintaan
Penjualan 50 100 60 210
1. Northwest Corner
Langkah 1
Perencanaan fisibel yang pertama dapat diperoleh dengan cara Northwest
Corner, yaitu mengalokasikan sejumlah barang dimulai dari sel di sudut kiri
atas ( x11) ke arah sebelah kanan terus ke bawah. Apabila sel x12
merupakan sel terakhir yang dipilih dilanjutkan ke bawah dan seterusnya.
Gudang
Pabrik T1 T2 T3
Kapasitas
Pabrik
A1
5
50
10
10
10
60
A2
15 20
80
15
80
A3
5 10
10
20
60 70
Permintaan
Penjualan 50 100 60 210
Langkah 2
Hitung sel yang terisi dengan cara :
Jumlah Baris + Jumlah Kolom -1
3 + 3 - 1 = 5
Jadi jumlah sel/kotak yang terisi harus lima buah, jika kurang dari 5 buah
maka persoalan ini disebut degenerasi. Karena dalam contoh diatas kotak
yang terisi sudah benar ( 5 buah ) maka persoalan transportasi dapat
dilanjutkan.

95
Langkah 3
Carilah biaya transportasi dengan cara mengalikan jumlah barang dengan
biaya pengangkutan :
50 (5) + 10 (10) + 80 (20) + 10 (10) + 60 (20) = Rp. 3.250,-
Langkah 4
Membuat uji optimalisasi dengan cara membuat rangkaina tertutup :
yaitu menarik garis searah atau kebalikan dari jarum jam dimulai dari
sel/kotak yang bertanda titik, dengan ketentuan apabila bertemu dengan
angka harus belok dan bila bertemu dengan titik tidak boleh belok . Contoh
Sel A1 - T3 : 10 - 20 + 10 - 10 = -10
dan seterusnya sampai semua sel yang bertanda titik di uji optimalisi.
Pendistribusian barang optimal apabila ujia optimalisasi sudah menunjukan
angka nol atau positif. Jika hasil uji optimalisasi masih menunjukan angka
negatif, artinya pendistribusian barang belum optimal dna harus dilakukan
solusi akhir.
Langkah 5
Jika hasil uji optimalisasi masih menunjukan angka negatif maka dilakukan
solusi akhir dengan menggunakan metoda Stepping Stone, dengan cara :
Contoh : Sel A1 - T3 = -15
buatlah stepping stone untuk sel A1 - T3 :
Pilih negatif terkecil dan loncatkan nilai tersebut ke sel yang lain dengan cara
apabila bertemu dengan tanda positif ditambahkan dan apabila bertemu
dengan angka negatif dikurangi

96
80 10 60 .
-
+

+


-
10 60
70 .
Langkah 6 :
Pindahkan hasil dari stepping stone tersebut kedalam tabel asal dan lakukan
kembali langkah ke 3 sampai ke 6, sampai pendistribusian menjadi optimal
dan biaya menjadi minimal
2. Metoda Vogel Aproximation
Dalam metoda ini hampir semua langkah-langkahnya sama dengan metoda
Nortwest Corner perbedaannya hanya pada langkah pertama yaitu :
Carilah selisih baris dan selisih kolom dengan cara :
Tentukan biaya transportasi yang terkecil pertama, tentukan pula biaya
transportasi terkecil kedua lalu selisihkan. setelah semua kolom dan baris
mempunyai angka selisih, pilihlah baik selisih baris ataupun selisih kolom
yang terbesar lalu masukan barang sebanyak-banyka pada sel atau kolom
yang mempunyai angka selisih terbesar tadi, ulangi terus sampai barang
dapat didistribusikan.
Selanjutnya ikuti langkah ke 2 dari metoda Nortwest sampai selesai.

97
Penyimpangan dari bentuk Standar
Dalam Metoda Transportasi terutama yang menggunakan Nortwest Corner
sering terjadi penyimpangan-penyimpangan dari bentuk yang standar
diantaranya :
1. Jika Jumlah baris + Jumlah Kolom - 1 tidak sama dengan Sel/Kotak yang
teirisi. Pemecahannya dengan menambahkan Epsilon ( ) dikotak yang
bertanda titik.
2. Jika jumlah sumber tidak sama dengan jumlah tujuan. Pemecahannya
dengan menambahkan variabel Dummy.

98
BAB XI
NETWORK PLANNING
NETWORK PLANNING berkaitan dengan hal-hal yang menyangkut aktivitas
penjadwalan (Scheduling Activity).
Aktivitas penjadwalan ini tidak hanya terdapat dalam pabrik, tetapi juga dapat
ditemukan diluar pabrik. misalnya ; pembuatan jembatan, rumah, jalan,
monumen dan lain-lain, yang biasanya kita kenal dengan sebutan proyek.
Proyek adalah sesuatu aktivitas yang ada aktivitas awal dan aktivitas akhir.
MODEL NETWORK PLANNING
1. MODEL DIAGRAM BATANG
Model diagram batang ini sering disebut dengan Gantt Chart. Pertama kali
diperkenalkan oleh Henry L. Gantt.
2. Model Diagram Jaringan.
Didalam model diagram jaringan terdapat dua jenis model utama yaitu :
1. C.P.M (Critical Path Method).
Suatu metoda perencanaan jaringan kerja dimana untuk pertama kali
diperkenalkan oleh perusahaan kimia di A.S yang bernama Du Pont
Company. Pada saat itu perusahaan ini dihadapkan pada kegiatan-
kegiatan operasional yang rumit khususnya didalam menyusun jadwal
kegiatan produksi, maka dikembangkan suatu metoda N.P dengan nama
C.P.M untuk menjadwalkan kegiatan operasi perusahaan Du Pont.
2. P.E.R.T (Program Evaluation and Revie Technique).

99
Untuk pertama dikenalkan oleh U.S. Navy dalam pembuatan peluru
kendali Polaris dimana U.S. Navy dikontrakan proyeknya pada
perusahaan konsultan manajemen Booz Allen and Hamilton.
Perbedaan antara CPM dan PERT
CPM PERT
a. berorientasi pada aktivitas a. berorientasi pada peristiwa
b.waktu pengerjaan
berdasarkan rata-rata
b. Waktu pengerjaan dihitung
berdasarkan teori peluang
c. dilakukan secara berulang-
ulang
c. biasanya dilakukan pada
proyek yang tidak berulang.
d. waktu kelonggaran disebut
Float Time
d. waktu kelonggaran disebut
Slack Time.
Notasi-notasi yang digunakan dalam NETWORK PLANNING
= Aktivitas Kegiatan

100
= Node
Kejadian atau Peristiwa
= Elips
= Dummy Activity
E.E.T = Earlist Evevnt Time
(waktu tercepat terjadi peristiwa)
N.E = Number of Event
L.E.T = Latest Event Time
(waktu terlambat terjadi peristiwa)
Jenis-jenis Peristiwa
1. Merge Event : peristiwa yang dibentuk oleh beberapa peritiwa
P
2
Q
5
R
8
2. Burst Event : peristiwa yang merupakan awal terbentuknya beberapa
aktivitas
K
9
L

101
11
M
5
Contoh Diagram jaringan kerja
1.
A B
2.

3.
Salah
Benar

102
Contoh Kasus 1
Aktivitas Aktivitas
sebelumnya
Waktu
J - 10
K - 5
L J 4
M J 8
N L,K 7
Buatlah :
a. Diagram Jaringan kerja
b. Waktu penyelesaian
c. Lintasan Kritis
Contoh Kasus 2
Aktivitas Aktivitas
sebelumnya
Waktu
A - 4
B A 5
C A 8
D C 9
E - 7
F E 2
G - 4
H G 3
I B,D 2
J F,I 6
K H 5
Buatlah :

103
a. Diagram Jaringan kerja
b. Waktu penyelesaian
c. Lintasan Kritis
d. Bagaimana apabila aktivitas I terlambat 3 hari
BAB XII
PENGENDALIAN PERSEDIAAN
(INVENTORY CONTROL)
Istilah Persediaan (inventory) adalah istilah umum yang menunjukan segala
sesuatu atau sumber daya-sumber daya organisasi yang disimpan dalam
antisipasi terhadap pemenuhan permintaan.
Jenis-jenis persediaan fisik :
1. Persediaan Bahan Mentah (Raw Material)
2. Persediaan Komponen-komponen rakitan (purchased part)
3. Persediaan Bahan pembantu (supllies)
4. Persediaan barang dalam proses (Work In Process)

104
5. Persediaan Barang Jadi (finishing goods)
Fungsi-fungsi persediaan :
1. Fungsi Decoumpling
2. Fungsi Economic
3. Fungsi Antisipasi
Biaya -biaya persediaan :
1. Biaya Penyimpanan (holding cost/carrying cost)
2. Biaya Pemesanan (order cost/procurement cost)
3. Biaya penyiapan (setup cost)
4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage cost)
Economic Order Quantty (EOQ)
Setiap perusahaan berusaha untuk menentukan kebijakan bahan dasar yang
tepat dalam arti tidak mengganggu proses produksi disamping itu biaya yang
ditanggung tidak terlalu tinggi. Untuk itu terdapat suatu metoda yang disebut
Economic Order Quantity (EOQ).
EOQ adalah : jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan
pada setia kali pembelian.
Persoalan persediaan sebenarnya terdiri dari dua pertanyaan yaitu :
1. Berapa jumlah yang harus dipesan.
2. Berapa lama waktu interval antara pesanan pertama dengan pesanan
berikutnya yang akan mendatangkan biaya yang minimal.
Rumusan EOQ yang biasa digunakan adalah :

H
DS
EOQ
2

105
Dengan total cost :
Dimana :
D = Penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per periode waktu
S = Biaya pemesanan perkali pesan
H = Biaya penyimpanan perunit pertahun
Model EOQ ini dapat diterapkan apabila anggapan-anggapan berikut ini
dipenuhi :
1. Permintaan akan produk adalah konstan, seragam dan diketahui
(deterministik).
2. Harga perunit produk adalah konstan
3. Biaya penyimpanan perunit pertahun (H) adalah konstan
4. Biaya pemesanan perkali pesan (S) adalah konstan
5. Waktu antara pesanan dilakukan dan barang diterima (lead time, L) adalah
konstan
6. Tidak terjadi kekurangan barang atau back order.
Contoh Penerapan rumusan model EOQ :
PT. TEMPIDO UTAMA adalah perusahaan agen pembelian suatu perusahaan
manufacturing besar. Dia sedang melakukan negosiasi suatu komponen yang
digunakan dalam sebagian besar produk yang diproduksi perusahaan.
Permintaan akan komponen tersebut adalah 250.000 unit per 250 hari kerja
pertahun. Permintaan adalaj konstan dan seragam. Biaya penyimpanan
sebesar Rp 50,- perkomponen pertahun. Biaya pemesanan Rp. 35.000,-

Q
D
S
S
Q
H TC ) ( ) ( +
106
perorder, dan penyedia (supplier) memerlukan waktu dua minggu (10 hari kerja)
untuk pengiriman.
Tentukan :
a. titik pemesanan kembali.
b. economic order quantity (EOQ), dan
c. biaya persediaan tahunan total pada EOQ.
Pemecahan kasus diatas adalah sebagai berikut :
a.
= 250.000/250
= 1000 unit
Lead Time (L) = 10 hari kerja
ROP = d x L = 1000 (10) = 10.000 unit.
Jadi kapan saja persediaan mencapai 10.000 unit, pesanan akan dilakukan
sebesar EOQ.

ja Jumlahhari
D
d i taanperhar Per
ker
) ( min
107
b.

= 18.708 unit
c.
= 467.700 + 467.700 = Rp. 935.400
EOQ dengan Back Order
Anggapan-anggapan dan istilah-istilah model back order indentik dengan EOQ
dasar tetapi ada beberapa kekecualian :
1. Ada waktu (t1 dimana ada surplus persediaan (I)
2. Waktu (t2) dimana ada kekurangan persediaan (Q-I)
3. Setiap siklus memerlukan waktu sama (tc)
4. Biaya Back Ordering perunit pertahun adalah konstan (B, Rp/unit/tahun)
5. Back Order dan persediaan dipenuhi secara bersamaan.
Rumusan EOQ model ini adalah :
Rumusan Surplus persediaan :

50
) 000 . 250 )( 000 . 35 ( 2
H
DS
EOQ
2

708 . 18
00 . 250
) 000 . 35 (
2
708 . 18
) 50 ( + TC
B
B H
H
DS
Q
+

2
B H
B
H
DS
t
+

2
108
Rumusan biaya persediaan tahunan total :
Contoh Soal :
Seorang tenaga penjual telah menginformasikan kepada departement
pengawasan persediaan sauatu perusahaan bahwa para langganan produk
tertentu tidak berkeberatan menunggu pengiriman barang bila diberikan
potongan ketika harus menunggu. Tenaga penjualan tersebut memperkirakan
bahwa biaya back oredering Rp 150.,- perunit pertahun. Parameter-parameter
model lainya :
D = 250.000 unit/tahun
S = Rp 35.000,-/order
H = Rp 50,- perunit pertahun
Dari data-data ini :
a. Tentukan EOQ (Q)
b. Tentukan jumlah order (siklus) pertahun
c. Tentukan jumlah yang dipesan kembali (Q-I)
d. Tentukan biaya tahunan total
e. Bandungkan hasil-hasil ini dengan contoh diatas.
Jawab :

Q
I Q
B
Q
D
S
Q
I
H TC
2
) (
2
2 2

+ +
109
a.
= 21.602 unit
b. Jumlah order (siklus) pertahun = D/Q
c. Jumlah yang dipesan kembali
= 16.202 unit
Back Order : 21.602 - 16.202 = 5.400 unit
d.
= 303.796 + 404.950 + 101.241 = Rp 809.987,-
e. Kuantitas pesanan dengan kekurangan persediaan (21.602) adalah lebih
besar daripada tanpa kekurangan (18.708), lihat bagian (a), konsekwensinya,
jumlah siklus pertahun lebih kecil 11,47 dibanding 13,36.
Biaya total dengan adanya back order lebih kecil secara berarti (809.987
dibanding 935.400). Jadi akan cukup ekonomis bagi perusahaan untuk
menawarkan potongan kepada langganan bila mereka bersedia menunggu
untuk pengiriman yang lebih lambat.

150
150 50
50
) 000 . 250 )( 000 . 35 ( 2 +

7 , 11
602 . 21
000 . 250

Q
D
1
]
1

+ +
1
]
1

) 602 . 21 ( 2
2 ) 5400 (
150 ) 7 , 11 ( 000 . 35
) 602 . 21 ( 2
2 ) 202 . 16 (
TC
110
Daftar Pustaka
Biegel John E., production Control, A Quantitative Approach to Manajemen,
Prentice Hall New Delhi India, 1980
Sofyan Asouri, Manajemen Produksi dan Operasi LPFE-UI, 1993
Edi Haryanto, Manajemen Produksi dan Operasi Grasindo,1999
Franklin G. Morore, Production Management,
Hani Handoko T., Manajemen Produksi dan Operasi
Hamdy A. Taha., Operation Research sixth edition, Prentice Hall
Johanes Supranto., Riset Operasi, UI Press 2000
Julian Yamit., Manajemen Kuantitatif Untuk Bisnis (Operation Research), edisi
1 BPFE Yogyakarta 1999
Pangestu Subagyo, Marwan Asri dan T. Hani Handoko., Dasar-Dasar
Operations Research, edisi 2 BPFE Yogyakarta, 2000
Richard J. Schonberger and Edward M. Knod, JR Operation Management,
Sixth Edition, Time Mirror Higher Education Group, Inc., Company, 1997
Riggs James L, Production Sistem Planning, Analysis and Control, edisi
terakhir.
William J. Stevenson, Production/Operation Management Fifth Edition,
McGraw-Hill Companies Inc, 1996

111
Mahasuci Allah yang di tangan-Nyalah segala
kerajaan dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia
menguji kamu, siapa di antara yang lebih baik
amalnya. Yang telah menciptakan tujuh langit
berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang
tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang,
adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya
penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan
tidak menemukan sesuatu cacat dan
penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah (al-
Mulk 1-4)

112
C a t a t a n

113

114

You might also like