Professional Documents
Culture Documents
Kemudian, dalam perjalanan itu, terjadi pertarungan hebat antara Arjuna dengan beratusratus pasukan Saindhawa yang masih hidup setelah kehancuran bangsa itu di medan Kuruketra. Setelah bangsa itu mengetahui bahwa Arjuna telah memasuki wilayah kerajaan mereka, maka para Katriya Saindhawa itu semuanya bersiap-siap untuk mencegatnya. Bangsa ini sejak dahulu dikenal sebagai suatu bangsa yang berhati jahat, menghadang dengan bersenjatakan panah-panah beracun. Beramairamai mereka menangkap kuda kurban itu dengan sama sekali tidak menghiraukan kehebatan Arjuna yang bertugas menjaganya. Pada waktu itu, Wibhatsu adik Bhmasena menjaga kuda itu dengan berjalan kaki, senjata panah ada di tangannya. Tiba-tiba Arjuna disergap dan diserang dari jarak dekat Bangsa Saindhawa ini
memang menaruh dendam kesumat kepada pihak pawa karena kekalahan mereka di medan Kuru dahulu. Mereka menyerang silih berganti, melepaskan panah berbisa sambil menyebutkan nama, keluarga serta julukannya yang menjadi ciri kehebatan mereka masingmasing. Akhirnya, semua penyerang itu, yang masing-masing sudah memperkenalkan diri, mengepung Arjuna. Dan mereka tidak memberikan peluang kepada Arjuna, seranganserangan dengan panah bagaikan hujan terus dilancarkan. Lebih-lebih mereka di atas kereta, mengelilingi Arjuna yang hanya berdiri di atas tanah. Dhanajaya, penakluk Niwtakawaca, penakluk Samsaptaka dan maharaja dahsyat dari negeri Sindh dengan tiba-tiba harus menghadapi serangan-serangan mematikan dari segala penjuru. Arjuna terkurung rapat, pasukan yang mengepung itu terdiri dari seribu kereta
dan sepuluh ribu pasukan berkuda, Dendam bangsa Saindhawa ini adalah karena raja Jayadratha telah tewas di tangan Arjuna. Karena itu mereka menyerang dengan tujuan pasti, yaitu menuntut balas dengan membunuh Arjuna. Ribuan, bahkan jutaan anak panah bagaikan dicurahkan sejadi-jadinya menghujani tubuh Arjuna. Dan Arjuna sudah tidak kelihatan lagi, seperti matahari sedang ditutup oleh awan hitam, tidak mungkin dapat meloloskan diri ibarat burung terkurung sangkar besi. Karena kejadian itu, seluruh mahluk alam semesta menjadi cemas. Bahkan mataharipun nampak suram. Dan tiba-tiba, bertiup angin menderu-deru, awan hitam pekat menutupi matahari. Kilatan-kilatan meteor menyerbu bulatan matahari itu serta kemudian meledak memancarkan kembangkembang api menyeramkan. Raja penguasa gunung, Kailsa, gemetar, Sapta i dan para
i lainnya di kerajaan Surga menggigil ketakutan, sedih dan mengeluh. Berpuluh-puluh meteor menghantam permukaan bulan juga. Asap hitam membubung dari semua jurusan. Awan kemerahan seperti darah, petir menyambar-nyambar, pelangi membusur di angkasa dan darah segar tercurah dari angkasa! Kegoncangan alam yang mengerikan terjadi ketika itu, ketika Arjuna harus menahan hujan panah berbisa itu. Kegoncangan alam ini memang sungguh-sungguh terjadi, merupakan suatu keajaiban yang menakutkan. Pada waktu itu Arjuna memang sudah tidak berdaya. Panah Gandhiwa terlepas dari tangannya. Dan pada saat kegoncangan itu terjadi dan panahnya sudah terlepas, ribuan anak panah menyambarnya kembali. Arjuna, putra Ptha itu pingsan! Para Dewa yang menyaksikan keadaan ini, sambil gemetar ketakutan, menguncarkan Weda-weda
untuk mendoakan keselamatan Arjuna. Para i dan Sapta i di Surga, demikian juga semua pertapa dan i yang berada di Bumi, duduk berila melakukan Yoga, memberikan kekuatan kepada Arjuna agar ia mampu mengatasi kesulitan yang sangat berbahaya ini. Ketika itulah kekuatan yang ada di dalam diri Arjuna tersalur ke luar, mempengaruhi alam semesta hingga menimbulkan tanda-tanda ajaib yang mengerikan itu. Dan tiba-tiba, Arjuna yang memang sudah mengetahui rahasia kekuatan alam, berdiri tegak bagaikan gunung karang yang sangat kokoh. Diangkatnya kembali senjata Gandhiwanya. Tali busur panah itu ditarik meregang dan dilepaskan. Ini dilakukan berkalikali dan terdengarlah suara berdesing-desing memekakkan nyambar telinga. Panah-panah seperti dimuntahkan tak henti-hentinya, menyambarmenghantam musuh-musuhnya.
Sekarang, pasukan
ganti
pasukan
Saindhawa
yang
diselubungi panah seperti pohon kayu dikerubuti belalang, jutaan banyaknya! Sebenarnya, mereka sudah gemetar dengan mendengarkan desing tali busur Gandhiwa saja, dan merekapun lari lintang pukang menyelamatkan diri. Semua mereka berbalik menjadi sedih, menangis meratap dan meraung. Arjuna berkelebat kian-kemari menghantam musuh-musuhnya menyerangnya. yang Anak masih panah mencoba menyembur-
nyembur dari busur Gandhiwa, seperti kekuatan ghaib telah menggerakkan panah itu dengan sendirinya. Sedangkan tubuh Arjuna nampak bersinar cemerlang bagaikan matahari di musim gugur, mengusir semua kegelapan dengan cahaya tubuhnya yang gemilang!