You are on page 1of 10

HUKUM ROULT

April 22, 2009annisanfushie Semester 4 4 Komentar LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

PERCOBAAN V HUKUM ROULT

NAMA : ANNISA SYABATINI NIM : J1B107026 HARI / TANGGAL PRAKTIKUM : SENIN / 16 MARET 2009 HARI / TANGGAL DIKUMPUL : SENIN / 23 MARET 2009 HARI / TANGGAL ACC : KELOMPOK : 5 ASISTEN : FITRI MAGFIRAH PROGRAM STUDI S-1 KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2009 PERCOBAAN V

HUKUM ROULT

I. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan dari percobaan ini adalah memperlihatkan pengaruh komposisi terhadap titik didih campuran dan memperlihatkan pengaruh gaya antar molekul terhadap tekanan uap campuran. II. PRINSIP PERCOBAAN

Larutan ideal adalah larutan yang gaya tarik menarik molekul-molekul komponennya sama dengan gaya tarik menarik antara molekul dari masing-masing komponennya. Jadi, bila larutan zat A dan B bersifat ideal, maka gaya tarik antara molekul A dan B, sama dengan gaya tarik antara molekul A dan A atau antara B dan B. Dalam larutan ideal, semua komponen (pelarut dan zat terlarut) mengikuti hukum Raoult pada seluruh selang konsentrasi. Larutan benzena dan toluena adalah larutan ideal. Dalam semua larutan encer yang tak mempunyai interaksi kimia di antara komponen-komponennya, hukum Raoult berlaku bagi pelarut, baik ideal maupun tak ideal. Tetapi hukum Raoult tak berlaku pada zat terlarut pada larutan tak ideal encer. Perbedaan ini bersumber pada kenyataan: molekulmolekul pelarut yang luar biasa banyaknya. Hal ini menyebabkan lingkungan molekul terlarut sangat berbeda dalam lingkungan pelarut murni. Zat terlarut dalam larutan tak ideal encer mengikuti hukum Henry, bukan hukum Raoult. III. TINJAUAN PUSTAKA

Suatu larutan dikatakan ideal, jika larutan tersebut mengikuti hukum Raoult pada seluruh kisaran komposisi dari sistem tersebut. Hukum Raoult secara umum didefinisikan sebagai fugasitas dari tiap komponen dalam larutan yang sama dengan hasil kali fugasitasnya dalam keadaan murni pada temperatur dan tekanan yang sama serta fraksi molnya dalam larutan tersebut, yakni: fi = xi fi* (Dogra, 1990). Bila dua cairan bercampur maka ruang di atasnya berisi uap kedua cairan tersebut. Tekanan uap jenuh masing-masing komponen (poi) di ruangan itu lebih kecil daripada tekanan uap jenuh cairan murni (poi), karena permukaan larutan diisi oleh dua jenis zat sehingga peluang tiap komponen untuk menguap berkurang. Peluang itu setara dengan fraksi molnya masing-masing (xi) (Syukri, 1999). Jika dua macam cairan dicampur dan tekanan uap parsialnya masing-masing diukur, maka menurut hukum Raoult untuk tekanan uap parsial A berlaku : PA = X A PoA Sedangkan untuk tekanan uap parsial B berlaku : PB = XB PoB PoA = tekanan uap A ( yaitu cairan murni ) PoB = tekanan uap B

XA =

XB = XA dan XB disebut fraksi mol.

Jumlah tekanan uap (P) menurut hukum Dalton adalah: P = PA + PB (Dogra, 1990). Penyimpangan hukum Raoult terjadi karena perbedaan interaksi antara partikel sejenis dengan yang tak sejenis. Misalnya campuran A dan B, jika daya tarik A-B lebih besar dari AA atau B-B, maka kecenderungan bercampur lebih besar, akibatnya jumlah tekanan uap kedua zat lebih kecil daripada larutan ideal disebut penyimpangan negatif. Penyimpangan positif terjadi bila daya tarik A-B lebih kecil daripada daya tarik A-A dan B-B, akibatnya tekanan uapnya menjadi lebih besar dari larutan ideal. Sifat suatu larutan mendekati sifat pelarutnya jika jumlahnya lebih besar. Akan tetapi larutan dua macam cairan dapat berkomposisi tanpa batas, karena saling melarutkan. Kedua cairan dapat sebagai pelarut atau sebagai zat terlarut tergantung pada komposisinya (Syukri,1999). Larutan non ideal dapat menunjukkan penyimpangan positif (dengan tekanan uap lebih tinggi daripada yang diprediksikan oleh hukum Raoult) atau penyimpangan negatif (dengan tekanan uap lebih rendah). Pada tingkat molekul penyimpangan negatif muncul bila zat terlarut menarik molekul pelarut dengan sangat kuat, sehingga mengurangi

kecenderungannya untuk lari ke fase uap. Penyimpangan positif muncul pada kasus kebalikkannya yaitu bila molekul pelarut dan zat terlarut tidak saling tertarik satu sama lain (Oxtoby, 2001). IV. METODOLOGI PERCOBAAN

4.1 Alat dan Bahan 4.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah adalah alat reflux (labu bundar leher tiga, kondensor spiral), termometer (0-100C, skala 2C), pembakar gas (atau listrik), pecahan porselinstandar besi/statif, dua gelas ukur (10 ml), corong. 4.1.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah adalah aseton, kloroform, dan akuades. 4.2 Prosedur Percobaan 4.2.1 Memasang alat sesuai dengan yang diperintahkan, kemudian menjauhkan alat dari api dan menuangkan 10 ml kloroform ke dalam labu reflux dengan corong melalui lubang pemasukan cairan. 4.2.2 Memanaskan sampai mendidih dan mencatat suhunya. 4.2.3 Menjauhkan alat dari api dan menambahkan 2 ml aseton ke dalam labu, memanaskan perlahan-lahan sampai mendidih dan mencatat suhunya. 4.2.4 Mengulang setiap kali dengan penambahan 2 ml aseton sampai jumlah aseton yang ditambahkan mencapai 10 mL, setiap kali sesudah menambahkan aseton, campuran dipanaskan serta mencatat titik didihnya. 4.2.5 Menuangkan campuran ini ke dalam wadah kosong yang tertutup rapat dan aman. 4.2.6 Mengeringkan labu reflux dengan jalan diangin-anginkan. 4.2.7 Mengulangi prosedur diatas untuk aseton yang dimasukkan ke dalam labu reflux, dan dilakukan penambahan kloroform. V. HASIL DAN PERHITUNGAN

5.1 Hasil 5.1.1 Data Hasil Pengamatan Pengamatan komposisi kloroform terhadap titik didih Campuran Kloroform Aseton

Titik Didih (C)

10 10 10 10 10 10

0 2 4 6 8 10

60 62 62,5 63 63 62

Pengamatan komposisi aseton terhadap titik didih Campuran Titik Didih (C) Kloroform 0 2 4 6 8 10 5.2 Perhitungan Contoh perhitungan campuran (CH3)2CO : CHCl3 = 10 : 2 Diketahui : V CHCl3 = 10 ml V (CH3)2CO = 2 ml CHCl3 = 1,49 g cm-3 (CH3)2CO = 0,79 g cm-3 BM CHCl3 = 119,4 g mol-1 BM (CH3)2CO = 58 g mol-1 Aseton 10 10 10 10 10 10
58 59 60 60 60,5 61

Ditanya : fraksi mol CHCl3 = Jawab :

X Aseton = 1 X CHCl3 = 1 0,8454 = 0,1546 Tabel Hasil Perhitungan Campuran


CHCl3 : (CH3)2CO 10 10 10 10 10 10 10 8 6 4 2 0 0 2 4 6 8 10 10 10 10 10 10 10

Titik Didih (C)


60 62 62,5 63 63 62 61 60,5 60 60 59 58

Mol
CHCl3 0,1247 0,1247 0,1247 0,1247 0,0998 0,1247 0,1247 0,0998 0,0748 0,0499 0,0249 0 (CH3)2CO 0 0,0272 0,0544 0,0817 0,1362 0,1362 0,1362 0,1362 0,1362 0,1362 0,1362 0,1362

Fraksi Mol
CHCl3 1 0,821 0,6963 0,6042 0,4229 0,478 0,478 0,4229 0,3546 0,2682 0,1546 0 (CH3)2CO 0 0,179 0,3037 0,3958 0,5771 0,522 0,522 0,5771 0,6454 0,7318 0,8454 1

VI. PEMBAHASAN

Percobaan ini didasarkan atas hukum Raoult, dimana campuran yang mengikuti hukum ini merupakan suatu larutan ideal. Dalam percobaan ini dilakukan pencampuran larutan kloroform dengan aseton dengan perbandingan volume yang berbeda-beda dan mengukur titik didih dari tiap perbandingan volume tersebut untuk mengetahui pengaruh komposisi terhadap titik didih. Dan dapat diperlihatkan pengaruh gaya antar molekul terhadap tekanan uap campuran. Apabila larutan zat B dalam A bersifat ideal, maka gaya tarik antara molekul A dan B sama dengan gaya tarik antara molekul A dan A atau antara B dan B. Dalam percobaan ini digunakan sebuah alat reflux yang biasa digunakan dalam penerapan hukum Raoult. Kloroform dan aseton merupakan suatu senyawa organik yang bersifat non polar, yang mudah menguap dan memiliki titik didih yang rendah, oleh karena itu dalam percobaan ini digunakan larutan kloroform dan aseton. Komposisi suatu zat terlarut dalam suatu larutan akan mempengaruhi titik didih dari larutan tersebut. Semakin besar komposisi zat terlarut dalam larutan maka semakin besar pula titik didih larutan tersebut. Namun dari hasil pengamatan didapatkan kecenderungan titik didih tersebut untuk semakin besar dengan bertambahnya komposisi zat terlarut, karena ada beberapa titik yang menunjukkam penurunan titik didih dengan penambahan zat terlarut. Hal ini dikarenakan pembacaan suhu yang kurang teliti dan juga karena proses pemanasan yang kurang baik dan di dalam percobaan ini sangat sulit untuk menentukan titik didih setiap penambahan volume yang ditentukan untuk sampel aseton, sedangkan untuk sampel kloroform penentuan titik didihnya

jelas terlihat hasilnya. Menurut literatur titik didih yang paling tinggi akan dicapai pada saat volume larutan memiliki perbandingan yang sama, namun pada saat volume aseton 6 ml dan kloroform 8 ml terlihat titik didih yang paling tinggi, yaitu 63C. Hal ini dapat disebabkan karena gaya tarik antara molekul-molekul kloroform dan aseton yang semakin kuat ketika hampir mendekati titik kesetimbangan volume antara aseton dan kloroform. Reaksi yang terjadi:

VII. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah : 1. Komposisi suatu larutan akan mempengaruhi titik didih zat di di dalamnya, semakin besar komposisi zat terlarut dalam larutan maka semakin besar pula titik didih larutan tersebut. 2. Semakin besar gaya tarik antar molekul menyebabkan semakin kecil tekanan uap campuran. 3. Kloroform dan aseton merpakan campuran yang mengikuti hukum Raoult. 4. Titik didih teori kloroform adalah 62,5 oC dan pada percobaan titik didih kloroform mencapai 63oC, sedangkan Titik didih teori aseton adalah 57,5oC dan pada percobaan titik didih aseton mencapai 60,5 oC. Hal ini menunjukkan terjadinya penyimpangan dari hukum Raoult. 5. Penyimpangan dari hukum Raoult terjadi karena kecenderungan bercampurnya kloroform dan aseton yang lebih besar sehingga jumlah tekanan uap kedua zat lebih kecil daripada larutan ideal. DAFTAR PUSTAKA Dogra, S.K dan S. Dogra. 1990. Kimia Fisika dan Soal-soal. UI-Press. Jakarta. Oxtoby. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Syukri. 1999. Kimia Dasar. ITB press. Bandung.

You might also like