You are on page 1of 4

MONITORING ANESTESIA

Tujuan monitoring adalah untuk membantu anestetis mendapatkan informasi fungsi organ vital selama dilakukan anestesia, supaya dapat bekerja dengan aman. Monitoring secara elektronik membantu anestetis mengadakan observasi pasien lebih efisien secara terus menerus.

Monitoring standar Monitoring dasar pada pasien dalam keadaan anestesia adalah monitoring tanpa alat atau dengan alat sederhana seperti stetoskop dan tensimeter secara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Rekam medis sebelum tindakan anestesia sangat penting diketahui untuk mengetahui apakah pasien dalam keadaan bugar atau sedang menderita suatu penyakit sistemik. Monitoring standar atau minimal yaitu stetoskop prekordial/esofageal, manset tekanan darah, EKG, oksimeter dan termometer.

Monitoring Kardiovaskular 1. Non-invasif (tidak langsung) 1.1. Nadi Monitoring terhadap nadi merupakan keharusan, karena gangguan sirkulasi sering terjadi selama anestesi. Monitoring terhadap nadi dapat dilakukan dengan cara palpasi arteria radialis, brakialis, femoralis, atau karotis. Dengan palpasi dapat diketahui frekuensi,irama, dan kekuatan nadi. Selain palpasi dapat dilakukan auskultasi dengan menempelkan stetoskop di dada atau dengan kateter khusus melalui esofagus. Monitoring nadi secara kontinyu dapat dilakukan dengan peralatan elektronika seperti EKG atau oksimeter yang disertai dengan alarm. Pemasangan EKG untuk mengetahui secara kontinyu frekuensi nadi, disritmia, iskemia jantung, gannguan konduksi, abnormalitas elektrolit dan fungsi pacemaker. 1.2. Tekanan darah

Tekanan darah dapat diukur secara manual atau otomatis dengan manset yang harus tepat ukurannya (lebarnya kira-kira 2/3 lebar jarak olekranon-akromion, atau 40% dari keliling besarnya lengan). Tekanan sistolik diastolik diketahui dengan cara auskultasi, palpasi, sedangkan tekanan arteri rata-rata (MAP) diketahui secara langsung dengan monitor tekanan darah elektronik atau dengan menghitungnya yaitu

1/3 (tekanan sistolik + 2 x tekanan diastolik) atau tekanan diastolik + 1/3 (tekanan sistolik-tekanan diastolik).

Usia Prematur Cukup bulan 6 bulan 12 bulan 2 tahun 5 tahun 12 tahun Dewasa 1.3.

Frekuensi nadi (per menit) 150 20 13318 12020 12020 10525 9010 7017 658

Tekanan sistolik (mmHg) 50 3 673 8929 9630 9925 9414 10916 12010

Tekanan diastolik (mmHg) 302 424 6010 6625 6425 559 589 8010

Banyaknya perdarahan

Monitoring terhadap perdarahan dilakukan dengan menimbang kain kasa ketika sebelum kena darah dan sesudahnya, mengukur jumlah darah di botol pengukur darah ditambah 10-20% untuk yang tidak dapat diukur.

2. Invasif (langsung) Biasanya dikerjakan untuk bedah khusus atau pasien keadaan umum kurang baik. 2.1. dengan kanulasi arteri melalui a. radialis, a.dorsalis pedis, a.karotis, a.femoralis dapat diketahui secara kontinyu tekanan darah pasien. 2.2. kanulasi vena sentral, v.jugularis interna-eksterna, v.subklavia, v.basilika, v.femoralis dapat mengetahui tekanan vena sentral secara kontinyu. 2.3. kanulasi a.pulmonali dapat menganalisa curah jantung. 2.4. pada bayi baru lahir dapat digunakan arteria dan atau vena umbilikalis. Selain itu kanulasi arteri ini dapat digunakan untuk memonitor ventilasi dengan mengukur kadar pH, PO 2, PCO2 bikarbonat dengan

lebih sering sesuai kebutuhan. Pada bedah jantung yang kompleks digunakan ekokardiografi transesofageal.

3. Monitoring respirasi a.) Tanpa alat

Kita dapat mengawasi pasien secara langsung gerakan dadaperut baik pada saat bernapas spontan atau dengan napas kendali. Untuk oksigenasi dapat dilihat warna mukosa bibir, kuku pada ujung jari dan darah pada luka bedah apakah pucat, kebiruan, atau merah muda. b.) Stetoskop Untuk mendengar suara pernapasan. c.) Oksimetri denyut (pulse oximtry) Untuk mengetahui saturasi oksigen (SaO2). d.) Kapnometri Untuk mengetahui secara kontinyu kadar CO2 dalam udara inspirasi atau ekspirasi.

4. Monitoring suhu badan Brunner and Suddarth (2002) berpendapat bahwa pasien yang mengalami anestesi mudah menggigil akibat pemajanan lama terhadap dingin dalam ruang operasi dan efek obat anestesi. Obat anestesia mampu mendepresi pusat pengatur suhu (SSP) sehingga mudah turun naik dengan suhu lingkungan. Monitoring suhu jarang dilakukan selama pembedahan kecuali pada : a.) Bayi atau anak kecil b.) Pasien yang demam

5. Monitoring ginjal Hal ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui keadaan sirkulasi ginjal.

6. Monitoring sistem saraf Dilakukan dengan memeriksa respom pupil terhadap cahaya, respon terhadap pembedahan,dan respon terhadap otot.

7. Monitoring kedalaman anestesia Memonitor kedalaman anestesia adalah melihat tingkatan depresi terhadap SSP dan bagaimana efisiensi sistem kardiovaskular. Tingkat kedalaman anestesia adalah sesuai dengan tingkat depresi terhadap fungsi SSP, yang dilihat adalah perubahan tekanan darah, nadi, pernapasan, pupil, refleks, pergerakan bola mata, kesadaran. Monitoring ini juga bisa dilakukan dengan elektroensefalogram.

Monitoring khusus Umumnya digunakan pada bedah khusus atau bedah mayor.

You might also like