You are on page 1of 48

BAB I RUANG LINGKUP PENGELOLAAN KEGIATAN DI LEMBAGA PAUD

A. Latar Belakang Pentingnya Pengelolaan Kegiatan di lembaga PAUD (KB dan TPA). Pendidikan Anak Usia Dini sangat penting dilaksanakan sebagai dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh, yaitu untuk pembentukan karakter, budi pekerti luhur, cerdas, ceria, terampil dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan usia dini dapat dimulai di rumah atau dalam keluarga, perkembangan anak pada tahun-tahun pertama sangat penting dan akan menentukan kualitasnya di masa depan. Oelh karena itu, upaya-upaya pengembangan anak usia dini hendaknya dilakukan melalui belajar dan melalui bermain (learning through games). Hal ini karena bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak melalui bermain anak memperoleh kesempatan untuk bereksplorasi (exploration), menemukan (finding), mengekspresikan (expression), perasaannya dan berkreasi (creation). Lembaga-lembaga PAUD di Indonesia memiliki pijakan yang sangat kuat bernpa landasan yuridis, landasan filosofis, landasan religius, dan landasan keilmuan serta landasan empirik. 1. Landasan yuridis adalah landasan yang berkaitan dengan pentingnya penyelenggaraan lembaga PAUD (KB dan TPA). 2. Landasan filosofis dan religius, yaitu landasan yang didasarkan pada keyakinan agama yang dianut oleh para orang tua anak usia dini. 3. Landasan empirik adalah landasan yang berdasarkan pada fakta yang terdapat di lapangan. 4. Landasan keilmuan adalah teori-teori dan kajian-kajian yang melandasi apa, mengapa, dan bagaimana anak usia dini mendapat pengasuhan, pendidikan dan perlindungan yang tepat.

B. Pengelolaan Kegiatan di Kelompok Bermain (KB). Ruang lingkup pengelolaan lembaga PAUD berdasarkan rentangan usia kehidupan adalah : 0,0 tahun-2 tahun 2,1 tahun-6 tahun 3 tahun-6 tahun 4 tahun-6 tahun 6,1 tahun-8 tahun : Pendidikan keluarga. : Pendidikan di Taman Penitipan Anak (TPA). : Kelompok Bermain (KB). : Taman Kanak-kanak. : SD Kelas Awal.

Landasan ruang lingkup pengelolaan kegiatan di lembaga PAUD (Kelompok Bermain dan TamanPendidikan Anak) adalah landasan yuridis, filosofis dan religius, empirik, dan landasan keilmuan secara teoretis. Pengelolaan lembaga PAUD pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang dilakukan orang dewasa secara sadar dan bertanggung jawab untuk memberikan pengaruh positif pada anak usia dini sehingga multipotensi dan multikecerdasan yang dimiliki oleh anak usia dini dapat berkembang secara optimal. Hakikat pengelolaan kegiatan di Kelompok Bermain adalah merupakan salah satu alternatif upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak prasekolah melalui Kelompok Bermain dalam aspek-aspek pendidikan, pemberian gizi, dan kesehatan yang dilakukan oleh lembaga atau lingkungan yang terdiri dari keluarga, sekolah, lembaga-lembaga perawatan, keagamaan dan pengasuhan anak serta teman sebaya yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Hakikat pengelolaan kegiatan di Kelompok Bermain merujuk pada : 1. Pengertian anak bayi tiga tahun (batita). 2, Karakteristik perkembangan fisik, kognitif, dan sosial emosional. 3. Teori psikologi perkembangan anak. 4. Kontinum perkembangan belajar anak. 5. Bentuk pendidikan di Kelompok Bermain.

Tujuan pengelolaan kegiatan di Kelompok Bermain adalah untuk membantu meletakkan dasar pengembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar siap memasuki lembaga pendidikan selanjutnya, dan untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Pendekatan pengelolaan kegiatan di Kelompok Bermain dilakukan berdasarkan prinsip berikut. 1. Prinsip pendidikan anak usia dini, yaitu berorientasi pada kebutuhan anak, belajar melalui bermain, kreatif dan inovatif, lingkungan yang kondusif, menggunakan pembelajaran terpadu, mengembangkan keterampilan hidup, menggunakan berbagai media dan sumber belajar. 2. Prinsip perkembangan anak. 3. Prinsip belajar melalui bermain.

C. Pengelolaan Kegiatan di Taman Penitipan Anak (TPA) Pentingnya pelayanan yang terpadu (kesehatan-gizi-psikososial-agamapendidikan) untuk anak usia lahir tiga tahun. Hal ini sebagai upaya meletakkan dasar-dasar perkembangan yang baik pada diri anak secara holistik sehingga anak dapat mengenal diri dari lingkungannya. Semua kegiatan dilaksanakan dengan bermain sambil belajar yang dapat memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani serta memberikan rasa aman dan

menyenangkan bagi anak. Hakikat TPA adalah TPA sebagai kebutuhan, perizinan TPA, bentuk dan karakter TPA, penyelenggaraan TPA, menuju TPA masa depan. Tujuan pengelolaan TPA adalah untuk anak, orang tua, masyarakat. Pendekatan TPA melalui prinsip pendidikan anak, prinsip perkembangan anak, dan dasar filsafat pendidikan di TPA, yaitu tempa,asah, asih, asuh; sedangkan upaya untuk mewujudkan karakteristik anak secara holistik dan terpadu di TPA melalui olahraga, gizi dan kesehatan.

BAB II RAMBU-RAMBU PENDIRIAN LEMBAGA PAUD

A. Dasar Legalitas PAUD di Indonesia Pendidikan untuk semua (education for All), termasuk pendidikan anak usia dini telah menjadi perhatian masyarakat seluruh dunia. Hal ini ditunjukkan dengan diadakannya pertemuan Forum Pendidikan Dunia pada tahun 2002 di Dakar Senegal. Pada pertemuan ini, dihasilkan 6 komitmen sebagai kerangka aksi pendidikan untuk semua (The Dakar Framework for Action) yang disahkan dan diterima Forum Pendidikan Dunia (The World Education Forum) dengan dua belas strategi yang akan dilakukan untuk mendukung dan melaksanakan keenam komitmen tersebut. Setiap anak memiliki hak yang sama dan harus diperhatikan oleh seluruh masyarakat. Hak Setiap Anak tersebut adalah : 1. Untuk dilahirkan, untuk memiliki nama dan kewarganegaraan; 2. Untuk memilik keluarga yang menyayangi dan mengasihi saya; 3. Untuk hidup dalam komunitas yang aman, damai dan lingkungan yang sehat; 4. Untuk mendapatkan makanan yang cukup dan tubuh yang sehat dan aktif; 5. Untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan mengembangkan potensinya; 6. Untuk diberikan kesempatan bermain waktu santai; 7. Untuk dilindungi dari penyiksaan, eksploitasi, penyia-siaan, kekerasan dan dari mara bahaya; 8. Untuk dipertahankan dan diberikan bantuan oleh pemerintah; 9. Agar bisa mengekspresikan pendapat sendiri. Setiap pelanggaran atas hak anak tersebut mendapat sanksi, baik secara legislatif, administratif maupun tindakan lainnya secara moral dan politis.

Landasan Dasar PAUD di Indonesia meliputi landasan yuridis (hukum), empiris maupun keilmuan. Jalur dan Bentuk layanan pendidikan anak usia dini di Indonesia tertuang dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bagian VII Pasal 28 ayat (14), yaitu sebagai berikut : 1. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. 2. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal dan atau informal. 3. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat. 4. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. 5. Pendidikan anak usia dini pada jalur informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. 6. Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah Jalur dan bentuk layanan PAUD dilaksanakan melalui jalur formal (TK/RA), Nonformal (KB, TPA, dan bentuk lain yang sejenis, seperti posyandu dan BKB) Program PAUD jenis apa pun yang akan, sedang dan telah diselenggarakan oleh berbagai pihak, yang terpenting adalah menyediakan wahana yang dapat memfasilitasi hak-hak anak untuk menyenangkan sesuai dengan tahap perkembangan anak dan konvensi Hak Anak.

B. Pendirian Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Pada saat ini banyak sekal; bermunculan lembaga PAUD di berbagai tempat seperti Jamur yang tumbuh saat musim penghujan. Ada yang berskala kecil maupun besar, didirikan oleh perorangan maupun lembaga atau kelompok Kelompok Bermain (KB) adalah salah satu bentuk layanan PAUD pada jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteman bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun. (dengan prioritas anak usia dua sampai empat tahun) dan merupakan salah satu bentuk PAUD pada jalur nonformal yang mengutamakan kegiatan bermain sambil belajar. Penyelenggaraan KB harus memenuhi persyaratan minimal yang meliputi: peserta didik, pendidik, pengelola, persyaratan pendirian dan prosedur pendirian dan pengelolaan administrasi dan pelaporan dan pembinaannya. Taman Penitipan Anak (TPA) adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan nonformal sebagai wahana kesejahteraan yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu bagi anak yang orang tuanya bekerja. TPA menyelenggarakan. program pendidikan sekaligus pengasuhan terhadap anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun dengan prioritas anak usia empat tahun ke bawah. Untuk mendukung mewujudkan anak usia dini yang berkualitas, maju, mandiri, demokrasi, dan berprestasi, TPA

menggunakan dan menerapkan filsafat pendidikan, yaitu tempa, asah, asih, dan asuh. Penyelenggaraan KB harus memenuhi persyaratan minimal, yang meliputi peserta didik, pendidik, pengelola, pengasuh/perawat, rasio pendidik atau pengasuh dengan peserta didik, teknis penyelenggaraan, perizinan, pengelolaan administrasi, evaluasi, pelaporan dan pembinaannya. Satuan PAUD yang sejenis merupakan area program pelayanan AUD yang tujuannya sama dengan lembaga PAUD lainnya. Sasaran SPS selain Anak Usia 6 tahun juga orang tua dan pengasuh anak usia dini.

Pelaksanaannya lebih fleksibel bergantung pada kesepakatan antara warga dan pengelola atau kader SPS tersebut. Tempat belajarnya juga lebih Fleksibel dan bisa dilakukan di mana saja. C. Pengajuan Rintisan Program Pendidikan Anak Usia Dini Misi Utama Direktorat PAUD adalah : a. Mengupayakan pemerataan peningkatan mutu, dan efisiensi

penyelenggaraan pendidikan dini; b. Meningkatkan kesadaran orang tua akan pentingnya PAUD bagi masa depan anak-anaknya; c. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan peran serta masyartakat dalam menyelenggarakan pendidikan dini. Pendidikan anak usia dini di Indonesia perlu mendapat perhatian yang sangat serius dari berbagai pihak. Oleh karenanya pemerintah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat yang ingin

mengembangkan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk program PAUD dengan cara memberikan bantuan dana rintisan. Oleh karena itulah, pemerintah perlu mengeluarkan pedoman pengajuan rintisan program PAUD. Dalam pedoman ini berisikan ketentuan umum, pelaksanaan, penilaian dan tindak lanjut pengajuan dana rintisan program PAUD Termasuk bentuk usulan kegiatannya (proposal). Dengan Demikian, bagi masyarakat yang ingin mengajukan dana rintisan akan memiliki rambu-rambu pengajuan secara jelas.

BAB III PENGELOLAAN LINGKUNGAN BELAJAR INDOOR DI LEMBAGA PAUD

A. Dasar Pengelolaan Lingkungan Belajar Indoor di Lembaga PAUD Lingkungan sebagai unsur yang menyediakan sejumlah rangsangan perlu mendapat perhatian dan perlu diciptakan sedemikian rupa, agar menyediakan objek-objek sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak. Dalam merencanakan program yang sesuai perkembangan anak, orang dewasa atau pendidik hendaknya melakukan beberapa hal berikut ini : 1. Menyediakan kegiatan berikut peralatan yang bervariasi dan kaya yang dapat dipilih sendiri oleh anak. 2. Menawarkan kepada anak-anak untuk memilih apakah mereka ingin berpartisipasi dalam kelompok kecil atau melakukan kegiatan sendiri (individu) 3. Membantu dan memandu anak-anak yang tidak atau belum mampu memanfaatkan kemudahan dan kesenangan kegiatan pilihan sendiri dalam sesi kegiatan pilihan anak. 4. Memberikan kesempatan kepada anak untuk berinisiatif dan melakukan praktik langsung mengenai kegiatan yang dipilihnya sendiri. Pendidik perlu menciptakan dan menyediakan lingkungan belajar yang mendukung dan memudahkan sensori anak untuk bersentuhan dengan lingkungan belajar sehingga setiap aspek perkembangan anak dapat berkembang sebaik-baiknya. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan perkembagan anak usia dini, khususnya anak usia tiga sampai dengan empat tahun. Faktor lingkungan memberikan pengaruh yang sangat besar untuk membedakan kualitas program di lembaga PAUD. Oleh karenanya guru harus lebih berhati-hati dalam merencanakan dan mengorganisir ruang kelas dan

peralatannya. Perencanaan dan pengorganisiran ruang kelas secara baik dan berhati-hati akan memberikan banyak keuntungan, diantaranya : 1. Membuat pekerjaan guru menjadi mudah, 2. Hari-hari anak menjadi lebih menyenangkan, 3. Anak dapat menyelesaikan tugas secara lebih produktif dan tertantang, 4. Anak-anak akan terus berkeliling dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya tanpa merasa bosan, 5. Atmosfer kegiatan pembelajaran lebih dapat terantisipasi, cemerlang, inspiratif, menakjubkan, menantang dan memesona. Ruangan yang perlu disiapkan, antara lain ruangan untuk bayi dan ruangan untuk anak-anak kecil lengkap dengan peralatannya. Ruangan ini disiapkan dengan mengacu pada panduan National Association Education for the Young Children (NAEYC) dalam bukunya Developmentally Appropriate Practice (DAP). Terdapat beberapa panduan yang dapat diikuti yang berhubungan dengan perlatan dalam ruangan, meliputi : 1. Pertimbangkan untuk Mengenalkan alat dan bahan, 2. Berikan waktu pada anak-anak untuk Menentukan kelompoknya sendiri Sebelum anda mengajaknya untuk berbagi, 3. Anjurkan anak-anak untuk memahami bahwa setiap jenis benda mempunyai tempat, 4. Bantu anak-anak merencanakan apa yang ingin mereka lakukan, 5. Membiarkan ruangan terbuka untuk anak-anak, 6. Panduan umum ketika mengevaluasi fasilitas untuk anak usia dini, meliputi bentuk ruangan, bagaimana meredam bunyi, warna dinding, lantai, alat pemanas atau pendingin ruangan, cahaya dan ventilasi, air dan bak cuci, ruang penyimpanan, kursi dan meja dan rak. Selain itu faktor keamanan sangat penting diperhatikan dalam menata ruangan untuk anak usia dini.

Penataan ruangan untuk memfasilitasi anak usia dini juga akan berpengaruh pada keamanan dan keberhasilan pelaksanaan kegiatan kreatif yang menggunakan peralatan perlu dipertimbangkan beberapa faktor, yaitu usia dan tingkat perkembangan anak-anak, pengawasan, fleksibilitas, arus lalu lintas dan ruang pribadi.

B. Teknik Penataan Ruangan dan Perlengkapan Belajar di Lembaga PAUD Pada saat ini pendekatan model sentra menjadi trend dalam menyelenggarakan PAUD, berikut akan dibahas alasan penggunaan sentra dalam PAUD, yang meliputi : 1. Nilai bermain Seperti telah kita ketahui bahwa semboyan kegiatan pengembangan pada anak usia dini adalah bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain. Bermain adalah pekerjaan anak-anak dan anak-anak selalu ingin bermain. Dalam bermain anak-anak mengembangkan sesuatu yang berbeda dan membedakan pendekatan yang terbaik. Dalam bermain anak-anak menggunakan bahasa untuk melancarkan kegiatan, menjelajah dan menyaring bahasa mereka ketika mereka bicara dan mendengarkan anakanak lainnya. 2. Pusat Minat atau Pusat kegiatan (Sentra) Salah satu pendekatan yang membantu kreativitas dalam penggunaan perlatan adalah dengan menyediakan salah satu bagian dari kegiatan, minat dan lingkungan dengan mengidentifikasi kegiatan dan peralatan untuk setiap kelompok anak di kelas. Dalam ruang kelas untuk anak usia dini, lingkungan didesain untuk pengembangan total secara alamiah bagi anak-anak. Kegiatan kelas menyediakan kesempatan pada anak-anak untuk berpartisipasi secara individual dalam tim dan kelompok kecil.

3. Sentra adalah pembelajaran terpadu Sentra adalah pembelajaran terpadu yang terbaik. Sentra dapat membantu anak-anak mengembangkan seluruh kemampuannya secara bersamaan. Dalam satu kegiatan belajar, anak-anak dapat mengembangkan aspek bahasa, kognitif fisik motorik, sosialemosionalnya dalam satu kesempatan. Penataan ruangan di lembaga PAUD yang dibahas dalam kegiatan belajar ini, ditujukan untuk pendidik (guru dan pengasuh) yang menginginkan kelasnya menjadi tempat yang menarik atau memadai sebagai tempat bermain dan belajar. Selain itu, dengan membaca kegiatan belajar ini, diharapkan para pendidik untuk lembaga PAUD tertarik mencoba menyusun ruangan sentra yang sesuai dengan kebutuhan, minat dan kondisi lingkungan di lembaga PAUD di manapun berada dan memberi kesempatan kepada pendidik untuk menata dan mendesain ruangan kelasnya dengan cara yang kreatif sehingga proses pengembangan kemampuan anak dapat lebih optimal. Beberapa alasan mengapa pada lembaga PAUD disarankan untuk menggunakan sentra adalah karena : 1. Dunia anak adalah dunia bermain, 2. Sebaiknya pendidik menyediakan lingkungan belajar yang merangsang anak untuk bermain, mengeksplor dan mengembangkan ide-ide tersebut dengan pengalaman yang telah mereka peroleh dalam kehidupan yang diperoleh ketika anak berinteraksi dengan lingkungannya, 3. Sentra adalah pembelajaran terpadu yang terbaik. Sentra dapat membantu anak-anak mengembangkan seluruh kemampuannya secara bersamaan. Dalam satu kegiatan belajar, anak-anak dapat mengembangkan aspek bahasa, kognitif, fisik-motorik, sosial emosionalnya dalam satu kesempatan. Pemilihan sentra sebaiknya disesuaikan dengan.ruang kelas yang disesuaikan dengan bakat anak-anak, sedangkan banyaknya sentra tergantung pada jumlah anak dalam kelas, dan sesuaikan dengan kondisi dan keadaan sekolah dan ruang kelas Anda.

Sentra yang ditawarkan dalam kegiatan belajar ini merupakan contoh yang dapat dipilih dan dikembangkan secara kreatif oleh pendidik. Pilihlah sentra yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan kemampuan sekolah. Sentra ersebut adalah sentra tradisional, meliputi sentra rumah tangga (housekeeping centre), sentra balok (block centre), sentra seni (art centre), sentra pasir dan air (sand and water centre), sentra perpustakaan (library centre), sentra musik dan suara (music and sound centre), sentra menulis (writing centre), serta sentra sains dan alam (science and nature centre). Adapun sentra sosio drama, meliputi sentra mal (mall centre), sentra ruang dokter atau rumah sakit (doctors office or hospital centre), sentra toko grosir (the grocery centre), sentra memasak (bakery or cooking centre). Sentra unik meliputi sentra ruang angkasa (space centre)

BAB IV PENGELOLAAN LINGKUNGAN BELAJAR OUTDOOR DI LEMBAGA PAUD TAMAN PENITIPAN ANAK (TPA) DAN KELOMPOK BERMAIN (KB)

A. Pengelolaan lingkungan Outdoor di Taman Penitipan Anak dan Kelompok Bermain Ada dua alasan penting bermain outdoor diperuntukkan untuk anak-anak usia dini. Pertama, banyak kemampuan anak yang harus dikembangkan dan didapatkan oleh anak. Kedua, kebiasaan orang tua yang menjauhkan area bermain dari anak-anak karena berbagai faktor dan lebih memilih memberikan anak-anak tontonan atau bermain komputer selain itu faktor lingkungan yang tidak aman membuat orang tua menjauhkan anak mereka untuk bermain di luar. Bermain outdoor membuat anak dapat menikmati kesenangan dan sangat membantu pertumbuhan dan perkembangannya. Berbagai macam area yang ada di lingkungan bermain outdoor yang dikelilingi alam yang natural sehingga anak-anak dapat mengobservasi benda-benda yang ada disekitarnya. Hal yang paling penting dari penataan lingkungan outdoor adalah anak mendapatkan pengalaman yang unik. Misalnya science yang datang dengan sendirinya secara natural, yaitu berseksplorasi dan mengobservasi dengan tangannya sendiri. Anak dapat melihat tentang perubahan warna, memegang kulit kayu sebatang pohon, mendengar suara jangkrik atau mencium udara setelah hujan turun, anak-anak menggunakan semua perasaan mereka untuk belajar tentang dunianya. Memperhatikan pentingnya tata lingkungan outdoor untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak maka anda harus memberikan perhatian serius dalam merancang dan menggunakan tempat bermain outdoor.

Prinsip penataan area bermain outdoor pada anak usia dini adalah : 1. Memenuhi aturan keamanan 2. Harus sesuai dengan karakteristik alamiah anak 3. Harus didasarkan pada kebutuhan anak dan 4. Secara estetis harus menyenangkan B. Aplikasi kegiatan Outdoor di Kelompok Bermain dan Taman Penitipan Anak Spesifikasi alat permainan untuk arena bermain outdoor harus cukup flexible untuk memenuhi kebutuhan dan prasyarat minimal serta memasukkan faktor lokasi, ukuran pagar, tanah lapang, permukaan dan naungan. Dalam merancang tempat bermain outdoor cara yang baik untuk memulai adalah mempertimbangkan beberapa variasi pengalaman yang akan anda berikan kepada anak didik. Beberapa pertimbangan yang dapat menjadi masukan ke dalam area aktivitas anak adalah variasi alat-alat permainan, aktivitas menggali dan menimbun, membersihkan permainan yang

membutuhkan keheningan, bermain dengan binatang, berkebun, menjadi tukang kayu. Kunci sukses dalam menggunakan area outdoor adalah amar, jauh dari kebisingan lalu lintas. Anak dapat dengan leluasa mengekspresikan idenya dengan aktivitas yang dilakukannya. Salah satu faktor keselamatan dan keamanan adalah penyesuaian perlengkapan dan perlatan berkenaan dengan ukuran fisik anak. Kecelakaan sering terjadi apabila perlengkapan dan peralatan tidak cocok dengan kemampuan dan ukuran fisik anak. Alasan mengapa anak-anak merasa tidak nyaman terhadap perlengkapan di area bermain adalah : 1. Kecenderungan berfokus hanya pada satu aspek situasi; 2. Kesulitan menilai ukuran;

3. Anak kurang perhatian terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Untuk mencapai tujuan dari area bermain outdoor, pada kegiatan program dapat menambahkan atau menyertakan staf pengajar dan peneliti untuk mendukung hal tersebut dengan melakukan penelitian di area tersebut.

BAB V PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN DI LEMBAGA PAUD (KELOMPOK BERMAIN DAN TAMAN PENITIPAN ANAK)

A. Pelaksanaan kegiatan pengembangan di kelompok bermain. Program kegiatan belajar kelompok bermain KB adalah seperangkat kegiatan belajar yang direncanakan untuk dilakukan dalam rangka menyiapkan dan meletakkan dasar-dasar bagi perkembangan diri anak didik lebih lanjut. Pelaksanaan pembentukan perilaku melalui pembiasaan dilakukan melalui kegiatan rutin, spontan dan terprogram. Pengembangan keamampuan dasar KB terdiri dari pengembangan bahasa, kognitif, fisik dan seni. Pelaksanaan kegiatan pengembangan diawali dengan kegiatan

pembukaan, inti, istirahat dan penutup lalu pendidik mengantar anak-anak dan diserahkan kepada para penjemput. Selain itu, untuk mengembangkan konsep belajar melalui bermain maka ada tahap-tahap kegiatan pengembangan bermain di KB, yaitu : 1. Bermain eksploratoris; 2. Bermain energetik; 3. Bermain ketrampilan; 4. Bermain sosial; 5. Bermain imajinatif. Prosedur pelaksanaan kegiatan pengembangan di KB meliputi : 1. Peserta didik Persyaratan bagi peserta didik untuk dapat menjadi anggota dari Kelompok Bermain adalah (1) usia 2 4 tahun dengan jumlah minimal 10 anak, (2) anak usia 5 6 tahun yang tidak mendapat kesempatan masuk di Taman KanakKanak dengan jumlah minimal 10 anak. Peserta didik KB memiliki hak-hak untuk belajar melalui bermain yang meliputi :

a. Mendapatkan mainan yang sama b. Bebas bereksplorasi dengan alat permainan sesuai dengan peraturan, c. Mendapatkan bantuan belajar apabila mengalami kesulitan, d. Memanipulasi objek permainan dengan benar. Selain hak peserta didik KB juga memiliki beberapa kewajiban yaitu : a. Merapikan alat permainan apabila selesai bermain, b. Menggunakan alat permainan dengan benar c. Berbagi dan bergantian dengan teman d. Mentaati ketertiban dalam bermain. 2. Pendidik Pendidik Kelompok Bermain harus memiliki beberapa kualifikasi sebagai berikut : a. Kompetensi Pedagogik b. Kompetensi Kepribadian c. Kompetensi Profesional d. Kompetensi Sosial Pendidik Kelompok Bermain berhak mendapat insentif baik dalam bentuk materi, penghargaan maupun peningkatan kinerja sesuai dengan kemampuan dan kondisi setempat (baik melalui APBN, APBD I dan II, dan masyarakat) 3. Pengelola Pengelola KB hendaknya memiliki kualifikasi sebagai berikut : a. Pendidikan minimal SLTA atau sederajat b. Memiliki kemampuan dalam mengelola program kelompok bermain secara profesional c. Memiliki kemampuan dalam melakukan koordinasi dengan tenaga pendidik, instansi terkait dan masyarakat. d. Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat dan peserta didik serta orang tuanya.

e. Memiliki tanggung jawab moril mempertahankan dan meningkatkan keberlangsungan KB yang dikelolanya. 4. Tempat Cara menentukan lokasi untuk KB hedaknya memperhatikan hal-hal berikut : a. Lokasi gedung yang mudah dimasuki kendaraan roda dua dan roda empat. b. Lokasi dilewati oleh kendaraan umum c. Lokasi berada di pemukiman perkantoran atau ruko perumahan. d. Tempat parkir yang memadai e. Jauh dari sungai tempat pembuangan sampah dan terminal angkutan atau bis. f. Dekat dengan tanaman g. Mendapatkan pencahayaan yang baik h. Ventilasi ruangan yang terang i. Memiliki jalan keluar apabila terjadi kebakaran gedung j. Desain ruangan yang sesuai dengan kebutuhan bermain anak. 5. Waktu Waktu adalah modal kerja yang harus dihargai. Seorang pengelola harus menghitung jam efektif bekerja dan jumlah total hari kerja untuk menentukan penggajian kepada karyawan. Anak belajar di KB biasanya 2 jam sehari, sedang di TPA bervariasi. Ada TPA yang menyediakan layanan insidental (per jam) paruh hari atau sehari penuh. 6. Adminsitrasi Administrasi di KB secara umum terdiri dari aspek-aspek administrasi berikut ini : a. Administrasi Program Pembelajaran b. Administrasi Pengelolaan Kegiatan c. Administrasi Keuangan d. Adminsitrasi Kepegawaian

B. Pelaksanaan kegiatan pengembangan di Tempat Penitipan Anak Taman Penitipan Anak (child care centre) adalah wahana asuhan kesejahteraan sosial yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk waktu tertentu bagi anak yang orang tuanya berhalangan, tidak mampu, atau tidak punya waktu untuk memberikan pelayanan kebutuhan kepada anaknya. Selain itu, Taman Penitipan Anak juga disebut sebagai wahana pendidikan dan pembinaan kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu selama orang tuanya berhalangan atau tidak memiliki waktu yang cukup. Tahap-tahap pelaksanaan pengembangan kegiatan di TPA antara lain : tujuan, landasan yuridis, sasaran, pengelompokkan anak, persyaratan, lingkungan, pemeliharaan kebersihan, perizinan, keamanan, kesehatan, higiene dan gizi serta pembiayaan. Prosedur pelaksanaan kegiatan pengembangan di TPA antara lain meliputi kurikulum dan evaluasi. Proses kegiatan pengembangan di TPA perlu memperhatikan beberapa unsur yang terdiri dari materi, metode, media, evaluasi, sumber daya manusia (pendidik, pengelola, dan pengasuh atau perawat), sarana prasarana, kompetensi hasil keluaran, pembinaan dan site plan.

BAB VI RUANG LINGKUP, TUJUAN, PENDEKATAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEGIATAN PADA LEMBAGA SATUAN PAUD SEJENIS (SPS)

A. Ruang lingkup, tujuan, pendekatan, prosedur pengelolaan kegiatan pada lembaga Satuan PAUD Sejenis (SPS) Satuan PAUD Sejenis (SPS), yakni lembaga yang menyelenggarakan pendidikan selain Taman Kanak-Kanak, Kelompok Bermain dan Taman Penitipan Anak. Satuan PAUD sejenis (SPS) berfungsi memberikan pendidikan sejak dini dan membantu meletakkan dasar ke arah pengembangan sikap, perilaku, perasaan, kecerdasan, sosial dan fisik yang diperlukan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan Satuan PAUD Sejenis sangat penting untuk dilakukan dengan alasan bahwa masyarakat memiliki potensi untuk merencanakan, melaksanakan, mendukung,

mengevaluasi program yang berkaitan dengan kehidupannya termasuk PAUD. Selain itu masyarakat juga perlu memiliki , pemahaman tentang kebutuhan dan harapannya pada bidang PAUD. Tujuan Satuan PAUD Sejenis (SPS) memberikan layanan kesehatan, gizi, serta psikososial secara holistik dan terintegrasi adalah untuk membantu meletakkan dasar ke arah pengembangan sikap, perilaku, perasaan, kecerdasan, sosial dan fisik yang diperlukan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Pendekatan lembaga Satuan PAUD Sejenis berorientasi pada hal-hal berikut : 1. Prinsip pendidikan anak 2. Prinsip perkembangan anak

3. Optimalisasi layanan Pos PAUD a. Optimalisasi program b. Optimalisasi ketenagaan c. Optimalisasi prasarana d. Optimalisasi sarana e. Berpusat pada anak Prosedur pelaksanaan pengembangan pada lembaga SPS adalah sebagai berikut : 1. Peserta didik, pendidik, pengelola 2. Komponen program Pos PAUD 3. Strategi pelaksanaan PAUD 4. Indikator keberhasilan B. Penilaian kegiatan pengembangan pada lembaga PAUD Sejenis Dasar hukum pentingnya dilakukan penialian adalah sebagai berikut : 1. UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah penilaian sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tujuan pendidikan nasional maupun penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar yang menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan dan penilaian juga sebagai kegiatan yang perlu direncanakan dan diatur sejalan dengan Program Kegiatan Belajar yang berlaku. 2. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1990 Bab X Pasal 16 tentang penilaian adalah kegiatan pertumbuhan dan perkembangan anak didik di TK/RA dilakukan secara berkala dan berkelanjutan. 3. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XVI Pasal 57,58 Pasal 57 ayat (1) evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan; (2) evaluasi dilakukan

terhadap peserta didik, lembaga dan program pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan dan jenis pendidikan. Pasal 58 ayat (1) evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan; (2) evaluasi peserta didik, satuan pendidikan dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan dan sistematik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan. Fungsi penilaian antara lain berikut ini. 1. Memberikan umpan balik kepada guru untuk memperbaiki KBM. 2. Memberikan informasi kepada orang tua tentang tercapainya

pertumbuhan dan perkembangan anaknya agar dapat memperbaiki dan meningkatkan bimbingan dan motivasi. 3. Sebagai bahan pertimbangan guru untuk menempatkan anak dalam kegiatan yang sesuai dengan minat dan kemampuan anak didik yang memungkinkan anak didik dapat mencapai kemampuan secara optimal. 4. Sebagai bahan masukan bagi pihak lain yang memerlukan dalam memberikan pembinaan selanjutnya. Prinsip-prinsip penilaian menyeluruh, berkesinambungan, objektif, mendidik, kebermaknaan adalah hasil penilaian harus bermakna bagi guru atau pengasuh, orang tua, anak. Ada dua kegiatan penilaian di lembaga SPS adalah evaluasi program dan evaluasi kemajuan perkembangan anak. Evaluasi perkembangan anak adalah jenis pelaporan pada lembaga Satuan PAUD Sejenis, meliputi evaluasi program dan evaluasi kemajuan perkembangan anak. Sertifikasi adalah anak yang selesai mengikuti program Pos PAUD dapat diberikan sertifikat. Sertifikat dikeluarkan oleh pengelola dengan diketahui oleh Kepala Dinas Kecamatan. Bentuk sertifikat ditentukan oleh daerah.

BAB VII PENGELOLAAN KEGIATAN CIRCLE TIME BAGI PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI

A. Pengelolaan kegiatan circle time bagi pengembangan anak usia dini 1. Circle Time adalah kegiatan kelompok yang dilakukan oleh sejumlah orang yang terdiri atas orang dewasa dan anak, duduk bersama dengan tujuan untuk membangun pemahaman bersama. Orang dewasa yang terlibat dalam kegiatan circle time yaitu guru dan atau naras sumber yang sengaja didatangkan untuk berdiskusi dengan anak berdasarkan topik tertentu. Kegiatan circle time merupakan kegiatan untuk membangun jembatan dan memfasilitasi percakapan antara anak dengan orang dewasa. Kegiatan circle time memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan rasa kebersamaan dalam kelompok. Kegiatan ini juga dapat

mengembangkan ketrampilan sosial anak, dimana anak belajar untuk mengemukakan ide dan mendengarkan pendapat orang lain serta mereka belajar untuk bersikap sportif bila pendapatnya diterima atau tidak diterima oleh kelompok. 2. Kegiatan circle time memiliki manfaat bagi anak usia dini. Manfaat tersebut dalam kegiatan pengembangan anak usia dini adalah sebagai berikut : a. Membantu mengkondisikan anak agar siap mengikuti kegiatan. b. Membantu anak untuk memahami topik pembahasan yang berkaitan dengan tema. c. Memberikan kesempatan pada anak untuk belajar dan menggali lebih jauh pengalaman mereka sendiri melalui diskusi bersama. d. Membangun kecakapan interpersonal dan memperkuat hubungan sosial antar anak.

e. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi anak dengan anak dan anak dengan orang dewasa. f. Membantu anak untuk menghargai pendapat orang lain. g. Membangun rasa percaya diri anak saat anak diberikan kesempatan mengemukakan pendapat. 3. Dalam melaksanakan kegiatan circle time ada beberapa rambu-rambu yang diperhatikan yaitu rancang kegiatan dengan sebaik mungkin dan menetapkan aturan kegiatan untuk kemudian disepakati dan dipatuhi oleh semua peserta dan peran guru dalam kegiatan circle time yang optimal. Dalam kegiatan ini guru harus berperan dalam menciptakan situasi dan suasana kelas yang aman dan nyaman dan kondusif bagi anak sehingga setiap anak dapat mempergunakan kesempatan ini untuk berbicara dan mendengarkan dengan sebaik-baiknya. Kegiatan circle time merupakan segiatan dimana setiap orang memiliki kesempatan mengemukakan pendapat. Oleh karena itu perlu diciptakan aturan bersama untuk dipatuhi agar tercipta suasana saling menghargai dan kenyamanan bagi setiap anak untuk mengemukakan pengalaman dan ide-ide mereka secara bebas namun tetap berada dalam bingkai atau batasan-batasn yang telah ditetapkan atau disepakati bersama. B. Kegiatan circle time di Kelompok Bermain dan Taman Penitipan Anak Sebelum anak melakukan kegiatan bermain di sentra, anak

memermlukan pijakan. Pijuakan ini dalam pendekatan BCCT biasanya dilakukan dalam kegiatan circle time Hal-hal yang perlu dan dapat dilakukan dalam memberi pijakan adalah sebagai berikut : a. Membaca buku yang berkaiotan dengan tema atau dengan mengundang nara sumber.

b. Menggabungkan kosakata baru dan menunjukkan konsep yang mendukung perolehan ketrampilan kerja (standar kinerja). c. Memberikan gagasan bagaimana menggunakan alat dan bahan bermain yang akan digunakan selama kegiatan di dalam sentra. d. mendiskusikan aturan dan harapan untuk pengalaman bermain e. Menjelaskan rangkaian waktu bermain f. Mengelola anak untuk keberhasilan hubungan sosial g. Merancang dan menerapkan urutan transisi bermain Untuk mengembangkan kegiatan circle time di kelompok bermain, seorang guru terlebih dahulu Menentukan pengembangan, konsep, tema dan kegiatan bermain yang akan dilakukan oleh anak. 1. Kegiatan circle time merupakan pijakan sebelum bermain dalam pendekatan BCCT. 2. Kegiatan circle time memiliki prosedur kegiatan, agar kegiatan tersebut lebih efektif. 3. Dalam mengembangkan kegiatan circle time terdiri dari beberapa komponen yaitu tema, konsep, kelompok usia, media dan langkah kegiatan.

BAB VIII PENGELOLAAN KEGIATAN BERBASIS SENTRA DI KB DAN TPA

A. Pengertian manfaat, jenis, dan prinsip umum pendekatan sentra di KB dan TPA 1. Sentra kadang disebut juga dengan area, sudut kegiatan ( activity centre), sudut belajar (learning centre) atau sudut minat (interest centre). Pengertian sentra menurut Gilley dan Gilley (1980) adalah permainan dan kegiatan yang disusun sedemikian rupa untuk memberikan semangat pada kegiatan-kegiatan pembelajaran secara khusus yaitu yang berhubungan dengan kehidupan keluarga, musik,seni, balok bangunan dan seni berbahasa. Menurut Depdiknas, sentra adalah zona atau area main anak yang dilengkapi dengan seperangkat alat main yang berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung perkembangan anak dalam tiga jenis main 2. Beberapa manfaat sentra bagi anak antara lain adalah sebagai berikut a. Meningkatkan kreativitas anak dengan memberikan kesempatan padanya untuk bermain, bereksplorasi, dan menemukan bahwa kegiatannya akan membantunya dalam memecahkan masalah, mempelajari

keahlian-.keahlian dasar dan memahami konsep-konsep baru. b. Melalui sentra, anak dapat memanipulasi objek dalam sentra-sentra yang disediakan, mengembangkan percakapan dan bermain peran serta belajar sesuai tingkatan dan langkah-langkah yang dia inginkan. c. Mengembangkan keahlian belajar yang mandiri karena adanya prinsip kehendak sendiri (self directing) dan koreksi diri (self correcting) yang alamiah terhadap berbagai alat di sentra kegiatan d. Memberikan individualisasi kegiatan karena gaya dan tingkat belajar anak yang berbeda-beda.

e. Memudahkan anak dalam memahami materi dan mengambil kesimpulan karena melalui sentra materi akan masuk ke otak anak secara teratur, sistematis, dan terarah. 3. Jenis bermain pada anak terdiri dari tiga macam, yaitu main sensorimotoris atau fungsional, main peran, dan main pembangunan; sedangkan jenis sentra tidak terbatas, dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi di mana KB/TPA tersebut berada. Secara tradisional, sentra-sentra yang biasanya diadakan, antara lain sentra keaksaraan atau persiapan, sentra bahan alam, sentra main peran, sentra bahan alam, sentra sains, sentra pembangunan, dan sentra seni, rumah tangga, sentra balok, sentra pasir dan air; sentra perpustakaan, sentra musik dan sentra menulis. Secara modern dapat kita kembangkan sentra-sentra, antara lain sentra luar angkasa, sentra mal, sentra pasar murah, sentra restoran, sentra peduli lingkungan, sentra pesta, pantai, sentra pom bensin. 4. Terdapat 4 pijakan dalam pendekatan sentra yang perlu dilakukan pendidik, yaitu pijakan lingkungan main, pijakan sebelum main, pijakan selama main dan pijakan sesudah main. B. Prinsip, rambu dan pengaturan kegiatan berbasis sentra di KB dan TPA 1. Langkah persiapan yang harus dilaksanakan untuk pendekatan sentra di KB dan TPA adalah: a. penyiapan pendidik dan pengelola melalui latihan dan pemagangan; b. penyiapan empat dan Alat Permainan Edukatif (APE) sesuai dengan jenis sentra yang akan dibuka dan tingkatan usia anak; c. penyiapan administrasi kelompok dan catatan perkembangan anak; d. pengenalan pendekatan sentra kepada para orang tua.

2. Prinsip-prinsip umum pendekatan sentra di KB dan TPA adalah keseluruhan proses pembelajaran dilaksanakan berlandaskan pada teori dan renga;aman empirik a. Tiap proses pembelajaran harus ditujukan untuk tuk merangsang seluruh aspek kecerdasan anak (kecerdasan jamak) melalui bermain yang terencana dan terarah serta dukungan pendidik dalam bentuk 4 jenis pijakan. b. Menempatkan penataan lingkungan main sebagai pijakan awal yang merangsang anak untuk aktif, kreatif, dan terus berpikir dengan menggali pengalamannya sendiri. c. Menggunakan standar operasional yang baku dalam proses pembelajaran. d. Sebaiknya telah mengikuti pelatihan tentang pendekatan sentra sebelum menerapkannya. e. Melibatkan orang tua dan keluarga, sebagai satu kesatuan proses pembelajaran untuk mei dukung kegiatan anak di rumah. f. Menurut penelitian, anak dapat bergerak dengan bebas dan leluasa dalam memilih kegiatan jika disediakan 2,5 tempat main untuk setiap anak. Phelps (1986) menernukan bahwa variabel yang paling berdampak negatif terhadap perilaku anak usia dini adalah jumlah dan penataan kesempaian main yang tidal. tepat. 3. Rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam menerapkan pendekatan sentra antara lain adalah sebagai berikut. a. Mempertimbangkan beberapa hal, seperti Apakah sentra kegiatan akan dibuka sepanjang hari setiap hari, paruh waktu atau hanya beberapa hari dalam seminggu? Apakan ruangan yang ada potensial untuk ditata dalam sentra-sentra? Perlukah pembatasan jumlah anak dalam pemakaian sentra-sentra tertentu? Bagaimana cara menentukannya dan bagaimana agar anak-anak mengetahui batasan tersebut? Sentra-sentra apa saja yang dapat dikembangkan sesuai tema yang ada? Bagaimana cara perpindahan

anak keluar dan masuk pada tiap sentra? Bagaimana agar anak-anak tahu apa yang harus dikerjakan di tiap sentra? b. Menentukan rencana. c. Mempertimbangkan karakteristik anak-anak yang akan menggunakan sentra. d. Menentukan konsep keahlian yang akan dikembangkan. e. Merumuskan tujuan-tujuan yang diharapkan. f. Memilih kegiatan dan alat-alat yang sesuai. g. Mengevaluasi sentra-sentra. h. Melakukan diperlukan. i. Mengembangkan tiap sentra sebagai suatu kesatuan yang mandiri, tidak tergantung pada peralatan dari sentra-sentra lain atau berebut sumber listrik. j. Menentukan sentra mana yang paling mudah aksesnya dengan sumber listrik, persediaan air atau cahaya matahari. k. Menyusun semua sentra sedemikian rupa sehingga kegiatan-kegiatan di dalamnya mudah dipantau pendidik. 1. Mempertimbangkan alur perpindahan sentra dalam kelas dengan mengusahakan anak tetap mandiri. m.Membatasi jumlah anak-anak di tiap sentra pada waktu yang bersamaan. n. Mengarahkan anak-anak untuk berpartisipasi dalam tiap sentra sesuai periode waktu yang diberikan. o. Menambahkan alat dan bahan-bahan baru ke tiap sentra yang disesuaikan dengan minat anak. p. Membangun lima domain perkembangan anak, yaitu afeksi, kognisi, psikomotor, bahasa, dan keterampilan sosial. implementasi terhadap perubahan-perubahan yang

Selain itu ada beberapa hal yang juga perlu diperhatikan dalam perencanaan sentra-sentra kegiatan yaitu sebagai berikut : a. Mengembangkan tiap sentra sebagai suatu kesatuan yang mandiri tidak tergantung pada peralatan dari sentra-sentra lain atau saling

memperebutkan sumber listrik jadi sebaiknya tidak terjadi saling pinjam alat atau bahan antara satu sentra dengan sentra lain. b. Menentukan sentra mana yang paling mudah aksesnya dengan sumber listrik. c. Menentukan sentra mana yang senantiasa memerlukan persediaan air d. Menentukan sentra mana yang memerlukan cahaya matahari sehingga perlu ditempatkan dekat jendela. e. Menyusun semua sentra sedemikian rupa sehingga kegiatan-kegiatan di dalamnya mudah dipantau pendidik. f. Mempertimbangkan alur perpindahan sentra dalam kelas dengan mengusahakan anak tetap mandiri.

BAB IX PENGELOLAAN SENTRA PERSIAPAN DI KELOMPOK BERMAIN DAN TAMAN PENITIPAN ANAK

A. Pengertian pijakan dan tahap perkembangan anak pada sentra persiapan 1. Sentra persiapan merupakan sentra yang diadakan untuk mengembangkan keaksaraan anak di lembaga pendidikan anak usia dini. Sehingga anak siap untuk menempuh pendidikan selanjutnya. Sentra persiapan terutama

ditujukan pada ranah perkembangan kognisi, (berpikir) dan motorik halus. Pada kelas yang kaya dengan keaksaraan, pengalaman bahasa seperti membaca dan menulis bukan merupakan kegiatan yang terpisah atau ditentukan di tempat khusus di sentra persiapan saja, tapi diupayakan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Pada pelaksanaannya, sentra persiapan dapat dilengkapi dengan pojok perpustakaan, pojok pembuatan buku atau pojok menulis dan pojok menyimak. Penataan di sentra ini harus menyediakan kesempatan untuk percakapan individu antara pendidik dengan anak atau antar anak. Bahan-bahan dipilih yang dapat digunakan pada berbagai usia dan ketrampilan anak.Pendidik juga harus menyiapkan jenis kegiatan yang akan diarahkan baik langsung maupun tidak langsung. Apabila hanya ada satu pendidik saja di sentra tersebut maka seharusnya tidak ada kegiatan yang diarhkan langsung oleh pendidik. Sentra persiapan akan efektif jika pendidik menghargai usaha-usaha awal anak dalam membaca, menulis, berbicara dan mengeja. Penghargaan dilakukan dengan cara memberikan dorongan pada anak untuk mendapatkan pengalaman berkomunikasi yang bermakna. Anak akan belajar membaca dan akan menjadi orang yang gemar membaca sepanjang hidupnya jika pada usia dininya distimulasi dengan pengalaman keaksaraan yang penuh cinta, keramahan dan keberhasilan. Pada pelaksanaannya sentra persiapan dapat dilengkapi dengan pojok perpustakaan, pojok pembuatan buku atau pojok

menulis dan pojok menyimak. Pojok-pojk ini harus dirancang sedemikian rupa agar dapat digunakan anak sehari-hari. 2. Manfaat berbagai pojok di sentra persiapan adalah: a. Mengembangkan imajinasi dan kreativitas anak; b. Mempelajari pentingnya media cetak sebagai alat komunikasi; c. Mendapatkan informasi dan menyesuaikan dengan pengalaman baru melalui membaca dan menyimak cerita; d. Belajar untuk berkompromi dengan berbagai situasi sulit; e. Memperoleh berbagai pengetahuan tentang sains, matematika, sejarah, kesehatan dan keselamatan, serta tokoh terkenal; f. Belajar tentang tanggung jawab sosial; g. Menjadi terbiasa dengan berbagai jenis media keaksaraan; h. Membantu anak memahami berbagai perasaan pertanyaan, dan masalah yang dialami; i. Memberikan insentif yang sangat ampuh agar anak senang membaca. 3. Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebagai pijakan lingkungan main pada sentra persiapan adalah : a. Merencanakan pengalaman untuk intensitas dan densitas bermain; b.Menata tempat main untuk 2 anak atau lebih; c. Menghindari penatnan tempat main yang selalu harus diarahkan oleh pendidik; d.Memilih bahan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan; e. Menyediakan berbagai bahan yang mendukung keterampilan keaksaraan; f. Menyediakan berbagai kegiatan yang memungkinkan anak untuk melatih perkembangan motorik halus; g.Menyediakan berbagai macam bahan dan tempat untuk menulis; h.Menyediakan berbagai macam bahan bacaan yang dapat membantu anak dalam menulis; i. Menyediakan buku dalam berbagai topik, jenis dan ukuran;

j. Memastikan ada cukup tempat untuk anak dalam memilih tempat main (2,5-3 tempat main untuk tiap anak). 4. Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebagai pijakan sebelum main pada sentra persiapan adalah : a. Mulailah setiap waktu sentra dengan sebuah buku bacaan untuk mengawali diskusi dan gagasan untuk menulis atau menggambar; b. Mencontohkan beberapa cara untuk menggunakan bahan-bahan secara tepat; c. Menyampaikan aturan secara jelas dan ringkas; d. Memperbolehkan, anak. untuk memilih tempat dan teman bekerja yang mereka sukai; e. Merancang dan melaksanakan peralihan main dengan teratur; f. Menciptakan kondisi yang membuat anak-anak senang dengan semua kegiatan keaksaraan 5. Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebagai pijakan selama main pada sentra persiapan adalah: a. Memberikan setiap anak kesempatan keaksaraan sepanjang hari dalam setiap pengalaman main; b. Memberikan setiap anak kesempatan berhubungan langsung secara kontinu dengan buku, bahasa, dan pengalaman motorik halus atau kasar anak; c. Merancang dan mengelola setiap pengalaman keaksaraan agar menjadi pengalaman yang menyenangkan; d. Menciptakan lingkungan yang menghargai semua usaha anak untuk menulis sehingga dia mau mengambil risiko untuk mencoba banyak hal; e. Selalu bersedia membantu anak untuk menulis; f. Membantu anak di tahapan yang mereka perlukan; g. Meningkatkan dan mengembangkan bahasa anak melalui pertanyaan dan diskusi;

h. Mencontohkan komunikasi yang tepat melalui percakapan dengan anak; i. Menambah kesempatan berteman pada anak melalui hubungan dengan teman sebaya; j. Mengamati perilaku anak dan membuat dokumen perkembangan serta peningkatan keaksaraan dari tiap anak; k. Merasa turut bergembira dalam setiap usaha keaksaraan yang dilakukan anak. 6. Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebagai pijakan sesudah main pada sentra persiapan adalah: a. Mendukung anak untuk mengingat kembali pengalaman mainnya dan saling menceritakan pengalaman mainnya; b. Menggunakan waktu membereskan peralatan sebagai pengalaman belajar positif melalui pengelompokan, urutan, dan penataan lingkungan keaksaraan secara tepat. 7. Tahap perkembangan anak dalam menggunting adalah menggunting sekitar pinggiran kertas, menggunting dengan sepenuh bukaan gunting, membuka dan menggunting terus-menerus sepanjang kertas, menggunting di antara 2 garis lurus pada kertas, menggunting bentuk, tetapi tidak tepat mengikuti garis, menggunting pada garis tebal dengan rapi dan terkendali, dan menggunting berbagai macam bentuk. 8. Tahap perkembangan anak dalam meronce adalah mengosongkan dan mengisi kembali manik-manik dalam berbagai wadah, merangkai sesuatu untuk digunakan dalam bermain peran, merangkai terus-menerus

(merangkai manik-manik sepanjang tali), merangkai manik yang wamanya sama, merangkai manik yang bentuknya sama, merangkai manik-manik yang bentuk dan warnanya sama, merangkai manik-manik yang warna, bentuk dan ukurannya sama, membuat pola sendiri, dan membaca pola dari bermacam-macam tingkat kesulitan.

9. Tahap perkembangan anak dalam menulis adalah coretan-coretan acak, coretan terarah, garis dan bentuk khusus diulang-ulang atau menulis garis tiruan, latihan huruf-huruf acak atau nama, menulis nama, mencontoh katakata dari lingkungan, menemukan ejaan, dan ejaan umum. 10. Tahap-tahap perkembangan anak dalam menggunakan buku dimulai dari melihat-lihat buku, memahami urutan kejadian, mengenali tulisan kata sebagai simbol, memadankan ucapan kata dengan tulisannya, dan mengenali berbagai tulisan kata. B. Penataan ruang dan media serta rambu-rambu pelaksanaan sentra persiapan di KB dan TPA Sentra persiapan haruslah nyaman dan menarik sehingga akan membuat anakanak betah untuk berlama-lama di dalamnya. Sentra ini sebaiknya diletakkan di tempat yang tenang, misalnya di dekat pojok sunyi tempat menyimpan boneka. Sentra persiapan sebaiknya tidak diletakkan di dekat orang berlalu lalang agar anak-anak dapat bersantai dan lebih berkonsentrasi. 1. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk menata sentra persiapan, antara lain berikut ini. a. Dilengkapi dengan kursi, guling, lantai berlapis karpet, bantal punggung besar, kursi tanpa lengan, dan matras tebal b. Dilengkapi dengan beberapa meja dan kursi kecil seukuran anak, taplak berwarna cerah dan pot atau vas bunga hidup. c. Menghiasi dinding dengan kantong-kantong atau rak buku pajangan, foto anak yang sedang. membaca atau hasil karya anak, diagram dan berbagai tanda penunjuk. d. Diterangi dengan cahaya yang cukup dari sinar matahari atau lampu. 2. Kriteria buku yang sesuai untuk anak usia dini adalah sebagai berikut. a. Alur cerita sederhana. b. Halaman buku penuh warna.

c. Gambar ilustrasi besar, jelas, realistis, dan runtut. d. Gambar ilustrasi menempatkan anak sebagai sudut pandang utama. e. Banyak kata-kata yang diulang dalam cerita. f. Diperkaya dengan sajak dan pengulangan. 3. Kriteria kaset rekaman yang sesuai untuk anak usia dini adalah sebagai berikut. a. Berdurasi pendek. b. Presentasi suara yang hidup dan bervariasi. c. Diproduksi dengan baik secara teknis. d. Isi cerita tidak bias atau membingungkan anak. e. Narator terdiri dari laki-laki dan perempuan. f. Cerita dalam rekaman sudah dikenal anak atau bersesuaian dengan buku yang sedang dibaca anak. g. Jika pendidik merekam suaranya sendiri untuk mendampingi buku tertentu, pilih buku yang disukai dan dikenal baik oleh anak. 4. Media yang perlu disiapkan di sentra persiapan secara umum terbagi menjadi empat, yaitu bahan-bahan untuk dikelompokkan, bahan-bahan untuk diurutkan, bahan-bahan untuk kegiatan motorik halus, dan bahanbahan untuk kegiatan huruf dan angka. 5. Beberapa rambu yang perlu diperhatikan untuk keberhasilan sentra persiapan. adalah sebagai berikut. a. Mengembangkan kemampuan keaksaraan sejak dini. b. Membantu anak agar menyadari apa yang sedang ia pelajari. c. Mengembangkan tahap perkembangan bahasa anak. d. Menyampaikan pesan bahwa kegiatan anak-anak di sentra persiapan akan sangat bermakna dan penting baginya. e. Menyediakan beberapa tempat main dalam jumlah yang cukup. f. Memilih bahan yang dapat digunakan dengan beragam cara dan beragam tingkat perkembangan.

g. Membaca dan menuIis dicontohkan sebagai pengalaman yang menyenangkan. h. Menerima semua usaha yang anak lakukan menuju membaca dan menulis. i. Memahami bahwa anak belajar huruf dan kata pertama yang bermakna bagi mereka. j. Menyediakan berbagai jenis buku sesuai tingkat perkembangan anak di sepanjang sentra. k. Memberi waktu pada anak untuk dapat bicara dengan anak lain atau dengan pendidik. l. Memahami bahwa keaksaraan bukanlah apa yang diajarkan tetapi sesuatu yang wajar dalam pengalaman main sehari-hari dengan bahan yang tepat. 6. Beberapa hal yang harus diperhatikan saat membacakan cerita pada bayi adalah menunggu sampai semua bayi siap, mendorong bayi untuk mengikuti ilustrasi dalam buku, menjalin komunikasi sesuai bahasa tubuh bayi, memberikan pertanyaan sederhana, dan siap berhenti kapan saja apabila bayi mulai tidak tertarik 7. Beberapa hal yang harus diperhatikan saat membacakan cerita pada anak toddler adalah menunggu sampai semua anak merasa nyaman, mendorong anak untuk menebak apa yang sedang terjadi dari gambar, memberikan jeda agar anak menebak, meloncati episode tertentu untuk melihat reaksi anak, memberikan respons terhadap kode-kode verbal dan nonverbal dari anak, menghubungkan isi cerita dengan kehidupan keseharian anak, membaca satu buku sekaligus jika anak berminat, mendorong anak untuk merefleksikan cerita dalam buku, dan tidak bosan membacakan cerita yang sama dari hari ke hari.

BAB X PENGELOLAAN SENTRA MAIN PERAN DAN SENTRA SAINS DI TAMAN PENITIPAN ANAK DAN KELOMPOK BERMAIN.

A. Pengelolaan kegiatan sentra main peran di Kelompok Bermain dan Taman Penitipan Anak. 1. Bermain peran adalah kegiatan bermain, dimana anak melakukan kegiatan meniru perilaku. Perilaku ini dapat berupa perilaku manusia, hewan, tumbuhan dan kejadian. 2. Sentra bermain peran adalah tempat dimana anak dapat melakukan peran sesuai dengan keinginan anak. 3. Pentingnya kegiatan main peran yaitu a. Belajar untuk mempelajari diri sendiri dan lingkungannya, b. Belajar untuk bersosialisasi, c. Mempelajari ketrampilan hidup, d. Belajar mengatasi rasa takut, e. Mengembangkan berbagai macam aspek perkembangan anak. 4. Bermain peran memiliki tiga kelompok besar yaitu a. Permainan peran meniru, b. Permainan khayalan, c. Bermain sosio - drama. 5. Terdapat enam tahap perkembangan sosial dalam bermain yang dikemukakan oleh Mildred Parten, yaitu a. Perilaku tidak peduli, b. Perilaku penonton, c. Main sendiri, d. Main berdampingan, e. Main kerja sama.

6. Faktor yang mempengaruhi perkembangan bermain peran, yaitu a. Anak memiliki ritme perkembangan yang berbeda, b. Pengalaman yang diperoleh oleh anak. 7. Terdapat dua jenis main peran dalam pendekatan BCCT, yaitu bermain peran makro dan bermain peran mikro. 8. Pada pendekatan BCCT terdapat empat pijakan yang perlu dilakukan pendidik dalam sentra bermain peran, yaitu a. Pijakan lingkungan main, b. Pijakan sebelum bermain, c. Pijakan saat main dan d. Pijakan setelah bermain. 9. Terdapat lima komponen yang harus diperhatikan dalam menata sentra bermain peran yaitu menciptakan ruang, memilih alat dan bahan bermain, penataan dan penyimpanan, memberikan label pada alat dan perlengkapan, serta mempertimbangkan efektivitas penggunaan area bermain peran.

B. Pengelolaan kegiatan sentra sains di Kelompok Bermain dan Taman Penitipan Anak. 1. Sentra sains adalah sentra yang dapat mengembangkan kemampuan anak untuk melakukan eksplorasi dan investigasi. 2. Pentingnya sentra sains bagi seorang anak, yaitu a. Berpengaruh pada dimensi perkembangan, b. Memahami konsep dasar sains, c. Adanya pengetahuan lain yang terintegrasi di dalam sentra sains. 3. Pada pendekatan BCCT terdapat empat pijakan dalam sentra sains, yaitu a. Pijakan lingkungan, b. Pijakan sebelum kegiatan sentra, c. Pijakan pengalaman kegiatan,

d. Pijakan setelah kegiatan sentra. 4. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menata sentra sains, yaitu a. Pemilihan tempat, b. Pemilihan alat dan bahan, c. Penataan alat dan bahan.

BAB XI PENGELOLAAN SENTRA PEMBANGUNAN DI LEMBAGA PAUD

A. Sentra Balok Bermain balok merupakan hal yang sangat penting bagi pemgembangan aspek-aspek perkembangan anak. Selain itu, melalui bermain balok anak dapat mengekspresikan imajinasinya yang bersifat abstrak menjadi sesuatu yang konkret dan mendapatkan pemahaman konsep-konsep penting dalam pemecahan masalah, matematika dan sebagainya. Ruang, bahan-bahan, serta penyimpanan balok perlu diatur sedemikian rupa sehingga mengesankan bahwa bermain balok merupakan hal yang penting. Selain itu juga akan memudahkan anak bermain serta memudahkan guru mengontrol, membantu dan mendorong anak bermain. Bermain balok juga mempunyai tahap-tahap perkembangan yang dapat digunakan oleh guru atau pendidik anak usia dini untuk menilai sejauh mana tingkat perkembangan anak dan bagaimana mendorong anak mencapai tahapan yang lebih tinggi. Anak memerlukan balok yang cukup dan memadai dari segi bentuk, ukuran, dan jumlahnya. Untuk meningkatkan imajinasi anak dalam bermain balok, sebelumnya kita dapat memberikan pijakan dengan berbagai cara. Pada saat bermain balok kita dapat membantu anak dengan bertanya dan bercakap-cakap tentang apa yang sedang dibangunnya. Setelah bermain balok selesai, kita dapat meminta nak membereskan balok dengan cara-cara yang membuat anak mau melakukannya.

B. Sentra Seni Kegiatan seni merupakan hal yang sangat penting bagi pengembangan keterampilan seni anak. Kegiatan seni juga memberi sumbangan pada pengembangan aspek-aspek perkembangan anak lainnya. Melalui kegiatan seni di sentra seni anak dapat dengan bebas mengekspresikan imajinasinya dan menceritakan kepada guru apa yang telah dikerjakannya. Ruang, bahan-bahan,

dan peralatan yang dibutuhkan anak hendaknya dapat dipenuhi dalam melakukan kegiatan seni agar anak dapat dengan bebas berkreasi dan berinisiatif membuat suatu karya seni. Pembuatan karya seni juga mempunyai tahap-tahap perkembangan yang dapat digunakan oleh guru atau pendidik anak usia dini untuk menilai sejauh mana tingkat perkembangan anak dan bagaimana mendorong anak mencapai tahapan yang lebih tinggi. Pada saat kita mengembangkan keterampilan seni anak, kita dapat mengembangkan aspekaspek lainnya dalam perkembangan anak.

BAB XII PENILAIAN KEGIATAN DI KELOMPOK BERMAIN (KB) DAN TAMAN PENITIPAN ANAK (TPA)

A. Penilaian kegiatan di KB dan TPA 1. Evaluasi atau penilaian adalah proses yang dilakukan secara sistematik meliputi pengumpulan, penganlisisan, penafsiran, pemberian keputusan tentang data atau informasi yang dikumpulkan. 2. Penilaian kegiatan di KB dan TPA merupakan proses evaluasi yang dilakukan mulai dari merencankan, melaksanakan dan menilai kegiatan (input, proses dan output). 3. Aspek yang dievaluasi mencakup aspek perkembangan anak dan kegiatan belajar mengajar. 4. Penilaian dan evaluasi pada modul ini digunakan dengan maksud dan arti yang sama. 5. Prinsip-prinsip penilaian terdiri dari keterpaduan, komprehensif,

berkesinambungan, objektivitas, relevansi, keteraturan, vali, mendidik, berorientasi pada perkembangan anak, terbuka dan bermakna. 6. Bentuk-bentuk penilaian bergantung pada teknik penilaian yang digunakan. 7. Teknik penilaian terdiri dari dua, yaitu teknik tes dan teknik nontes. Teknik tes terdiri dari ters tertulis, tes lisan dan tes perbuatan, sedangkan teknik nontes terdiri dari teknik observasi, wawancara, angket, dokumentasi, portofolio dan sosiometri. 8. Penilaian yang digunakan di kelompok bermain dan temapt penitipan anak lebih banyak bersifat naratif (kualitatif) daripada perhitungan secara kuantitatif. Teknik yang lebih banyak digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan portofolio. Masing-masing teknik memiliki ciri-ciri dan langkah-langkah penggunaan.

B. Prosedur penilaian Circle Time berdasarkan BCCT dan berbasis sebtra di KB dan TPA 1. Langkah-langkah menyusun penilaian secara detail adalah a. Menyiapkan pedoman atau instrumen penilaian b. Menyiapkan format penilaian, c. Menyiapkan alat perekam data seperti alat tulis, buku catatan, tape recorder, kamera, handycam, d. Melakukan pengamatan secara mendalam, e. Mencatat atau merekam semua kejadian, f. Mengecek data dari berbagai sumber, g. Merekapitulasi data, h. Menganalisis dan menafsirkan data, i. Mengambil keputusan, j. Melaporkan penilaian. 2. Langkah melakukan asesmen atau penilaian perkembangan anak adalah a. Langkah umum terdiri dari review referral information, memeriksa data yang berkaitan dengan anak; mendapat hasil yang relevan tentang semua kondisi anak; menggali perilaku yang berhubungan dengan masalah anak; melakukan observasi standar terhadap tes anak dalam berbagai usia setting; anak;

mempersiapkan

yang

sesuai

dengan

menginterprestasi hasil tes, b. Langkah khusus terdiri dari merencanakan asesmen perkembangan dalam lesson plan, melakukan perekaman data melalui berbagai teknik (proses sama dengan kegiatan belajar mengajar), merekap semua data berdasarkan hasil perekaman data (proses sama dengan kegiatan belajar mengajar) menganalisis, menafsirkan, dan menyimpulkan semua data (proses sama dengan kegiatan belajar mengajar).

3. Bentuk penilaian yang termasuk dalam teknik observasi adalah Daftar Nama (Class List Log), Jurnal Refleksi (Reflective Journal), Catatan Anekdot (Anecdotal (Frekuensi Recording), Count), Ceklist (Checklist), atau Perhitungan frekuensi or

Wawancara

interview

(Conversations

Interviews), Pencatatan waktu (Time Sample), Skala Penilaian (Rating Scale), Hasil Karya (Work Sample), Teknologi (Technology), Laporan kekerasan pada anak-anak (Child abuse reporting), Program Asesmen 4. Tujuan melakukan penilaian adalah untuk membantu atau mengetahui perkembangan anak secara umum dalam pengasuhan, berpikir, dan tingkat kepercayaannya. Perencanaan ini dapat berjalan sukses mencapai tujuan apabila dilakukan atau didukung oleh pengukuran kemajuan, lingkungan atau kurikulum untuk membantu perkembangan anak secara individual, dokumentasi perkembangan anak dan berbagi dengan keluarga. 5. Penilaian kegiatan di KB dan TPA mencakup penilaian atau asesmen perkembangan anak, yaitu aspek kognitif, bahasa, sosioemosional, dan psikomotorik; dan kegiatan belajar mengajar mencakup tujuan atau kemampuan, materi, metode, media, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (1992). Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif. Jakarta : Rajawali. Alexander, et.al. (1988). Teaching Reading. Glenview: Scott, Fortesman and Company. Anggani Sudono, (2006). Sumber Belajar dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Usia Dini. Jakarta : Grasindo. Carrol Ja. (1991). Centers for Early Learners Throughout the Year. Chartage: Good Apple. Cucu Eliyawati. (2005). Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar untuk Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas. Ditjen Dikti. Coughlin, et al. (1992). Menciptakan Kelas yang berpusat pada Anak. Terjemahan. Washington DC: Childrens Resources International,Inc. Depdiknas. (2002). Acuan Menu Pembelajaran Pada Kelompok Bermain. Jakarta: Depdiknas Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. Depdiknas. (2007). Pedoman Teknis Penyelenggaraan Taman Penitipan Anak. Jakarta : Depdiknas Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. Direktorat PAUD, Ditjen PLS. (2006). Pedoman Teknis Penyelenggaraan Taman Penitipan Anak. Jakarta : Depdiknas Direktorat PAUD, Ditjen PLS. (2006). Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain. Jakarta : Depdiknas Dombro, Amy, Laura, et al. (2001). The Creative Curriculum for Infants and Toddlers. Washington : Teaching Strategies. Dodge, Diane Trister and Laura J. Colker. (2006). The Creative Curriculum for Early Childhood. 4th Edition. Washington D.C : Teaching Strategies. Depdiknas (2002). Acuan Menu Pembelajaran pada Taman Penitipan Anak. Jakarta: Depdiknas Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. Depdiknas (2002). Acuan Penyelenggaraan Kelompok Bermain. Jakarta: Depdiknas Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.

Depdiknas. (2006). Pedoman Penerapan Pendekatan Sentra dan Lingkaran (BCCT) dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas. Depdiknas. (2006). Pedoman Penerapan Pendekatan Beyond Centers and Circle Time (BCCT) (Pendekatan Sentra dan Lingkaran) dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:Depdiknas. Dockett, Sue dan Marilyn Fleer. (2002). Play and Pedagogy in Early Childhood, Australia: Thomson Learning, Inc. Feeney, Stephanie, Doris Christensen, and Eva Moravcik. (2006). Who am I in The Lives of Children? Ohio: Pearson. Flodd, James dan Lapp, Diane (1981). Language/Reading Instruction for the Young Child. New York : Mac Milan Publisher. Fowler, William. (2002). Infant & Child Care: Aguide Education In Group Setting. Boston: Allyn & Bacon. Ibrahim, R & Syaodih. (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Jannet Gonzale-Mena, Diane Widmeyer. (2001). Infant, Toddler and Caregivers. London : Delmars Publisher. Jamaris Martini, (2003). Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia TK. Jakarta:PPs. UNJ. Maxim, george. W. (1993). The Very Young. Giding Children from Infancy Through The Early Years. 4th Ed. New York : Mc millan Publishing Company. Mayesky, M. (1990). Creative Activities for Young Children. New York: Delmar Publisher. Napitupulu, W.P. (2002). Komitmen dan Strategi Pelayanan Pendidikan untuk Semua (The Dakar Framework for Action). dalam Buletin PAUD. Ed. Perdana Jakarta: Depdiknas. Padmonodewo, Soemiarti. (200). Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Rivkin, Mary.S (1995). The Great Outdoors Restoring Children Right to Play Outside, Washington DC:NAEYC. Soendjoyo, Rahmita P (2002). Pendidikan Anak Usia Dini Hak Semua Anak . Dalam Buletin PAUD. Ed. Pradana, Jakarta : Depdiknas.

Sugianto, Mayke (1995). Bermain Mainan dan Permainan. Jakarta : Dep P dan K Dirjen Dikti. Proyek Pembinaan Guru. Tina Bruce, Carolyn Maggit. (1999). Child Care & Education. London: Hodder &Stoughton UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. (2007). Jakarta : Tim Cemerlang.

You might also like