You are on page 1of 56

PSIKIATRI II SIMTOMATOLOGI FK UNDIP SEMARANG

DAFTAR ISI I : PERSEPSI 1 6 14

II: PROSES BERFIKIR

III : KEADAAN AFEKTIF DAN REAKSI EMOSIONIL IV : SIKAP DAN TINGKAH LAKU 23 V : KESADARAN VI : ORIENTASI 27 31 33

VII : KONTAK PSIKIK VIII : PERHATIAN 34 IX : DAYA INGATAN

35 39 41

X : INTELEK DAN INTELEGENSI

XI : EKSPRESI, KARANGAN TULISAN DAN GAMBARAN XII : INSIATIF 42 43

XIII : DAYA KONSENTRASI XIV : PENDAPAT 44

XV : PENGERTIAN TENTANG DIRINYA SENDIRI XVI : INSTINK DAN DORONGAN INSTINKTUIL XVII : SINDROMA-SINDROMA PSIKIATRI 50

46 47

I PERSEPSI

Istilah persepsi mengandung arti, sebagai berikut : a. Persepsi, dalam arti kata luas. Ini berarti pengertian, pemahaman dan tafsiran tentang sesuatu hal tertentu b. Persepesi, dalam arti kata sempit Ini berarti sama dengan persepsi panca indera yang berarti tangkapan rangsang dari luar oleh panca indera. Dalam pemeriksaan psikiatri khusus harus diperiksa apakah stimulus akustik (pendengaran), stimulus visual (penglihatan), dan stimulus-stimulus lain, memang di tangkap oleh individu secara wajar. Perlu diperhatikan, bahwa dalam keadaan psikotik tertentu, suatu bunyi atau gambaran khusus dapat dipersepsi secara sangat tidak wajar dan kadang-kadang sangat menakutkan. Juga dalam keadaan intoksikasi dan keadaan degenerasi organic, maka persepsi panca indera ini dapat terganggu. Persepsi adalah hasil interaksi antara dua pihak yaitu satu pihak : rangsang sensorik yang tertuju kepada individu itu, dan di pihak lain : factor-faktor pengaruh yang mengatur atau mengolah rangsang itu secara intra-psikik. Factor-faktor pengaruh ini dapat bersifat biologic, social dan psikologik. Karena adanya proses pengaruh-mempengaruhi antara kedua pihak tadi, dimana turut serta proses asosiasi, maka terjadilah suatu hasil interaksi tertentu yang bersifat gambaran psikik.

Ilusi Ilusi adalah suatu persepsi panca-indera disebabkan adanya rangsang panca indra yang ditafsirkan salah. Dengan lain perkataan adanya interpretasi yang salah dari suatu rangsang panca indra. Sebagai missal, seorang penderita dengan perasaan yang bersalah, dapat menginterpretasi suara bergerak daun-daun sebagai suara yang mendekatinya. Ilusi sering terdapat pada : Keadaan afektif yang luar biasa

Keinginan yang luar biasa Dorongan dan impuls-impuls yang mendesak Pada keadaan bingung karena intoksikasi, baik disebabkan oleh karena racun

maupun infeksi, persepsi dapat di interpretasi salah, karena rangsang sensorik dan kesan-kesan tidak diubah dan di integrasi secara baik di dalam otak. Ilusi demikian biasanya kurang berarti, dibandingkan dengan ilusi yang terjadi dengan kesadaran penuh. Ada 5 jenis ilusi : Visual Akustik Olfaktorik Gustatorik Taktil

Halusinasi Halusinasi adalah persepsi panca-indera tanpa rangsang pada reseptor-reseptor panca indra. Jadi halusinasi adalah persepsi tanpa objek. Halusinasi merupakan suatu gejala psikiatrik yang gawat (serius). Individu mendengar suara tanpa adanya rangsang akustik. Individu melihat sesuatu tanpa adanya rangsang pada mata, membau sesuatu tanpa adanya rangsang pada indra penciuman. Gejala halusinasi pada umumnya merupakan suatu gejala psikotik, halusinasi pendengaran sering dijumpai pada skizofrenia, sedangkan halusinasi visual sering dialami pada penderita dengan psikosa yang akut. Menetapkan gejala halusinasi adalah penting sekali, akan tetapi lebih penting lagi ialah menduga proses dinamik yang menjadi dasar dari halusinasi itu, agar kita dapat memahami secara lebih mendalam, konflik yang dialami oleh penderita tersebut. Halusinasi dapat pula terjadi pada orang normal, yaitu halusinasi yang terjadi pada waktu antara waktu tidur dan waktu bangun hal ini kita sebut halusinasi hypnagogik. Pada orang normal dapat pua timbul halusinasi dan ilusi dengan pemberian obat-obatan misalnya :

Mescaline atau d-lysergic acid diethylamide 35 (L.S.D) 1. Halusinasi pendengaran (akustik) Halusinasi ini sering kali berbentuk : Akoasma : suara-suara yang kacau balau yang tak dapat dibedakan secara tegas. Phoneme : suara-suara yang berbentuk suara jelas seperti yang berasal dari manusia, sehingga penderita mendengar kata-kata atau kalimat tertentu. Halusinasi akustik merupakan gangguan persepsi yang paling sering kita jumpai. Kadang-kadang halusinasi berupa bermacam-macam suara, tetapi kebanyakan berupa kata-kata yang sedikit membentuk kalimat. Biasanya kalimat-kalimat itu berisi kata-kata yang ssaling berhubungan atau yang dialamatkan (ditujukan) kepada penderita. Penderita dapat berbicara atau bertengkar dengan suara itu. Oleh penderita dikatakan bahwa suara itu bersumber/berasal dari salah satu bagian tubuhnya atau datang dari jauh. Kadang-kadang isi perkataan menyenangkan, tetapi biasanya tidak

menyenangkan, menghina, kotor atau bersifat menuduh. Kata-kata yang tidak menyenangkan ini merupakan proyeksi dari aspek kepribadian yang tidak diinginkan atau harapan yang tidak diijinkaan masuk ke dalam alam sadar dalam bentuk semula. Halusinasi yang menyangkut perintah, biasanya meyakinkan dan memaksa. Karenanya dapat mengakibatkan perbuatan langsung dan berbahaya. Pengaruhnya demikian besar sehingga penderita tidak banyak memperhatikan kenyataan disekelilingnya. 2. Halusinasi penglihatan (visual) Dijumpai tidak sebanyak gangguan halusinasi visual dibandingkan halusinasi akustik. Sering disertai dengan kesadaran menurun atau berkabut. Secara khas banyak dijumpai pada keadaan delirium oleh karena penyakit infeksi akut atau psikosa organic. Gangguan terjadi pada gangguan otak yang akut dan reversible.

Halusinasi visual leibh sering menimbulkan ketakutan pada penderita dibandingkan dengan halusinasi akustik. Pada keadaan delirium tremens, terjadi halusinasi visual dengan kesan yang sangat menakutkan dan sangat menggelisahkan. Halusinasi visual yang tak jelas bentuknya dijumpai pada kelainan dari cortex cerebri, sedangkan halusinasi visual dengan bentuk yang jelas dan kejadian-kejadian yang kompleks didapatkan pada kelainan cortex temporoparietal, diperkirakan pada bagian yang dominan. 3. Halusinasi olfaktorik (pembauan) Sering didapatkan pada keadaan skizofrenia dan keadaan lesi dari lobus temporalis. Halusinasi olfaktorik sering tidak menyenangkan dan tidak disukai. Timbul sifat penolakan dan merupakan gambaran dari perasaan bersalah. 4. Halusinasi gustatorik (rasa lidah/pengecap) Halusinasi gustatorik murni jarang dijumpai, tetapi sering terjadi bersamasama dengan halusinasi olfaktorik. Ilusi gustatorik lebih sering dijumpai. 5. Halusinasi (taktil) perabaan Sering dijumpai pada keadaan toksik, misalnya delirium tremens dan juga pada adiksi kokain. 6. Halusinasi heptik Ini merupakan suatu persepsi, dimana seolah-olah tubuh sendiri bersentuhan/bersinggungan secara fisik dengan manusia lain atau benda lain. Sering kali halusinasi haptik ini bercorak seksual. 7. Halusinasi kinestetik Penderita merasa bahwa anggota tubuhnya terlepas dari tubuhnya, mengalami perubahan bentuk dan bergerak sendiri. Sering dijumpai pada skizofrenia dan keadaan-keadaan toksik. Juga pada keracunan mescalin, psilocybin dan d-LSD-25. 8. Halusinasi autoskopi, heatoskopi Penderita seolah-olah melihat dirinya dihadapannya

II PROSES BERPIKIR

Proses berfikir ialah suatu proses intra-psikik yang meliputi pengolahan dari berbagai fikiran dan faham dengan jalan membayangkan, mengkhayalkan, memahami, membandingkan dan menarik kesimpulan sehingga terjelma pikiran dan paham baru. Bagi manusia, proses berpikir ini merupakan suatu hal yang sangat penitng, karena melalui proses berpikir itulah terjadi pengolahan dari pada berbagai siasat untuk menentukan sikap dan tingkah laku kemudian. Karena itu, proses berfikir dapat disebut sebagai usaha persiapan untuk perbuatan kemudian. Proses berfikir dianggap sebagai suatu bentuk : tre-psikik dari perbuatan manusia, dan oleh karena itu dianggap sebagai bentk integrasi yang tertinggi pada manusia. Di dalam proses berfikir itu diolah segala pengaruh dan kesan, serta pengalaman yang pernah diperoleh manusia, baik dalam interaksi psiko-sosial maupun yang bersifat konstitusi atau organo-biologik, sehingga terjelmalah suatu bentuk yang lebih kompleks, lebih integrative dan bertaraf lebih tinggi Dalam memperhatikan proses berfikir seseorang kita perhatikan : a. Bentuk pikiran b. Progresi/kelancaran/arus fikiran c. Isi pikiran

A. Gangguan bentuk pikiran Rangsang berpikir berasal dari berbagai sumber, termasuk dari alam tak sadar dan alam perasaan, tetapi dikoreksi oeh akal sehat, logika dan realitas. Pikiran demikian dinamakan rasional dan realistic. Semuanya diarahkan dan terjadi dalam keadaan kesadaran penuh. Pada keadaan melamun (day dreaming), berpikir diarahkan tidak hanya oleh pertimbangan realistic tetapi sebagian besar oleh keinginan egosentrik dan kebutuhan nafsu. Pada gangguan jiwa, terutama skizofrenia, berpikir dapat diarahkan oleh factor-faktor diluar kesadaran (bawah sadar) dan menjadi suatu bentuk autisitis (dereistik).

Berpikir secara autistic merupakan kebalikan dari berpikir secara realistic. Berpikir autistic bersifat kompleks dengan dorongan dan motivasi afektif dan konatif lainnya, mendapat kebebasan dan berjalan tanpa menghiraukan kesadaran dan realitas. Akibatnya, hubungan (asosiasi) faham/pikiran tidak logis lagi. B. Gangguan progresi pikiran Kelancaran dan aktvitas asosiasi dipikiran tentu saja tidak dapat kita pelajari, kecuali menilai perkataan yang keluar dalam pembicaraan seseorang. Pada keadaan normal, selalu ada asosiasi tertentu antara satu pokok pikiran dengan pokok pikiran yang lain, menuju ke satu tujuan terakhir yang tertentu pula. Di sini harus disertai pula hubungan yang logis antara satu pokok pikiran dengan pokok pikiran yang lain, sehingga menghasilkan suatu pengertian yang dapat ditangkap oleh orang lain. 1. Flight of ideas / pikiran yang berloncat-loncat Pada gangguan mental tertentu, terjadi gangguan di dalam progresi pikiran ditandai dengan aktivitas asosiasi yang meningkat, dengan

penyimpangan dari satu pokok pikiran ke pokok pikiran yang lain. Pokok pikiran pokok pikiran ini susul menyusul dengan urutan yang cepat, tetapi tidak menuju ke suatu tujuan akhir yang tertentu. Masih ada hubungan yang agak logis antara pokok pikiran yang satu dengan pokok pikiran yang berikutnya, sehingga isi pikiran seluruhnya masih bisa di tangkap oleh orang lain. Banyak pokok pikiran yang timbul secara cepat, karena penderita tidak dapat memusatkan perhatiannya hanya kepada satu tujuan, tetapi selalu tertarik perhatiannya kepada pokok pikiran lain yang timbul secara cepat dalam ingatannya. Asosiasinya sangat cepat, dan timbul bermacam-macam asosiasi antara pokok pikiran yang satu dengan pokok pikiran yang berikutnya. Kita kenal 2 macam asosiasi : Asosiasi bunyi : dimana terdapat persamaan kata atau suku kata antara pokok pikiran yang satu dengan pokok pikiran berikutnya. Misalnya : kapal

terbangkapal lautlaut jawajawa tengah. Engkaudanau-kerbausuara parau Asosiasi pengertian: dimana terdapat persamaan pengertian antara pokok pikiran satu dengan pokok pikiran yang berikutnya. Misalnya kapal terbangburung garuda lambang Negara adil makmur Sering kita dapatkan asosiasi bunyi dan asosiasi pengertian terjadi bersamasama. Flights of ideas terdapat pada sindroma manic. 2. Retardasi Pada penderita ini asosiasi sangat lambat, cara berpikir juga sangat lambat. Pikirannnya timbul secara pelan-pelan, progresinya lambat, biasanya dengan nada yang sangat lemah, seolah-olah kata demi kata harus ditarik keluar. Kita harus sabar dalam berbicara dengan penderita ini. Keadaan ini sering kita dapatkan pada sindroma depresi dan juga pada skizofrenia. 3. Pornovorasi dan verbigerasi Disini terjadi pengulangan terus-menerus dari suatu pokok pkiran, suatu kalimat atau suatu kata-kata. Pengulangan terjadi secara abnormal. Persoverasi : jika yang diulangi kalimat-kalimat yang sama Verbigenasi : jika yang diulangi kata-kata yang sama. Keadaan ini kita dapatkan pada sindroma kataton. 4. Circumstantiality (pikiran yang berputar-putar) Pada keadaan gangguan ini penderita tidak dapat mengutarakan pokok pikirannya secara tegas, tidak dapat membedakan mana yang esensial dan yang non esensial, sehingga selalu dicampuri dengan bermacam-macam soal yang tidak berarti. Sehingga banyak timbul penyimpangan-

penyimpangan yang melelahkan. Keadaan ini terdapat pada : oligophrenia, epilepsy dan dementia semilis. 5. Inkoherensi Ialah sautu progresif pikiran yang kacau. Beberapa pokok pikiran dikeluarkan secara sekaligus dalam satu kalimat. Tidak ada hubungan yang nyata dan logis antara pokok pikiran yang satu dengan pokok pikiran yang

berikutnya. Tidak ada hubungan yang logis antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain, demikian pula antara satu phrase dengan phrase yang lain (phrase = pernyataan). Pada inkoherensi ada kecenderungan pikiran timbul dari kompleks yang kacau, yang merupkan bahan-bahan represi efektif yang sudah jenuh. Gejala ini merupakan gejala khas pada skizofrenia. 6. Blocking (terhalang) Pada keadaan ini dengan tiba-tiba arus pikiran terhenti. Penderita tidak dapat mengeluarkan sepatah katapun sesudah beberapa waktu, sesudah keadaan ini hilang, arus pikiran dapat kembali seperti semula. Interupsi dari progresi pikiran ini disebabkan oleh aktivitas yang kompleks dari afek yang tidak menyenangkan. Blocking sering kita jumpai pada skizofrenia. C. Gangguan isi pikiran Dalam keadaan normal, isi pikiran memperlihatkan variasi yang cukup luas. Dalam keadaan tertentu pula suatu pola sentral dalam pikiran manusia, oleh karena kompleksnya pikiran itu dianggap sangat penting baginya. Tetapi oleh orang lain hal itu dianggap tidak penting. Akan tetapi ada juga individu yang senantiasa mempersoalkan dirinya sendiri, sehingga disitu nampaklah jelas egosentrik mereka. Apabila sifat egosentrik ini, melampaui batas normal, maka timbullah gangguan dari isi pikiran. 1. Over determined idea atau over valued idea (pikiran dengan tafsiran yang terlalu tinggi) Perhatian seluruhnya ditujukan kearah satu topic atau masalah dengan menekankan segala perasaannya terhadap soal-soal tersebut. Biasanya ini berhubungan dengan keinginan-keinginan yang tersembunyi. Jika ada pertimbangan yang menentang ini, maka semua tidak diluluskan keluar dalam kesadaran. Seluruh kepribadian dipengaruhi oleh perasaan dan pikiran tersebut. Pikiran dengan tafsiran yang terlalu tinggi ini (over valued idea) selalu dimaksudkan untuk membela diri, membela kelemahan sendiri, atau

membanggakan dirinya sendiri. Contoh : orang yang sudah tua, untuk membela kelemahannya sendiri dalam pergaulan sehari-hari selalu menyatakan : kita dahulu sekolah susah, lebih susah dari sekarang, pelajaran dahulu lebih sempurna dari sekarang, saya sudah biasa bekerja dalam suasana tenang dan teratur, sekarang semua ini kacau. 2. Delusi/waham/pikiran salah Waham adalah suatu keyakinan atau pikiran yang salah, karena bertentangan dengan kenyataan (dunia realitas). Waham dibangun atas unsur-unsur yang tidak berdasarkan logic, individu tidak mau melepaskan wahamnya, walaupun telah tersedia cukup bukti-bukti yang objektif tentang ketidakbenarannya itu. Biasanya waham digunakan untuk mengisi keperluan atau keinginan-keinginan dari penderita itu sendiri. Tiap waham mempunyai 5 sifat tertentu (syarat) o Buah pikiran ini selalu mengenai diri sendiri (egosentris) o Selalu bertentangan dengan realitas o Selalu bertentangan dengan logika (pikiran sehat) o Penderita percaya 100 % pada kebenaran pikirannya. o Tidak dapat dirubah oleh orang lain, sekalipun dengan jalan yang logis dan rasional. Waham adalah suatu usaha untuk memberikan suatu gambaran (pernyataan) dari berbagai macam problem pribadi (kesukaran-kesukaran) atau tekanan-tekanan yang ada dalam kepribadian penderita yang biasanya merupakan : o Keinginan yang tertekan o Kekecewaan dalam berbagai harapan o Perasaan rendah diri o Perasaan rendah diri yang terus-menerus o Perasaan besalah o Keadaan-keadaan yang memerlukan perlindungan terhadap ketakutan Isi dari waham biasanya merupakan arti simbolis yang samar-samar. Jenis-jenis waham yang kita kenal :

a. Waham kebesaran Penderita merasa dirinya orang besar, orang berpangkat tinggi, orang yang pandai sekali, orang kaya banyak uangnya dan banyak rumahnya. Didapatkan pada sindrom manie. b. Waham berdosa Timbul perasaan salah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang besar. Penderita percaya sudah selayaknya dirinya harus dihukum berat, atau menjalani hukuman mati sekalipun. Didapatkan pada sindroma depresi. c. Waham dikejar (waham diancam) Individu merasa dirinya senantiasa dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang yang bermaksud berbuat jahat kepada dirinya. d. Waham curiga (waham sindiran Individu merasa selalu disindir oleh orang-orang di sekitarnya. Individu curiga terhadap sekitarnya. Biasanya individu yang mempunyai waham ini mencari-cari hubungan antara dirinya dengan orang lain disekitarnya, yang bermaksud menyindirkan atau menuduh hal yang tidak senonoh terhadap diri penderita. Dalam bentuk yang lebih ringan, kita kenal ideas of reference yaitu idea atau perasaan, bahwa peristiwa tertentu dan perbuatan-perbuatan tertentu dari orang lain (senyuman, gerakgerik, tangan, nyanyian dan sebagainya)mempunyai hubungan dengan dirinya sendiri. e. Waham cemburu Selalu cemburu pada orang lain. f. Waham rendah diri Perasaan rendah diri/kurang dari pada orang lain. g. Waham hypochondri Perasaan mengenai berbagai penyakit yang berada dalam tubuhnya. Sering didapatkan pada skizofrenia. h. Waham magik-mistik Waham mengenai soal-soal magik dan mistik

i. Waham sistematis Yaitu waham yang sudah dianalisa, memperlihatkan suatu pola sentral tertentu, yang kemudian dibesarkan atau ditambah-tambah secara sangat rapi dan simtomatik. Walaupun unsure dasarnya salah dan tak logis, akhirnya diperoleh suatu waham yang telah terbentuk dan berkembang secara konsekuen. 3. Obsesi Ialah suatu pikiran yang bersifat terpaku, terus menerus menganggu penderita, terus menerus berulang kembali, yang mendesak ke taraf kesadaran individu, dan timbulnya tidak dapat dielakkan penderita sendiri. Obsesi dapat juga merupakan pikiran yang irasional, dan biasanya disertai suatu sikap emosional yang kuat. obsesi biasanya dijadikan alasan untuk bertindak dan berbuat secara kompulsif. Individu yang bersangkutan tahu betul tentang sifat yang tidak normal dalam sikapnya dan pada umumnya penderita menjadi sangat menderita, tetapi tidak berkuasa untuk mengubah sikapnya. Perubahan juga tidak dapat terjadi meskipun orang lain berusaha untuk menginsyafkan melalui jalan yang logis dan rasional. Contoh : saya harus pergi ke kuburan orang tua. Apa sebab saya perempuan, bukan laki-laki. 4. Fobia Ialah suatu keadaan ketakutan atau kegelisahan yang bersifat irasional, yang diakui ketidak benarannya oleh penderita tetapi tetap menguasai jalan pikirannya. Biasanya pobia itu bersifat tidak sehat, malahan kadang-kadang patologik, serta tertuju kepada suatu objek atau situasi tertentu. o Baciilopobia : takut akan kuman penyakit o Claustrophobia : takut berada pada ruang yang tertutup o Necrophobia : takut akan mayat o Aerophobia : takut berada di tempat-tempat yang tinggi o Aichmophobia : takut akan benda-benda tajam o Planophobia : takut berada di tempat terbuka dan luas dll

III KEADAAN AFEKTIF DAN REAKSI EMOSIONIL Pada umumnya pengertian tentang emosi dan afek ini, dicakup dalam arti alam perasaan. Dalam pemeriksaan psikiatri penilaian dan pemastian tentang alam perasaan ini sangat penting oleh karenanya kita harus hati-hati, agar penderita dapat melahirkan segala apa yang ada dalam alam perasaannya.

Keadaan afektif atau suasana perasaan Ini berarti adanya suatu corak-perasaan yang sifatnya agak menetap (constant) dan biasanya berlangsung untuk waktu yang lama. Keadaan afektif ini seolah-olah menguasai seluruh bidang perasaan individu tersebut,/ walaupun masih dapat dipacu untuk bereaksi secara lain pula. Dalam keadaan normal keadaan afektif ini tidak memperlihatkan kelainankelainan yang menyolok, baik dalam intensitas (kwalitan) maupun dalam

kelangsungannya (kejadian atau perjalanannya) lagi pula dalam keadaan afektif yang normal, semua corak perasaan orang selalu sesuai dengan suasana lingkungan. Apabila suasana lingkungan gembira, maka dengan sendirinya corak perasaan orang yang normal akan gembira juga, sesuai dengan suasana lingkungan tadi.

Reaksi emosionil Ini berarti suatu corak perasaan yang sifatnya dapat berkembang dan surut, serta dapat terjadi dalam waktu yang relative pendek. Tak jarang corak perasaan ini dilahirkan secara keras, dan mengandung pula segi fisik, disamping bersifat psikik. Biasanya reaksi emosionil ini mengadung komponen fisik, misal : Adanya kenaikan tekanan darah Keluarnya keringat yang berlebihan Bergeraknya otot-otot mimic dan otot-otot yang lain Peristaltic usus dan lambung meningkat Dilatasi pembuluh darah pada muka kepala (muka merah) Konstriksi pembuluh darah muka kepala (muka pucat)

Macam-macam gangguan dari keadaan afektif :

1. Hyperthymia a. Euphoria b. Eksaltasi c. Ekstase d. Maniacal/manic 2. Hypothymia 3. Poikilothymia 4. Parathymia 5. Tenson 6. Anxiety (cemas) 7. Panick 8. Ambivalensi 9. depersonalisasi penilaian dari reaksi emosionil : 1. stabilitas 2. pengendalian 3. sunguh-sungguh atau tidak (serius atau tidak) 4. dalam dan dangkalnya 5. skala deferensiasi 6. empati 7. arus emosi

1. Hyperthymia Disebut juga keadaan afektif yang meninggi. Ini berarti, bahwa penderita memperlihatkan suatu keadaan afektif yang gembira diluar batas, seolah olah ia berbesar hati tanpa sebab-sebab yang objektif atau jelas. a. Euphoria Ini berarti yang suatu keadaan kegembiraan, kesejahteraan, yang

kebahagiaan

abnormal.

Setidak-tidaknya,

kegembiraan

diperlihatkan yang bersangkutan itu tidak cocok dengan factor objektif yang ada pada individu tersebut. Misalnya, penderita dengan kondisi

badan yang sangat buruk, memperlihatkan suatu kegembiraan yang luar biasa, ia menganggap enteng segala sesuatunya, malahan mencoba untuk menggembirakan hati orang-orang yang merasa khawatir tentang dirinya. b. Eksaltasi Suatu keadaan, dimana penderita mempunyai suatu keyakinan diri yang amat berlebihan, dan seringkali dinyatakannya atau terpusat pada pikiran-pikiran kebenaran tertentu tentang dirinya. c. Ekstase Suatu keadaan, dimana penderita memperlihatkan seolah-olah ia sedang mengalami suatu kenikmatan yang mendalam sekali . Penderita seolah-olah dapat merasa terlepas dari dunia fana ini. Ia melambung tinggi dan meningkat pada suatu kehidupan yang bertaraf lebih tinggi dan nikmat sekali. Bila penderita sudah normal kembali pada keadaan biasa, ia masih juga mengenangkan kembali rasa ekstrasenya itu. d. Maniacal/manic Suatu keadaan afektif yang serba berlebihan. Perbuatan, pikiran dan perasaan penderita berlebihan, jauh di luar batas normal. Disebutkan bahwa, pikiran, perasaan-perasaan mengalami over produksi. Penderita menganggap segala sesuatu serba enteng dan seringkali berusaha untuk meyakinkan orang lain tentang kegembiraan hidupnya. 2. Hypothymia Disebut juga keadaan afektif yang merendah. Ini berarti, bahwa penderita memperlihatkan hambatan di segala bidang aktivitasnya, baik pikiran, perasaan maupun perbuatannya. Gambaran yang Nampak adalah keadaan depresi. Walaupun demikian penderita seringkali dikuasai oleh suatu perasaan kegelisahan yang memuncak dan sangat tegang. 3. Poikilothymia Disebut juga keadaan afektif yang berubah-ubah. Sangat jarang dijumpai. Keadaan afektif penderita berubah-ubah dari suatu keadaan kegembiraan

kepada keadaan lain yang menunjukkan kegelisahan umum atau suatu keadaan kesedihan. 4. Parathymia Keadaaan afektifnya yang tak sesuai dengan lingkungan yang

sebenarnya, malahan sering bertentangan dengan keadaan sebenarnya . Misalnya menceritakan kematian ibunya dengan tertawa. 5. Tension Selalu ada perasaan tertekan, baik tertekan perasaannya, maupun merasakan tekanan pada otot-ototnya. Penderita merasa tidak tenang, tidak puas, seolah-olah menunggu bahaya atau persoalan yang tidak menyenangkan. Roman muka menggambarkan perasaan tertekan tersebut, tegang dan sering disertai dengan tremor pada jari-jari tangan, selalu tergopoh-gopoh dalam tindakannya. Penderita merasa kurang daya konsentrasinya, perasaan tidak enak di kepala dan dirasakan susah bernafas. Tension biasanya terdapat pada orang yang tidak dapat mengambil keputusan di antara keinginan-keinginan yang bertentangan. Juga dalam usaha untuk memperoleh keamanan jika apabila merasa jiwanya sedang tertekan. Biasanya tension ini berasal dari factor faktor sadar dan tak sadar. 6. Anxiety (cemas) Adalah perasaan takut terus menerus terhadap bahaya yang seolah-olah terus mengancam, yang sebenarnya tidak nyata tetapi hanya dalam perasaan penderita saja. Perasaan cemas ini berasal dari perasaan tidak sadar atau impuls yang berada di dalam kepribadian sendiri, jadi tak berhubungan dengan objek yang nyata atau keadaan yang benar-benar ada. Penderita sendiri tahu akan asalnya perasaan kecemasan itu. Kecemasan itu biasanya timbul, jika suatu perasaan yang tidak enak ditekan dan penderita menjadi takut, dapat juga berasal dari perasaan tidak puas, perasaan tidak aman dan juga timbul dari pertentangan pertentangan antara penderita dengan sekitarnya. Perasaan cemas ini sering pula disertai

dengan berbagai tindakan pembelaan diri, misalnya lekas tersinggung, lekas marah, menyendiri, tidak suka bergaul, curiga. Kecemasan sangat mempengaruhi system syaraf otonom, karena sering mempengaruhi fungsi-fungsi fisiologis dari penderita. Alat-alat yang sering dipengaruhi : o Spasme dari lambung o Kolik pada usus o Hyperchlorhydria o Diarrhea o Obstipasi o Tachycardia o Extra systole o Kaki tangan yang dingin o Muka yang tiba-tiba menjadi merah o Sukar bernafas Jika kecemasan ini terlalu berat dan hebat, dapat mempengaruhi system motorik, maka penderita menunjukkan kegelisahan atau menjadi agresif. Pada kecemasan dapat mempengaruhi perubahan-perubahan dari system-sistem pada tubuh : o Susunan syaraf vegetative o Sirkulasi darah o Tekanan darah o Ekskresi keringat o Adrenalin dalam darah bertambah o Gula darah bertambah Sebaliknya kelainan jasmani dapat juga menimbulkan kecemasan, misalnya : o Sesak napas o Hypoxia o Kelainan jantung o Diabetes mellitus 7. Panick

Suatu keadaan cemas yang luar biasa, dan menimbulkan dis-organisasi dari fungsi ego. Timbulnya tiba-tiba, gejalanya sangat hebat berdsasarkan tekanan jiwa yang terus menerus, merupakan suatu klimaks dan suatu keadaan akut. Gejala-gejala yang khusus dari panic : o Kecemasan yang luar biasa o Perasaan tidak aman yang luar biasa o Perasaan curiga o Timbul tendensi untuk memproyeksikan perasaannya terhadap sekitarnya o Integrasi kepribadian menjadi kacau Jika panic ini makin menghebat dapat timbul halusinasi dan juga waham diancam. Keadaan ini disebut reaksi paranoid akut, pada keadaan panic dapat juga terjadi bunuh diri. 8. Ambivalensi Dua perasaan yang bertentangan yang berada pada satu saat dalam satu individu. Sering perasaan yang satu dapat ditekan, tetapi kemudian dapat timbul secara tiba-tiba. Atau perasaan yang bertentangan. Misalnya : mesra, benci tetapi rindu, ingin tetapi menolak. Ambivalensi merupakan gejala khusus dari skizofrenia. 9. Depersonalisasi Adalah gangguan afek dengan gejala utamanya perasaan berada di luar realitas dan kehilangan keyakinan akan identitas diri sendiri, kehilangan rasa identifikasi dan kehilangan kendali terhadap tubuhnya sendiri . Di sini timbul perasaan hilang aktivitas pribadinya, perasaan seperti kepribadiannya telah berubah dan dunia luar telah berubah. Pikirannya menjadi lain seolah-olah dikendalikan oleh orang lain atau oleh suatu mekanik. Segala tindakannya dipengaruhi orang lain, merasa pikirannya diketahui orang lain. Sebagian tubuhnya milik orang lain. Depersonalisasi merupakan tanda penting pada skizofrenia. Juga terdapat pada keadaan histerik, kadang-kadang pada depresi.

Penilaian dari reaksi emosionil

1. Stabilitas Ini berarti adanya suatu ketetapan dalam bereaksi. Dalam keadaan normal, orang memperlihatkan suatu reaksi emosionil yang timbul dalam hatinya. Sebalinya sering kita jumpai suatu keadaan labilitas dari reaksi emosionil penderita. Misalnya : lekas terharu, lekas kasihan sehingga lekas menangis, lekas gembira sehingga lekas terhibur oleh karena ajakan atau cerita orang lain. Suatu segi lain dari ketidak-stabilan semacam itu ialah sifat lekas terbawa oleh kesan atau saran yang kita sebut hyperauggestible. 2. Pengendalian Dapat diadakan secara wajar. Adakalanya orang seolah-olah mengekang reaksi emosionilnya, ia terlalu keras mengendalikan dirinya, dengan demikian memberi kesan keluar seolah-olah tidak ada reaksi emosionil. Hatinya tidak tergoncang oleh suasana sedih atau gembira, tidak pula terpengaruh oleh rasa benci atau cinta. Orang yang demikian ini boleh dianggap sebagai orang yang menguasai dirinya secara berlebih-lebihan, yang sering kita sebut : overcontrolled dan over-formalistic. 3. sunguh-sungguh atau tidak (serius atau tidak) ini adalah untuk menilai apakah reaksi emosionil yang diekspresikan penderita sungguh-sungguh atau tidak. Dengan lain perkataan apakah reaksi emosionil itu merupakan sesuatu ekspresi yang mempunyai makna dan arti yang dihayati dan dialami sungguh-sungguh oleh penderita atau hanya sekedar sandiwara kecil yang tak mendalam arti dan maknanya, jadi tidak sungguhsungguh. Reaksi emosionil yang tak sungguh-sungguh kita dapatkan pada penderita dengan kepribadian histerik. 4. dalam dan dangkalnya tidak semua peristiwa reaksi emosionil manusia dirasakan sebagai sesuatu yang sama mendalamnya. Adakalanya reaksi emosionil itu terjadi seolah-olah tanpa bekas. Sebaliknya ada yang sengat mendalam berkesan dalam hati yang bersangkutan. Dalam keadaan normal, manusia bersifat obyektif terhadap semua peristiwa emosionil. Pada penderita-penderita tertentu yang selalu terkena secara mendalam reaksi emosionilnya walaupun oleh peristiwa

yang kecil dan remeh, kita katakan rekasi emosionilnya lebih dalam dari pada orang normal. Hal ini sering akibat stabilitasnya yang terganggu. Sebaliknya, pada orang-orang yang reaksi emosionilnya lebih dangkal dari pada orang normal, kita teliti lebih lanjut corak kepribadiannya. Apakah mungkin terdapat : psikopati, kelainan organic degenerative atau psikotik. 5. skala deferensiasi luas sempitnya skala deferensiasi dari reaksi emosionil terganggu dari pengalaman intelektual dan matangnya kepribadian seseorang. Seorang yang berpendidikan rendah, pengalaman yang kurang, serta kepribadian yang kurang matang, dengan sendirinya tidak pernah belajar dan memahami atau menghargai peristiwa-peristiwa emosionil yang luas. Seolah-olah yang dapat ditangkap dan dihargai hanyalah peristiwa emosionil yang konkrit saja. Yang abstrak dan yang bersifat simbolik berlalu saja tanpa mampu untuk ditangkapnya, pada orang-orang yang berpendidikan cukup tinggi, mempunyai

pengalaman cukup luas dan sudah mengalami maturasi kepribadian yang cukup matang pada umumnya memiliki skala deferensiasi dari reaksi emosionil yang cukup luas pula. Oleh karena sesuatu sebab gangguan jiwa baik yang bersifat neurotic maupun yang bersifat psikotik, skala deferensiasi yang luas itu, kemudian dapat menjadi lebih sempit, sehingga penderita tersebut hanya mampu turut merasakan sesuatu yang relative lebih sempit. 6. empati yaitu kemampuan dari pihak pemeriksa untuk merasakan reaksi emosionil yang dihayati dan dialami oleh penderita. Tidak hanya dalam keadaan normal, tetapi juga dalam keadaan jiwa yang terganggu, kita tetap dapat turut merasakan reaksi emosionil yang dilahirkan oleh penderita. Sebaliknya pada skizofrenia seringkali sangat sukar, atau tidak dapat sama sekali untuk turut serta merasakan reaksi emosionilnya. 7. arus emosi emosi dapat dimisalkan seolah-olah mengalir melalui suatu arus yang tertentu. Dalam keadaan yang normal, maka reaksi emosionil itu terjadi secara

cukup cepat dan lincah. Dalam keadaan-keadaan yang menyimpang dari keadaan normal, maka arus emosi itu terjadi secara lebih lambat atau hanya secara perlahan-lahan.

IV SIKAP DAN TINGKAH LAKU

Dalam pemeriksaan psikiatri, kita harus memperhatikan sikap dan tingkah laku penderita, kita perhatikan selama wawancara berlangsung. Hal ini penting oleh karena sikap dan tingkah laku penderita tak dapat lepas dari keseluruhan ekspresi penderita. Kita bedakan antara sikap dan tingkah laku : sikap (attitude) yang elbih menandaskan sesuatu keadaan yang statis jadi nondinamis, dalam arti kata bahwa gerakan-gerakan badan pada umumnya agak terbatas. Tingkah laku (behavior) yang lebih bercorak gerak-gerik motorik dan aktivitas, terutama kaki dan tangan penderita. Sikap yang diperlihatkan penderita : 1. Indifferent Sikap yang tidak menuju ke suatu kecenderungan (tendensi) tertentu, jadi banyak yang bersifat netral. 2. Apatik Sikap acuh tak acuh, sikap masa bodoh dan tak menghiraukan apapun yang terjadi di sekelilingnya. 3. Koperatif Sikap ingin bersahabat, ingin turut dengan petunjuk atau perintah, ingin bekerja sama dengan semua orang. 4. Negativism pasif Skap menolak petunjuk atau perintah yang diberikan tanpa alasan yang objektif. 5. Dependen Sikap ingin menggantungkan diri secara berlebihan pada pemeriksa, atau individu lain yang memegang kekuasaan. 6. Infentil Sikap ke kanak-kanakan. 7. Rigid Sikap kaku dan tak fleksibel, kadang-kadang sudah dekat dengan sikap negativistic.

8. Curiga Sikap yang tak percaya, seolah-olah menyangkalkan maksud baik dari pemeriksa atau orang lain, baik ucapannya maupun gerakannya. 9. Berubah-ubah Sikap yang tak stabil, selalu terganti-ganti sikap, hal ini sering menunjukkan kegelisahan yang bersangkutan. 10. Tegang Sikap yang tidak tenang, kadang-kadang dekat pada sikap yang gelisah. 11. Pasif Sikap tanpa insiatif, menurut atau menyerah saja. 12. Aktif Sikap penuh insiatif dan keinginan bertindak. 13. Katalepsi Sikap yang bertahan dalam satu kedudukan saja untuk jangka waktu yang cukup lama, seringali aneh, tak masuk akal dan tak ada tujuannya. Disebut juga fleksibilitas cerea. 14. Bermusuhan Sikap seperti ingin menyerang atau marah saja.

Tingkah laku yang diperlihatkan oleh penderita : 1. Hyperaktif Sangat besar dorongan bergeraknya, disebut juga over aktif. 2. Hypoaktif Dorongan bergeraknya amat kurang, walaupun tak menghilang sama sekali. 3. Stupor Segala pergerakan berhenti, penderita tidak tinggal diam seperti patung. 4. Gelisah Gerakan yang menyatakan adanya ketegangan jiwa yang memuncak, penderita tidak dapat duduk diam, dan harus berdiri dan berjalan-jalan kian kemari. 5. Berkoordinasi Gerakan yang harmonic, sesuai dan fleksibel secara luwes.

6. Tak berkoordinasi Gerakan yang tidak harmonic, kaku dan kadang-kadang kacau. 7. Stereotip Gerakan yang bertahan dalam satu atau dua macam type gerakan yang terus menerus diulang untuk waktu yang lama, tanpa tujuan yang jelas. 8. Manineren Gerakan yang bermacam-macam, tetapi semuanya aneh-aneh dank arena keanehannya ini seringkali menarik perhatian sekelilingnya. Menireren dapat juga terjadi pada pembicaraan. Manireren tampak paeda roman muka disebut grimaseren. 9. Ambivalensi Dua kemauan yang bertentangan yang berbeda pada satu saat dalam satu individu. Misalnya : berdiri- duduk; berjalan kekiri-berjalan kekanan. Sedang mesra meneteki anak atau memeluk anak, tiba-tiba marah dan mencampakkan anak ke tanah. Pada umumnya orang ini dalam keadaaan kebimbangan. 10. Agresif Adalah nafsu untuk bereaksi dengan cara kekuatan. Nafsu dapat terlihat dari roman muka dan sikapnya. 11. Pereseverasi Pembicaraan yang selalu mengulangi kata-kata yang sama. 12. Verbigenasi Pembicaraan yang selalu mengulangi kata-kata yang sama. 13. Echolalia Selalu menirukan apa yang diucapkan orang lain. 14. Echopraxia Selalu menirukan apa yang dilakukan orang lain(gerakan). 15. Befehls-aubomatic Segala perintah dilakukan secara cepat, tiba-tiba tanpa dipikir lebih dulu (otomatis dan kompulsif) 16. Negativism aktif Melakukan suatu perintah yang bertentangan dengan apa yang diperintahkan.

17. Gerakan otomatis Gerakan diluar kemauan penderita, penderita tak sadar bahwa gerakan itu adalah gerakan sendiri. 18. Gerakan autochtoon Gerakan yang menurut penderita dilakukan oleh orang lain atau menurut perasaan penderita dikendalikan oleh dunia luar. Dia tidak sempat melawan pengaruh ini. 19. Gerakan paksaan atau kompulsif Gerakan yang disadari oleh penderita sebagai gerakan-gerakannya sendiri, penderita tahu bahwa gerakan-gerakan itu bertentangan dengan pikiran sehat dan merupakan gerakan yang luar biasa, tetapi penderita tidak dapat melawan paksaan yang selalu dirasainya itu. Penderita takut akibat-akibat yang timbul jika ia menentang paksaan ini. 20. Gerakan impulsive Gerakan cepat, tidak lama, dilakukan dengan tiba-tiba. Ini adalah manifestasi dari salah satu nafsu, suatu gerakan dari pengaruh nafsu yang luar biasa tanpa pertimbangan lebih dahulu. 21. Poriomanie Nafsu untuk mengembara, untuk keluyuran. 22. Kleptomania Nafsu untuk mencuri secara tidak sadar. 23. Pyromania Nafsu untu bermain api, membakar barang-barang atau rumah.

V KESADARAN

Kesadaran ialah keadaan fungsionil daripada individu untuk mengadakan relasi (hubungan) dan limitasi (membatasi hubungan ini) terhadap dunia sekelilingnya yang terdiri dari manusia, benda atau faham, seperti yang dapat tertangkap oleh panca inderanya. Oleh sebab itu, maka kesadaran individu tadi sampai taraf manakah ia dapat mengetahui dan menafsirkan dunia sekelilingnya. Individu dengan kesadaran baik, dapat mengadakan relasi dan limitasi dengan baik terhadap dunia sekelilingnya. Ia dapat mengetahui dan menafsirkan dengan tepat, serta dapat mencakup dan menguasai secara halus dan terperinci segala hal yang terjadi dalam dunia sekelilingnya. Dengan lain perkataan orientasi terhadap sekelilingnya baik. Pada tiap kesadaran dapat kita nilai pula luasnya kesadaran dan terangnya kesadaran. Dalam psikiatri keadaan kesadaran penderita sangat penting untuk diagnose dan prognose dari suatu penyakit jiwa. Gejala-gejala psikotik dengan kesadaran normal mempunyai arti yang berbeda jauh dibandingkan gejala-gejala psikotik dengan kesadaran terganggu. Secara klinis ada beberapa tingkatan kesadaran dilihat dari kewaspadaan seseorang terhadap lingkungan. Berturut-turut dari tingan sampai berat : 1. Keadaan bingung 2. Kesadaran berkabut 3. Delirium 4. Keadaan mimpi 5. Stupor

Penjelasan 1. Keadaan bingung Adalah gangguan kesadaran ditandai dengan bingung, kacau, gangguan fungsi asosiasi dan kemiskinan berpikir. Roman mukanya menunjukkan ekspresi khawatir, bingung, dan kadang-kadang keheran-heranan.

Didapatkan pada : o Intoksikasi o Keadaan infeksi o Traumatic o Reaksi disosiasi o Epilepsy o kegelisahan 2. Kesadaran berkabut / menurun Adalah gangguan dimana kesadaran tidak lengkap, biasanya karena gangguan fisik dan kimia, yang menimbulkan kerusakan fungsi dari proses asosiasi cerebrum. Perhatian melantur, dan penangkapan penderita terhadap sekitarnya tidak tepat dan tidak lengkap. Gejala ini sering terdapat pada penderita-penderita dengan penyakit infkesi dan keadaan-keadaan lain yang mengganggu oksigenasi dan metabolism cerebral. Kesadaran berkabut juga terdapat pada gangguan psikogen, yaitu pada reaksi disosiasi. Tingkatan dari kesadaran berkabut mulai yang paling ringan sampai yang berat : suf, somnolen, stupor dan koma. 3. Delirium Merupakan suatu symptom yang kompleks yang disebut sindroma otak akut. Sindrom ini biasanya berkembang dan berjalan akut, ditandai dengan kesadaran menurun/berkabut, bingung, gelisah, disorientasi, ilusi dan halusinasi, cemas atau takut. Kejadian ini biasanya berhubungan dengan infeksi disertai panas, keadaan toksik, gangguan metabolism (uremia, pellagra, anemia, perniciosa), dekompensasi cordis dan trauma capitis. Disini terjadi kerusakan fungsi cerebral dan menyebabkan insufisiensi cerebral. Factor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan terjadinya delirium : o Pembawaan o Pengaruh toksin terhadap otak o Resistensi barier darah cerebrospinal o Integrasi kepribadian

o Stabilitas kepribadian Gejala prodromal ditandai dengan : lesu, tidur gelisah, kesukaran menangkap, perhatian terganggu. Pada keadaan ringan, penderita Nampak bodoh. Lamban, tak tahu jelas apa yang terjadi pada dirinya sendiri, sedikit melamun, perhatian terganggu, kapasitas berpikir yang abstrak berkurang. Jika delirium berat, kemudian sembuh, penderita tak ingat lagi kejadiankejadian selama delirium (amnesia). 4. Keadaan mimpi / Twilight state Kesadaran menurun, tetapi orientasi terhadap sekitarnya sering masih lebih baik, dan tanda ada bicara kacau. Kontak dengan sekitarnya masih ada, kadang-kadang dalam keadaan marah yang luar biasa dan dalam keadaan marah ini dapat dilakukan penganiayaan dan pembunuhan. Penderita sering bernafsu untuk mengembara, jika kesadaran ini lebih menurun lagi akan timbul disorientasi dan bicara kacau. Keadaan ini timbul oleh karena gangguan efek yang luar biasa ataupun keadaan psikotik yang lain. Sering didapatkan pada : o Emosi yang hebat o Epilepsy o Reaksi dososiasi Jika keadaan pulih kembali menjadi normal, penderita melaporkan bahwa selama twilight state ia merasa seolah-olah dalam mimpi dan ia sedikit ingat atau sama sekali tidak ingat kejadian-kejadian yang terjadi selama periode itu. 5. Stupor Stupor adalah keadaan dimana penderita akinetik (tak bergerak, diam seperti patung) dan mutistik, tetapi kesadaran relative masih ada . Masih ada gerakan mata dan respirasi. Tetapi gerak mata pada umumnya Nampak tanpa tujuan. Sesudah keadaan stupor, sering ada kesanggupan untuk mengingat kejadian-kejadian, meskipun dapat terjadi juga amnesia total. Stupor perlu dibedakan dengan rasa mengantuk, kehilangan kesadaran serperti pada koma, dan paralyze syaraf motorik.

Stupor dapat menjadi baik pada gangguan mental toksik organic maupun gangguan mental psikogenik. Baik pada stupor toksik organic, proses berpikir sadar ditunda. Sedangkan pada stupor katatonik (psikogenik) penderita memikirkan sesuatu yang mendalam yang bersifat autistic, dengan kehlingan realitas, tanpa kehilangan kesadaran. Pergantian mendadak dari stupor ke aktivitas, sering impulsive atau berlebihan, hanya terdapat pada stupor psikogenik.

VI ORIENTASI

Orientasi adalah suatu proses dimana seseorang dapat menangkap/mengerti keadaan sekitarnya, dan ia dapat melokalisir dirinya dalam hubungan dengan sekitarnya tersebut. Jika seorang tahu posisinya dalam hubungan dengan waktu, sadar akan keadaaan pribadinya, sadar situasi lingkungannya dan mengerti hubungannya mengapa orang lain ada disitu, dinamakan orang tersebut berorientasi baik. Jika ia tidak mengenal dan tak dapat melokalisir dirinya dalam hubungan dengan factor-faktor tersebut diatas disebut dis-orientasi. Gangguan orientasi dapat timbul pada tiap gangguan mental dimana didapatkan gangguan peringatan, gangguan persepsi dan gangguan perhatian. Gangguan orientasi banyak didapatkan pada keadaan-keadaan sindroma otak organic akut, tetapi jarang didapatkan pada keadaan afek yang luar biasa, konflik-konflik yang akut. Oleh sebab itu, maka daya kemampuan orientasi ini sangat erat hubungannya dengan kesadaran individu. Dalam meneliti daya orientasi ini, dalam prakteknya kita menjalankan pemeriksaan kesadaran individu. Kita mengenal bermacam-macam orientasi : a. Orientasi personal (orientasi perorangan) Kemampuan individu untuk mengemukakan identitas diri sendiri dan orang lain di sekitarnya. b. Orientasi temporal (orientasi waktu) Kemampuan untuk mengetahui tentang hubungan masa, waktu, hari, tanggal, bulan, musim dan tahun sekarang. Baik yang lampau maupun yang akan datang. c. Orientasi spasial (orientasi tempat) Kemampuan untuk mengetahui tentang batasan ruang atau lokasi yang ditempati, dan hubungannya dengan ruang lain atau lokasi lain. Misalnya hubungan antara satu tempat dengan tempat lain, antara satu lokasi dengan lokasi lain, antara satu ruang dengan ruang lain dan satu kota dengan kota lain. d. Orientasi situasional (orientasi situasi)

Kemampuan individu untuk menafsikran apak sebabnya seoran atau beberapa orang berada di suatu tempat atau di suatu situasi tertentu. Apakah masing-masing tugasnya dan keperluannya disitu. Perlu kita perhatikan, bahwa seorang penderita gangguan jiwa, mungkin mengalami gangguan orientasi dari salah satu atau beberapa orientasi tersebut, walaupun kesadarannya baik. Hal ini dapat disebabkan oleh karena penderita telah mengalami pengasingan diri akibat proses mental yang patologik. Misalnya karena sikap apathy, autism, keadaan afek yang luar biasa. Hal semacam ini kita sebut dis-orientasi relative. Hal ini tidak boleh kita abaikan.

VII KONTAK PSIKIK

Kontak psikik adalah daya kemampuan individu untuk mengadakan hubungan mental dan emosionil yang wajar dengan orang lain, dalam jangaka waktu yang cukup dibutuhkan. Hubungan yang wajar dan cukup dibutuhkan ini, hanya sanggup dijalankan individu apabila ia sanggup pula mencurahkan (mencantumkan) perhatiannya yang cukup pula terhadap soal yang sedang diperbincangkan. Maka dalam menilai kontak psikik berturut-turut : 1. Adakah kemampuan untuk kontak psikik ? 2. Sanggupkah melakukan hubungan mental-emosionil secara wajar ? 3. Sanggupkah hubungan mental emosionil ini berlangsung dalam jangka waktu yang cukup dibutuhkan ? Apabila penderita diganggu oleh proses-proses patologik, baik yang sifatnya mental maupun yang sifatnya fisik, seringkali daya kemampuanya untuk mengadakan kontak psikik sangat kurang sekali atau terbatas.

VIII PERHATIAN

Kemampuan seseorang untuk memperhatikan keadaan di sekitarnya kita sebut perhatian. Macam-macam gangguan perhatian : 1. Hypervigilitas : perhatian yang luar biasa dan berpindah-pindah objek. 2. Hypovigilitas : kurang perhatian terhadap sekitarnya 3. Autism : hidup dalam alam pikirannya sendiri, sehingga tidak ada perhatian terhadap sekitarnya.

IX DAYA INGATAN

Daya

ingatan

adalah

daya

kemampuan

individu

untuk

memproduksi

(menghasilkan kembali) hal ikhwal tertentu yang telah terjadi di masa yang lampau . Jadi dapat dianggap bahwa dalam peringatan terdapat 3 proses : Penerimaan dan pencatatan dari kesan mental Penyimpanan dari kesan yang telah didapat Penggalian kembali dari kesan tersebut (reproduksi) Daya kemampuan ini dapat digunakan secara aktif, yaitu dengan mencurahkan segala perhatian sadar kepada peristiwa atau soal dimasa lampau itu sehingga dapat dihasilkan reproduksi itu. Usaha semacam ini disebut proses mengingat kembali. Ada kalanya usaha untuk mengingat kembali itu tak berhasil atau tak sempurna berhasil. Dalam hal ini masih dapat ditolong dengan memperlihatkan atau memperingatkan beberapa detail tertentu, sehingga ia dapat mengenal kembali keseluruhannya dengan lebih sempurna. Apakah sesuatu hal atau peristiwa itu berkesan mendalam atau berbekas dangkal dalam diri manusia, tergantung pada factor-faktor : Besarnya perhatian yang dicurahkan individu sewaktu peristiwa itu berlangsung Kuatnya asosiasi peristiwa itu dengan peristiwa-peristiwa lain yang terjadi sebelumnya atau sesudahnya dan yang mudah diingat kembali. Kuatnya pengaruh peristiwa terhadap emosi penderita sewaktu peristiwa itu berlangsung. Jika daya ingat individu terganggu, maka beberapa hal yang harus dipertimbangkan : 1. Apakah terdapat suatu kemunduran yang diakibatkan oleh karena sebab organobiologik sehingga terjadi kerusakan pada substansia otak yang sifatnya permanen. Misalnya dementia. 2. Apakah terdapat suatu kemunduran yang berarti kehilangan daya ingatan, yang penyebabnya lebih kompleks yang biasanya oleh kombinasi sebab organobiologik dan psiko-sosial. Kehilangan daya ingatan di sini sifatnya sementara. Misalnya : amnesia.

3. Apakah terdapat suatu kemunduran daya ingatan yang kita kenal lupa terhadap salah satu atau beberapa peristiwa saja. Hal ini pada umumnya karena pengaruh emosi atau pengaruh psikologik yang kuat yang diduga terjdai dalam alam tak sadar. Karena sering kali peristiwa-peristiwa itu bersifat menakutkan atau memalukan. Macam-macam gangguan peringatan : Hypermensia Amnesia Paramnesia Dementia

1. Hypermnesia Yaitu peringatan yang berlebih-lebihan dan abnormal. Hypermnesia kadang-kadang terlihat pada keadaan mania, paranoia dan katatonia.

Kemampuan mengingat menjadi berlebih-lebihan, dan kebanyakan terbatas pada periode-periode khusus atau kejadian-kejadian khusus dan pengalamanpengalaman khusus, yang dihubungkan dengan reaksi emosionil yang sangat kuat. kesan yang timbul dari kejadian-kejadian emosionil itu dicatat dengan intensitas yang luar biasa, dengan demikian individu itu dapat mengingat dengan jelas dan mendetail. 2. Amnesia Amnesia dapat ditimbulkan baik oleh factor-faktor organic maupun psikogen. Amnesia organic disebabkan karena gangguan pada proses pencatatan dan penyimpanan. Sedangkan amnesia psikogen, disebabkan karena gangguan pada proses produksi. Jenis-jenis amnesia : a. Amnesia anterograd : kehilangan ingatan dari peristiwa-peristiwa yang terjadi sesudah kejadian yang menimbulkan amnesia tersebut, sampai periode waktu tertentu. b. Amnesia retrograde : kehilangan ingatan dari peristiwa yang terjadi sebelum kejadian yang menimbulkan amnesia tersebut, dari periode waktu tertentu. 3. Paramnesia

Disebut juga peringatan salah. Keadaan dimana penderita tahu benarbenar bahwa apa yang dialami sekarang, telah dialaminya pula pada waktu dahulu, sedang hal itu sama sekali tidak benar. Termasuk paramnesia : konfabulansi, dj vu, jamais vu. o Konfabulasi : Cerita tentang soal-soal dan kejadian yang sebenarnya sama sekali tidak terjadi. Kita kenal 2 jenis konfabulasi : a. Konfabulasi spontan b. Konfabulasi uuntuk menutupi kebodohan-kebodohan atau kekurangankekurangan dalam peringatan. o Dj vu Disebut pula ilusi peringatan. Adanya perasaan apa yang dilihat sekarang ini pernah dilihat dan dikenal sebelumnya, padahal sebelumnya belum pernah melihat dan mengenalnya. o Jamais vu Adanya perasaan salah atau palsu, dimana penderita tidak mengenal situasi atau personal yang sebenarnya hal ini pernah di alami atau dikenalnya pada waktu yang lampau. Sering didapatkan pada lobus temporalis, juga pada epilepsy. 4. Dementia Dementia adalah gangguan atau degenerasi dari ukuran neuron, pada kortika cerebri yang berlangsung lama, dengan akibat kehilangan efisiensi

intelektual yang bersifat permanen dan irreversible. Pada gangguan yang bertaraf ringan terjadi gangguan pada kritik terhadap diri sendiri, gangguan dalam diskriminasi halus, ragu-ragu dalam mengambil keputusan dan tak sanggup menggunakan pikiran yang abstrak. Jika dementia bertambah parah, maka terjadi inisiatip berkurang, perhatian menyempit dan tumpul, kesan-kesan diterima dan diasimilasi lamban. Kapasitas belajar dan kecakapan berkurang, sulit mengikuti pembicaraan orang lain, peringatan rusak dan dapat menjadi kebingungan dan terjadi disorientasi.

Sebab-sebab dari dementia dapat digolongkan : a. Perubahan atrofi otak dengan akibat senilis b. Gangguan vaskuler otak termasuk dementia arteriosklerotika dan hipertensi encephalopati. c. Gangguan radang otak terutama lues dan encephalitis epidemika. d. Penyakit degenerasi otak misalnya, Alzheimers disease. FIcks disease, dan Hurtingtons chorea. e. Penyakit-penyakit defisiensi misalnya : koreakoffs psikosis, Wernickes encephalopati, pellagra, anemia perniciosa dan anemis vitamin B 12 defisiensi. f. Neoplasma g. Trauma (fisik)

X INTELEK DAN INTELEGENSI

Secara popular intelegensi sering disebut sebagai saraf kecerdasan individu, sedangkan intelek sering disebut taraf pendidikan individu. Intelegensi dan intelek tak dapat ditinjau secara terpisah. Suatu factor yang penting dalam soal intelegensi ialah kemampuan individu untuk mengambil manfaat dari pada problematic dan pengalaman yang terdahlu, bagi problematic yang timbul kemudian. Proses mengambil manfaat dari pengalaman ini, biasanya merupakan salah satu aspek penting dari proses belajar manusia. Oleh karena itu, maka taraf intelegensi merupakan suatu indikasi dari kemampuan belajar manusia, baik pada pengalaman praktek maupun dari hasil pendidikan di sekolah. Variasi taraf intelegensi manusia sangat luas. Individu yang satu dapat belajar lebih muda daripada individu yang lain. Lagi pula ada individu yang dapat belajar secara simultan, sedangkan individu lainnya hanya mampu menyelesaikan soal satu persatu. Demikian pula individu ada yang mampu menyelesaikan soal-soal secara cepat, menurut siasat pikiran yang teratur, ada pula individu yang menyelesaikan soalsoal secara lambat dan dengan cara mencoba-coba, dan secara kebetulan sampai pada suatu penyelesaian. Kita harus dapat memastikan apakah kemunduran suatu intelek atau intelegensi itu berdasarkan proses intra-psikik (seperti pada gangguan neurotic atau psikotik), atau apakah hal itu berdasarkan kelainan degenerative dari neuron kortikcal seperti yang terjadi pada keadaan dementia. Persoalan intelek dan intelegensi ini merupakan suatu soal yang sangat kompleks dan sulit, yang pada saat inipun masih belum diakui secara universal kepentingan serta kedudukannya. Pada pemeriksaan psikiatri, yang penting ialah dugaan intelegensi individu, yaitu apakah bertaraf superior, normal atau sub-normal. Pada pemeriksaan psikologi (oleh psikolog) soal intelegensi dan I.Q. ini merupakan salah satu saran sentral dari pemeriksaan tersebut dan dilaporkan secara terperinci dalam evaluasi psikologiknya. Berdasarkan ini pula diharapkan kita dapat menangani penderita dengan lebih tepat.

XI EKSPRESI, KARANGAN, TULISAN DAN GAMBARAN

Ekspresi berarti segala manifestasi dan segala cara untuk melahirkan (menyatakan) proses-proses mental emosional individu. Dalam keadaan normal individu mampu menjalankan ekspresi sesuai dengan taraf pendidikan dan taraf maturasi kepribadian. Dalam keadaan psikotik dan neurotic tak jarang daya kemampuan ekspresi yang halus dan pernah dicapainya itu, kemudian seolah-olah runtuh atau engalami regresi. Hal ini Nampak pada cara orang berbicara, cara orang menggerakkan anggota-anggota badannya, cara ia menulis, menggambar dan mengarang cerita. Oleh sebab itu, maka segala karangan, tulisan, gambaran dan hasil gubahan atau karya penderita menjadi petunujk yang penting bagi proses mental atau emosionil yang sedang menimpa diri penderita itu. Sampai taraf tertentu, prinsip inipun digunakan dalam cara pemeriksaan psikologik, terutama yang sifatnya proyektif, yaitu yang dianggap dapat memberikan gambaran tentang lapisan-lapisan kesadaran manusia yang tak sadar atau bawah sadar.

XII INISIATIF

Insiatif adalah dorongan untuk melakukan perbuatan yang baru dan original, jadi bukan perbuatan yang sifatnya sekedar mencontoh atau meniru. Dalam keadaan normal, tiap-tiap individu merasa dirinya terdorong untuk melakukan perbuatan tertentu yang bersumber pada insiatif diri sendiri. Ia biasanya tak suka mencontoh atau melakukan perbuatan yang hanya karena disuruh oleh orang lain. Disamping itu, orang yang normal mengetahui sampai batas manakah dorongan untuk melakukan perbuatan tertentu yang sifatnya baru dan orisinil itu, dapat diterima baik oleh lingkungannya tanpa dianggap aneh oleh orang lain. Dalam beberapa keadaan psikotik dan neurotic, dorongan untuk berinsiatif ini berkurang atau bertambah diluar batas-batas normal. Misalnya, dalam keadaan maniacal, maka dorongan inisiatif penderita itu dapat terjadi secara bertubi-tubi, tetapi mutu dari pada pekerjaanya itu sangat kurang sekali, misalnya ia hendak menjalankan sepuluh macam pekerjaan sekaligus, tetapi satupun dari pada pekerjaan yang disanggupinya itu tidak ada yang selesai dilakukan. Sebaliknya, dalam keadaan depresif, maka penderita sama sekali kehilangan inisiatifnya, seolah-olah segala sesuatu itu yang menarik sekarang tidak menarik lagi.

XII DAYA KONSENTRASI

Daya konsentrasi adalah daya kemampuan seorang individu untuk memusatkan pikiran atau perhatiannya terhadap sesuatu hal, yang terdapat dalam kesadaran individu tersebut. Dalam pemeriksaan psikiatri khusus, perlu pula diteliti apakah seorang individu itu mampu memusatkan pikiran dan perhatiannya terhadap hal-hal yang terletak di luar dirinya, serta terhadap hal-hal yang terletak dalam alam diri-pribadinya sendiri. Yang harus kita perhatikan ialah, apakah individu itu mampu memusatkan pikiran dan perhatiannya itu terus menerus meliputi suatu waktu yang agak panjang. Dalam keadaan normal, seorang individu dapat melakukan tugas ini tanpa merosotnya daya konsentrasi secara menyolok. Pada keadaan jiwa yang terganggu, maka daya konsentrasi itu sering kali menjadi lembek atau kabur, perhatiannya mudah terlepas atau bercabang-cabang, misalnya pada keadaan meniakal. Pada keadaan depresi, perhatiannya mudah melembek dan seolah-olah menghilang saja tanpa ada dorongan untuk melanjutkan usaha pemusatan perhatian itu. Pada keadaan skizofrenia dan keadaan paranoid, perhatian sukar dipusatkan, atau jika dipusatkan sering kali tertuju pada hal-hal yang sifatnya sangat detail dan kecil saja. Hal lain yang perlu diperhatikan ialah adanya kejernihan daya berpikir, yang bersifat kabur terutama pada keadaan intoksikasi.

XIV PENDAPAT

Pendapat adalah daya kemampuan individu untuk mengusahakan suatu identifikasi realistic (pemastian yang berdasarkan kenyataan) disertai suatu evaluasi realistic (penilaian yang bedsasarkan kenyataan), daripada berbagai faham dan peristiwa dengan berbagai variabelnya, serta mengusahakan adanya relasi dan limitasi antara faham dan fakta itu. Suatu pendapat disebut diskriminatif, jika pendapat itu kecuali pada prinsipnya baik, juga mengusahakan adanya pembedaan-pembedaan dalam segolongan

keadaan-keadaan yang menyerupai satu dengan yang lain. Manusia normal yang berinteligensi normal, dapat diharapkan sanggup menjalankan usaha membandingkanbandingkan dan tidak memukulratakan fakta dalam dunia sekelilingnya. Ia sanggup bersikap cukup kritis yang berarti bahwa ia sanggup meneliti dan menyiasati hubungan (relasi dan limitasi) antara satu faham dan faham lain, dan antara satu fakta dengan fakta lain serta dengan cukup seksama dapat menegakkan pemastian (identifikasi) dan penilaian (evaluasi) masing-masing fakta dan faham itu sampai taraf manakah mereka itu mengandung kebenaran dengan jalan membanding-bandingkan. Kemampuan untuk bersikap dan berpendapat kritis, menjadi pedoman penting bagi pemeriksa, untuk menetapkan mutu pendapat diskriminatif pada seorang penderita. Dengan demikian, maka kemampuan untuk mengemukakan pendapat secara diskriminatif merupakan suatu fungsi khusus daripada kepribadian manusia, yang utama sekali dan oleh karena itu perlu diperhatikan seteliti-telitinya. Kita bedakan beberapa jenis pendapat : a. Pendapat global atau pendapat universal Ini adalah pendapat yang mengenai hal-hal yang biasanya sudah diketahui seluruh umat manusia tanpa dipelajari secara khusus, seperti hal-hal yang menyangkut etika sopan santun dan hal-hal yang menyangkut etika pergaulan biasa. Pendapat-pendapat yang tergolong di sini biasanya non-kritis dan bersifat otomatis. Misalnya : bolehkah orang mencuri ? bolehkah berbohong ?

b. Pendapat khusus atau pendapat spesifik Ini adalah pendapat-pendapat mengenai hal-hal tertentu, yang

mengharuskan adanya suatu sikap yang lebih kritis, oleh karena yang bersangkutan harus menentukan suatu pendirian yang khusus, walaupun mungkin diri-pribadinya tak langsung tersangkut di dalamnya. misalnya : bagaimana beda bohong dan khilaf ? bagaimana beda khawatir dan takut ? Jelaslah, bahwa untuk mengemukakan pendapat khusus semacam itu diperlukan suatu taraf intelegensi dan taraf intelek tertentu. Perlu dicatat, bahwa seluruh pemeriksaan pendapat itu pada umumnya harus disesuaikan dengan intelek yang bersangkutan, dan harus tertuju kepada salah satu segi dari pada proses berpikir hal ini perlu agar supaya pemeriksaan hal positif ini berguna bagi keseluruhan pemeriksaan psikiatri. c. Pendapat pribadi atau pendapat personal Ini adalah pendapat mengenai diri-sendiri, dan memberi penjelasan tentang pengertian diri sendiri dan keinsyafan tentang penyakitnya. Jika kita hendak menilai ini, maka perlu kita menjalankan pemeriksaan yang hatihati, agar supaya penderita memahami dan menghayati diri-sendiri. Penderita diminta untuk melahirkan pendapat yang akan mencerminkan daya pengertian tentang dirinya sendiri, secara terperinci. Oleh sebab itu, maka soal pendapat pribadi ini menjadi petunjuk yang penting apakah yang bersangkutan memiliki suatu pengertian diri sendiri yang cukup, ataukah kurang mencukupi jika dibandingkan dengan taraf intelegensi dan inteleknya.

XV PENGERTIAN TENTANG DIRINYA SENDIRI

Pengertian tentang dirinya sendiri atau pemahaman diskriminatif adalah daya kemampuan individu untuk menginsyafi dan menjalankan asal-usul dan perkembangan dari pada berbagai kelakuan, pikiran dan perasasannya beserta gangguan-gangguan yang dialami atau diperlihatkan pada waktu sekarang. Dengan demikian maka yang harus kita teliti ialah sampai taraf manakah penderita dapat menginsyafi serta menjelaskan mental dan emosionalnya sekarang itu, sebagai sesuatu yg masih normal, ataukah yang sudah bersifat penyakit. Misalnya, pada penderita yang mengemukakan keyakinannya, bahwa ia terlampau sering ketakutan atau gelisah seolah-olah akan segera mati: dan disamping itu sebetulnya tak beralasan, maka penderita itu kita sebut sebagai orang yang masih memiliki pengertian penyakit yang kemudian dapat dijadikan dasar untuk

menumbuhkan suatu pengertian diri yang lebih sempurna. Biasanya, suatu pengertian diri yang lebih sempurna itu dapat diusahakan dengan psiko-terapi secara bertahap, sehingga pengertian diri itu secara berangsur-angsur akan bertambah besar dan mendalam. Sebaliknya, pada orang yang mempunyai keyakinan yang sifatnya waham, maka jelaslah bagaimanapun usaha kita, ia akan tetap berpegang teguh pada keyakinannya sendiri yang salah. Ia tetap menentang dan menolah setiap penjelasan yang lain dari pada pengertiannya sendiri, jadi pada penderita itu tidak ada pengertian tentang penyakitnya. Oleh karena itu sangat sukar untuk mengharapkan akan adanya pengertian diri sendiri sukar untuk mengharapkan akan adanya pengertian diri sendiri. Hal ini biasanya kita jumpai pada golongan penyakit psikotik. Tidak jarang sesudah penderita sembuh dari gangguan jiwanya, masih tetap menunjukkan pengertian diri sendiri yang kurang sempurna tentang penyakitnya tetapi walaupun demikian, namun kita harus semaksimal mungkin menumbuhkan suatu pengertian diri sendiri yang lebih cermat, pada diri penderita tersebut.

XVI INSTINK DAN DORONGAN INSTINKTUAL

Instink adalah sumber tenaga dari segala tingkah laku yang tak usah dipelajari secara khusus oleh individu. Kekuatan yang ada dibelakang tingkah laku serupa itu disebut dorongan instinktuil. Bentuk-bentuk organisme hidup yang rendah, memperlihatkan tingkah laku instinktuil yang lebih menyolok dari pada bentuk-bentuk organisme yang bertaraf lebih tinggi. Pada kehidupan manusia dijumpai factor lingkungan social yang sagat penting dalam mempengaruhi tingkah lakunya. Rupa-rupanya, untuk kehidupan manusia dengan segala adat-istiadatnya, kondisi social itulah yang paling menentukan bagaimana cara hidupnya itu akan diatur kemudian. Jelas kiranya, bahwa cara hidup manusia ketika ia lahir dan cara hidupnya itu akan diatur kemudian. Jelas kiranya, bahwa cara hidup manusia ketika ia lahir dan cara hidupnya semasa dewasa akan jauh berbeda satu dengan lainnya, justru karena factor kondisi social itu. Penilaian psikiatrik mengenai dorongan instinktuil ini bersifat suatu evaluasi sampai beberapa jauhkah dalam tiap keadaan psiko-pathologik, dorongan ini tampil kemuka atau menyimpang dari pada normal. Jenis-jenisnya antara lain : Abulia Stupor Reptus Amentis

a. Abulia Abulia berarti keadaan kehilangan atau kekurangan dorongan kehendak. Dorongan kehendak adalah sama dengan keinginan berkehendak dan berarti, bahwa individu mempunyai keinginan untuk berbuat sesuatu. Tetapi dalam abulia, individu itu walaupun ada keinginan atau kekuatan kehendak, jarang sekali dijumpai. Yang lebih sering dilihat adalah keadaan dimana keinginan-

keinginan atau kehendak itu sangat berkurang. Hal ini sering kita jumpai pada skizofrenia. Kadang-kadang kemerosotan dari kehendak nampak dalam hubungannya dengan beberapa pekerjaan tertentu saja, dan tidak mengenal seluruh bidang aktifitas manusia. Individu seolah-olah beperan bahwa ia kurang sempurna atau kurang lengkap, sehingga Ia mudah jatuh kedalam kekuasaan orang lain yang dorongan kehendaknya lebih kuat. Istilah abulia social menandakan adanya suatu inaktifitas fokal atau inaktifitas umum terhadap lingkungannya, yang disebabkan karena individu tersebut tidak mampu untuk menyusun suatu rencana tentang usaha-usaha yang hendak dijalankannya. Mungkin individu tersebut ingin berhubungan dengan masyarakat, akan tetapi ia tak mampu mengubah keinginan itu menjadi perbuatan yang nyata, walaupun jika dilihat secara seksama, ia memiliki tenaga yang cukup besar untuk itu. Letak gangguannya justru pada ketidakmampuannya untuk menyusun siasat atau kebijaksanaan praktis untuk menyelesaikan bebagai soal-soal social yang dihadapinya, karena dorongan kehendak itu hilang atau berkurang. b. Stupor Adalah suatu keadaan yang terjadi karena bekunya segala dorongan untuk berbuat dan kebalnya keadaan perasaan seorang individu. Penderita seolah-olah kehilangan segala daya untuk merasakan segala apa-apa dan mentalnya hilang dari kehidupannya, serta mati segala aktifitas fisik dan mentalnya. Penderita tak mampu lagi menerima rangsang dan karena itu tak dapat menilai lagi hakekat dan sifat dari pada apa yang terjadi dalam lingkungan sekelilingnya. Kadang-kadang istilah stupor itu diartikan juga sebagai suatu keadaan dimana individu itu berada dalam suatu keadaan mutisme (membisu tak mau bicara), tetapi yang tidak disebabkan karena adanya gangguan sensorism. c. Raptus Raptus adalah suatu keadaan yang bersifat serangan eksplosif dan sekonyong-konyong tanpa adanya provokasi yang adekuat, sehingga tmbul

keadaan agitasi yang hebat. Dalam keadaan semacam ini segala dorongan berbuat dilepaskan dari segala hambatan-hambatannya. Hal ini dapat terjadi dalam suatu fasekatatonik dari penyakit skizofrenia (raptus impulsivus) dan juga pada keadaan melancholia, bila terjadi suatu serangan yang eksplosif agitatif yang hebat disebut juga raptus melancholicus. d. Amentia Amentia ialah suatu keadaan kekacauan halusinatorik, dengan kesadaran yang merendah dan biasanya disebabkan oleh etiologi organo-biologik (eksogen) yang sifatnya toksik, infeksi atau kelelahan. Dalam hal ini terjadilah kekacauan dari segala fungsi kepribadian, walaupun penderita kadang-kadang masih nampak sebagai seorang yang dapat berpikir jelas dan tajam. Keadaan amentia ini pada umumnya dapat diatasi dengan cukup memuaskan, apabila keadaan umum fisik belum terlalu merosot, sekalipun keadaan kekacauan itu dapat berlangsung lama.

XVII SINDROMA-SINDROMA PSIKIATRI

Dalam diagnosis psikiatri, lebih-lebih pada psikiatri statis atau psikiatri diskriptif, sering suka sekali untuk menentukan diagnosis seorang penderita pada pemeriksaan yang pertama kali. Di sini kita perlukan suatu observasi lebih lanjut untuk menentukan diagnose yang lebih pasti. Dengan diketahuinya gejala-gejala satu persatu, maka kita dapatkan gambaran keadaan psikis dari penderita tersebut, misalnya apakah penderita dalam keadaan bingung, dalam keadaan delirant atau dalam keadaan cemas. Akhirnya kita dapat mengumpulkan dan menyimpulkan beberapa gejala yang selalu terdapat pada suatu kombinasi tertentu yang kita sebut sindroma atau kumpulan gejala. 1. Sindroma ensefalopati Merupakan kumpulan gejala-gejala psikiatrik akibat kelainan organic pada otak, kecuali pada beberapa tumor kecil. Sindrom ensefalopati ini misalnya terdapat pada : arteriosklerosis cerebri, tumor cerebri, hydrocephalus, trauma capitis, trauma pada partus (kelahiran), encephalitis, lues cerebri, dementia paralytica, dementia senilis, dementia presenilis, morbus Pick, morbus Alzheimer, morbus Humtington, degenerasi dari cerebrum dan lain-lain. Gejala-gejala dari sindrom ensefalopati : o Bradyphrenia : lambat dalam progresititas pikiran. Sering gejala ini merupakan gejala satu-satunya dalam jangka waktu yang lama. Bradyphrenia harus kita bedakan dengan retardasi. o Tidak ada inisiatif, sehingga kehilangan spontanitas untuk melakukan suatu aktivitas. o Pengendalian dari reaksi emosionil yang sangat kurang, sehingga timbul keadaan arritabel, misalnya : lekas marah, mudah tersinggung, mudah sedih dan sebagainya. o Daya ingatan menjadi mundur, lebih-lebih pada proses pencatatan dan proses penyimpanan dari peringatan. o Lama-lama timbul dementia.

o Kesadaran biasanya tidak terganggu, kecuali pada trauma capitis, dimana kesadaran biasanya terganggu. tergantung letak dari lesi organic dalam cerebrum, didapatkan pula gejala-gejala tambahan seperti : Aphasia: baik motorik maupun sensorik Agnosia : tak dapat mengenal/menyadari apa yang dilihatnya, baik orang maupun barang Apraxia : tak mampu melakukan gerakan yang bertujuan Kadang-kadang amnesia

Dari sindroma ensefalotai ini terdapat beberapa variasi antara lain : Sindrom frontal Sindroma batang otak Sindroma mesensefalon

Sindroma frontal tanda-tandanya : a. Inisiatif hilang, apathy, akinesia, misalnya pada leukotomi, yaitu lobus frontalis dibuang. b. Kehilangan rem, kehilangan perasaan terhadap norma-norma social dan susila, lekas marah c. Tindakan-tindakan yang tidak harmonis d. Tak ada keinsyafan rasa sakit e. Timbulnya dementia

Sindroma batang otak a. Ada hambatan dari nafsu dan afek b. Psikik sangat kaku, jelas terlihat pada penyakit Parkinson c. Gejala-gejala kehilangan rem, penderita menjadi impulsive, lekas tersinggung, tindakan paksaan, kemarahan yang luar biasa dengan tiba-tiba. d. Pada akhirnya timbul keinsyafan sakit dan rasa penyesalan.

Sindrom Mesensefalon

a. Apathie, kelesuan, depresi, terus menerus mengantuk b. Kehilangan rem, amanic yang impulsive, serangan marah yang hebat, nafsu untuk mengembara (poriomani). Sindroma mesensefalon akibat gangguan pada diensefalon dan hipofise. Pada insult epilepsy dapat pula dimasukkan dalam sindroma ensefalopati. 2. Sindroma hiperesthtik-emosional Sindroma ini sering dijumpai pada masa rekonvalensi, sesudah kelelahan yang luar biasa dan juga pada periode puerperium. Gejala-gejalanya : o Hypersensitive terhadap bunyi-bunyian dan cahaya o Reaksi emosionil sangat labil dan pengendallian kurang Keadaan ini harus kita bedakan dengan neurosa, terutama dnegan neurosa historic. Pada sindroma hiperashetik-emosionil keadaan ini berlangsung hanya sepintas saja. Dengan demikian terapi dan tindakannya pada keadaan-keadaan tersebut juga berbeda. 3. Sindroma twilight state atau keadaan mimpi Gejala gejala : o Hidup seperti dalam mimpi o Desintegrasi ringan dari fungsi psikik o Kesadaran sedikit merendah o Kontak masih baik 4. Sindroma amentis Terdapat pada penyakit infeksi, intoksikasi dan kelelahan yang luar biasa. Gejala-gejalanya : o Kesadaran merendah o Kekacauan dari segala fungsi kepribadian o Gelisah akibat adanya halusinasi yang kacau o Tidak mengerti apa yang dilihatnya dan roman muka penuh ekspresi tanda Tanya o Penderita sangat ketakutan dan menyerupai keadaan. 5. Sindroma delirium atau keadaan delirant

Dijumpai pada keadaan intoksikasi, juga pada penyakit infeksi dengan panas yang tinggi. Gejala-gejalanya : o Kesadaran yang merendah o Cara berpikir yang kacau o Disorientasi o Hidup seolah-olah seperti dalam mimpi o Halusinasi akustik dan visual o Ilusi o Jamais vu o Reaksi emosionil yang labil dan sangat impulsive o Desintegrasi kepribadian o Tingkah laku yang tak terkordinasi o Banyak gerak selalu ingin lari dari tempat tidur o Sering timbul perasaan takut sehingga dapat terjadi aggresivitas Dalam keadaan delirant ini kita harus waspada terhadap suicide (bunuh diri) atau membunuh anaknya (pada peurperium). 6. Sindroma manic Gejala-gejala trias manie dan gejala tambahan. Tries manie ialah : o Flight of ideas o Euphoris dan reaksi emosionil yang labil. Mudah marah dan dapat sampai eksaltasi o Sikap yang berubah-ubah dan tingkah laku yang perspektif. Nafsu bergerak yang banyak dan dapat terjadi logorhoe (bicara cepat dan banyak) gejala tambahan : o Selalu bangga diri, sikap sombong, puas terhadap dirinya. o Kadang-kadang waham kebesaran 7. Sindroma depresi Macam-macamnya : o Sindroma depresi melancholic o Sindroma depresi vegetative

o Sindroma depresi psikogenik o Sindroma depresi involusi

Sindroma depresi melancholic Adanya rem disegala bidang Gejala-gejala : trias depresi dan gejala tambahan. Trias depresi : o Cara berpikir yang sangat lamban o Tingkah laku yang lamban, kadang-kadang sampai stupor atau mutisme o Perasaan hati yang sedih, negativism Gejala tambahan : o Tak ada kepercayaan pada diri sendiri o Sering takut o Ada nafsu bunuh diri o Kadang-kadang halusinasi o Kadang-kadang ada waham hypochondric, waham berdosa, waham diri miskin Gejala-gejala jasmani : kurus, konstipasi, amenorhoe. Keadaan ini terdapat pada : depresi endogen dan melancholia.

Sindrom depresi vegetative Banyak didapatkan gejala-gejala vegetative misalnya : sering haus, banyak keringat, obstipasi, palpitasi, pareasthesi, tremor, pusing-pusing, kadang-kadang jatuh pingsan. Gejala-gejala psikik hanya sedikit : o Adanya remming o Tertawa seperlunya o Perasaan takut o Tidak ada waham

Sindrom depresi psikogenik

Disebabkan oleh karena trauma psikik, bila trauma hilang sindroma depresi hilang. Gejala-gejala : o Kemampuan psikik berkurang o Kelainan psikik tak menonjol o Psikotrauma diketahui oleh penderita tetapi penderita tidak mengerti, mengapa kesedihan tak dapat hilang o Dapat ditolong dengan psikoanalisa

Sindroma depresi involusi o Terdapat pada climacterium o Adanya remming o Keluhan-keluhan secara berlebihan o Trias depresi

8. Sindroma hipocondri Pada seorang dengan hypochondri yang sangat kuat, dunia baginya menjadi sangat kecil dan tak ada artinya, pikiran-pikirannya ditujukan kepada tubuhnya sendiri. Kadang-kadang hanya mengenai sebagian dari tubuhnya, misalnya : perutnya, jantungnya, dan lain-lain. Segala sesuatu di dalam badannya mendapat perhatian yang luar biasa. Timbul bermacam-macam perasaan : o Penuh dalam kepala o Berat di dalam dada atau perut o Hilang keseimbangan o Tekanan dalam badan o Segala perasaan tidak enak Perasaan-perasaan ini kadang-kadang juga dirasakan oleh orang biasa. Tetapi pada seorang dengan hipochondri menganggap segala perasaan dari dalam tubuh, berasal dari salah satu perubahan dalam tubuh yang berarti. Timbul bermacam-macam pikiran yang salah (waham hipochondri), misalnya usus yang tertutup atau yang tersumbat dan lain-lain. Jika perasaan-perasaan tersebut

tidak masuk akal, maka biasanya adalah waham hipokondri dari seorang penderita skizofrenia atau penderita dementia paralytika. 9. Sindroma paranoid Gejala-gejalanya : o Bermacam-macam waham yang tersusun rapi secara sistematis o Bermacam-macam halusinasi o Autisme, dalam dunia wahamnya Sindroma paranoid berasal dari gangguan afek, terdapat pada ksikosa dimana efek sangat terganggu, misalnya pada paranoid, manic, depresi dan skizofrenia. 10. Sindroma kataton Gejala gejala : o Negativism o Stereotypi o Katalepsi o Echolalia o Echopraxie o Befehlsautomasi o Verbigerasi o Peraoverasi Jika keadaan ini makin hebat dan terdapat gejala mutisme atau stupor, maka keadaan ini disebut stupor kateton. 11. Sindroma skizofrenia Gejala-gejalanya o Incoherensi o Autism o Depersonalisasi o Paratymi o Ambivalensi Pada keadaan delirant sering juga didapatkan sindroma skizofrenia ini, tetapi kesadaran selalu merendah. Sedangkan pada penyakit skizofrenia,

kesadaran baik dan orientasi juga baik.

12. Eksaltasi kataton Gejala-gejalanya o Banyak bergerak o Agresif o Logorrhoe o Inkoherensi o Paratymi o Negativism o Kesadaran baik 13. Eksaltasi manie Gejala-gejalanya : o Banyakb bergerak o Logorrhoe o Kesadaran baik o Banyak bicara, tapi dapat dimengerti o Banyak sombong o agresif

GEJALA-GEJALA PSIKIATRI

Gejala-gejala psikiatri dapat ditinjau secara sistematis berdasarkan gangguangangguan dari fungsi jiwa itu sendiri. Bermacam-macam fungsi jiwa yang harus dimengerti dan di pahami : persepsi proses berpikir keadaan afektif dan reaksi emosionil sikap dan tingkah laku kesadaran orientasi kontak pikir perhatian daya ingatan intelek dan intelegensi ekspresi, karangan tulisan dan gambaran inisiatif daya konnotrasi pendapat pengertian tentang dirinya sendiri instink dan dorongah instinktuil sindroma-sindroma psikiatri

You might also like