You are on page 1of 12

Benang kusu

tBy: Suyatno
(Lecturer Universitas Muhammadiyah Malang)

Hari ini, tepat tanggal 2 Mei 2012, Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional. Di tengah hingar-bingar upacara dan perayaan lain di sekolah-sekolah hingga pergturuan tinggi, kita patut prihatin terhadap kualitas pendidikan di Indonesia yang kian merosot. Di tingkat ASEAN saja, kita sudah jauh tertinggal dari Singapura, Brunei, Malysia, Thailand dan Philipina. Untuk tingkat dunia, peringkat pendidikan Indonesia berada di urutan 69 dunia. Negara Finlandia masih menduduki peringkat 1 dunia. Bahkan Korea Selatan dan Jepang ada di peringkat 2 dan 3 dunia. Data yang dirilis UNDP terkait Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2011, Indonesia berada di peringkat 124 dari 187 negara. IPM mengukur indeks pembangunan manusia suatu Negara berdasarkan tiga dimensi dasar yang tercermin dalam taraf pendidikan, kesehatan, serta kemampuan daya beli. Dari ketiga dimensi, kontribusi sector pendidikan adalah yang tertinggi. Tampaknya siapapun presiden dan menteri pendidikan yang menjabat, pendidikan Indonesia sudah sangat sulit diperbaiki. Sistem pendidikan di Indonesia ibarat benang kusut. Mbulet. Susah diuraikan mulai dari mana. Susah dicari ujung pangkalnya. Benang kusut itu kian hari kian tak berbentuk. Jadi harus dimulai dari mana kita akan memperbaikinya? Mengapa pendidikan di Indonesia berubah bentuk menjadi benang kusut? Ada banyak faktor tentu saja yang hampir semuanya penyebab keterpurukan. Faktor utama yang patut dijadikan penyebab adalah sistem pengelolaan pendidikan yang benar-benar tidak tersistem. Pemerintah belum pernah secara tuntas mengembangkan sistem pendidikan mulai pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi yang betul-betul tersistem dalam bentuk keberlanjutan yang konsisten. Kebijakan-kebijakan yang ada selalu parsial. Faktor kedua adalah kualitas tenaga pendidik yang memang masih belum dapat dikatakan baik. Di Finlandia, Negara peringkat I bidang pendidikan, semua guru tingkat dasar wajib berpendidikan S2. Kualitas yang baik ini masih ditunjang dengan sistem pengajaran yang luar biasa sempurna. Misalnya setiap kelas hanya dibatasi 20 murid dengan didampingi 3 guru sekaligus yang mempunyai keahlian untuk mendidik, membibing, dan mngarahkan siswa. Di Indonesia, para guru memang berlomba-lomba untuk menempuh pendidikan lebih tinggi (sarjana), namun ternyata itu hanya sekedar formalitas. Mereka hanya mengejar ijazah dari perguruan tinggi yang kurang berkualitas (bahkan tak terdengar) agar dapat meningkatkan gaji. Bukan untuk kepentingan memperbaiki kualitas pengajaran bagi siswa. Selain kualitas pendidikan, kualitas moral sebagian tenaga pendidik juga perlu dipertanyakan. Banyak guru yang membuka les privat bagi para

siswanya yang punya uang. Siswa-siswa yang mengikuti privat ini akan memperoleh kemudahan dan fasilitas yang luar biasa. Misalnya mendapat tambahan nilai, memperoleh bocoran soal, hingga upaya-upaya kotor lain. Ini jelas terjadi diskriminasi antara siswa kaya dan siswa miskin. Betul-betul tak adil. Faktor ketiga yang sangat menghancurkan dunia pendidikan di Indonesia adalah maraknya korupsi mulai pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa dan bahkan hingga di sekolah-sekolah. Pada tahun 2012 ini anggaran pendidikan meningkat menjadi Rp. 286,56 triliun atau sekitar 20,20% dari total APBN Rp 1.418,49 triliun (tahun 2011 anggaran pendidikan 248,98 triliun atau 20,25 persen dari total APBN Rp. 1.229,56 triliun). Tapi berapa persen anggaran yang betul-betul termanfaatkan sekolah-sekolah dan dapat dinikmati siswa untuk meningkatkan pendidikan? Dana dan sumber daya yang demikian besar ternyata bukan untuk membangun dunia pendidikan Indonesia, tapi patut diduga masuk kantong oknum pejabat, oknum anggota DPR dan makin membesarkan kekuatan keluarga mafia (yang entah sengaja atau tidak) menyebabkan hancurnya negara ini dengan adanya kehancuran dunia pendidikan. Dari beberapa berita tampak, misalnya Dana Alokasi Khusus (DAK) di suatu kabupaten yang nilainya 140 M, sebesar 70 M diduga menguap alias dikorupsi. Ironis memang. Penulis sendiri pernah mempunyai pengalaman serupa yang sungguh sangat mendirikan bulu kuduk. Pada tahun 2007-an, ada salah seorang kurir DPR yang menawarkan proyek ke UMM dengan nilai Rp. 12 M lebih untuk pengembangan IT kampus. Proposal pun kami buat, dan pertemuan intens secara teknis juga kami lakukan bersama. Semua sudah matang, namun di akhir pembicaraan, dari senilai Rp. 12 M itu, para kurir DPR minta fee 40% (Rp. 4,8 M). Oleh bapak rector, protek itu langsung ditolak hari itu juga tanpa negosiasi lebih lanjut. Tindakan yang sangat tepat, karena UMM pasti akan kesuilitan mencarikan bukti-bukti pengeluaran senilai Rp. 4,8 M. Gila memang. Korupsi di negeri ini sudah demikian marak. Pejabat pemerintah dari pusat hingga daerah ramai-ramai bancakan DAK ini. Dan anehnya, koruptor-koruptor ini selalu saja lolos dari tuntutan oleh Kejari. Semua bebas, karena korupsi ini melibatkan banyak pihak dalam sistem mafia DAK Pendidikan. Faktor keempat adalah sistem pendistribusian anggaran yang selama ini selalu semrawut. Kesemrawutan pendistribusian anggaran berakibat banyaknya dana yang bocor, tidak sampai ke sasaran, dan bahkan beberapa tidak terserap. Kenaikan anggaran pendidikan 2012 menjadi Rp 286 triliun harus diiringi dengan perbaikan mekanisme penyaluran agar cepat, tepat guna, serta tepat sasaran. Dengan begitu efektifitas, keterserapan anggaran, dan kemungkinan kebocoran anggaran di lapangan bisa dihilangkan. Memang diperlukan kerja keras untuk semua itu, namun harus tetap dimulai.

Mengurai Benang Kusut Pendidikan


PANDANGAN yang menyatakan bahwa wacana tentang pendidikan tak akan pernah selesai muncul dari kalangan yang berpandangan bahwa pendidikan bukanlah urusan legal-formal, kurikulum, tatap muka, bahkan institusi formal. Lebih dari itu, pendidikan adalah taman. Di mana, peserta didik dididik dengan sepenuh hati tanpa ada rasa paksaan untuk memahami kehidupan ini sebagai bekal kelak ia hidup di masa yang tentu tak sama dengan keadaan saat ini. Share on facebook Share on twitter Share on google Share on myspace More Sharing Services Email Berita

Print Berita Zaman tentu semakin maju. Untuk itu, pendidikan dipacu sedemikian rupa guna mengejar kemajuan agar ia tak PDF Berita terlindas martil modernisasi jika tak mau dikatakan ketinggalan zaman. Watak perubahan yang selalu berubah itulah kiranya yang menjadi alasan mendasar bahwa pendidikan harus diperbarui, entah polanya, kurikulumnya bahkan manajemennya sekalipun. Ilmu-ilmu baru yang merupakan sempalan serta reduksi dari ilmu induk kian hari kian mengecambah bak menu makanan yang kian hari juga kian beraneka demi memuaskan nafsu selera. Kedangkalan Pemahaman Kekurangpahaman kita dalam membedakan makna filosofis antara pendidikan dengan pengajaranlah yang membuat hari-hari dunia pendidikan kita makin muram. Bagaimana tidak, mengajar tak bisa disamakan dalam hal apa pun serta tingkat dimensi dengan mendidik. Mendidik berarti meneladani, memberi contoh, bukan hanya menyampaikan. Jika tatarannya hanya sekadar menyampaikan, tentu sampai pada tahap pengajaran, kursus. Mendidik berasal dari bahasa Arab rab (rabba-yurabbi-tarbiyatan) yang artinya memelihara sepenuh hati, sedangkan pengajaran merupakan asala kata dari talim (allama- yuallimu -taaliiman) yang berarti memberi tahu, memberi tahu tentu hanya menyentuh ranah kognitif siswa. Terlebih jika kita analisis psikologi ilmu bentuk huruf, kata-kata tarbiyah yang berakar kata dari rabba yang merupakan kumpulan dari huruf ra dan ba secara psikologis huruf tersebut berbentuk cekungan, bak perahu yang menampung, atau bagikan bentuk tangan seorang ibu saat mengayun-ayunkan bayinya. Jadi, karakter pendidikan adalah mengasuh bukan hanya sekadar memberi tahu.

Mengajarkan Keterampilan untuk Egois Sungguh jika hal ini dibiarkan, tak ayal dunia pendidikan kita tak akan menemukan konsep serta bentuk yang jelas, sebagaimana hari ini tatkala kita mendapati seorang siswa membunuh siswa yang lain. Bahkan, dengan bangga ia menyatakan kepuasan di depan menteri pendidikan kita. Dapat dipastikan sangat kesulitan hanya untuk sekadar merumuskan serta menganalisis apa sebab musababnya. Sehingga, seorang pelajar dengan sangat merasa tak bersalah membunuh teman pelajarnya. Realitas seperti inilah yang membuat kita perlu untuk mempertanyakan kembali apa arti sesungguhnya pendidikan bagi kita. Bagaimana membumikan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Betapa disadari atau tidak, menjadi pelajar di Indonesia sudah merupakan suatu hal yang kalau kita boleh memilih, lebih baik kita tidak memilihnya. Mengapa? Mari, bersama-sama kita bayangkan betapa sengsaranya fisik terutama pikiran anak-anak kita karena sejak mulai pendidikan usia dini sudah diajari untuk membaca. Membaca bagi kebanyakan sekolah taman kanak-kanak adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi jika ingin anak tersebut diterima. Menginjak bangku sekolah dasar, anak kita dicekoki 34 mata pelajaran setiap hari ditambah 1 mata pelajaran atau les yang di samping beban bagi fisiknya, juga psikologi. Karena, ia belum tentu senang dengan apa yang diajarkan padanya. Dan siklus itu berulang terus sampai lulus sekolah menengah atas. Pendidikan kita hari ini juga tak mengenal bagaimana berbagi. Zaman ketika saya masih kecil masih ada istilah warisan buku kakak kelas. Tapi realitas hari ini sangat tak memungkinkan hal itu terulang kembali. Bahkan bangku sekolah yang didesain satu meja dua orang yang diyakini sebagai usaha untuk menanam kebersamaan. Hal itu direduksi tatkala pelajar menjadi mahasiswa, satu orang satu kursi. Sungguh tak ada hal lain yang keluar dari dunia pendidikan kita kecuali keterampilan untuk egois. Wallahu alam Bis Showab. (*)

1. PERAN GURU DARI MASA KE MASA 2. Peran guru pada masa penjajahanPendidikan sebelum Reorganisasi 1892Pendidikan guru menjadi masalah pentingdalam masa perluasan pendidikan. Sekolahguru (kweekschool) pertama dibuka padatahun 1852 di Solo. 3. Peran Guru Pada Masa Pemerintahan PGRI lahir dalam suasana revolusi dimana bangsa Indonesia masih menghadapi sekutu yang ingin mengambil alih kembali Indonesia merdeka. 4. Masa orde lama (zaman Demokrasi Liberal 1950-1959) Sistem pendidikan guru di Indonesia mulai dibenahi secara fisik sejak 1950. Awal 1950, ketika bentuk negara Indonesia masih berupa Republik Indonesia Serikat (RIS) untuk membangun kembali sistem pendidikan untuk seluruh wilayah Indonesia, harus diadakan persetujuan kerjasama antara Pemerintah Republik Indonesia Serikat dengan Pemerintah Republik Indonesia. 5. Masa orde baru (zaman Demokrasi Terpimpin 1959-1965) Tragis peran guru pada saat orde baru, diakibatkan dari kurangnya apresiasi masyarakat dan pemerintah terhadap pekerjaan guru. Pada masa itu guru tidak pernah bahkan tidak berani berdemokrasi menuntut kebebasan untuk memperbaiki kesejahteraan. 6. Masa Kini(Era Reformasi) Ketika memasuki era reformasi, para guru lebih berani berekspresi untuk menyampaikan aspirasinya, terutama menyangkut kesejahteraan. Tetapi Kinerja guru masa kini, aspek kesejahteraan guru juga mengalami fluktuasi. Di daerah tertentu. 7. Profesi guru pada guru mendatang sangat menjanjikan karena telah ada kesepakatan antara pemerintah dengan masyarakat bahwa kelak semua guru minimal berijazah sarjana (S-1) bahkan sampai (S-2).

A. Peran Guru dalam pembelajaran Seorang Guru harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, professional dan menyenangkan, dengan memposisikan diri sebagai : 1. Orang tua, yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya. 2. Teman, tempat mengadu dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik. 3. Fasilitator, yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan dan bakatnya. 4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya.

5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab. 6. Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan dengan orang lain secara wajar. 7. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain, dan lingkungannya. 8. Mengembangkan kreativitas. 9. Menjadi pembantu ketika diperlukan. Demikian beberapa peran yang harus dijalani seorang guru dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh para siswanya. B. Masalah yang muncul Saat ini permasalahan yang menimpa bidang pendidikan sangat beragam dan tergolong berat. Mulai dari sarana dan prasarana pendidikan, tenaga pengajar yang kurang, serta tenaga pengajar yang belum kompeten. Kondisi sekolah yang memprihatinkan, ruang kelas bocor bila hujan dan sebagian sekolah ambruk. Maka tidaklah aneh kalau kondisi pendidikan kita jauh dari harapan. Salah satu permasalahan yang menimpa dunia pendidikan adalah kompetensi guru. Guru yang harusnya memiliki kompetensi sesuai ketentuan dan kebutuhan, nyatanya hanya sedikit yang masuk kategori tersebut. Sisanya sungguh memprihatinkan. Program sertifikasi guru yang sekarang sedang digalakkan adalah salah satu bagian dari usaha pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Program sertifikasi guru merupakan program yang menyentuh langsung kompetensi guru. Salah satu kriterianya yaitu menilai kemampuan guru dari segi kreatifitas dan inovasi dalam pembelajaran. Diharapkan guru dapat melakukan pembelajaran yang dapat menghantarkan siswa ke arah sikap kreatif dan inovatif serta trampil. Kondisi tersebut harus dimulai dari gurunya sendiri. Sebagai contoh derasnya informasi serta cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memunculkan pertanyaan terhadap tugas utama guru yang disebut mengajar. Masih perlukah guru mengajar di kelas seorang diri, menginformasikan, menjelaskan dan menerangkan? Permasalahan lain akibat derasnya informasi dan munculnya teknologi baru adalah kesiapan guru untuk mengikuti perkembangan tersebut. Seorang guru dituntut harus serba tahu bila tidak tahu guru harus berkata jujur Saya tidak tahu. Namun kalau terlalu sering guru berkata demikian alangkah naifnya guru tersebut. Seyogyanya dia terus mencari tahu, belajar terus sepanjang hayat, memanfaatkan teknologi yang ada.

Di masyarakat, seorang guru diamati dan dinilai masyarakat, di sekolah dinilai oleh murid dan teman sejawatnya serta atasannya. Peran apakah yang harus dilakoni seorang guru supaya penilaian mereka positif? Suatu pertanyaan -yang menjadi salah satu permasalahan- yang sekarang muncul di masyarakat. Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk dapat membentuk kompetensi dan kualitas pribadi anak didiknya. Untuk mencapai hal demikian timbul pertanyaan, sebenarnya peran apa saja yang harus dimiliki oleh seorang guru sehingga anak didik bisa berkembang optimal? Cukupkah peran guru seperti yang telah disampaikan di atas ataukah ada peran lain yang harus dilakoni seorang guru Beragam pertanyaan tadi dapat menyebabkan beban mental bagi seorang calon guru ataupun guru yang sudah lama mengabdi. Apakah saya mampu menjadi guru yang ideal? Peran apa yang harus saya lakoni untuk menjadi guru yang ideal? Demikian pertanyaan yang timbul dalam hati seorang guru yang berniat mengabdikan sisa hidupnya di dunia pendidikan. Pertanyaan tersebut sebelumnya telah menggugah sejumlah pengamat dan ahli pendidikan. Mereka telah meneliti peran-peran apa yang harus dimiliki seorang guru supaya tergolong kompeten dalam pembelajaran maupun pergaulan di masyarakat. C. Peran dan Fungsi Guru Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut : 1. Guru Sebagai Pendidik Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Peran guru sebagai pendidik (nurturer) berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalamanpengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada. 2. Guru Sebagai Pengajar

Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika factor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran, yaitu : Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis, Mensintesis, Bertanya, Merespon, Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan, Memberikan pandangan yang bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan. Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar. 3. Guru Sebagai Pembimbing Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut. Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai. Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis.Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar.Keempat, guru harus melaksanakan penilaian. 4. Guru sebagai Pemimpin Guru diharapkan mempunyai kepribadian dan ilmu pengetahuan. Guru menjadi pemimpin bagi peserta didiknya. Ia akan menjadi imam. 5. Guru sebagai pengelola pembelajaran Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran. Selain itu ,guru juga dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman.

6. Guru Sebagai Model dan Teladan Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru : Sikap dasar, Bicara dan gaya bicara, Kebiasaan bekerja, Sikap melalui pengalaman dan kesalahan, Pakaian, Hubungan kemanusiaan, Proses berfikir, Perilaku neurotis, Selera, Keputusan, Kesehatan, Gaya hidup secara umum Perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus berani mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri. Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya. 7. Sebagai anggota masyarakat Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya. Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisaditerima oleh masyarakat.

Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Guru akan dihadapkan pada berbagai tugas administrasi di sekolah. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang

dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik. 9. Guru Sebagai Penasehat Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental. 10. Guru Sebagai Pembaharu (Inovator) Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan. Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini kedalam istilah atau bahasa moderen yang akan diterima oleh peserta didik. Sebagai jembatan antara generasi tua dan genearasi muda, yang juga penerjemah pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.

Kesimpulan ; Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang berisii keuletan dan ketanguhan yang mampu mengembangkan ketahanan, Kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, hambatan dan ancaman baik yang datang dari dalam maupun dari luar negeri. Juga secara langsung ataupun tidak secara langsung yang dapat membahayakan integritas, identitas, serta kelangsungan hidup bangsa dan negara. Kondisi kehidupan nasional merupakan pencerminan ketahanan nasional yang didasari oleh landasan idiil pancasila. Ketahanan Nasional adalah kondisi nasional harus diwujudkan dan harus dibina secara terus menerus dan sinergi mulai dari pribadi hingga nasional. Konsepsi ketahanan nasional Indonesia adalah konsepsi pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelengaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang. Sifat ketahanan nasional Indonesia diantaranya : Mandiri, Dinamis, Wibawa, dan Konsultasi dan Kerjasama. Pengaruh aspek ketahanan nasional terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, terdiri atas : Pengarus aspei idiologi, Pengaruh aspek politik, Pengaruh aspek ekonomi, Pengaruh aspek sosial budaya, dan pengaruh aspek ketahanan dan keamanan. . LATAR BELAKANG Sejak proklamasi 17 Agustus 1945, kehidupan bangsa Indonesia tidak luput dari gejolak dan ancaman baik dari dalam maupun dari luar negeri yang dapat membahayakan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), seperti :

Agresi Militer Belanda. Gerakan Separatis : PKI, DI/TII dan lain-lain. Ditinjau dari geopolitik dan geostrategis dengan posisi geografis, potensi Sumber Daya Alam serta jumlah dan kemampuan penduduk, telah menempatkan bangsa Indonesia menjadi ajang persaingan dan perebutan negara-negara besar, sehingga menimbulkan dampak negatif yang dapat membahayakan kelangsungan dan eksistensi negara Indonesia.

Meskipun dihadapkan terhadap tantangan tersebut, NKRI tetap tegak berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka, bersatu dan berdaulat, hal itu menunjukan bangsa Indonesia mempunyai keuletan dan kemampuan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, sehingga dapat menghadapi Ancaman, Gangguan , Hambatan dan Tantangan (AGHT). Negara Indonesia adalah negara hukum bukan berdasarkan kekuasaan belaka, dan kesemuannya ditunjukan untuk menjaga ketertiban seluruh masyarakat Indonesia. Negara Indonesia adalah negara yang mempunyai UUD 1945 sebagai konsutitusinya, dimana system pemerintahan negara tertuang di dalamnya.

You might also like