You are on page 1of 19

BERAGAM PENUH CAT SEMPROT

FRIZAL punya kabar gembira. Dia baru saja diberitahu bahwa kakaknya, Fadli, berhasil lulus ujian nasional sekolah menengah pertama. Frizal, yang kini di bangku kelas 5 sekolah dasar, senang kakaknya akan segera memasuki jenjang sekolah menengah atas. Apalagi, nilai yang diperoleh Kak Fadli sangat memuaskan. Rata-ratanya 9. Kak Fadli memang pandai, ungkap Frizal dalam hati. Aku ingin seperti Kak Fadli kelak. Lulus dengan nilai 9 semua, katanya lagi. Keberhasilan Kak Fadli memperoleh nilai tinggi dalam ujian nasional membuat Frizal sangat ingin menirunya. Dia ingin belajar lebih giat agar ketika mengikuti ujian nasional saat kelas 6 nanti hasilnya memuaskan seperti Kak Fadli. Menurut ibu, prestasi yang diraih Kak Fadli bukan diperoleh dengan mudah. Nilai bagus dalam ujian itu diperoleh Kak Fadli berkat belajar tekun dan rutin setiap hari. Setiap hari Kak Fadli belajar sekitar dua jam. Biasanya Kak Fadli belajar mulai sekitar pukul 19.00. Berkat belajar setiap hari walau hanya dua jam, pelajaran yang diserap sangat banyak. Wajar kalau Kak Fadli nilainya bisa bagus, ucap Ibu. Frizal juga bisa seperti Kak Fadli. Nilainya bagus semua, kata Ibu berusaha memotivasi Frizal agar lebih tekun belajar. Ketika hari pengumuman kelulusan ujian tingkat sekolah menengah, Frizal merasa ada yang aneh pada diri Kak Fadli. Pulang dari sekolah, penampilan Kak Fadli sungguh berbeda dibanding biasanya. Baju seragam Kak Fadli yang berwarna putih, berubah menjadi warna-warni. Ada banyak warna di seragam itu. Warna-Warna itu berasal dari cat semprot. Seragam Kak Fadli disemprot dengan cat. Kenapa seragam Kak Fadli disemprot cat warna-warni begitu? tanya Frizal kepada Kak Fadli. Kak Fadli tidak menjawab. Kak Fadli hanya menjawab pertanyaan itu dengan senyuman. Setelah itu, Kak Fadli bergegas menuju kamarnya. Frizal agak kecewa dengan sikap Kak Fadli tersebut. Namun, Frizal tak berani mendesak Kak Fadli untuk memberi jawaban dengan sebenarnya.

Kenapa baju seragam Kak Fadli disemprot cat warna-warni ya? pikir Frizal. Frizal baru menemukan jawaban mengapa baju seragam Kak Fadli dicoret-coret pakai cat setelah mendapat penjelasan dari Ibu. Menurut Ibu, mencoret-coret seragam sekolah merupakan salah satu bentuk ungkapan kegembiraan para pelajar yang dinyatakan lulus. Namun, ungkapan kegembiraan semacam itu sebenarnya tidak tepat. Lebih baik seragam sekolah itu dikumpulkan untuk nantinya disumbangkan kepada pelajar yang butuh. Kan ada program pemberian seragam pantas pakai. Seragam dikirimkan setelah dikumpulkan melalui sekolah. Dengan begitu, seragam masih bermanfaat, papar Ibu. Frizal memahami penjelasan Ibu tersebut. Kalau lilus sekolah dasar nanti, seragam Frizal tidak akan disemprot pakai cat semprot. Lebih baik Frizal sumbangkan, katanya. Bersamaan, Kak Fadli keluar dari kamarnya sambil menenteng seragamnya yang dicat semprot warnawarni. Wahwahseragam kamu bagus sekali Kak Fadli, kata Ibu ketika melihat seragam Kak Fadli penuh cat semprot. Kak Fadli mengangkat kedua bahunya. Kepada Ibu, Kak Fadli meminta maaf atas seragamnya yang penuh cat semprot.Kak Fadli menjelaskan, dia tidak berniat menyemprot seragamnya dengan cat. Namun, seragamnya disemprot oleh teman sekelasnya. Kak Fadli dipegangi teman-teman, lalu seragam disemprot. Sebenarnya Kak Fadli ingin menyumbangkan seragam ini, kata Kak Fadli dengan nada menyesal. Ibu berusaha menenangkan Kak Fadli. Sudah, tidak apa-apa. Yang penting, kita harus punya niat menyumbang, kata Ibu. Ibu memberikan saran kepada Kak Fadli. Seragam milik Kak Fadli yang lain sebaiknya segera disumbangkan kepada pelajar lain melalui panitia di sekolah. Yang penuh cat kan hanya satu, seragam yang lain itu harus disumbangkan, pinta Ibu. Setuju Frizal besok juga akan meniru Kak Fadli, teriak Frizal. Kak Fadli tersenyum melihat Frizal yang bersemangat. ***

Persahabatan
Pagi hari saat aku terbangun tiba-tiba ada seseorang memanggil namaku. Aku melihat keluar. Ivan temanku sudah menunggu diluar rumah kakekku dia mengajakku untuk bermain bola basket.Ayo kita bermain basket ke lapangan. ajaknya padaku. Sekarang? tanyaku dengan sedikit mengantuk. Besok! Ya sekarang! jawabnya dengan kesal.Sebentar aku cuci muka dulu. Tunggu ya!, Iya tapi cepat ya pintanya.Setelah aku cuci muka, kami pun berangkat ke lapangan yang tidak begitu jauh dari rumah kakekku.Wah dingin ya. kataku pada temanku. Cuma begini aja dingin payah kamu. jawabnya.Setelah sampai di lapangan ternyata sudah ramai. Ramai sekali pulang aja males nih kalau ramai. ajakku padanya. Ah! Dasarnya kamu aja males ngajak pulang!, Kita ikut main saja dengan orang-orang disini. paksanya. Males ah! Kamu aja sana aku tunggu disini nanti aku nyusul. jawabku malas. Terserah kamu aja deh. jawabnya sambil berlari kearah orang-orang yang sedang bermain basket.Ano! seseorang teriak memanggil namaku. Aku langsung mencari siapa yang memanggilku. Tiba-tiba seorang gadis menghampiriku dengan tersenyum manis. Sepertinya aku mengenalnya. Setelah dia mendekat aku baru ingat. Bella? tanya dalam hati penuh keheranan. Bella adalah teman satu SD denganku dulu, kami sudah tidak pernah bertemu lagi sejak kami lulus 3 tahun lalu. Bukan hanya itu Bella juga pindah ke Bandung ikut orang tuanya yang bekerja disana. Hai masih ingat aku nggak? tanyanya padaku. Bella kan? tanyaku padanya. Yupz! jawabnya sambil tersenyum padaku. Setelah kami ngobrol tentang kabarnya aku pun memanggil Ivan. Van! Sini panggilku pada Ivan yang sedang asyik bermain basket. Apa lagi? tanyanya padaku dengan malas. Ada yang dateng jawabku. Siapa?tanyanya lagi, Bella! jawabku dengan sedikit teriak karena di lapangan sangat berisik. Siapa? Nggak kedengeran!. Sini dulu aja pasti kamu seneng!. Akhirnya Ivan pun datang menghampiri aku dan Bella.Dengan heran ia melihat kearah kami. Ketika ia sampai dia heran melihat Bella yang tiba-tiba menyapanya. Bela? tanyanya sedikit kaget melihat Bella yang sedikit berubah. Kenapa kok tumben ke Jogja? Kangen ya sama aku? tanya Ivan pada Bela. Ye GR! Dia tu kesini mau ketemu aku jawabku sambil menatap wajah Bela yang sudah berbeda dari 3 tahun lalu. Bukan aku kesini mau jenguk nenekku. jawabnya. Yah nggak kangen dong sama kita. tanya Ivan sedikit lemas. Ya kangen dong kalian kan sahabat ku. jawabnya dengan senyumnya yang manis.Akhinya Bella mengajak kami kerumah neneknya. Kami berdua langsung setuju dengan ajakan Bela. Ketika kami sampai di rumah Bela ada seorang anak laki-laki yang kira-kira masih berumur 4 tahun. Bell, ini siapa? tanyaku kepadanya. Kamu lupa ya ini kan Dafa! Adikku. jawabnya. Oh iya aku lupa! Sekarang udah besar ya.. Dasar pikun! ejek Ivan padaku. Emangnya kamu inget tadi? tanyaku pada Ivan. Nggak sih! jawabnya malu. Ye sama aja!. Biarin aja!. Udah-udah jangan pada ribut terus. Bella keluar dari rumah membawa minuman. Eh nanti sore kalian mau nganterin aku ke mall nggak? tanyanya pada kami berdua. Kalau aku jelas mau dong! Kalau Ivan tau! jawabku tanpa pikir panjang. Ye kalau buat Bella aja langsung mau, tapi kalau aku yang ajak susah banget. ejek Ivan padaku. Maaf banget Bell, aku nggak bisa aku ada latihan nge-band. jawabnya kepada Bella. Oh gitu ya! Ya udah no nanti kamu kerumahku jam 4 sore ya! kata Bella padaku. Ok deh! jawabku cepat.Saat yang aku tunggu udah dateng, setelah dandan biar bikin Bella terkesan dan pamit keorang tuaku aku langsung berangkat ke rumah nenek Bella. Sampai dirumah Bella aku mengetuk pintu dan mengucap salam ibu Bella pun keluar dan mempersilahkan aku masuk. Eh ano sini masuk dulu! Bellanya baru siap-siap. kata beliau ramah. Iya

tante! jawabku sambil masuk kedalam rumah. Ibu Bella tante Vivi memang sudah kenal padaku karena aku memang sering main kerumah Bella. Bella ini Ano udah dateng panggil tante Vivi kepada Bella. Iya ma bentar lagi teriak Bella dari kamarnya. Setelah selesai siap-siap Bella keluar dari kamar, aku terpesona melihatnya. Udah siap ayo berangkat! ajaknya padaku.Setelah pamit untuk pergi aku dan Bella pun langsung berangkat. Dari tadi pandanganku tak pernah lepas dari Bella. Ano kenapa? Kok dari tadi ngeliatin aku terus ada yang aneh? tanyanya kepadaku. Eh nggak apa-apa kok! jawabku kaget.Kami pun sampai di tempat tujuan. Kami naik ke lantai atas untuk mencari barang-barang yang diperlukan Bella. Setelah selesai mencari-cari barang yang diperlukan Bella kami pun memtuskan untuk langsung pulang kerumah. Sampai dirumah Bella aku disuruh mampir oleh tante Vivi. Ayo Ano mampir dulu pasti capek kan? ajak tante Vivi padaku. Ya tante. jawabku pada tante Vivi.Setelah waktu kurasa sudah malam aku meminta ijin pulang. Sampai dirumah aku langsung masuk kekamar untuk ganti baju. Setelah aku ganti baju aku makan malam. Kemana aja tadi sama Bella? tanya ibuku padaku. Dari jalan-jalan! jawabku sambil melanjutkan makan. Selesai makan aku langsung menuju kekamar untuk tidur. Tetapi aku terus memikirkan Bella. Kayanya aku suka deh sama Bella. Nggak! Nggak boleh aku masih kelas 3 SMP, aku masih harus belajar. bisikku dalam hati.Satu minggu berlalu, aku masih tetap kepikiran Bella terus. Akhirnya sore harinya Bella harus kembali ke Bandung lagi. Aku dan Ivan datang kerumah Bella. Akhirnya keluarga Bella siap untuk berangkat. Pada saat itu aku mengatakan kalau aku suka pada Bella.Bella aku suka kamu! Kamu mau nggak kamu jadi pacarku kataku gugup.Maaf ano aku nggak bisa kita masih kecil! jawabnya padaku. Kita lebih baik Sahabatan kaya dulu lagi aja!Aku memberinya hadiah kenang-kenangan untuknya sebuah kalung. Dan akhirnya Bella dan keluarganya berangkat ke Bandung. Walaupun sedikit kecewa aku tetap merasa beruntung memiliki sahabat seperti Bella. Aku berharap persahabatan kami terus berjalan hingga nanti.

Ramuan Ajaib
Terdengar gelak tawa kakek dan neneknya. Tapi Yogi tidak ikut tertawa. Ia tetap serius. Dari balik pintu ia merekam semua percakapan kakek dan nenek. Telinganya didekatkan daun pintu, agar suara kakek dan nenek yang mulai tua terdengar jelas. Yogi benar-benar tidak ingin ada sepatah kata pun yang terlewat. Sesekali kepalanya mengangguk-angguk. Tetapi kadang telinganya dipaksa untuk tegak keika suara kakek dan nenek tidak terdengar jelas. Esok hari sepulang sekolah, teman-teman Yogi berkumpul dan bersiap ke rumah Mia. Gi! Ke mana? Nggak ikut ke rumah Mia? Yogi mengelus botaknya beberapa kali. Dengan santai ia melangkah dan bersiul-siul. Buat apa ke rumah Mia? Tangannya berkacak pinggang memandang teman-temannya. Ya, belajar dong! Besok kan, ujian matematika. Banyakk rumus yang harus dihafal, lo! Kalian saja yang belajar, aku tidak perlu melakukannya. Kok bisa begitu? Tentu bisa, karena aku telah mendapatkan resep mujarab dari kakekku. Resep, apa sih? Tanya Mia penasaran. Resep agar sukses ujian. Alaaah, paling juga disuruh belajar. Wah, kalian salah. Pokoknya ini rahasia! jawab Yogi sambil mengerling genit. Dasar pelit! Mia mengomel sebal. Jangan-jangan kakeknya Yogi dukun. Komentar Anton. Hahaha dipanggil aja Mbah dukun. Jaka tertawa terbahak-bahak. Jangan sembarangan, ya! Kita lihat saja besok. Yogi pergi sambil menggerutu sepanjang jalan menuju rumah. Malam telah tiba. Yogi segera mempersiapkan keperluannya. Catatan matematika, segelas air putih, sesendok gula dan sedikit garam. Dengan hati-hati tangannya membakar lembar demi lembar catatan matematikanya. Abu bakaran ditampung di piring palstik yang diambilnya dari dapur. Beberapa lembar catatannya terbakar. Dengan hati-hati tangan Yogi memasukkan abu ke dalam gelas sedikit demi sedikit. Yogi.. Sedang apa di kamar, Nak? Kok ada bau benda terbakar dari kamarmu. Teriak Ibu dari ruang tengah. Yogi terperanjat. Dia mendekat ke pintu, mengamati lubang kunci dengan seksama. Ia memastikan pintu kamarnya telah terkunci. Tidak apa-apa kok, Bu. Yogi hanya mempersiapkan untuk ujian besok. Yogi pun melanjutkan pekerjaannya. Diaduknya larutan abu yang diberi gula dann garam dengan hati-hati. Ia tidak ingin orang lain mengetahui apa yang sedang dilakukannya di kamar. Huek..kk! Yogi berlari ke jendela, memuntahkan isi mulutnya.

Ternyata rasanya tidak enak. Bagaimana Kakek dulu meminumnya, ya? di pandanginya air keruh yang mengisi setengah gelas. Yogi membayangkan dirinya akan menjadi bahan olok-olok teman-temannya jika tidak bisa mengerjakan ujian. Dengan mata terpejam dia paksa meminumnya sekali lagi. Huekkk!.. Huek..kkk!! Yogi.. Tok..toktok.. Suara Ibu di depan pintu. Ada apa,, Nak? Uhuk..kk! Uhukk! Yogi terbatuk-batuk. Yogi hanya kesedak, Bu. Buka pintunya, Ibu buatkan susu hangat untukmu. Yogi terkesiap. Segera ia sembunyikan gelas yang berisi ramuan ke dalam lemari buku. Dengan wajah dibuat setenang mungkin ia membukakan pintu untuk ibunya. Benar kamu tidak apa-apa? Yogi menggeleng. Ibu menaruh segelas susu di meja belajarnya. Yogi was-was, takut ibunya menemukan gelas yang disembunyikan. Kakek, di mana? Ada di kamarnya. Kenapa? Enggak, kok Yogi tidak mendengar suaranya. Tak lama kemudian Ibu Yogi meninggalkan kamar. Yogi mengambil gelas yang disembunyikan di kolong tempat tidur. Diamatinya gelas itu lama-lama. Kuteruskan, nggak ya? Tanya Yogi dalam hati. Yogi mengelus botaknya berkali-kali. Diambilnya sisa catatan yang belum dibakar. Begitu banyak rumus yang harus dihafalkan. Ah, daripada susah-susah menghafal, mending kuteruskan minum ramuannya. Kali ini Yogi menyiapkan segelas air putih yang baru diambilnya dari ruang makan. Yogi mencoba meminum lagi ramuan ajaibnya. Huekk..k!! Huekkk!! Kembali Yogi mual. Dia segera berlari ke jendela dan memuntahkan ramuannya. Dengan cepat tangannya mengambil air putih dan meminumnya. Aku benar-benar tak dapat meminumnya. Yogi mulai pasrah. Wajahnya agak pucat. Kepalanya pusing. Aha..! Bukankah kakek dulu juga merasa pusing dan mual? Artinya ramuan ini mulai bekerja. Yogi sedikit gembira mengingat perkataan kakeknya. Ia pun memilih tidur dengan harapan besok pagi semua rumus yang diminumnya sudah melekat di kepalanya. **** Jam setengah tujuh pagi. Yogi masih tidur di kamarnya. Berkali-kali ibunya mengetuk pintu. Tapi tak ada jawaban. Dengan sedikit khawatir, tangan ibu Yogi mencoba menarik handel pintu. Klek. Pintu terbuka. Rupanya Yogi lupa mengunci pintunya setelah mengambil air putih tadi malam. Ibu Yogi memegang keningnya. Panas. Rupanya Yogi demam. Yogi membuka matanya dengan berat. Kamu sakit, Nak? Kepalaku pusing, Bu. Aku juga kedinginan.

Kalau begitu, jangan masuk sekolah dulu. Istirahat di rumah saja. Tapi hari ini Yogi ujian, Bu. Nanti Ibu telepon ke sekolah, agar boleh mengikuti ujian susulan. Yogi hanya bisa pasrah. Ibu telepon ke gurumu, ya. Yogi mengangguk. Sebelum ibunya keluar Yogi memanggil. Bu, tolong panggilkan Kakek, ya. Ibu Yogi mengangguk dan pergi meninggalkan kamarnya. Tak lama kemudian Kakek telah muncul di depan pintu kamar Yogi. Aduh Yogi, mau ujian kok sakit. Kakek mendekat dan duduk di tepi dipan. Kakek Yogi melihat isi kamar. Matanya langsung tertuju pada gelas yang berisi cairan gelap. Yogi minum, kopi? Kepala Yogi menggeleng. Kakek melangkah mendekat meja dan mengangkat gelas. Diciumnya isi gelas denngan hati-hati. Kamu membuat rauan ini? Yogi mengangguk pelan. Siapa yang mengajari? Tanya Kakek bingung. Dengan wajah murung Yogi menjawab. Dua hari yang lalu aku mendengar Kakek sedang bercerita tentangramuan ajaib kepada nenek. Makanya aku mencobanya. Ha..haa..Haa. Ooh.. itu rupanya penyebabnya. Makanya sekarang Yogi sakit. Tapi Kakek dulu juga sakit kan setelah minum ramuan itu? Ya. Kakek langsung sakit. Dan Kakek jadi pintar matematika, kan? Waduh! Pasti kau tidak mendengarkan dengan lengkap cerita kakek waktu itu. Setelah minum ramuan itu, kakek masih ikut ujian. Dan hasilnya, kakek dapat nilai tiga!. Ha??! Tiga? Yogi tidak percaya mendengarnya. Lo, bukankah kakek pandai matematika? Ya, karena setelah itu Kakek rajin belajar agar semua rumus matematika dapat melekat di ke pala. Bukan dengan meminum rumus-rumus itu. Yogi semakin lunglai. Karena ia berharap dapat pandai matematika tanpa harus susah-susah belajar. Yogi ingin menghafal rumus-rumus matematika? Tentu saja. Kalau begitu,, salin semua rumus di bukumu. Lalu tempelkan rumus-rumus itu di dinding kamar, di kamar mandi, dan bawalah kemanapun kau pergi. Dan bacalah jika senggang. Kakek yakin kau akan dengan mudah menghafalnya. Baiklah. Aku akan mencobanya. Ingat, Yogi. Tidak ada jalan pintas untuk pintar. Semua harus dimulai dengan usaha dan kerja keras. Sekarang istirahat dulu. Yogi pun mengerti, kalau ingin pintar ia harus belajar, bukan dengan minum ramuan ajaib.

Sepotong Burger
Nah, Sarah. Sekarang kita sudah sampai. Jangan lupa untuk memasukkan uang yang seribu ke kotak infak nanti. Iya, Ma. Sarah pun turun dari sepeda motor dan mencium tangan mamanya. Tak lupa Sarah mengucapkan salam dan melambaikan tangannya sebelum memasuki gerbang sekolah. Doakan aku menang ya, Ma! Di halaman, dua sahabat Sarah telah menunggu. Mereka adalah Norma dan Maryam. Tangan mereka segera melambai saat Sarah masuk ke halaman sekolah. Sarah! Ke sini! Teriak Norma tidak sabar. Sarah pun berlari menuju bangku taman tempat kedua sahabatnya duduk. Kamu sudah siap untuk lomba nanti siang? Tanya Maryam pada Sarah. Insyaallah sudah. Semua perlengkapan menggambar telah kubawa. Aku juga sudah punya rencana tentang gambar yang akan kubuat. Sebuah air terjun yang jernih, dengan bau yang besar-besar. Di dekat air terjun itu ada sebuah gubuk kecil yang halamnnya banyak ditumbuhi bunga-bunga. Jawab Sarah sambil duduk menjajari mereka. Sarah memang terpilih Wah, sepertinya akan menjadi gambar yang bagus. Semoga menang, ya. Sambung Norma dengan mata berbinar. Eh, Norma. Lihat itu. Pak Burger datang lagi. Maryam menunjuk seorang lelaki yang menghentikan gerobak di depan gerbang sekolah. Di dalam gerobak yang terbuat dari kaca, tampak tumpukan burger yang lezat. Di kaca tertempel harga burger Rp. 1500 berwarna kuning. Iya, dia datang lagi. Balas Norma. Sarah yang selama ini belum pernah melihat Pak Burger jadi tertarik. Emang kalian pernah beli? Iya. Dua hari yang lalu. Rasanya enak banget. Isinya apa? Ada daging ayam, sosis, selada,dan saus. Ehmmm pokoknya lezat. Maryam berkata sambil mengerjapkan matanya berkali-kali. Kelihatannya enak. Gumam Sarah. Kamu pengen beli? Beli sekarang saja. Pak Burger nggak datang setiap hari lo. Iya. Mumpung kita belum masuk kelas. Bisa-bisa Pak Burgernya pergi. Norma, aku pengen ke kamar mandi. Anterin ya? Maryam memegangi perutnya sambil meringis memandang Norma. Ayo. Eh, Sarah kita ke kamar mandi dulu , ya. Sarah pun mengangguk. Benar saja. Tak lama setelah kedua temannya pergi, Pak burger tampak menggeser gerobaknya. Sarah pun bingung. Dia ingin sekali merasakan Burger itu. Tapi di tasnya hanya ada uang dua ribu perak. Seribu untuk jajan dan seribu untuk dimasukkan kotak infak yang biasa keliling tiap jumat pagi sebelum pelajaran dimulai.

Sarah berpikir sejenak. Seulas seyum pun segera menghias wajah mungilnya yang dibalut kerudung putih. Aha! Bukankah aku selalu dapat uang saku setiap hari? Kalau uang infak kupakai beli burger lima ratus, minggu depan aku akan dapat menggantinya dengan uang sakuku. Sarah pun segera berlari menuju gerbang sekolah. Pak Burger! Belii! Teriakan Sarah membuat Pak Burger menghentikan gerobaknya. Beli berapa, Neng? Tanya Pak Burger sambil membuka kotak kacanya. Satu aja, Pak. Sarah menyerahkan dua lembar ribuan kepada Pak Burger. Kemudian Pak Burger memberinya sekeping uang logam senilai limaratus rupiah. Benar-benar burger yang enak. Sarah memakan burgernya dengan nikmat. Menggigitnya pelan, mengunyah dengan lembut dan menelannya. Tepat saat memasukkan potongan burger terakhirnya, bel tanda masuk berbunyi. Sarah segera bergegas menuju kelasnya sambil membersihkan sisa burger yang menempel di sudut mulutnya. *** Teeet! Teeet! Teeet! Waktunya istirahat. Itu artinya Sarah harus menyiapkan alat menggambarya untuk mengikuti lomaba menggambar. Namun sarah tidak melakukan apap-apa. Ia hanya menunduk lesu. Sarah. Kamu kan harus segera menuju lapangan sekolah. Semua peserta lomba menggambar sedang bersiap-siap menuju ke sana. Nanti kamu terlambat. Norma menghampiri bangku Sarah yang terletak dua bangku di belakangnya. Sarah mendongak sambil meringis.Wajahnya tampak pucat. Kamu kenapa? Tanya Norma cemas. Perutku sakit sekali. Kepalaku juga pusing. sarah kembali meletakkan kepalanya ke meja. Maryam, sebaiknya kamu menemui Bu Fatimah dan bilang kalau Sarah sakit. Biar aku menemani Sarah di sini. Maryam pun bergegas pergi. Tak lama kemudian, Maryam sudah kembali bersama Bu Fatimah. Kenapa Sarah? Perut saya sakit, Bu. Kepala saya pusing. Tadi Sarah makan apa? Tanya Bu Fatimah. Sarah diam sejenak. Ia teringat burger lezat yang dimakannya sebelum masuk kelas. Sarah pun sadar bahwa ia merasakan sakit perut dan pusing tak lama setelah makan burger. Makan burger, Bu. Kalau begitu Sarah ke ruang UKS dulu ya. Sebentar lagi mamamu akan menjemput. Tadi Ibu sudah menelpon mamamu. Saran Bu Fatimah dengan lembut. Tapi saya harus ke lapangan untk mengikuti lomba, Bu.

Saat ini kamu harus istirahat. Kalau memaksa ikut, kamu akan tambah sakit. Jadi sekarang kita ke UKS saja sambil menunggu mamamu datang. Sarah tak bisa beruat apa-apa. Dengan lemas, ia mengikuti langkah Bu Fatimah menuju ruang UKS. Sarah benar-benar menyesal telah membeli burger dengan uang yang seharusnya untuk infak. Gara-gara burger itu, Sarah tidak dapat mengikuti lomba menggambar. Perutnya jadi sakit dan kepalanya pusing.Sarah hanya bisa menangis menyesali apa yang telah dia lakukan. Nah itu, mamamu sudah datang. Kata Bu Fatimah sambil menunjuk seorang wanita yangs edang berjalan ke arah mereka. Mama..! teriak Sarah sambil berjalan sedikit cepat. Kenapa, Sarah? Ma, maafkan Sarah ya, Ma. Huhu.huu Sarah memeluk mamanya erat sambil menangis. Sarah kenapa? Sarah kan nggak salah apa-apa. Tanya mama bingung. Sarah salah, Ma. Sarah nggak menuruti pesan Mama. Tadi Sarah hanya memasukkan uang lima ratus ke kotak infak. Yang lima ratus Sarah belikan burger. Akhirnya Sarah sakit perut dan pusing. Sarah juga nggak bisa ikut lomba menggambar. Sarah menyesal. Tangan Mama memeluk Sarah dengan erat. Kemudian Sarah di ajak duduk di bangku. Kalau Sarah sakit setelah makan burger itu, tandanya Allah masih sayang sama Sarah. Mana mungkin Allah masih sayang sama Sarah? Bukankah Sarah tidak patuh pada Mama? Tanya Sarah tak mengerti. Karena Allah tidak ingin Sarah mengulangi perbuatan itu, makanya Allah memberi rasa sakit pada Sarah. Kalau Sarah tidak sakit, pasti Sarah ingin mengulangi lagi perbuatan tadi. Allah ingin Sarah menjadi anak yang baik. Apa Allah mau memaafkan Sarah, Ma? Tentu saja. Asalkan Sarah benar-benar menyesal dan tidak mengulangi perbuatan itu.Dan jangan lupa untuk meminata maaf pada Allah. Sekarang ayo kita pulang. Sarah menurut. Ia tak peduli lagi dengan teman-temannya yang sedang mengikuti lomba menggambar. Hari ini Sarah telah mendapatkan pelajaran berharga. Sarah bertekad dalam hati untuk tidak jajan dengan uang infak.

Penjual Pensil
Tentunya kita pernah naik bis dan bertemu dengan pedagang yang aneh-aneh. Masih inget gak waktu pertama kali dapat hadiah sebuah barang yang tiba-tiba dibagikan orang di pangkuan kita waktu duduk di bis?. Mungkin pertama kali heran tetapi akhirnya jadi sedikit sebal karena kita jadi waspada karena dititipi barang dagangan dengan paksa sehingga ga enak klo mo tidur. Ada juga sih kita yang ceroboh menjatuhkan hingga ke kolong bangku, wis pokoke sangat merepotkan. Tapi klo aku sih daripada sebal mending menikmati momen sang penjual ngoceh berpromosi ria soal barang dagangannya. Terkadang ada juga yang kreatif, misalnya penjual pensil di bis beberapa tahun yang lalu. Sambil membagi dagangannya dia nyerocosSilahkan dipilih warnanya macem2, hanya dengan uang lima ribu bisa dapet sepuluh pensil istimewa, warnanya pun gaul, klo suka dangdut tinggal pake yang kelap-kelip, ditanggung gak habis dalam sepuluh tahun. Pensil ini punya kemampuan bisa memendek dan kayunya empuk untuk diraut atau enak juga buat digigit-gigit karena bahannya tidak beracun dan ramah lingkungan. Selain buat nulis pensil ini punya fungsi istimewa yaitu untuk relaksasi. Tinggal dikorek-korek ke kuping pasti hidup jadi lebih indah, juga bisa buat alat pertahanan diri tinggal dicolokin ke mata lawan, atau klo nekat bisa juga digunakan sebagai tusuk gigi, tapi klo yang terakhir itu kurang disarankan.., Nah itu emang penjual pensil yang agak eror tapi minimal punya selling skill. Intinya sih klo mo dagang jangan sampai menjatuhkan harga diri, misalnya dengan cara melas Om ayo dong dibeli, saya belum makan tiga hari.., kasihanilah, buat makan.. hihihi cara yang ga mbois blas Begitupun cara-cara yang gak etis misalnya ngancam-ngancam, maksa-maksa atau berbohong tentang barangnya. Sebagai konsumen kita juga ga boleh bikin pedagang sakit hati. Jadi ingat Hilman dalam novelnya Lupus Kecil, ceritanya Lupus lagi liat penjual siput laut atau keong, trus dia nanyananya..Mang siputnya bisa dimakan ga?, ya gak bisa dek, ini kan siput laut....trus bisa gigit Ga? Gak dong pokoke aman kok buat mainan. Adek mo beli? tanya pedagangnya antusias. Trus si Lupus jawab, Aneh, klo gak bisa dimakan dan ga bisa gigit kok dijual? Mending jualan semut Rangrang aja, walo ga bisa dimakan tapi kan bisa gigit.. Nah itu baru sekelumit cerita tentang pedagang dan konsumen. Intinya sih sebagai konsumen kita juga ga boleh mengadul-adul barang dagangan orang tapi gak beli dengan legitimasi pembeli adalah raja, padahal yang namanya pembeli adalah yang bener2 melakukan transaksi. Tapi juga pedagang emang suka menyebalkan tapi kok kita butuh ya. Jadi seperti hubungan dilematis, benci tapi rindu klo didepan pedagang kita jadi sok mencibir kok mahal banget sih bang, barangnya ga bagus nih dsb..tetapi begitu nyampe rumah kita cekikikan seneng karena dapet barang bagus dan murah ampe dipamerin ma temen2 sekantor. Budaya yang aneh dan mungkin bagi kita itu white lie, padahal tetep aja ga etis seperti gak etisnya pedagang yang suka bohong..waduh klo segitu sih buat kulakannya aja ga nutup Neng.. atau pokoknya klo ada yang lebih murah ta belinya sendiri deh..dsb... Hmmm ternyata benar juga klo gak ati2 di Pasar bisa jadi tempat kita jual beli dosa..

Maira Vs Naira
Kembar harus saling rukun. Itulah yang sering dikatakan mama kepada Maira dan Naira, sepasang saudara kembar yang selalu rukun. Tapi, sepertinya Maira dan Naira tidak bisa dikatakan selalu rukun. Maira dan Naira mempunyai tingkat kepintaran yang sama. Nah, inilah yang menjadi masalh! Suatu hari, Bu Jingga membagikan hasil ulangan Matematika. Banyak murid yang nilai nya dibawah enam. Aku pasti nilainya sama seperti Naira, kata Maira dalam hati. Aku pasti nilainya sama seperti Maira, kata Naira dalam hati. Maira dan Naira memang duduk sebangku, saling berpandangan dan tersenyum. Sekarang, giliran Naira dan Maira yang menerima hasil ulangan Matematika. Mata Naira terbalalak kaget saat melihat nilai nya Sembilan puluh delapan, sementara hasil ulangan Maira nilainya Seratus! Maira tersenyum penuh kemenangan kepada Naira. Ternyata, sejak dilahirkan, aku lebih pinta darimu, kata Maira sombong. Naira terbelalak marah kepada Maira . Huh! Siapa yang peduli! Hanyak beda dua nilai saja kok! cibir Naira kepada Maira yang sedang tersenyum penuh kemenangan. Maklum, selama ini nilai mereka tidak pernah beda. Kecuali sekarang ini! Naira betulbetul memikirkan nilainya yang lebih randah dari Maira. Naira tidak bisa berkonsentrasi saat bu Jingga menerangkan Matematika tentang Asosiatif dan Distributif. Sedangkan Maira, terus tersenyum dari awal sampai akhir pelajaran. Sekarang, pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Pelajaran favorit Naira. Bu Endah membagikan hasil ulangan IPA tiga hari yang lalu. Naira tidak terlalu yakin, apakah nilainya bisa melampaui nilai Maira? Saat Naira menerima hasil ulangan dia girang sekali melihat nilainya seratus, sedangkan Maira Sembilan puluh tiga. Ehm .. sejak dilahirkan, sepertinya aku yang lebih pintar, bukan kamu yang lebih pintar. Karena aku KAKAK! sindir Naira kepada Maira. Maira mencibir kesal kepada Naira. Pokoknya aku lebih pintar daripada kamu! Titik! kata Maira. Bukan! Aku yang lebih pintar! teriak Naira. Kamu salah! Meskipun aku adik, aku lebih pintar darimu! Kamu hanya sebutir debu kecil! ejek Maira kepada Naira. Apa kamu bilang?!?! Aku sebutir DEBU KECIL!!! Kamu sendiri Cuma setengah butir debu kecil wleee :p !! Balas Naira mengejek Maira. Maira dan Naira terus berteriakteriak tanpa sadar kalau mereka sedang bertengkar di kelas. Stop! Stop! lerai bu Endah. Tapi Maira dan Naira tidak mendengarkannya karena asik jambak jambakan dan teriakteriak. STOOP!!! lerai Bu Endah lagi. Kali ini, teriakan Bu Endah benarbenar memekakan telinga. Maira dan Naira pun langsung berhenti bertengkar.

Maira! Bersihkan toilet lantai satu! Naira! Bersihkan toilet lantai dua! Dan yang tadi ikutikutan berteriak, bersikan toilet lantai tiga! SEKARANG !!! perintah BU Endah. Bu Endah memang terkenal sebagai guru yang jutek , killer dan galak. Maira berlari menuju toilet lantai satu, Naira menuju toilet lantai dua dan yang ikut teriakteriak tadi, si kembar Dania dan Danu, meuju toilet lantai tiga. Huh! Ini semua gara-gara Maira! Aku enggak mau bersaudara dengannya! rutuk Naira sambil menggosok lantai toilet dengan karbol lantai beraroma jeruk. Uuuh! Naira tidak pantas jadi kakak! Pokoknya, aku lebih pintar dari Naira! gerutu Maira sambil menyirami lantai toilet dengan air. Ini semua gara-gara kamu Danu! Kita jadi disuruh bersihin toilet bau ini! tuduh Dania kepada Danu yang sama-sama sedang membersihkan bak air. Yeee! Memangnya siapa yang ngajak teriak-teriak? balas Danu kepada Dania. Akhirnya, di toilet lantai tiga, Dania dan Danu saling teriak. Oh ya, toilet disini memang dipisahkan antara laki laki dan perempuan. Tapi, dipisah memakai pintu tipis yang tidak bening. Jadi, tetap bisa mendengar suara orang di toilet sebelah. Maira dan Naira sama sama merengut dan tidak mau saling pandang di dalam mobil. Oh, iya! seru Maira saat teringat sesuatu, Mama pernah bilang, kalau kembar harus selalu rukun. Sebenarnya, aku gak ikhlas sih melakukannya. Tapi kita harus pura pura rukun di depan mama. Aku engga IKHLAS! Ok, aku setuju. Tapi, aku enggak mau rukun denganmu. Aku juga enggak ikhlas melakukannya! balas Naira cemberut. Maira dan Naira pun bilang tidak mau rukun, padahal mereka sudah rukun dengan bekerja sama dalam berpura-pura. Sesampainya di rumah.. Aduh untung anakanak mama selalu rukun, sapa mama ketika Maira dan Naira sampai di rumah. Iya, Ma, jawab Maira dan Naira sambil tersenyum dengan paksa. Tapi, anak rukun kok saling teriak saat pelajaran IPA dan dihukum membersihkan toilet? sindir mama. Maira dan Naira pun kaget. Mama tahu dari mana? Tanya Maira kaget. Ehm dari BU ENDAH. Sekarang kalian mama hukum! Kalian harus mengerjakan seratus soal yang sudah mama buat tadi! Harus benar semua! Kalau ada satu yang salah, kalian harus menyalin seratus soal itu dan menulis jawaban lagi. Maira, Naira Mengerti? Mama beri kalian soal Pendidikan Kewarganegaraan, jelas mama yang terdengar marah besar. Maira dan Naira langsung lemas ketika mengetahui soal PKN alias Pendidikan Kewarganegaraa adalah pelajaran yang paling tidak disukai Maira dan Naira. Apalagi, soalnya ada seratus, dan ditambah lagi kalau ada yang salah, mereka harus menyalin lagi semua soal dan jawabannya! Wah, tanganku bisa patah kalau harus mengerjakan seperti itu.. batin Maira dan Naira. Maira dan Naira lebih kaget lagi setelah mengetahui bahwa soal soalnya adalah soal soal untuk anak anak kelas 6 semester dua. Mereka pun menjadi lemas.

Dan malam itu, Maira dan Naira tidur dengan tangan yang terasa patah. Pegeeel banget, deh.. soalnya menulis seratus soal sebanyak lima kali. Keesokan harinya Di sekolah, Maira dan Naira masih juga marahan. Mereka cemberut saja kerjanya. Mereka masih juga berpikir lebih pandai dari saudaranya.. Begini saja deh .. kata Kasysha yang mencoba merukunkan hubungan mereja, kita tes saja siapa yang lebih pintar.! Iya , setuju! timpal Andi. Maka, Maira dan Naira pun dites oleh mereka. Pertamatama, mereka dites matematika. Setelah itu, mereka dites IPA. Jadi, siapa yang lebih pintar? Tanya Naira yang tidak sabar ketika selesai dites. Hmmmm.. Matematika, yang lebih tinggi nilainya Maira, Kata Kaysha mengumumkan. Maira tersenyum sinis kepada Naira. IPA, yang lebih tinggi nilainya Naira, kata Mira mengumumkan. Jadi, aku lebih Kelebihan semua orang berbeda beda, Maira! kata Dania memotong ucapan Maira. Intinya, kalian berdua sama sama pintar. Pintar di bidang yang berbeda, Ujar Novita. Maira dan Naira malu sekali. Mereka berdua baru sadar kalau kelebihan tiap orang itu berbeda. Tapi, semua orang punya kelebihan dan kekurangan. Buktinya, Maira dan Naira lemah dalam pelajaran PKN. Akhirnya, acara Maira vs Naira berhenti. Sekarang, Maira dan Nairasudah berbaikan dan menjadi saudara kembar yang rukun lagi.

Story About Me and Friends Aku dan Shara sedang bergurau. Teman-teman yang lain juga, Icha, Dhiya, Salsa, Kiara, Siska, Dea, dan semuanya sedang bercanda tawa, karena dua pelajaran terakhir ini kosong. Kuputar mataku ke segala arah. Mataku menangkap Intan, temanku. Dia sedang terdiam sendiri. Shar, kenapa tuh si Intan? tegurku pada Shara yang asyik membaca komik humornya. Shara tak menggubris. Woy!! Kayshara Audiva Kyrani!! seruku. Eh iya apa? Siapa? Kapan? Dimana? Shara latah. Iuuuhhhh! seruku. Ada apa Shar? Kok kamu ngagetin aku segitunya siih, Sampe nyebut nama panjang segala! Komiknya kan seru banget! Ada apa sih?? ujarnya jengkel. Liat deh, kenapa ya si Intan diem terus? Padahal Olla juga lagi ada di mejanya Alya sama Jasmine, keliatannya sih lagi baca komik buatn mereka. Biasanya si Intan ikutan? ujarku. Samperin yuk Tanpa jawab pertanyaanku, tanpa ba bu be bo dia malah menarik lenganku ke meja Intan, yang berada di baris depan. INtan. Sapaku. Eh Najma, ada apa Naj? ia terlihat kaget karena sepertinya sedang melamun. Mau nanya. Tapi kamu jawab yang serius ya. kata Shara. Iya kata Intan singkat. Hmmm.. Hmmm.. Hmmm.. aku bingung mulai dari mana. Masa langsung nyerocos, Mencari kata yang tepat dulu, hihi.. Kamu kenapa sih, kok dari tadi diem terus? Keliatannya lagi sedih ya? Olla lagi di meja Jasmine, biasanya kamu ikut Aku kaget. Shara kok main langsung nyahut gitu sih. Kucubit pelan paha Shara. Shara melotot. Enggak kok.. Aku enggak apa-apaa.. Cuma lagi enggak mau baca komik aja.. tadi aku ngobrol dikit kok sama Olla katanya, gugup. Udah.. Ngaku aja deeehhhh.. Ga bakal bocoriiinnn.. Sumpaaah.. UJarku. Saking KEPO alias mau tahu aja aku sampe bilang Sumpah-Sumpah segala.. Wkwkwk.. Janji ya lho.. ini bener-bener rahasia. Eh ya, tapi tadi Najma dari mana? Intan akhirnya menyerah juga.. Tadi?? Abis beli seragam yang baruu..Sama bayar SPP atau iuran bulan ini, 250 ribu kan ya Shar?.. kataku, menjawab pertanyaan Intan. OH Ayo, udah janji dosa lho kalo boong! Kenapa kamu dari tadi diem dan murung teruus? seru Shara, tak sabar. Jangan kasih tau siapa-siapa ya.. Sebenernya.. Aku udah nunggak SPP selama 2 bulan.. Jadi 500 ribu kan..? Tapi gimana mau bayar.? Bapak cuman supir salah satu keluarga, dan di hari Sabtu bapak ngojek. Gaji bapak perbulan saja kalau tidak salah kurang lebih 300 ribu, karena bapak sehari kerja Cuma dari jam 8:30 pagi sampai jam 4:30 sore.. Intan menarik napas, Dan ibu hanya buka warung kecil disamping rumah doang. Untuk makan, uang lebih kadang Cuma 20 ribu. Itupun harus dipakai yang lain.. c erita Intan panjang. Aku dan Shara diam. Intan nunggak SPP 2 bulan berarti jadi Rp500,000 rupiah yang harus dibayar dan lima ratus ribu rupiah itu bukan jumlah sedikit. Pukul 2:30, bel pulang berbunyi.

Aku sudah mengumumkan jangan pulang dulu semuanya yang perempuan. Kami bersebelas (di kelasku yang perempuan ada 11), rapat di kelas. Aku membicarakan masalah Intan. Intan memang anak yang baik, dan tidak pernah rendah diri walau miskin. Gimana kalau jualan? usul Dea. Great, Dea! Di depan kompleks rumah Sunset Valley, komplek aku tiap jumat, sabtu, dan minggu ada bazaar yang jual makanan sama aksesoris gitu.. Siapa yang rumahnya di kompleks Sunset Valley seruku, tiba-tiba melontarkan usul. Alya, Shara, Dea, Icha, Priscila, dan Raissa mengangkat tangan. Gimana kalau aku, Alya, Shara, sama Dea yang bagian jualan makanan di bazaar itu, dan Icha, Priscila, sama Raissa bagian jualan aksesori kayak jepitan, kalung kataku. SETUJU!!! teriak kami yang rumahnya di kompleks Sunset Valley. Kalau soal barang yang dijual? Bisa nggak ikhlas aja beliin barang jualannya? ujar Alya. Oke.. kita beli aksesori-aksesori di Melody Shop aja, bagus dan murah! seru Priscila. Icha dan Raissa mengangguk. Kita, yang rumahnya nggak di Kompleks Sunset Valley? Tanya Dena, yang rumahnya di Flowerist Housing. Gimana kalau aku, Dena, Jasmine, dan Olla jualan di sekolah ke adik-adik kelas 1 sampai kelas 4, jepitan yang dibuat dari sedotan, stiker, sama yang lain? kata Siska. Setuju semua, dan kami bubar. Hari Jumat. Kami pulang pukul 11 siang. Semua sudah sepakat. Aku, Shara, dan Alya akan menjual makanan dan minuman yakni: - Es Teh Manis - Donat keju - DOnat meisis - Coklat batangan - Permen lollipop - Jus jeruk Sudah hamper mulai bazarnya! Tuh liat Priscil (panggilan buat Priscila), Icha, Raissa jualan di itu! seruku. Yuk, siap-siap ya! Es the siap, jus jeruk, donat, coklat, lollipop, sudah kan? absen Dea. udah kompakku dan Shara. Laki-laki pada keluar setelah Shalat Jumat di Masjid Jami An-Nadaa diseberang bazaar ini. 50% nya pada mampir ke bazaar. Kak, es teh manisnya berapa? Tanya seorang anak laki-laki yang kayaknya sih berumur 7-8 tahunan. Kami melayani banyak sekali. Alhamdulillah, dari 20 gelas es the manis, sekotak donat keju, sekotak donat meisis, 15 batang coklat, 10 batang lollipop, dan 10 gelas es jeruk laku semua. Alhamdulillah, dapat uang 157.500. Tapi pasti maish kurang. Pris, Cha, Sa, gimana? Dapet berapa? Laku enggak? tanyaku bertubi-tubi.

Alhamdulillah lho Naj, laku semuaa! Ga ada sisa! Dapat 175.500. Alhamdulillah.. Kalau kamu? Gimana? seru Priscil. Alhamdulillah. Aku dapat 157.500. Ga ada sisa! seru Dea senang. Gimana ya, Siska, Dena, Jasmine dan Olla? Aku SMS Dena, kata mereka hasil jualan keliling komplek dapet 123.000.. mereka jualan jepit dari sedotan, alat tulis, dll lah kata Dea. Senin hari, di sekolah.. Uang baru terkumpul kira-kira Rp 458.000. Masih kurang sedikit lah. Kami sekelas jualan jepitan, pensil yang dikaish hiasan, penghapus, penggaris, dan loose leaf pada adik-adik kelas. Alhamdulillah, digabung terkumpul 115.000. Alhamdulillah!! Lebih..! 573.000! Sorenya.. Dek Najma, temen kakak ada yang mau bantu temen kamu nih, nyumbang 200.000! Kasihin ya kata kakakku Adinda. Alhamdulillah, makasih berat, bilangin! Dek Najma, ummi certain ke temen ummi, ada yang mau nyumbang 300.000 nih buat temen kamu. Kasihin ya, amanah kata ummi. Wah, Alhamdulillah! seruku. Dek Najma, abi certain tentang teman kamu ke teman abi, ada beberapa yang mau nyumbang, ini jadi ada 500.000 kata abi malamnya. ALHMADULILLAH! Makasih ya.. kataku. Ku mengajak temen perempuan sekelas 5A konferensi lewat YM. Najmanabilaaa: Hei, temen temen kakak, umi dan abi aku pada mau nyumbang buat Intan. Ada sejuta, Alhamdulillah.. Jasmine_khainisa09: Bunda mau ikut nyumbang juga, 100.000 Maaf dikit ? Berarti, ditambah hasil kita 573 ribu, ditambah sumbangan dari najma satu juta, sumbangan dari bundaku 100.000, trs ktnya ibunya Shara mau nyumbang 200.000 jadi satu juta delapan ratus tujuh puluh tiga. Gede banget! Gmn 173.000 nya kt pke beliin dia tas dan alat-alat tulis? klo spatu dia kan bru dikasih sm Diandra. Shara_Kyranni: yang beli tasnya Dea, alat tulisnya najma. AKu setuju banget sama jasmine ^_^ Salmadea_audiva123: Boleh tuch.. aku tau toko yg jual tas bagus-bagus tapi lumayan harganya.. kebetulan ada yg model baru, lagi diskon smpe lusa. Harganya 90.000. kuat bahannya. Mau ga? Najmanabilaaa: boleh banget ? ? ? Denaniratafidha01: RT Najma ^_^ Olla_star: Boleh tuch Najmanabilaaa: Aku juga ada baru nemu di pertokoan alat tulis lengkap motif garis-garis, ada pulpen 2, pensil biasa 1, pensil mekanik 1, penghapus 1, legkaplah.. harganya 22 rb. Mau ga? Priscila1111: Mau lah. Lagian lebih bagus kalo ngepas satu juta.. bagus juga kan,

Jasmine_khainisa09: Boleh tuh naj. Ntar kasihinnya hari Senin minggu depan ajaa.. Dea sama najma belinya bisa hari ini/sabtu. Kta bikin kejutan gt looh Khairumnisa_icha: SETUJU. Semuanya gimana? Setuju Shara_kyranni: Setuju lah. Eh kok icha baru nongol. Risandasiska_: Aku jg bru nongool.. Aq setuju Najmanabilaaa: Gimana? Kebetulan uang hasil jualan kita sudah di aku kan? Waktu itu Priscil udah ngasihin waktu ketemuan. Jasmine, km transferin uang sumbangan bunda km ya, ke rekening bank aq. Jasmine_khainisa09: iya baru aja bunda transfer Najmanabilaaa: Dea ketemuan sm aku di taman Sunset Valley Salmadea_audiva123: Ok, yuuk! Najmanabilaaa: Udah ya, aku disuruh umi udahan maen computer Tak ada yang membalas lagi. Tau-tau semua dah offline. Aku dapat tugas membelikan alat-alat tulis. Aku janjian sama Dea hari ini, pukul 3:30 alias setengah empat. Ini sudah jam 3:20. Ummi.. Aku pergi ya! Janjian sama Dea di taman Sunset Valley! seruku minta izin. Iya! Tapi sama kak Adinda! Terus mau kemana? jawab ummi. Oke lah.. Pake sepada! Terus mau ke Disney World! Toko baru itu loh! kataku. Disney World itu toko tempat aku mau beli alat-alat tulis. Itu toko baru, baru 2 hari lalu bukanya, jadi disana ada diskon. Yang kutahu alat tulis lengkap di diskon 25 persen sementara tas diskon 35%! Gimana gak ngiler? Oh, iya boleh kkata ummi. Aku pun diantar kak Adinda, pake sepeda, wkwkwk.. Karena aku sambil membawa uang satu juta delapan ratus tujuh puluh tiga ribu rupiah! Hasil jualan+sumbangan buat Intan. Sesampainya di Taman Kompleks Sunset Valley,.. Dea! Maaf ya telat. Eh kamu mau beli tasnya di toko mana? Aku di Disney World Kataku, langsung To The Point. Kulihat kak Adinda menjauh, tak mau emnguping. Taunya ada kak Dina, kakak Dea. Gak telat kok Naj. Dimana? Disney World? Aku ebli tasnya disana juga ah! Ayo! Dea bangkit. Kita berempat ke Disney World deh. Di Disney World.. Wih! Alat tulis ini lengkap nih! Tip-ex, pulpen, pensil, pensil mekanik, peraut, penghapus, penggaris, plus notes lagi!.. Diskon 25%! Harganya 32.000! Murahnya! Beli ini aja ya De, buat Intan? Kataku minta persetujuan. Dea mengacungkan jempol. Kuambil deh. Tasnya yang ini bagus? Lagipula banyak kok anak kelas 5 tasnya ada yang kartun! kata Dea. Tuh, ada yang motif garis-garis dan sakunya gambar Minnie Mouse! Itu saja! Harganya 89.000! Diskon 30% kataku. Iya yah! Bagus, yang kamu pilih saja. kata Dea. Kami juga membelikan 5 buah buku tulis. Kami akan membayarnya menggunakan uang ini, sumbangan untuk intan+hasil jualan. Jadi Rp 136.000 rupiah kata kasir. AKu menyerahkan uangnya, dua lembar 100 ribu dan menerima kembalian. Senin..

Aku sudah menyerahkan uang buat Intan, sejumlah.. ah, aku enggak tau, karena 500 ribunya sudah dipaakai bayar SPP Intan. Anak-Anak Bagi yang belum melunaskan SPP Bulan lalu dan sekarang, tolong segera! seru Bu Nisha. Maaf bu baru sekarang! Tadi baru! Aku lupa terus! Celetuk Faiz. Iya kata bu Nisha. Intan.. kata bu Nisha. Maaf Bu. Saya akan segera melunaskannya saat Bapak punya uang kata Intan pelan. Dari nada suaranya, jelas dia sedih sekali. Intan.. SPP bulan ini dan bulan lalu sudah lunas kata bu Nisha. Semua mata tertuju kepada INtan dan tersenyum. Yang laki-laki sudah tau lho! Baiknya, mereka bersedia (yang cowok) jualan dan hasilnya 50.000.. Sudah lunas? Tapi saya belum bayar bu! Intan terheran dan kaget. Berterimakasihlah pada semua anak kelas ini. Karena mereka bersedia jualan dan sebagainya untuk memberikanmu uang. Perwakilan dari kelas, Najma, silakan maju kata bu Nisha. Aku segera maju. Bu Nisha memberikan isyarat untuk berbicara. Yah.. Ga banyak kata-kata sih buat Intan. Hanya.. ya, kita sekelas, terutama yang perempuan, karena tau kamu kekurangan uang untuk membayar SPP kita bersedia berjualan dan mengumpulkan uang. Dan kita sudah melunaskan SPP-mu sebesar 500 ribu. Terus.. ada beberapa barang juga buat kamu.. kataku, lalu menyodorkan plastik kreset yang berisi alat sekolah untuk Intan. Ada tas, alat tulis, buku tulis, kaus kaki (kita tau kaus kakinya sudah bolong-bolong), tempat pensil (Kita juga tau tempat pensilnya hanya berupa kantong kecil), plus kita juga pesan baju seragam sekolah AnNadaa yang batik. Intan menganga. Ia tak percaya itu. Dia menangis terharu. Yang laki-laki pada lari keluar semua. Yangperempuan akhirnya menangis semua karena terharu. Jasmine yang membawa kamera digital memotrt-motret dan akhirnya terjadilah acara narsis-narsisan. Terima kasih ya, semuanya kata Intan, pada kita semua dengan terharu.

You might also like