You are on page 1of 39

ANAMNESIS

Adalah suatu teknik untuk mendiagnosa penyakit atau suatu kumpulan dari anamnesis. Terdiri dari : 1. Auto anamnesis Kontak langsung atau langsung dengan pasien 2. Allo anamnesis Komunikasi dengan keluarga atau pengantar pasien Yang didapat dari anamnesis adalah : 1. Keluhan utama ( Chief Complain ) Yaitu suatu keluhan yang diutarakan pasien yang menyebabkan dia datang ke pettugas medis ( dokter ). Misalnya : Sakit kepala - Muntah darah Sesak nafas - Mual Batuk-batuk / batuk darah Perih di perut / Ulu hati 2. Keluhan tambahan 3. Riwayat Penyakit ( Histoty of Illness ) Riwayat penyakit sekarang keluhan tambahan Riwayat penyakit dahulu Saat melakukan anamnesis harus : Sistematik, efektif, terarah Bahasa yang sopan dan dimengerti pasien
FK 99-113

Kendala yang dihadapi : Tingkat pendidikan pasien

Fisik Diagnostik
Peran dan Tujuan
1. 2. 3. 4. Bagian penting dari suatu penegakan diagnosis Mendapatkan sesuatu yang obyektif dari fisik atau tampilan Dilakukan berdasarkan teori ilmiah yang sudah disepakati Dilakukan secara sistematik dan komprehensif

Cara Pemeriksaan

Dilakukan dengan 4 cara : 1. Inspeksi 3. Perkusi 2. Palpasi 4. Auskultasi

Keadaan Umum Keadaan sakit : Tidak tampak sakit Sakit sedang Sakit ringan Sakit berat Cara berbaring dan mobilitas Aktif, pasif atau terpaksa
FK 99-113

Cara Berjalan Gerak kai yang melingkar saat jalan ( Hemiplegi ). Atau lengan yang kaku dan agak fleksi Psikosomatik : Orang sakit namun tidak tampak sakit ( karena psikologi )

Kesadaran

1. Komposmentis Kesadaran penuh 2. Apati Sikap segan atau acuh tak acuh 3. Somnolen Selallu mau tidur, bangun dengan rangsang nyeri 4. Delirium Kacau motorik, berontak, berteriak 5. Saforus Kesadaran rendah, mirip koma, masih ada reaksi minimal 6. Comma Kesadaran hilang sama sekali

Gizi dan Bentuk Badan Gizi dinyatakan dalam : Normal Gemuk -

Kurus Kaheksia

Bentuk 1. 2. 3.

badan, macamnya : Asthenicus : Tinggi, kurus, dada cekung Atletikus : Type olahragawan Piknitus : Gemuk, bulat, banyak jaringan lemak 3

FK 99-113

Kelainan bentuk tulang belakang 1. Kifosis : Lengkung ke arah belakang 2. Lordosis: Lengkung ke arah depan 3. Skoliosis : Lengkung ke arah lateral

Kulit

Ada beberapa macam : 1. Anemis : Pucat 2. Ikteris : Kuning 3. Hyperpigmentasi Kulit kehitaman oleh karena pigmen kulit yang meningkat ( melanin ) 4. Hypopigmentiasi : Bercak keputiha ( Vitiligo ) 5. Sianosis : Kebiruan ( penyakit jantung, paru, polisitemia vera )

Muka
sakit Ekspresi Watak dan emosi keadaan

Simetri Asimetrinpada parese N. VII ( N. Fascialis ) Tirotoksikosis Muka seperti ketakutan, karena eksoftalmus dan gerak bola mata yang cepat Lepra Facies Leonikus ( Seperti singa )

1.

2.

Kepala
FK 99-113

Alopesia areata : Rambut rontok oleh karena infeksi berat . Yang berat Tifoid, diabetes mellitus, mixedema Aneurisma Gangguan pembuluh darah temporal Deformitus Akromegali, tumor, penyakit paget

Mata
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3.

Bola mata : Eksoptalmus Pada Tirotoksikosis Enoptalmus Pada dehidrasi, syndrom horner Strabismus Bola mata tidak fokus pd satu titik Nistagmus Bola mata yang selalu bergerak Kelopak mata Pitosis 4. Edema Santelasma 5. Perdarahan Blefaritis Pupil Isokori : Kedua pupil bentuk dan besarnya sama Miosis : Pupil mengecil Pin Point Pupil amat kecil Intoksikasi morphin Midriasis : Pupil melebar Gangguan N. III ( N. Occulomoto )

1. 2. 3.

Lensa Katarak Lensa keruh berawan pada penderita DM

Telinga
1.
FK 99-113

Kanalis auditorius Serumen


5

Deskuamasi Membran Thympani Normal tampak pantulan cahaya jernih seperti mutiara ( Pearl appearance ) Processus mastoideus Nyeri tekan pada mastoiditis Thopi Benjolan keras pada tulang rawan telinga, pada Gouts

2. 3.

Hidung
dan lupus Tulang rusak : Saddle nose pd lues, kusta Kavum nasal : Discharge ( ingus ) Septum : Deviasi Konkha : Edeme, hiperemi

Gigi Mulut
dentis

Sulkus Ginggivalis : Karang gigi / kalkulus

Korona : Karies, palpitis, gangren gigi Bibir : Pucat, sianosis Ginggiva : Abses Selaput lendir : 1. Stomatitis 2. Aphtoe sariawan 3. Lekoplasia Lidah : Tremor, berselaput ( Thypoid ), basah / kering ( dehidrasi )

Faring Tonsil
-

Faring : Adakah edema dan hiperemis 6

FK 99-113

Tonsil : Adakah edema, hiperemis, membesar atau tidak Bau pernafasan : Busuk : Tonsilar abses, gangren Aseton : - DM ketoasidosis - Starvation Amoniak : Koma uremikum Foetor hepaticum : Koma hepatikum

Leher

Pada inspeksi 1. Simetri / asimetri : Bengakak atau pulsasi 2. Ada tidak bendungan : V. Jugularis pressure meningkat Decomp kanan A. Karotis Pulsasi arteri satu sisi aneurisma a. carotis 3. Kelenjar limfe Limpadenopati collli TBC, Thypoid 4. Masa Kista brachialis 5. Kaku kuduk Meningitis, tetanus

Thorax
Organ penting : paru dan jantung Thorax anterior : Clavicula, fossa supra/ infra clavicula Costae, intercostalis, areuscostalis angulus costalis Garis imaginer Vertikal :
FK 99-113

&

clavicula & ant medial

G. Midsternalis G. Sternum G. Parasternum

G.

Mid

G Axillari Post G. Axillari

Thorak posterior : Daerah interscapula Ujung scapula setinggi iga 7 / T 8 Corpus vertebrae Dihitung sesuai dengan pedoman vertebrae prominens ( C7 ) Garis imaginer Pada orang abnormal G. Ellis Domoisseu Garland Grocco

Paru

Inspeksi 1. Keadaan Statis / Tidak bergerak Bentuk normal Bentuk paralitikus : dada heal, semppit, iga lebih miring, angulus costae < 900 Bentuk emfisema : Dada mengembang, sagital besar. Tulang punggung melengnkung / kifotik, angulus costae > 900 Warna kulit pink, kadar O2 dalam darah naik (
Kelainan bentuk dada : Collum Vertebralis skoliosis
FK 99-113

Kifosis, lordosis &

Kelainan pada sternum : Pektus eksavatus, pektus karinatus ( melengkung kedalam ) Kelainan kulit : Edema emfisema subtitutif, veknetasis ( Pelebaran PD pada paru ) jaringan parut, massa tumor Mammae = simetris / tidak ginekomastia Sela iga melebar pada emfisema, penyempitan pada schwarte

Keadaan Dinamis ( Bergerak ) Frekuensi pernafasan Normal ; 16 24 x/menit Bradipnoe : < 16 x/menit Takipnoe : > 24x/menit Sipat pernafasan Torakali, abdominal/torakoabdominal Ritme nafas Pernafasan kussmaul : Cepat dan dalam pada DM Pernafasan Biot : Ada periode apnoe menyusul ritme nafas & amplitudo yang tidak teratur Penafasan Cheyne Stokes : Amplitudo nafas dari kecil ke besar menyusut surut dan diselingi periode apnoe Pernafasan dangkal : Pada emfisema Pernafasan asimetri : Pada keadaaan Schwerle Palpasi Dengan menggunakan telapak tangan Mendengar getaran suara ( Fremitus ) Cara : Pasien disuruh mengucapkan 88 berulang kali Fremitus raba/ taktil
FK 99-113

2.

1. 2. 3.

Derajat getaran : Normal Mengeras Ada infiltrate, kavitas melemas Emfisema, pneumothorax, hidrothorax, atelektasis karena obstruksi

Perkusi Terdapat 4 macam bunyi ketok : 1. Sonor : Pada orang normal 2. Redup : Bagian padat > udara ( Ex : Infiltrate, konsolidasi, cairan dirongga pleura ) 3. Pekak : Udara > padat ( Ex : Emfisema, Giant cavity, builae, pneumothorax )
Batas batas 1. Paru Hati Posisi perubahan suara soonor ke pekak pada ICS 6 digaris linea midclavicularis Dengan penanjakan hepar LK 2 jari 2. Paru Lambung Posisi perubahan suara sonor ke thympani pada ICS 8 line axillaris anterior Batas paru belakang, Bawah Pada garis scapula / setinggi vertebra thorakalis 10 pada paru kiri & I jari lebih pada paru kanan Garis Ellis Domoisseau garis lengkung konveks yang berpuncak diline axillaris media, pada effusi pleura masif Segitiga garland Daerah tympani yang dibatasi vertebra torakalis garis ellis domoisseau & garis horizontal dari puncak cairan
FK 99-113

10

Segitiga Grocco Daerah redup kontra lateral dengan batas line vertebra perpanjangan garis ellis domoisseau ke kontra laterla dan batas paru belakang bawah

Auskultasi Ada 2 bunyi nafas : 1. Bunyi nafas pokok Yaitu : Vesikular, bronkial, bronkovesikuler 2. Bunyi nafas tambahan Yaitu : Ronki basah ( rales ), Ronki kering ( Wheezing ), krepitasi, pleural Rub.

Jantung

Inspeksi Bentuk dada normal Perbandingan normal ukuran / diameter yransversal dibanding antero posterior 2 : 1 Bentuk dada abnormal Voussure cardique ( Pektus karinatus ) Pulsasi jantung Iktus cordis pada sela iga 5 , sebelah medial dari LMC kiri ( Sesuai apeks kordis ) Palpasi Sebagian konfirmasi meragukan Iktus cordis, maximkum Adanya pericardial Pericarditis fibrinosa Adanya Vibrilasi Gangguan katup
FK 99-113

dari insfpeksi yang pulsasi / punctum friction rub

Getaran / thrill 11

Vibrasi biasanya menyertai suatu murmur, tentukan lokasi dan asalnya sistolik & diastolik. Ex : Getaran sistolik diapex pada stenosis aorta

Perkusi Untuk menetukan besar dan bentuk jantung 1. Batas jantung kanan Tentukan perubahan suara soonor ke redup Perkusi pada lokasi 2 jari diatas batas paru hati. Pada LMC kanan kearah medial Normal Antara llinea mid sternalis ( LMS ) dengan sternalis kanan ( LS ) Bila batasnya berada disebelah LS kanan Pembesaran ventrikel kanan / atrium kanan 2. Batas jantung Kiri Dimulai dari batas bawah paru kiri ( ICS 8 ) pada 2 jari diatas Ln. Axillaris ant kerah sternum ( medial ), perubahan sonor ke redup Dapat juga dimulai dari arah lateral kiri terarah strenum setinggi 2 jari batas paru-hati Normal diposisi sedikit medial dari mid clavicula kiri 3. Batas atas / pinggang jantung Perkusi dimulai dari atas kebawah pada linea parasternalis. Tentukan perubahan suara soonor keredup Normal berada di ICS 3 Ln. Parasternalis kiri Bila letaknya lebih keatas Stenosis mitralis

FK 99-113

12

Auskultasi Bunyi jantung dengan memperhatikan 1. Lokalisasi / asal bunyi jantung 2. Bunyi jantung I, II, III / Iv 3. Intensitas & kualitas bunyi 4. Irama dan frekuensi bunyi jantung 5. Bunyi jantung lain / tambahan : Lokasi Iktus cordis : BJ I berasal dari katup mitral Lokasi sela iga 2 tepi kiri sternum : BJ dari katup pulmonal Lokasi sela iga 2 tepi kanan sternum : BJ dari katup aorta Lokasi sela iga 4 & 5 tepi ke sternum pada bagian ujung sternum : BJ dari katup trikuspidal

Bunyi jantung Bunyi jantung I Bunyi sistolik Tanda mulainya fase sistolik bersamaan dengan tertutupnya katup mitral & trikuspidal Bunyi jantung II Bunyi diastolik tanda mulainya fase diastolik bersamaan dengan tertutupnua katup aorta & Pulmonal Bunyi jantung III Dapat terdengar pada orang muda 0.015 0,017 detik sesudah BJ II BJ I, II, III bersama-sama memberi iram GALLOP ( Irama derap kaki kuda ) Bunyi jantung IV Dapat terdengar pada orang muda
FK 99-113

13

Teradi LK 0,08 detik sebelum BJ I dengan intensitas rendah Pada orang tua Pada AV block, hipertensi sistemik / infark miokard BJ IV terjadi oleh karena kontraksi atrium yang lebih kuat

Irama dan Frekuensi Jantung Normal Ritme regular Abnormal Irreguler rhytm ( aritmia kordis ) Takikardi Frekuensi jantung > 100x/menit Brakikardi Frekuensi jantung < 60x/mnt Sinus aritmia Frekuensi jantung yang lebih lambat pada saat ekspirasi oleh karena perubahan rangsang otonom pada modus sinoauricular Fibrilasi Keadaan irama jantung yang sams sekali tidak teratur Opening Snap Terdengar pada keadaan stenosis mitral / trikuspidal, terjadi pada fase awal diastole sesudah BJ II

BJ tambahan : Bising jantung tambahan ( cardiac murmur ) Terjadi oleh karena getaran dalam jantung dan PD besar akibat aliran yang terhambat karena penyempitan irama darah balik ( regurgitasi ) Bising jantung tidak selalu patologi di jantung
FK 99-113

14

anemia & febris kadang disertai murmur, yaitu HEMIC MURMUR ( Murmur fisiologis )

Abdomen

Topografi Anatomi Dengan membuat 9 area 2 garis vertikal & 2 garis horizontal Garis horizontal atas dari costae X dan bawah dari SIAS ki-ka Garis vertikal diambil dari titik tengah anatara SIAS dan garis vertikal dari umbilicus 9 area yang dimaksud : 1. Hipokondria kanan 6. Lumbal kiri 2. epigastrium 7. Illiaca kanan 3. Hipokondria kiri 8. Hypogastrium 4. Lumbal kanan 9. Illiaca kiri 5. Umbilikus Inspeksi Perhatikan hal-hal sbb : 1. Besar dan Bentuk Perut Lihat simetri atau tidaknya pembesaran : a. Asimetri Hepatomegali, splenomegali, kista ovarii, hidronephrosis b. Simetri Ascites Keadaan dinding perut a. Peregangan kulit Pada ascites & anaskara b. Garis-garis perut pada striae gravidarum & sindrom cushing
15

2.

FK 99-113

c.

Pelebaran PD Hipertensi portal & obstruksi vena cava superior pada bagian atas umbilikus, hipertensi portal & obstruksi VCI pada bawah umbilicus Caput Medusae Pelebaran PD yang berasal dari umbilicus pada hipertensi portal

3.
a. b. c.

Gerakan dinding perut Di epigastrium Pada payah jantung kanan Terbatas Pada peritonitis Orang kurus Kadang tampak pulsasi aorta abdominalis

Palpasi Persarafan yang perlu diperhatikan 1. Dilakukan dengan permukaan palmar jari-jari, bukan ujung jari 2. Penderita diusahakan tenang dan menekuk kakinya atau fleksi agar permukaan perut rileks 3. Dilakukan secara perlahan & superficial 4. Daerah nyeri tekan dilakukan palpasi terakhir : Palpasi bimanual Dilakukan untuk menilai organ dalam rongga perut Ballotement Untuk mengetahui pembesaran ginjal / organ retroperitoneal / adanya ascites Hepar

FK 99-113

16

Dinilai berapa cm dari arcus costa/beberapa cm dari processus kifoideus bila pembesaran dari lobus medius kiri Limpa Dinyatakan dengan Schuffner ( I. II. III. IV ) Spasme otot perut Defans muskulair lokal / diffus. Misalnya : pada pankratitis, kolstasis, appendisitis & peritonitis

Perkusi Abdomen normal Thympani Distensi karena gas Hilangnya suara pekak hati Justru suara thympani yang luas, curiga adanya perforasi Perubahan suara thympani ke redup pekak pada perubahan posisi kesebelah sisi / shiffing dullness Ascites Cairan rongga perut Perubahan suara thympani ke redup pekak pada perubahan posisi kesebelah sisi / shiffing dullness Ascites Pembesaran hati Bila batas bawah teraba, tentukan batas atas hati, jika ada pada sela iga V atau > Pembesaran hati Pada ascites Knee Chest Position Pada cairan efusi minimal dengan tengkurap dan menungging, terdengar bunyi redup didaerah perut terendah Puddle sign Posisi Knee Chest selama LK 5 menit dengan stetoskop dibagian bawah perut. Perkusi pada posisi perut & perlahan stetoskop digerakan keposisi pinggang kearah
FK 99-113

17

berlawanan, tambahkan bila intensitas suara semakin jelas

Auskultasi Suara peristaltik normal Merupakan paduan gerak air dan udara dalam lumen usus, bila nada suara naik disertai nyeri perut / koliks BORBORIGMI Pada peritonitis Suara peritaltik menjadi lemah dan jarang / parese Suara pembuluh darah : Suara sistolik / diastolik/ murmur mungkin dapat didengar Sistolik BRUIT Pada aneurisma aorta / hepatoma Bising vena ( Venous Hum ) Terdengar pada hipertensi pulmonal dilokasi antara epigastrium & umbilicus

Demam / Fever
FK 99-113

Temperatur tubuh > normal Suhu tubuh normal 36,5 37,2 Febris temperatur > 37,20 C Hipothermi Temperatur < 35 0 C 18

42,20 C

Hipertermi / hiperpireksia

Temp. >

Cara pemeriksaan : aksila, oral dan rektum

Mekanisme
Mikroorganisme / reaksi imunologik Non infeksi Pirogen Eks Leukosit

Pirogen

Demam

Pirogen = Interleukin-1

Hipothalamus

Asam arakhidonat E2 Pireksia

Prostaglandin

Macam demam
Demam Septik Suhu berangsur naik malam hari dan pagi hari turun diatas normal Disertai menggigil dan berkeringat 2. Demam remiten Temperatur turun setiap hari, tapi tak mencapat normal FK 99-113 19 1.

3.

Demam intermiten Dalam beberapa jam temperatur turun menjadi normal ( lalu suatu saat akan balik lagi ) 4. Demam hektik Bila demam tinggi Berangsur normal 5. Demam kontinyu Variasi suhu tidak berbeda / tidak lebih dari 1 derajat 6. Demam siklik Temperatur tinggi untuk beberapa hari Bebas demam untuk beberapa hari Turun lagi seperti sebelumnya 7. Demam belum terdiagnosis DIS. FUO ( Fever of Undiagnosed )

Demam Dan Penyakit


Tidak mudah melihat hubungan langsung, beberpa keadaan seperti : Malaria Demam intermitten Influenza Demam + malaise / Mialgia Dehidrasi Demam. Dengan gangguan konsentrasi Pneumonia demam kontinyu

Pemeriksaan
FK 99-113

Pemeriksaan mikrobiologi Untuk demam karena infeksi Mengisolasi kuman penyebab Beberapa kali pemeriksaan dan steril
20

Pemeriksaan Kimia darah Demam bukan sebab infeksi Pemeriksaan ini dapat mengarahkan kepada diagnosa yang diinginkan Misal SGOT, SGPT, LDH, GAMA GT Menunjukan adanya kerusakan sel hati Serum kalsium Gangguan paratiroid, karsinoma dan sarkoidosis
-

Pemeriksaan sero-imunologi Bermanfaat pada FUO Uji ini dilakukan secara rasional Merupakan pemeriksaan penunjang Diagnosa Jenis pemeriksaan, seperti Ig, rheuma faktor, immunoelektroforesis, dll

Uji Serologik Penyakit


Thypoid Hemolitikus Sifilis Leptospirosis Brucellosis Toksoplasmosis
FK 99-113

Widal ASTO WR / VDRL Antibodi leptospira Antibodi Brucella Sabin Feldman IDT :

Demam Staff. B. : : : :

: Amubiasis 21

Histoplasmosis

IFAT Histoplasmin

: Filariasis Antibodi

Hipotensi - Syok

Hipotensi : Keadaan Tekanan darah < Normal

Pre syok

Syok

Syok / Renjatan
Merupakan darurat medis Oleh karena kegagalan perfusi darah kejaringan Gangguan metabolisme sel Refersibel, irreversibel

Macam Syok :
Hipovolemik Syok ( Volume plasma berkurang ) Kehilangan Plasma Keluar tubuh : - Perdarahan - Gastroenteritis :

FK 99-113

22

- DM - Diabetes incipidus - Hiper hydrosis Kehilangan cairan dalam ruang tubuh : - Fraktur tulang iga, panggul

Dalam ruang tubuh Ascites Illeus Obstruktif Hemothorax Hemoperitoneum Normovolemik shock : Kardiogenik ( Koroner / non koroner ) kongestif, artimia, stenosis aorta , dll Infark,

Normovolemik Syok : ( Volume plasma normal ) Obstruksi aliran darah emboli paru, tension pneumothorax, tamponade jantung, aneurisma aorta Dissecans Neurogenik Akibat nyeri hebat Septik syok Sepsis oleh karena infeksi Anafilaktik syok

Gejala dan Tanda


Gambaran secara umum : Kardiovaskuler Hipotensi ( Sistole < 90 mmHg atau tekanan darah turun > 30 mmHg dari semula ) Takikardi Nadi > 100/menit. Kecil, lemah atau tidak teraba
FK 99-113

23

Penurunan aliran darah kulit Sianotik, dingin dan basah

Patofisiologi pada syok kardiogenik


Infark miokard akut

Kardiak output

Tekanan darah arterial & perfusi jaringan

DISPNOE

Sensasi Sesak untuk nafas karenna kesulitan menghiruf O2 Disebabkan oleh berbagai kelainan : 1. Gagal jantung kongestif 2. Paru pernafasan Obstruktif 3. Dinding Thoraks, otot, saraf otot pernafasan Restriktif 4. Gangguan sentral Intoksikasi, metabolisme 5. Psikosomatik Neurosis, anxiety

Patofisiologi Gangguan Nafas


FK 99-113

24

1.

2. 3.

Kapasitas vital pernafasan dan kapasitas total pernafasan ter ganggu Otot pernafasan Dinding thorax Aliran Udara Ventilasi, difusi serta perfusi Psikis neurosis

Mekanisme
Gagal jantung Bendungan paru ( HT Pulmonal ) Bronkokonstriksi ( Fase akut ) Vol vaskuler pulmonal Cairan interstitial paru

Vent. Paru Kerja restriktif Resistensi SN

kapasitas total paru Lung Compliance Resistensi Elastik

Dispnoe

FK 99-113

25

Bentuk / Model Dispnoe


Dispnoe Deffort Kondisi dispnoe saat orang melakukan aktivitas Ortopnoe pasien posisiberbaring Paroxysmal Nocturnal dispnoe penyakit jantung, penyakit saluran nafas Asma kardial Bronkus terikat oedem Asma Bronkial Bronkus menyempit, disebabkan Hiperaktifitas bronchus Explosure pollutan Kussmaul Intoksikasi, gangguan pada SSP. Pernafasan cepat dan dalam Cheyne Stokes Ada Fase berhenti Penyakit paru

Kelainan Restriktif :

Restriktif paru Resistensi elastik Ventilasi aktual

Ventilasi paru Kapasitas ventilasi

Dispnoe

Kelainan Obstruktif
FK 99-113

26

Penyakit saluran nafas ( asma bronchiale )

Inflmasi ( Edema, hipertensi, broncospasme )

Penyempitan lumen bronkus

Hambatan gas excharge

Ventilasi menurun

Hipoksia Kesukaran nafas

Dispnoe

Refleks pernafasan

Rangsang intensional reflek pernafasan

Upaya bantuan otot bantu nafas Mengatasi tahanan elastik & kerja restriksi paru

Effort breathing ( Usah Untuk bernafas )


FK 99-113

27

Tanda-tanda obyektif dispnoe

Hipoksia
1. 2. 3. Keadaan Berkurangnya O2 di jaringan Macamnya : Hipoksik Hipoksia Miss : Krn ketinggian Anemik hipoksia Hemorhagik, anemia, intoksikasi karbondioksida Iskemik hipoksia ( Stagnant hipoksia ) Akibat aliran darah ke jaringan berkurang. Misalnnya penyakit jantung iskemik Histotoksik hipoksia Akibat kerusakan sel jaringan ( nekrosis )

4.

Bentuk pernafasan : Eupnea : Pernafasan normal Dispnoe : Pernafasan sesak ( abnormal ) Bradipnoe Takipnoe

FK 99-113

28

Ikterik

Ikterik / Jaundice
-

Perubahan klinis pada kulit, sklera serta membran mukosa oleh karena akumulasi bilrubin Bukan karena perubahan pigmen melanosis, hiperkaroten, atau therapi mepacrine / Atabrin

FK 99-113

29

Diketahui bila kadar bilirubin darah > 2 mg

Bilirubin
-

Merupakan hasil akhir metabolisme HEM HEM Dari Hemoglobin dalam eritrosit ( Sel darah merah ) Perubahan HEM Bilirubin butuh : Enzim hemoksigenase Oksigen NADPH Sedikit larut dalam air & plasma Pemecahan 6gr Hb/hari 30 Mg bilirubin

Metabolisme Bilirubin
albumin 1. 2. 3. Transportasi ke hepar berikatan dengan

Dalam hepar melalui 3 proses : Ambilan oleh sel parenkhim Konjugasi dalam retikulum endoplasmik halus Sekresi yang terkonjugasi ke dalam empedu

Ambilan bilirubin oleh hepar


Albumin mempunyai tempat afiniti untuk bilirubin, yaitu : 1. Afiniti tinggi Dalam 100 ml plasma, 25 mg bilirubin diikat oleh albumin 2. Afiniti rendah 30

FK 99-113

Mengikat bilirubin yang kelebihan, dan mudah lepas ke jaringan

Dalam Hepar :

Bilirubin Lepas dari albumin Diambil oleh permukaan sinusoid hepatosit

Konjugasi Bilirubin
Bilirubin (+) Gugus polar Bentuk larut dalam air

Masuk dalam empedu

Sekresi Bilirubin Dalam Empedu


-

Mekanisme transportasi aktif Transportasi bilirubin terkonugasi Dipengaruhi oleh obat - obatan Bila bilirubin terkonjugasi Illeum dan kolon

Klasifikasi Ikterus
1.

Ikterus terjadi Oleh karena gangguan : Pembentukan yang berlebihan

FK 99-113

31

2. 3. 4. 1. 2. 3.

Ambilan / uptake & transport bilirubin dalam hepar Konjugasi bilirubin Ekskresi bilirubin kesaluran empedu

Secara Simpel Ikterus dibagi : Pre hepatik ( Hemolitik ) Hepatik ( Parenkimatus ) Kolestatik ( Obstruktif )

Ikterik Prehepatik
Produksi bilirubin berlebihan, oleh karena hemolisis eritrosit Disfungsi hepar Unconjugated Bilirubin = Bilirubin Indirect Urobilin Urin & feses Mulosa kulit Kuning muda Disertai anemia Terjadi pada penyakit malaria, sickle cell anemia, anemia hemollitik familial, toksin eksogen & endogen

Ikterus Hepatik
-

Terjadi oleh karena kerusakan sel parenkim hepar Dengan akibat : 1. Unconjugated Bilirubin ke hepar terganggu 2. Conjugated Bilirubin dihepar tidak sempurna dikeluarkan ke duktus hepatik 3. Mukosa kulit Kuning oranye Penyebab Hepatitis, sirosis hepatis, tumor hepar 32

FK 99-113

Ikterus Kolestatik
Terjadi oleh karena kongesti saluran empedu Conjugated Bilirubin Tidak mengalir ke usus halus : Conjugated Bilirubin & Urobilin Serum Urobilinogen Feses & urine (-) Bisa merupakan kolestatik intra hepatik atau ekstra hepatik Penyebab Kolelitiasis, Stenosis / fibrosis duktus koledokus, Ca pankreas

FK 99-113

33

Edema / Ascites
Edema
Merupakan penumpukan cairan dibawah jaringan kulit Tanda dari suatu penyakit Efek tidak nyaman Lokasi : Tungkai, pretibial, pergelangan kaki Penyebab : Kardial, renal, malnutrisi

Edema Jantung
1. 2. Bisa Oleh Krena : Gagal jantung kanan Gagal jantung kanan kiri kongestif

Gagal jantung

Mekanisme Edema pada gagal jantung kanan


Gangguan fungsi pompa ventrikel kanan

Curah jantung kanan & tekanan akhir diastole ventrikel kanan

Bendungan atrium kanan & Tekanan atrium kanan

Bend. Vena sistematis & tek. Vena sisto ( V. Cava superior ) FK 99-113

34

HambatanVenous Return / Bendungan sistematik

Ekstravasai cairan Edema

Mekanisme Edema pada gagal jantung kiri


Gangguan fungsi pompa ventrikel kiri

Curah jantung ki & Tek. Akhir diastole ventrikel kiri

Bendungan pd V. Pulmonalis & Tek. Dalam V. Pulmonalis

Edema paru & PCWP

Bendungan pada arteri pulmonalis & MPAP

Beban sistolik ventrikel kanan

Mekanisme edema paru akut pada gagal jantung kiri


Dekomp kiri

Bendungan Paru

Kongesti pulmonalis dini ( Edema paru I )

FK 99-113

35

Edema Interstisial ( Edema Paru II )

Edema Alveolar ( Edema Paru III ) Asma Kardial

Mekanisme Edema Pada Sndroma Nefrotik


Reaksi Ag Ab Inflamasi Glomerulus

Permeabilitas memb. Basalis

Proteinuria

Hipoalbuminemia Tek. Osmotik Kapiler Lipid serum

Transudasi ke interstisium

Hipokalemia

ADH Aldosteron

GFR RPF

Retensi Na & H2O

Edema

FK 99-113

36

Gejala Klinis Gagal jantung kiri


Badan Rasa lemah / cepat capek Berdebar debar, sesak nafas Tanda obyektif : Dispnoe, Deffort Orthopnoe Paroxysmal nocturnal dispnoe III Ronki basah paru dibasal Pulsus alterna

BJ

Gejala klinis Gagal Jantung Kanan


-

Gejala : Kaki bengkak, perut membesar, rasa kembung, nafsu makan menurun Tanda Obyektif : Edema tungkai Bendungan V. Jugularis pulsasi V. Jugularis Hepatomegali Hepato jugular refluks Ascites Effusi Pleura

Ascites
peritoneal Adanya timbunan cairan dalam rongga intra

Diketahui dengan pemeriksaan Shiffting Dullness Atau adanya Undulasi / Ballotement Bentuk perut membuncit Terjadi pada kasus gagal jantung kanan. Sirosis hepatis, tumor hepar

FK 99-113

37

Mekanisme asites pada sirosis hepatis


-

Masih belum sepenuhnya diketahui Terjadi secara kompleks Hipotesis yang ada menjelaskan konsep tradisionil & teori luber

Konsep Tradisionil
Berdasarkan hipotesis starling, yaitu oleh karena : 1. Faktor lokal intraabdominal Akumulasi cairan ekstra sel terkadi karena adanya hipoalbuminemi, Hipertensi portal, Gangguan aliran limfe & Kapasitas reabsorpsi yang terbatas

2. Faktor sistemik Akibat saling keterkaitan pelbagai faktor Pengumpulan cairan intraperitoneal Volume plasma efektif berkurang Terjadi retensi natrium akibat rangsang renin angiotensin aldosteron Yang lain adalah aliran darah & laju filtrasi glomerulus ( GFR ) berkurang

Teori Luber diajukan oleh Lieberman


Sirosis makin >> Reabsorpsi Na & H2O ditubulus Volume plasma Fenomena Luber Ascites terjadi oleh karena Imbalance antara ekspansi volume plasma dengan daya tampung vaskular, sinusoid hati dan sistim portal Terjadi transudasi cairan kedalam rongga peritoneal 38

FK 99-113

FK 99-113

39

You might also like