You are on page 1of 8

Vol. 5 No.

1, Maret 2011
ISSN : 1978-225X

Jurnal Kedokteran Hewan

JKH
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA Bekerjasama dengan PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

PDHI

ISSN : 1978-225X

JURNAL KEDOKTERAN HEWAN


Vol. 5 No. 1, Maret 2011
Terbit setiap Maret dan September Alamat Redaksi : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Jl. Tgk. Hasan Krueng Kalee No. 4 Darussalam, Banda Aceh, 23111 Telp./Fax. No. 0651-7551536, E-mail : jurnal_khusk@yahoo.com

Ketua Penyunting : Tongku N. Siregar

Penyunting Pelaksana : Hamdan T. Armansyah TR Arman Sayuti Erdiansyah Rahmi Amalia Sutriana Dwinna Aliza

Penyunting Ahli : Mahdi Abrar M. Hambal T. Fadrial Karmil M. Aman Yaman Yudha Fahrimal Sugito Samadi

Sekretariat : Fakhrurrazi

Rekening : 158-0000007419 Bank Mandiri Cabang Banda Aceh

ii

ISSN : 1978-225X

JURNAL KEDOKTERAN HEWAN


SYARAT-SYARAT PENULISAN
1. Ketentuan Umum Naskah harus asli yang dihasilkan dari hasil penelitian bidang kedokteran hewan dan peternakan yang belum pernah dipublikasikan. 2. Format Penulisan a. Artikel diketik dengan jarak 2 spasi kecuali untuk judul, abstrak, judul tabel, judul gambar dan daftar pustaka diketik menurut ketentuan tersendiri b. First line dimulai 5 ketukan ke dalam. c. Huruf Times New Roman 12 d. Kertas HVS ukuran kuarto (8,5 x 11) e. Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris f. Jumlah halaman penulisan maksimal 8 (delapan) halaman 3. Sistematika Penulisan a. Judul Judul artikel dalam berkala ilmiah haruslah spesifik dan efektif (tidak boleh lebih dari 14 kata dalam tulisan berbahasa Indonesia, atau 10 kata bahasa Inggris, atau 90 ketuk pada papan kunci). Judul dibuat dalam 2 bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. b. Identitas Penulis Nama-nama penulis ditulis tanpa gelar akademis atau indikasi jabatan dan kepangkatan. Identitas penulis harus dilengkapi dengan alamat lembaga tempat kegiatan penelitian dilakukan untuk keperluan alamat korespondensi kalau berbeda (jika ada alamat e-mail dicantumkan) c. Abstrak Setiap artikel harus disertai satu paragraf abstrak (bukan ringkasan yang terdiri atas beberapa paragraf) secara gamblang, utuh, dan lengkap yang menggambarkan esensi isi keseluruhan tulisan. Abstrak ditulis dalam 2 bahasa yakni bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang maksimal terdiri dari 200 kata. Abstrak dilengkapi dengan 3-5 kata kunci yang mencerminkan konsep yang dikandung artikel. d. Pendahuluan Pendahuluan berisi latar belakang, tujuan dan manfaat penelitian e. Materi dan Metode Materi dan metode memuat bahan dan peralatan yang digunakan terutama yang spesifik. Prosedur penelitian harus ditulis secara singkat. f. Hasil dan Pembahasan g. Kesimpulan h. Ucapan Terimakasih (bila perlu) i. Daftar Pustaka Daftar pustaka disusun berdasarkan abjad dan bukan nomor urut. Penulisan nama jurnal harus sesuai dengan singkatan yang berlaku (kalau tidak ada singkatan, jangan disingkat). Komposisi sumber pustaka adalah jurnal ilmiah/majalah ilmiah minimal 60% dan textbook maksimal 40%. Contoh. Jainudeen, M.R. and E.S.E. Hafez. 2000. Gestation, Prenatal Physiology, and Parturition. In Reproduction in Farm Animals, B. Hafez and E.S.E. Hafez (ed).7th Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia. Siregar, T.N., N. Areuby, G. Riady, dan Amiruddin. 2004. Efek pemberian PMSG terhadap respon ovarium dan kualitas embrio kambing lokal prepuber. Media Kedokteran Hewan 20(3):108-112. 4. Prosedur Pengiriman Naskah Pengiriman makalah dapat dilakukan setiap saat dalam bentuk cetakan (print out) sebanyak 3 (tiga) eksemplar dan 1 (satu) disket 3,5 atau CD (program MS World) dikirim ke alamat redaksi : Jurnal Kedokteran Hewan Alamat Redaksi : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Jl. Tgk. Hasan Krueng Kalee No. 4 Darussalam, Banda Aceh, 23111 Telp./Fax. No. 0651-7551536, E-mail : jurnal_khusk@yahoo.com Makalah yang telah dimuat dikenai biaya penerbitan dan pengiriman lewat transfer-bank Mandiri cabang Banda Aceh atas nama drh. Hamdan, MP., Rek. No. 158-0000007419. Semua keputusan redaksi tidak dapat diganggu-gugat dan tidak diadakan surat menyurat untuk keputusan tersebut.

iii

Jurnal Kedokteran Hewan ISSN : 1978-225X

Muhammad Agus Wibowo, dkk

EFEK ANTINEOPLASIA FRAKSI ETIL ASETAT DAUN KESUM PADA HEWAN MODEL KANKER PARU
Anti Neoplastic Effect of Ethyl Acetate Fraction of Kesum Leaf with Lung Cancer of Animal Model Muhamad Agus Wibowo1, Basuki B. Purnomo2, Muhammad Aris Widodo3, dan Aulanni'am 4
1

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura, Tanjungpura 2 Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar, Malang 3 Laboratorium Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang 4 Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya E-mail: aguso2@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menentukan efek antineoplasia dari fraksi etil asetat ekstrak daun kesum dalam menghambat pertumbuhan kanker paru. Pada penelitian ini dilakukan uji antineoplasia fraksi etil asetat ekstrak daun kesum secara in vivo dengan menggunakan hewan model kanker paru terpapar bensapiren. Pembuatan hewan model kanker terpapar bensapiren dilakukan secara intraperitoneal dengan dosis 200 mg/kg yang dilanjutkan dengan pengobatan menggunakan fraksi etil asetat ekstrak daun kesum. Uji keberhasilan penelitian dilakukan dengan pemeriksaan histologi organ paru dengan pewarnaan HE. Hasil penelitian dengan dosis tunggal (100 mg/kg) menunjukkan bahwa fraksi etil asetat mampu menghambat terjadinya neoplasia pada organ paru akibat paparan bensapiren.
_____________________________________________________________________________________________________

Kata kunci: kanker paru, kesum, antineoplasia

ABSTRACT
This research have been conducted to evaluate anti neoplastic effect of ethyl-acetate fraction of Kesum leaf by in vivo on lung tissue of animal model induced by benza[o]pyrene. The animal models have been injected intraperitoneally with benza[o]pyrene at the dose of 200 mg/kg and continued by the administration of ethyl acetate's fraction of Kesum leaf. The efficacy of this treatment on lung tissue were observed histologically using HE staining. Result of this research indicating that the administration of ethyl-acetate fraction with single dose (100 mg/kg) can inhibit neoplasia on lung tissue of animal model induced by benza[o]pyrene.
_____________________________________________________________________________________________________

Keywords: lung cancer, kesum, anti-neoplastic

PENDAHULUAN Kanker paru merupakan penyebab kematian terbesar dari semua kematian akibat kanker. Asap rokok merupakan faktor utama penyebab tingginya insiden kanker paru di dunia, sekitar 90% kasus kanker paru diakibatkan oleh asap rokok (WHO, 2008a; WHO, 2008b). Hal ini karena di dalam asap rokok terdapat senyawa-senyawa polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs) yang bersifat karsinogen dan dapat mengakibatkan terjadinya kanker paru seperti bensapiren (Radovanovic dan Misic, 1998). Beberapa peneliti menyebutkan bahwa bensapiren mampu menginduksi terjadinya neoplasia pada organ paru (Wetternberg dan Estensen, 1997). Pertumbuhan kanker (neoplasia) meliputi tiga fase yaitu fase inisiasi, promosi, dan progresi (Gerhauser et al. , 2002; Gerhauser, 2008). Pada fase inisiasi PAHs

akan menginduksi untuk diregulasinya enzim Cytochrom P450 (CYP1A1, CYP1A2, dan CYP1B1) yang akan mengakibatkan peningkatan metabolit reaktif sehingga akan berakibat pada terjadinya peningkatan DNA adduct dan reactive oxygen species (ROS). Pada fase promosi senyawa bensapiren akan mengakibatkan terjadinya inflamasi sehingga meningkatkan resiko terjadinya kanker (Smith et al., 2006; Walaszek et al., 2004) sehingga mendorong pertumbuhan kanker memasuki fase progresi (Hursting et al., 1999). Bensapiren akan menginduksi pertumbuhan kanker pada fase progresi dengan mendorong terjadinya proliferasi yang tidak terkontrol, invasi, dan metastasis dari sel kanker. Kesum (Polygonum minus) merupakan tanaman yang populer di masyarakat Kalimantan Barat dan banyak ditemukan di Kalimantan Barat. Daun tanaman ini
1

Jurnal Kedokteran Hewan

Vol. 5 No. 1, Maret 2011

dimanfaatkan sebagai bumbu penyedap berbagai jenis masakan khas karena akan memberikan aroma yang sedap dan rasa yang nikmat pada makanan (Wibowo et al., 2008). Daun kesum memiliki aktivitas antioksidan dan antikanker. Penelitian tentang aktivitas antioksidan daun kesum telah dilaporkan oleh Huda-Faujan et al. (2007) dan Vimala et al. (2008) yang melaporkan bahwa ekstrak daun kesum memiliki aktivitas antioksidan yang sangat tinggi. Penelitian tentang potensi kesum sebagai antikanker telah dilaporkan oleh Mackeen (1997) yang mengatakan bahwa ekstrak etanol daun kesum mampu membunuh sel HeLa dengan LC50 30g/ml. Aktivitas antikanker dari kesum ini dimungkinkan karena daun kesum memiliki kandungan senyawa fenolik yang tinggi (Huda-Faujan et al., 2007). Kenyataan ini membuat tanaman ini sangat strategis dan potensial digunakan untuk mencegah pertumbuhan kanker dan berbagai penyakit kronik karena kesum memiliki fungsi ganda, selain digunakan sebagai bumbu dan sayur untuk membuat berbagai masakan khas Kalimantan Barat juga berfungsi sebagai obat. Berdasarkan aktivitas manfaat dari kesum dan kenyataan tingginya insiden kanker paru, maka kesum sangat berpotensi untuk mencegah terjadinya neoplasia pada organ paru. Penelitian ini ditujukan untuk mengkaji efek dari fraksi etil asetat dalam menghambat terjadinya neoplasia pada organ paru. MATERI DAN METODE Bahan tumbuhan yang diteliti adalah daun segar tanaman kesum (Polygonum minus), yang dikumpulkan pada bulan April dari kebun masyarakat wilayah Kota Baru, Pontianak. Spesies ini dideterminasikan dan disimpan di Herbarium Bogoriense. Isolasi Senyawa Volatil dan Analisis Sebanyak 1,345 kg daun kesum segar yang telah dibersihkan dan diblender kemudian dimaserasi dengan pelarut metanol selama 2x24 jam, hasil maserasi dikumpulkan jadi satu. Maserat yang diperoleh kemudian dilakukan fraksinasi berturut-turut dengan pelarut nheksana dan etil asetat hingga diperoleh tiga fraksi n-heksana, etil asetat, dan metanol. Skrining Fitokimia Untuk menentukan golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung di dalam
2

fraksi etil asetat yang diperoleh dilakukan dengan metoda skrining fitokimia. Penentuan senyawa golongan alkaloid dilakukan dengan mereaksikan antara ketiga sampel secara terpisah dengan reagen Wagner, Mayer, dan Dragendorff. Uji keberadaan senyawa golongan fenolik dengan pereaksi FeCl3 1%, uji senyawa golongan flavonoid dengan pereaksi H 2 SO 4 dan uji Shinoda sedangkan uji keberadaan senyawa golongan steroid alkaloid dengan reagen Liebermann-Burchard dan Salkowski. Uji Secara In Vivo Dipilih 9 ekor tikus putih (Rattus norvegicus ) jantan galur Wistar yang berumur 2-3 bulan dengan kisaran berat badan 200-250 g dan diadaptasi selama 7 hari. Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 3 kelompok perlakuan yaitu kelompok K0 (tikus kelompok kontrol negatif/tikus sehat), K1 (tikus kelompok kontrol positif/tikus kanker), dan K2 (tikus kanker terapi fraksi etil asetat). Kelompok K0 adalah kelompok hewan coba sehat (tanpa perlakuan), tikus hanya diberi akuades. Kelompok hewan coba K1 dipapar bensapiren secara intraperitoneal dengan dosis 200 mg/kg berat badan selama 4 kali berselang 1 hari dan diinkubasi selama 30 hari. Kelompok hewan coba K2 diperlakukan dengan dipapar bensapiren secara intraperitoneal dengan dosis 200 mg/kg berat badan selama 4 kali berselang 1 hari dan diinkubasi selama 30 hari, kemudian diterapi dengan fraksi etil asetat dengan dosis 100 mg/kg berat badan selama satu minggu dan diinkubasi selama 30 hari. Terapi terhadap kelompok hewan K2 dilakukan dengan cara mencekoknya langsung ke dalam lambung tikus dengan menggunakan spuit 5 ml yang sudah dimodifikasi. Pada akhir perlakuan, semua tikus percobaan dikorbankan secara dislocatio cervicalis, lalu dibedah bagian dada dan dilakukan koleksi organ paru. Selanjutnya terhadap organ paru yang diperoleh dibuat preparat histologis yang diikuti dengan pewarnaan Hematoksilin dan Eosin (HE). Kemudian diamati di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 40x. Analisis Data Hasil pengamatan mikroskopis jaringan paru dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan antara ketiga kelompok perlakuan tikus.

Jurnal Kedokteran Hewan

Muhammad Agus Wibowo, dkk

Tabel 1. Hasil uji fitokimia fraksi etil asetat ekstrak daun kesum Fraksi Etil asetat Fenolik Positif Alkaloid Positif Flavonoid Positif Terpenoid - Steroid -

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji fitokimia dilakukan terhadap fraksi etil asetat ekstrak daun kesum. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa dalam fraksi etil asetat mengandung senyawa-senyawa metabolit sekunder golongan fenolik, alkaloid, dan flavonoid seperti yang disajikan pada Tabel 1. Pemeriksaan histologis dengan pewarnaan HE terhadap organ paru hewan coba memberikan gambaran histologis paru seperti disajikan pada Gambar 1. Gambaran histologis paru menunjukkan bahwa pada hewan coba kelompok K0 terlihat bronkiolusnya menunjukkan kondisi normal, yakni sel-sel epitel pada bronkiolus dalam keadaan normal. Pada kelompok tikus yang diperlakukan dengan paparan bensapiren (K1) secara intraperitoneal menunjukkan adanya perubahan pada bagian bronkiolusnya. Sel-sel epitel bronkiolus pada kelompok K1 menunjukkan terjadinya metaplasia yang ditandai dengan perubahan sel-sel epitel kolumnar menjadi selsel epitel skuamosa. Gambaran histologis paru pada hewan kelompok K1 juga menunjukkan adanya peristiwa hiperplasia sel-sel basalis yang membentuk tonjolan. Adanya perubahan ini menunjukkan terjadinya neoplasia pada organ paru hewan coba kelompok K1. Gambaran histologis paru hewan coba kelompok K2 menunjukkan tidak terjadinya metaplasia dan hiperplasia pada bronkiolus seperti yang terjadi pada kelompok K1 yang menandakan peristiwa neoplasia jaringan paru dapat dihambat. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pemberian fraksi etil asetat ekstrak daun kesum akan menghambat terjadinya neoplasia jaringan paru.
KO K1

Bensapiren merupakan senyawa karsinogenik yang terdapat dalam asap rokok. Kemampuan senyawa ini dalam menginduksi terjadinya kanker paru karena senyawa ini dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan genetik, meningkatkan proliferasi, metastasis, dan angiogenesis dari sel kanker akibat produksi ROS yang meningkat yang akan menginduksi terjadinya inflamasi. Induksi inflamasi oleh asap rokok/bensapiren dimulai dengan terjadinya peningkatan ROS, sebagai hasil reaksi enzimatis dari komponenkomponen karsinogen oleh enzim CYPs dan enzim aldo-keto reductase (AKRs) (Palckal et al., 2001). Produksi ROS yang berlebih pada paru selanjutnya akan menginduksi terjadinya kerusakan DNA dan mengaktifasi NF-kB dalam meregulasi terjadinya inflamasi (Brody dan Spira, 2006; Waris dan Ahsan, 2006; Sarada et al., 2008). Mekanisme ROS dalam mengaktivasi NF-kB adalah melalui pengaktifan IKK (Inhibitor {kappa}B Kinase) (Wang et al., 2002; Sethi et al., 2006). Aktivasi IKK akan menyebabkan pelepasan NF-kB yang aktif, untuk selanjutnya terikat oleh DNA di inti dan meregulasi direproduksinya enzim iNOS dan COX-2 (Luo et al., 2005; Yao et al., 2007). Akibat inflamasi ini akan terjadi penguatan kerusakan DNA pada sel-sel epitel bronkiolus sehingga sel-sel epitel bronkiolus akan mengalami neoplasia. Di sisi lain, inflamasi akan mencegah terjadinya apoptosis dari selsel yang mengalami kerusakan DNA (sel kanker) dan sebaliknya inflamasi akan mendorong terjadinya proliferasi, angiogenesis, dan metastasis dari sel kanker.
K2

Gambar 1. KO, gambaran histologis paru hewan kontrol negatif (jaringan paru memperlihatkan bronkiolus dalam keadaan normal); K1, gambaran histologis jaringan paru hewan kontrol positif memperlihatkan adanya pembentukan metaplasia (tanda panah) di dalam bronkiolus yang ditunjukkan adanya perubahan sel epitel silindris menjadi sel epitel pipih; K2, gambaran histologis jaringan paru yang menunjukkan adanya perbaikan yang ditandai dengan tidak ditemukannya lagi metaplasia pada bronkiolus (HE: 40x). 3

Jurnal Kedokteran Hewan

Vol. 5 No. 1, Maret 2011

Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian fraksi etil asetat ekstrak daun kesum terhadap tikus model kanker terpapar bensapiren menunjukkan bahwa fraksi etil asetat mampu menghambat terjadinya neoplasia pada jaringan paru. Kemampuan antineoplasia ini kemungkinan berhubungan dengan aktivitasnya sebagai antioksidan. Menurut Huda-Faujan et al. (2007) dan Vimala et al. (2008) bahwa ekstrak daun kesum memiliki aktivitas antioksidan dan kandungan senyawa fenolik yang sangat tinggi. Dari uji fitokimia menunjukkan bahwa terdapat senyawa golongan fenolik, flavonoid, dan alkaloid dalam fraksi etil asetat. Senyawa-senyawa golongan fenolik, flavonoid, dan alkaloid bersifat sebagai scavenging radikal. Mekanisme penghambatan terjadinya neoplasia pada jaringan paru oleh fraksi etil asetat dimungkinkan melalui mekanisme scavenging radikal. Dengan ditangkapnya radikal oleh senyawa-senyawa yang terdapat pada fraksi etil asetat akan mengakibatkan menurunnya produksi ROS. Produksi ROS yang menurun akan mengakibatkan NF-kB menjadi tidak teraktivasi sedangkan ekspresi enzim COX dan iNOS menjadi tertekan, sehingga inflamasi bisa ditekan. Dengan ditekannya inflamasi maka terjadinya proliferasi dan neoplasia bisa dihambat. KESIMPULAN Fraksi etil asetat ekstrak daun kesum mengandung senyawa golongan fenolik, alkaloid, dan terpenoid. Fraksi etil asetat ekstrak daun kesum dapat mencegah terjadinya neoplasia pada hewan model kanker. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah membiayai penelitian ini lewat hibah Penelitian Hibah Bersaing (PHB) tahun anggaran 2008/2009 dengan Nomor kontrak: 152b/H22.9/PL/2009 tanggal 15 April 2009. DAFTAR PUSTAKA Brody, J.S. and A. Spira. 2006. Chronic obstructive pulmonary disease, inflammation, and lung cancer. Proc. Am. Thorac Soc. 3:535-538.
4

Gerhauser, C., A.P. Alt, K. Klimo, J. Knauft, N. Frank, and H. Becker. 2002. Isolation and potential cancer chemopreventive activities of phenolic compounds of beer. Phytochemistry Reviews. 1:369-377. Gerhauser, C. 2008. Cancer chemopreventive potential of apples, apple juice, and apple components. Planta Med . DOI 10.1055/s-0028-1088300. Huda-Faujan, N., A. Noriham, A.S. Norrakiah, and A.S. Babji. 2007. Antioxidative activities of water extracts of some Malaysian herbs. Asean Food Journal. 14(1):61-68 Hursting, R.D., T.J. Slaga, S.M. Fischer, J. DiGiovanni, and J.M. Phang. 1999. Mechanism-based cancer prevention approaches: Targets, examples, and the use of transgenic mice. J. Natl. Cancer Inst. 91:215225. Luo, J-L., H. Kamata, and M. Karin. 2005. IKK/NF-kB signaling: Balancing life and death -a new approach to cancer therapy. J. Clinical Investigation. 115(10):2625-2631. Mackeen, M.M., A.M. Ali, S.H. El-Sharkawy, M.Y. Manap, K.M. Salleh, N.H. Lajis, and K. Kawazu. 1997. Antimicrobial and cytotoxic properties of some Malaysian traditional vegetables (Ulam). Pharmaceutical Biology. 35(3):174-178. Radovanovic, B.S., and Z. Misic. 1998. Gas chromatographic analysis of some toxic organic compounds in mainstream cigarette smoke. Working and Living Environmental Protection. 1(3):59-65. Sarada, S., P. Himadri, C. Mishra, P. Geetali, M.S. Ram, and G. Ilavazhagan. 2008. Role of oxidative stress and NFkB in hypoxia-induced pulmonary edema. Exp. Biol. Med. 233: 1088-1098. Sethi, G.S., K.S. Ahn, S.K. Sandur, X. Lin, M.M. Chaturvedi, and B.B. Aggarwal. 2006. Indirubin enhances tumor necrosis factorinduced apoptosis through modulation of nuclear factor-B signaling pathway. J. Biol. Chem. 281(33):2342523435. Smith, C.J., T.A. Perfetti, and J.A. King. 2006. Perspectives on pulmonary inflammation and lung cancer risk in cigarette smokers. Inhalation Toxicology. 18(9):667-677. Vimala, S., M.A. Ilham, A.A. Rashih, S. Rohana, and M. Juliza. 2008. Antioxidant and Skin Whitening Standardized Extraxts: Cosmeceutical and Neutraceutical Products Development and Commercialization in Firm. Forest Research Institute Malaysia FRIM), Selangor Darul Ehsan.

Jurnal Kedokteran Hewan

Muhammad Agus Wibowo, dkk

Walaszek, Z., M. Hanausek, R. Zoltaszek, and T.J. Siaga. 2004. Inhibitory effect of post-initiation dietery D-Glucarate on benzo[a]pyreneinduced inflammation during lung tumorigenesis in A/J mice. Proc. Amer. Assoc. Cancer Res . 45:132-141. Wang, S., S. Kotamraju, E. Konorev, S. Kalivendi, J. Joseph, and B. Kalyanaraman. 2002. Activation of nuclear factor-B during doxorubicininducted apoptosis in endothelial cells and myocytes is proapoptotic: The role of hydrogen peroxide. Biochem J. 367: 729-740. Waris, G. and H. Ahsan. 2006. Reactive oxygen species: Role in the development of cancer and various chronic conditions. J. Carcinogenesis. 5(14), DOI 10.1186/ 1477-3163-5-14.

WHO. 2008a. The Global Tobacco Crisis: Tobacco-Global Agent of Death. World Health Organization. WHO. 2008b. Risk Factors for Chronic Respiratory Diseases. World Health Organization. Wibowo, M.A., M.S. Anwari, Aulanni'am, dan F. Rahman. 2008. Skrining Fitokimia Fraksi Metanol, Dietil eter dan n-Heksana Ekstrak Daun Kesum (Polygonum minus). Prosiding Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Ilmu Hayati. Universitas Brawijaya, Malang, 24 Juli 2008. Yao, H., S-R. Yang, A. Kode, S. Rajendrasozhan, S. Caito, D. Adenuga, R. Henry, I. Edirisinghe, and I. Rahman. 2007. Redox regulation of lung inflammation: Role of NADPH oxidase and NF-kB Signalling. Bochem. Soc. Transaction. 35(5). DOI 10.1042/BST0351151.

You might also like