You are on page 1of 2

Buku KIA sebagai Pedoman Kesehatan Ibu dan Anak

BOGOR Kualitas hidup perempuan jauh tertinggal dibandingkan laki-laki. Masih sedikit sekali perempuan yang mendapat akses dan peluang untuk berpartisipasi optimal dalam proses pembangunan. Padahal lebih dari separuh (104,6 juta orang) dari total penduduk Indonesia (208,2 juta orang) adalah perempuan. Tidak heran bila jumlah perempuan yang menikmati hasil pembangunan lebih terbatas dibandingkan laki-laki. Dari data UNICEF terlihat semakin turunnya nilai Gender-related Development Index (GDI) Indonesia dari 0,651 atau peringkat ke 88 menjadi 0,664 atau peringkat ke 90. GDI mengukur angka harapan hidup, angka melek huruf, angka partisipasi murid sekolah, dan pendapatan kotor per kapita (Gross Domestic Product/GDP) riil per kapita antara laki-laki dan perempuan. Pada kesempatan memperoleh pendidikan terdapat perbedaan akses dan peluang antara laki-laki dan perempuan. Menurut Susenas 1999, jumlah perempuan yang berusia 10 tahun ke atas yang buta huruf (14,1%) lebih besar daripada laki-laki pada usia yang sama (6,3%). Faktor lain yang lebih membuat perempuan terpuruk adalah kematian ibu. Sementara menurut WHO, kematian ibu adalah kematian perempuan selama masa kehamilan atau dalam 42 hari setelah persalinan. Kematian yang penyebabnya berhubungan dengan atau diperburuk oleh kehamilan atau penanganannya, bukan karena kecelakaan. Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 1994 masih cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran. Penyebab kematian ibu terbesar (58,1%) adalah perdarahan dan eklampsia. Kedua sebab itu sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan (antenatal care/ANC) yang memadai. Walaupun proporsi perempuan usia 15-49 tahun yang melakukan ANC minimal satu kali telah mencapai lebih dari 80%, tetapi menurut SDKI 1994, hanya 43,2% yang persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan. Persalinan oleh tenaga kesehatan menurut SDKI 1997, masih tetap rendah, di mana sebesar 54% persalinan masih ditolong oleh dukun bayi. Usia kehamilan pertama ikut berkontribusi kepada kematian ibu di Indonesia. Data Survei Kesehatan Ibu dan Anak (SKIA) 2000 menunjukkan umur median kehamilan pertama di Indonesia adalah 18 tahun. Sebanyak 46% perempuan mengalami kehamilan pertama di bawah usia 20 tahun, di desa lebih tinggi (51%) daripada di kota (37%). SDKI 1997 melaporkan 57,4% Pasangan Usia Subur (PUS) menggunakan alat kontrasepsi dan sebanyak 9,21% PUS sebenarnya tidak ingin mempunyai anak atau menunda kehamilannya, tetapi tidak memakai kontrasepsi (unmet need). Krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan 1997 menjadi sebab utama menurunnya daya beli PUS terhadap alat dan pelayanan kontrasepsi. KIA Mewakili Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Prof. Dr. Azrul Azwar, MPH, menjelaskan bahwa untuk menghadapi itu 140 kabupaten/kota dari 24 provinsi di Indonesia telah menggunakan buku Pedoman Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Sebanyak 50.000 tenaga kesehatan dan 10.000 ibu telah dilatih tentang penggunaan buku catatan kesehatan ibu dan anak. Lebih dari lima juta buku catatan telah dicetak dan dibagikan ke seluruh Indonesia. Lebih dari lima juta keluarga telah menggunakannya. Demikian diutarakannya dalam Simposium Internasional Ketiga Tentang Penggunaan Buku Catatan Kesehatan Ibu dan Anak yang diadakan di Cisarua, Bogor, Rabu (6/ Kegunaan dari buku catatan tersebut adalah memberikan informasi kesehatan dan petunjuk buat ibu dan keluarga. Sekaligus sebagai buku catatan permasalahan kesehatan untuk ibu dan anak. Dan petunjuk praktis untuk memonitor perkembangan fisik dan mental anak. Sebab utama tingkat kematian ibu tinggi adalah pengetahuan yang kurang tentang kesehatan ibu dan anak. Namun program pengadaan buku ini dari bantuan JICA (Japan International Cooperation Agency) telah berakhir. Untuk itu perlu melanjutkan program dengan menggunakan dana rutin pemerintah, memasukkan program buku catatan ini dalam program pemerintah daerah dan lokal, dan melibatkan sektor non-pemerintah dalam melanjutkan program ini, demikian Prof. Dr. Azrul Azwar, MPH. Ia jelaskan

proyek ini pertama kali dilakukan di satu kota di Jawa Tengah pada tahun 1994 dan sampai sekarang sudah ada di 24 provinsi. Luar Negeri Dalam kesempatan yang sama, mewakili Departemen Kesehatan Filipina, Diego C. Danila Jr., MD, MPH, FPOGS menjelaskan bahwa di Filipina inisiatif awal dilakukan oleh kelompok LSM. Mereka yang membuat buku pedoman ibu dan anak. Baru disusul oleh proyek antara Filipina dan JICA pada tahun 1999. Sebanyak 20.000 buku dibagikan di bawah lima program klinik di tujuh daerah di Filipina. Mewakili Departemen Kesehatan Pemerintah Republik Demokrasi Rakyat Laos, Cansouk Chanthapadith MD, MA menjelaskan bahwa tingkat kematian anak di Laos adalah 82 dari 1.000 dengan kematian ibu akibat melahirkan 530 dari 100.000. Ia menjelaskan buku panduan baru saja diperkenalkan di enam wilayah sebanyak 10.000 kopi pada tahun 2002. Pada tahun 2003 dicetak secara masal dan akan dibagikan 200.000 kopi pada Februari 2004 nanti. Sedangkan di Thailand, mewakili Asean Institute for Health Development (AIHD), Sirikul Isaranurug, MD, MPH, menjelaskan bahwa buku panduan untuk ibu dan anak itu sudah dicetak dan disebarkan 700.000 kopi pada tahun 1985. Pertengahan tahun ini Indonesia mendapat hibah Rp 226 miliar (27 juta dolar AS) dari Amerika Serikat (AS) untuk program peningkatan kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi, keluarga berencana (KB), dan HIV/AIDS. Menkes Achmad Sujudi menyambut baik pemberian hibah yang pelaksanaannya oleh LSM dalam dan luar negeri guna membantu peningkatan kesehatan ibu dan anak Indonesia serta pemberantasan HIV/AIDS, TBC, malaria dan polio Dengan bantuan itu, kata Menkes, angka kematian ibu Indonesia dapat diturunkan. (SH/web warouw)

You might also like