You are on page 1of 52

KUMPULAN PUISI DI BAWAH INI adalah puisi yang saya coba kirimkan di sibi.or.

id, dalam lomba penulisan pengayaan untuk guru. Memang puisi di bawah ini masih perlu kritik dan saran , karena belum sempat menang dalam sayembara itu . BUKU KUMPULAN PUISI JUDUL PENULIS : BINTANG MASA DEPAN : AKHID HERU PRABAWA

INSTANSI : DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SLEMAN

106. Guruku Terima kasih guruku Kau telah memberiku pendidikan Sungguh senangnya aku Mendapat ilmu karena pendidikanmu Engkau adalah pahlawan tanpa tanda jasa Aku ingin sepertimu Walau kau keras kepadaku Aku tau kau sangat sayang padaku Terima kasih guruku tercinta 1. Pena Hitam Ayam mencuat kokok di kala pagi Sang mentari bangun meyejukkan hati Membawa daku ingin mandi

Hasrat pun tak terbendung Membawa maksud untuk mengepung Berbagai ilmu yang menggunung Ke sekolah daku berangkat Tak lupa tas aku angkat Pena hitam pun ikut mangkat Dan kugoreskan dengan singkat Daku ingin dapat cepat Tidak mau dengan lambat Pena hitam mengubah nasib dengan makrifat. 2. Sepak bola Begitu senang aku bermain hingga waktu sampai aku lupakan Berlari, menyerang, menyerbu lawan membawa bola lari masuk ke gawang Oh, sepak bola siapa gerangan engkau mencipta Keberadaanmu membawa angin segar dunia Semangat didalammu membawakan kobaran gelora Oh, sepak bola apa dikata engkau tiada dunia sepi!, sunyi !, suram ! bak kota mati yang ditinggal pergi 3. Sajak Untuk Tidur Hai kawan waktu sudah beranjak malam Ayo kita tidur, mata sudah mulai sayu Sang mata sudah berbisik berkata pejamkan aku, aku mau tidur teman ! Bersiaplah untuk berlomba esok hari Pak guru sudah menanti Ilmu baru pun akan di dapati

Selamat tidur kawan, pejam, pejamlah sang mata. Besok kita akan bertempur 4. Sepertiga Akhir Malam Kubuka pintu depan rumah Kusaksikan langit begitu berkilauan Dihiasi gugusan bintang Hati pun nampak senang Sungguh udara dan pikiran begitu lengang Di sepertiga akhir malam Kulawan dan kukalahkan udara dingin Air wudlu pun menembus membasahi kulitku Dalam sujudku kupanjatan doa kehadiratMu Jadikanlah bangsa ini, Bangsa yang aman ,tenteram dan sejahtera Bangsa yang menghidupkan akhir sepertiga malam itu 5. Taman Surga Saat tatapan mata memandang lepas Wujud ciptaanNya di dunia Berdegup hati ini berkata, Sungguh mempesona tak ada duanya Ku bayangkan dan kuresapi siapa gerangan Membuat sama sedemikian rupa Hati semakin berdegup seraya menangis teringat dan terngiang, seperti apa taman surga berada Meratap dan menangis kembali hati ini Mengingat janji Tuhan Hanyalah mereka manusia pilihan

Yang jauh dari perbuatan nista dan angkara murka Yang akan menjadikan mereka penghuni taman surga kekal selamanya Oh, Tuhan walau seribu jalan berliku Berikanlah petunjukMu pada langkah kaki ini Agar hambaMu termasuk ke dalam golongannya 6. Mentari Hai mentari pagi Hari ini kau datang tampak cerah sekali Engkau datang tiap hari Untuk sumber energi pribumi Semua orang berlari pagi Untuk menyehatkan diri Tanpa kau, hai mentari Di seluruh bumi ini Akan mati tiada lagi 7. Pengemis-Pengemis Kecil Ditengah persimpangan warna warni Di banyak kerumunan besi berasap Tersaksikan tangan tangan kecil menengadah Meminta belas kasihan pada sang raja jalanan Bertalu talu berada di bawah mentari Menahan hausnya rintihan hati Mengharap ada yang memberi Tak pernah lusuh walau dilakukan setiap hari Sungguh, membenakan hati dirimu itu terlukiskan Namun siapa gerangan bisa berbuat Tukmembalikkan telapak tangan tentang keberadaanmu itu berada 8. Indah Nian Desaku

Kulihat sawah membentang Warna hijau bagai permata alam Ku coba telusuri jalan Akankah tetap begitu ? Kuingin tetap begini Terlihat apa adanya Kuingin tetap begitu Terlihat kenyataannya Mentari mulai tenggelam Danakupun tetap disini Menikmati alam yang ada Anugrah dari yang kuasa Oh..alam desaku aman dan damai Oh..alam desaku lestarikanlah 9. Berteman Dengan Gempa Seribu jalan di bumiku itu telah merekah Laut pun juga ikut tumpah Manusia Indonesia menggeliat Menggeliat ke angkasa dan ke dalam bumi Rumahpun ambil bagian tuk beterbangan Bagaikan burung yang mengangkasa di udara lepas Nuansa jauhari bumi Indonesia pun menghilang ditelan kejamnya keuatan alam Apa yang akan kau tangisi ? Bila memang begitu adanya Apakah bubur itu bisa kau jadikan nasi ? Tidak !, Sang Khalik memang sudah menakdirkan semua harus terjadi agar kita bertaulan, dan tidak berseteru

dengan Sang Gempa. 10. Berguru Pada Semut Hitam, merah berjalan merayap Menyelinap mencari celah Mencari makan. Hitam dan merah tak pernah gerah Menjunjung makanan bersama sama Membawa masuk ke istana raja. Berpesta bersama dalam semangat yang tetap mempesona. 11. Istana Langit Memandang ke angkasa lepas biru,putih bahkan abu-abu warnamu menampakkan Tak terbayang jika manusia berpijak di atasnya Apa yang akan dirasa, senang, gembira pasti bahagia disana. Memang manusia tak berhak tinggal Apalagi tidur di istana langit Hanya Tuhan sang pencipta alam Yang menguasai jagad raya, Yang bersemayam didalamnya Untuk mengatur kehidupan ini sampai kiamat nanti tiba 12. Andaikan Boleh Meminta Teringat pesan ibu di hari minggu saat bus aku tunggu Dik, jika ayah pulang kamu ingin apa ?

Aku tidak menjawab, diam Dik, kamu mau apa ? Aku masih diam, tak menjawab Dan ibu pun bosan bertanya Saat duduk di atas bus tua yang pengap Aku tetap tak menjawab Aku hanya bicara pada ibu aku ingin belaian kasih sayang ayah dan ibu sampai matahari terbit dari barat 13. Dialah Batu Besar, kecil,hitam dan putih engkau menampakkan Orang akan memukulmu bila kau membangkang Dan kau dilempar ,bila orang itu kesal Sungguh malang keberadaanmu Hanya tukang batu yang mengerti kamu. 14. Sinar Mentari Pukul Sepuluh Pagi Pukul sepuluh pagi aku berdiri berjalan dan lalu berlari, di bawah sinar mentari. Panasnya menusuk kulitku, dan menyilaukan mataku, namun tenang menembus hatiku. Ingin ku utarakan semua biar dunia tahu, aku bangga sebagai makhlukNya! Terima kasih,Tuhan Kau masih biarkan aku terbangun hari ini Kau masih ijinkan hidungku bernafas hari ini Kau masih memberikanku hidup hari ini Sehingga aku masih dapat menikmati

karuniaMu yang terindah dalam permata yang terus bersinar 15. Aku ingin sehat Badan kurus kering kerontang tak nafsu makan Bagaikan bunga-bunga kering yang beterbangan Pagi hari yang indah Harus bangun tanpa gundah Tinggalkan kelana Memutar badan berolahraga Minum dan makan membahana Menggapai tubuh sehat maha sempurna 16. Puzzle Ajaib Di tempat teduh nan rindang bersama teman ku belajar Bila ku bosan dan lelah Puzzle ajaib ku mainkan Memutar otak ke kiri dan ke kanan Meski pusing namun asyik dan pintar ku dapatkan Puzzle ajaib teman baik ku Selalu setia menemaniku Dalam langkah langkah kecilku Menggapai impian yang masih saja termangukan 17. Mendera Sakit Dua bersaudara laki laki semua Meratap kepedihan di tengah perjalanan usia Tak menahu kenapa tidak terjadi pada semua

Menahan keluh setiap saat Karena hidup bersemayam menyatu dengan mala yang tak kunjung sirna Dia mengerti bahkan memahami Tuhan adalah adil dan tak akan menyirnakan harapan di batas sisa umurnya yang terus berjalan Keinginan satu yang terus merayap di tubuhnya Dia tak ingin terlalu lama berseteru dengan mala itu Bahkan tetap meminta mohon syafaatNya tuk menjulangkan citanya di atas sisa umur yang terberi 18. Irama Nusantara Meliuk, membentang, dan menggejola Perihalmu menampilkan Pabila satu, pabila dua, pabila tiga Itu pastilah berbeda Sedikit orang yang memperlihatkan Apalagi mengerti perihalmu beda itu Tak sedikit darah yang ditumpahkan ataupun harta dikobarkan Tuk menebus gejolak iramamu itu Memang hanya satu yang dapat meredam ,meluluh, bahkan menyirnakan Pabila persatuan tertancapkan di irama nusantaramu 19. Lurus Tajam Berkelok-kelok itu pasti ada yang ke kiri dan ke kanan

Namun bila lurus takkan pernah menemuimu baik kiri maupun kanan itulah hendaknya ditempuh Singkat, cepat, dan ringan, Lakukanlah bila ingin menemui-Nya 20. Puisi Dari Bunda Bunda hanya sedikit mengarang puisi untukku Tapi semakin lama kuamati Seyuman bunda adalah puisi Tatapan bunda adalah puisi Teguran bunda adalah puisi Belaian dan doanya adalah puisi cinta Yang disampaikan padaku Tak putus putus Tak putus putus Bahkan bila kutidur 21. Tuhanku Aku Mengadu Aku kecil di kala dulu berada Tak satupun tahu hasrat yang kusimpan Di saat waktu terus berputar Di kala usia bertambah angka Tuhan bolehkah aku bicara padamu ? Sekarang aku sudah besar Detik demi detik kulewati bersamaMu Senang dan sedih kulalui dengan mengenalMu Tuhan aku punya hasrat HambaMu punya timbunan cita cita Wujudkanlah di kala aku besar nanti Tuhan, ku percaya engkaulah pengatur jagad raya penentu segala takdir ini . Mujizat Di Atas Doa Segudang harapan manusia

tersimpan dalam kata kata Terpanjatkan bersama untaian suara yang berisi harapan tuk kehidupan Untukmu para siswa Indonesia, untaian harapanmu tersimpan dalam doa. Terus dan teruslah berdoa mendekatlah kepada sang pencipta Kuasa ada bersamaNya Tak perlu kau resah pabila harapan tidak terwujudkan Janganlah berputus asa dan tetap berdoa karena doa adalah mujizatNya 23. Alamku Surgaku Zamrud khatulistiwa, kau adalah surga Fenomena alam Indonesia begitu menawan Orang Arab sering berkata oh Indonesia, ini adalah surga dunia, tempat tak ada dua di dunia Namun mengapa alam surgaku mulai hilang mulai terkikis oleh hingar bingarnya dunia dan juga kejamnya nafsu manusia Oh Tuhan janganlah kau ambil alam surgaku dan sadarkanlah kami untuk membelainya dengan penuh kasih sayang 24. Alam Mengapa engkau tak tersenyum cerah Manusia, hewan, tumbuhan menantimu setiap nafas Alam, janganlah marah janganlah engkau bosan Engkau tempat berpijak semua makhluk.

Alam janganlah kau enggan bersahabat dengan semua makhluk terutama manusia di dunia Kalau memang manusia berbuat dosa tunjukkanlah yang terbaik ya Allah. Mohon ampun segala dosa. Bencana gempa di mana-mana Membuat manusia harus ingat kepadaMu 25. Kemerdekaan Indonesia Aku bisa tertawa Aku bisa bergaya Aku bisa berpesta Aku bisa tamasya Karena Indonesia telah merdeka Kemerdekaan yang mahal harganya yang tak dapat diukur dengan harta sekalipun segunung, sepulau bahkan sebenua Kini kewajibanku sebagai anak bangsa Belajar tekun untuk membangun bangsa Agar nanti menjadi negara yang kaya raya Aku ingin. Pahlawan yang telah gugur dahulu dapat tertawa lega melihat anak cucunya bahagia Mereka dapat tidur nyenyak di sisi-Nya 26. Kekeringan Di daerahku mengalami kekeringan Pepohonan mulai layu dan daun berguguran Debu-debu beterbangan Orang orang pun kebingungan Pohon besar di hutan sudah jarang

Air hujan pun menghilang Terjadilah kemarau panjang Di sana sini mencari air Kami bersyukur punya sumur masih air Orang-orang datang untuk meminta air Kuberi dengan ikhlas lahir batin Itu anugrah dari Sang Maha Adil. 27. Rumah Impian Rumahku Sawah hijau terbentang luas Gunung-gunung menjulang tinggi Yang selalu menemaniku di kala pagi Rumahku .. Sungai nan jernih sungguh mempesona Padang rumput penuh canda ria bocah-bocah gembala yang selalu membuatku terpesona Namun.. Kemanakah rumahku itu ? Hilang dalam waktu sekejab Berganti dengan pabrik-pabrik penuh asap Oh. Apa ini hanya impian ? Walaupun ini hanya impian aku tetap akan terpesona 28. Cahaya Dunia Di tengah kegelapan yang gulita Di antara orang-orang yang merambat mencari pegangan Di tengah orang tak tahu arah tujuan Di antara gulung-gulung ombak samudra yang siap menenggelamkan. Datanglah dewa penolong tepat saatnya

Gemerlap sinar membahana ke seluruh dunia Kegelapan dunia sirnalah, berganti remang-remang dan kini jadilah terang benderang Kini semua orang jadi tahu mengapa, untuk apa, dan dari mana hidup ini terjadi Semua orang akhirnya hanya bersujud di hadapan Illahi yang telah menciptakan langit dan bumi Terima kasih para kyai yang telah mengajarkan kitab suci Terima kasih para bapak ibu yang sabar mendidik kami Terima ksih orang tuaku yang kujadikan teladan sejati Kaulah penerang duniaku yang abadi 29. Bangunlah Ibu Pertiwiku Kami saksikan suasana luka lara menerpa Ibu Pertiwi Kami tak habis pikir Apa gerangan engkau bersedih Mengapa keadaanmu begitu mengkhawatirkan begitu mencemaskan Kami tahu kami begitu durhaka Tak pernah berbakti kepadamu Kerusakan, perpecahan, pertikaian ,banyak kami lakukan Dan hanyalah maaf yang dapat kami pinta Selagi engkau masih mau menerima Di hati kami tak ada bisikan selain minta maaf , dan menyaksikan engkau bangun melawan keruntuhan itu 30. Bintang Masa Depan Di tengah keheningan malam Suasana begitu kelam dan mencekam

Terpancar pesona menawan Seindah taman surga Di malam itu kau tidak tidur Kau hidup penuhi pesona langit Terangi hamparan bumi Keindahan dan kekuatanmu Begitu sempurna menawan hati Mencerahkan duka setiap insan Andaikan aku bermimpi di kala itu, perbolehkan aku bermimpi untuk menjadi sepertimu wahai sang bintang 31. Suara Hati Untuk Bangsa Penjajah Menangis pedih hati ini teringat Merintih perih jiwa ini terngiang Masa masa di mana semua orang tak punya kebebasan Hari Hari di kala semua tercengkal oleh aturan kejam Wahai bangsa penjajah dimana hati nuranimu? Apakah engkau tidak mempunyai mata hati ? Dimana sebenarya rasa kemanusiaanmu berada ? Sungguh kejam kau perbuat waktu itu Manusia kau perlakukan seperti binatang Kau pekerjakan paksa orang orang tak berdosa Mereka menangis, merintih , dan menahan keluh Dan kau diam saja lagi senang Memang,sudah sepantasnyalah engkau binasa dari muka bumi ini 32. Candi Borobudur Hamparan susunan batu tertata apik Pahatan dan ukiran terbaik dari orang orang terpilih. Tak berbelok mata ini menatapnya

Reliefmu begitu melegenda Oh, nenek moyangku sungguh kekuatanmu maha hebat waktu itu Kau torehkan tanpa pamrih usahamu Kau bangun peninggalan sejarah itu untuk keindahan dunia Kini kusaksikan hasil keikhlasanmu itu ada di depanku Terbesik dalam hati menyentuh stupa-stupamu. Sungguh warisan usahamu begitu membekas Semangat gotong royongmu bak kehidupan kerajaan semut Dan saatnyalah kini kau berikan contoh Kau berikan tauladan Agar kami bangkit membangun negeri ini 33. Ayo Membaca Sesobek kertas telah diberikan Seuntai tulisan juga berada di dalamnya Duhai anak yang malang Kenapa engkau diam saja ? Kenapa kertas itu hanya kau simpan ? Sungguh banyak harapan terpendam Ilmu maha luas telah tertuliskan Namun sayang kau malas membaca Dunia begitu luas ilmu pun begitu terbentang Sungguh dunia telah berkata, Kau ingin tahu isiku ? Kau ingin mengerti apa tentang dunia ini ? Malang beribu malang kau malas membaca Duhai anak yang malang Bangkitlah sekarang Wawasan luas telah menantimu Lawanlah jiwa kotormu itu

Tuk mencapai impianmu 34. Surat Tuk Bapak Presiden Hari ini Indonesia merintih Berita demi berita hanyalah berisi kepedihan Begitu banyak rakyat menderita Sungguh berat beban hidup ini Bapak presiden kenapa sekolah ini mahal ? Kenapa banyak rakyat miskin tak bisa bersekolah Kenapa sembako dan BBM merangkak naik Sungguh pilu hati ini melihatnya Bapak presiden marilah kita gandengkan tangan, Rekatkan barisan , ambilah jalan yang terbaik Berilah kemudahan bagi siswa siswi Indonesia Berilah kelapangan bagi rakyat rakyat miskin Bapak presiden kami kan bersatu, tapi kuasa ada di tanganmu 35. Sinar pelangi Kulewati jalan setapak menyusuri pantai di kala pagi buta meninggalkan bumi Kala itu gerimis kecil pun datang Datang menemani sang mentari bangun Aku lihat di seberang ufuk timur Bersama dinginnya tetesan embun Sinar pelangi melingkar merangkul menyinari bumi Betapa elok nan indah Tuhan kau ciptakan Tak ada dua bentuk yang menyamainya Sinarnya menorehkan hiasan langit di kala pagi Mengajak manusia menatap indah dunia Menggapai hasrat mencapai mimpi 36. Manusia Sabang dan Merauke

Ketika menunjuk ujung barat Indonesia Ketika menunjuk ujung timur Indonesia Mata ini tak lepas lepasnya membelalak mengikuti putaran irama yang sedang membiak Megah memang di sebelah barat namun lusuh mungkin di sebelah timur Lurus mungkin disebelah barat namun keriting tapi di sebelah timur Apa mau dikata dan siapa mau menyangka Sabang dan merauke adalah putih dengan hitam Namun Indonesia adalah abu-abu Dimana putih telah tumpah dengan hitam 37. Kota Pendidikan Di tempat ini kami lahir Di tanah ini kami besar Sejarah bicara dan kami menyaksikan Kau tumbuh dengan timbunan pengalaman dan pengetahuan Dan kini kau wariskan pada kami anak bangsa Kota budaya, kota etika, kota pendidikan tersandangkan di tanahmu Bendera kalimat itu sulit memang dipertahankan Kini tersaksikan hanya segelintir saja yang berkibar di udara Apa ditanya ?, mengapa ini terjadi dan berbalik nyata ? Manusia Jogja ada dimana ? 38. Lagu Hati Anak Difabel Tak tahu entah apa dirasa isi jiwaku tidaklah sesempurnamu Kau punyai kebahagiaan lengkap

seindah kemolekan bunga Ku tahu itu pasti mempesona bagi siapa saja yang mampu merasa dan mendayanya Entah mengapa diri ini merintih dan mengiba pada keadaan Keadaan dimana aku tak sesempurnamu Aku hanyalah sisa kesedihan di mata orang lain Banyak orang tak merasuk ke jiwaku Dalam asa kepedihan ini Itu karena hanya aku yang mampu mendayanya Andaikan begitu adanya irama hati ini akan tetap bersujud syukur kepadaNya Dan tetap bangkit melawan rintihan jiwa yang menggejola 39. Sepeda Tua Di kala pagi telah mencuri malam Sepeda penuh karat berkata adakah dikau mau mengayuhku ? Aku butuh semangatmu Rodaku telah menantimu tuk mengantarkan nalurimu kemanapun engkau ingin Jika jiwa itu telah pudar Bila hatimu itu sudah tidak merasa Apa diri akan kau temui nanti ? Tersaksikan oleh bisinngnya dunia Manusia telah enggan merengkuh rodaku Dan aku kini telah terasingkan Tergantikan dengan teman barumu yang bernama mesin

40. Seperti Bintang Kutatap langit nan berkilau di kala malam Kusaksikan gugusan bintang begitu bercahaya Cahayanya begitu indah Sinarnya sungguh menggugah Oh, Bintang daku ingin seperti dikau Menjadi pelita terang di kala gelap Membuat penyejuk hati untuk setiap insan Oh, Tuhan sungguh kuasaMu begitu sempurna Engkau ciptakan hiasan maha sempurna Sebagai pelengkap dunia di kala kelam Sebagai permata berlian bagi setiap mata yang memandang Oh, Tuhan izinkanlah aku bersinar seperti bintang 41. Air Hujan Engkau turun secara perlahan lahan Butiranmu bisa kecil dan juga besar Suaramu begitu nyaring merasuk telinga Kadangkala engkau adalah teman manusia Teman di kala duka,teman di kala suka Permatamu bisa menyegarkan tanaman Tapi bisamu dapat menggegerkan dunia Di saat manusia rakus terhadap hutan Hutan dijadikan gundul, bak Pak Ogah berkepala botak Saat itu engkau turun sesukamu dan tahu rasa manusia saat itu 42. Terima Kasih Ayah Kau yang sempat kulupakan yang sempat terabaikan Tak pernah ku memikirkanmu

Bukan maksud hati mengutamakan Ibu Memang Ibu telah mengandungku, telah menimangku hingga aku besar Namun tetap engkau yang berjasa seperti Ibu. Tiada engkau aku tidak bersekolah tak bisa membeli makanan adik pun tak bisa beli mainan Oh, Ayah jasamu sungguh besar sama seperti Ibu yang telah mengasihiku Satu kata sekali lagi terima kasih ayah tetaplah semangat bekerja, ku menyayangimu. 43. Serdadu Proklamasi Terngiang ngiang sudah Puluhan tahun begitu membekas Semangatmu tertancap kuat hingga sekarang Tidak pernah terpikirkan Apa jadinya bila serdadu itu hilang Proklamasi tidak akan menggema Serdadu proklamasi tancapan kuat proklamasimu menorehkan barisan berapi api Perjuangan itu menjalar hingga sekarang Kobaran nasionalismemu membawa bangsa ini hingga merdeka Oh, serdadu proklamasi maafkanlah kami,jika sekarang perjuangan itu tersendat bagaikan kereta yang macet 44. Alamku Tidak Kaya Lagi Tidak habis pikir mata ini memandang Pesona keindahan alam begitu terbentang

Barisan bukit bukit nampak begitu indah Bentangan samudra nan kaya hasil laut, hamparan hutan begitu menyegarkan udara Namun kulihat kini dimana keberadaanmu ? Kenapa engkau semakin tiada Hutan hutan banyak yang digunduli Laut laut banyak yang tercemar Kawasan persapan banyak dijadikan perumahan Apakah memang bumi Indonesia telah rusak ? Wahai manusia Indonesia, Ada apa dengan sikapmu ? Kenapa kau di luar batas ? Perilakumu begitu menghancurkan alam ini Lihatlah, tataplah dan pandanglah Alam Indonesia kini sedang bersedih 45. Kapal Layar Dunia begitu luas membentang singgasana Begitu bingung kita berjalan bila tidak tahu arah Luas bentangan samudra ombak menerpa Kapal layar merangkak mengikuti arus Banyak orang berada di dalamnya Begitu banyak bawaan di angkutnya Layarmu telah dibentangkan Anginpun siap menerpa membawamu pergi Nahkoda pintar telah berada bersamamu Hanya satu pesan sang ombak Perbaharuilah kapalmu karena aku akan terus menerjangmu 46. Polusi Sesak, sesak, dan sesak aku bernafas Bau asap kendaraan begitu menyelimuti dunia

Banyak sungai telah berteman dengan limbah pabrik Banyak pula orang menerbangkan sampah kesana kemari Mau jadi apa dunia ini sekarang Semua sudah tak da yang mengerti Semua sudah tak da yang mau peduli Dunia serasa sudah tak punya arti Memang manusia, engkau adalah pembunuh terbesar Engkau adalah perusak terkuat Semuanya akan rusak, semuanya akan hancur Hanya karena satu ulahmu tidak mau berteman dengan alam 47. Harimauku Begitu kencang, tegas, dan kuat cengkramanmu Menelusur luas nuansa hutan belantara Tak pernah suram ataupun galau dengan rintangan Kau bagaikan pahlawan di dalam kerajaan Harimauku, awas di depanmu ada singa ! Harimauku, awas di depanmu ada macan ! Kuatkan barisan kakimu ! Bersiaplah dengan tenagamu ! Harimauku, waspadalah singa itu akan mencuri buruanmu Harimauku, waspadalah macan itu akan mengejar rusa kesukaanmu Harimaku jangan pernah gentar melawan petir itu 48. Sampah Begitu menggunung aku melihat kau berada Baumu menyengat begitu terasa Muntah, dan muntah aku melihatmu Kenapa kondisimu bisa seperti itu ? Memang engkau tidak salah Memang engkaulah yang benar

Engkau bisa dioalah, engkau bisa dirubah Engkau memiliki potensi terpendam Wujudmu memang sampah dan manusialah yang salah Kau sering di lempar begitu saja Tanpa dipikirkan, tanpa dihiraukan Karena manusia senang bertindak tanpa otak 49. Terbanglah Merpatiku Merpati sayapmu menari merajut awan Merpati sayapmu putih suci menawan Waktu terus mengalir bagai bengawan Merpati teruslah menari, teruslah kawan Mengapa matamu sayu Pelan kedipmu terhuyung huyung Samudera hidup masih merayu Merpati teruslah, teruslah mendayung Masihlah berwarna sang pelangi Masih ada merah masih ada jingga Masihlah kau harum mewangi Masihlah aku padamu bangga Hari esok sedang menunggu Hilangkan gundah, buang gerah Merpati bentangkan tawamu Usir gelisah dari jiwamu Jangan biarkan angin membawamu Tunjukkan pada semua wibawamu 50. Kupu-Kupu Pun Mengerti Ketika kupu-kupu bergerak Mengikuti harumnya aroma bunga itu Ia tak tahu bahwa sekarang telah bisa terbang Menikmati indahnya awan angkasa Apakah kau mengerti dulu kau adalah ulat Dengan segala keganasanmu Kau makan daun daun muda kesayangan pak tani, dan kau sangat jijik , kotor lagi menakutkan

Tapi sungguh ajaib Tuhan menciptakan Kau bekali dirimu dengan metamorfosa Dan kau tidak makan, menahan haus dan dahaga Di dalam kurungan hijau yang tergulung- gulung Ketika waktu tiba kau rubah dirimu jadi makhluk maha sempurna Berpenampilan molek dan menawan Membawa bahagia bagi siapa saja yang melihatnya 51. Menyesal Bertahun tahun sudah dunia bersamaku Bermacam macam kealfaan di sandangku Tak peduli apakah itu putih atau hitam Semua tak terduga berjalan begitu saja Aku telah melakukan banyak khilaf Hanya kepadaMu lah aku kembalikan Hanya kepadaMu lah semuanya aku pasrahkan Ampun, ampun, dan ampunilah dosaku Ku menyesal ! 52. Pohon Jati Pohon jati kau berwibawa Tubuhmu besar, daunmu lebat Kau sangat bermanfaat bagiku Tetapi nasibmu sungguh malang Kau ditebang secara liar oleh orang yang tak peduli Pohon jati jasamu sungguh besar Kau mengurangi pemanasan global Pohon jati jasamu tak kulupakan 53. Sekiranya Bukan Kalau Kalau seluruh laut bersatu alangkah besarnya laut

Kalau seluruh pepohonan bersatu alangkah besarnya pohon Kalau pohon yang bersatu tumbang kedalam laut yang bersatu alangkah besarnya gelombang Kalau Indonesia berada didalamnya Hore! 54. Untukmu Kartiniku Masa penjajahan membelenggu bangsa Indonesia Masa penindasan begitu mencekal rakyat Tak ada kebebasan pada waktu itu Tak ada kelapangan di zaman itu Semua hidup dalam tekanan Wanita wanita tak boleh bersekolah Wanita wanita tak diberi kebebasan Wanita- wanita dikurung di dalam rumah Ibarat katak berada dalam tempurung Hanya kekhawatiran yang ada pada waktu itu Hanya kecemasan yang ada pada saat itu Seolah menandakan wanita Indonesia tak mampu bangkit Adalah sebuah keberanian melawan arus Melakukan secara diam diam Merombak total pemikiran wanita Indonesia Menuai hasil dimasa sekarang, terima kasih Kartiniku ! 55. Majulah Terus Siswa Indonesia Dengar, dengar, dengarlah isi tulisan ini Hanya kepadamu harapan ku sandangkan Hanya kepadamu cita- cita dipertaruhkan Tak ada sesuatu yang tak mungkin bagimu Bangkitlah melawan arus yang terus mendera

Kuasailah dirimu dengan sikap optimis Paculah laju kudamu sekencang-kencangnya Lawanlah bebatuan terjal yang mengusik di jalanan Ingat, Engkau adalah harapan, engkau adalah masa depan Masa depan ada di tanganmu Harapan terpendam ada di pundakmu Nasib bangsa engkau yang menentukan 56. Menyongsong Pagi Pulas dan pulas manusia menutup mata Saat tidur menemaninya Tak terasa waktu terus berputar Pagi pun telah menghampiri kembali Begitu banyak manusia tak tahu Mengapa hari terus berganti Pagi berganti siang, siang berganti malam dan malam berganti pagi Gundah, resah,senang semuanya telah menemani manusia Pagi ini, hari ini, telah dikalahkan oleh siang dan malam Pagi ini, hari ini, mari tetap berkarya 57. Pahlawan Pendidikan Jika dunia kami yang dulu kosong tak pernah kau isi Mungkin hanya ada warna hampa, gelap tak bisa apa-apa, tak bisa kemana-mana Tapi kini dunia kami penuh warna Dengan goresan garis-garis, juga kata Yang dulu hanya jadi mimpi Kini mulai terlihat bukan lagi mimpi Itu karena kau yang mengajarkan Tentang mana warna yang indah

Tentang garis yang harus dilukis Juga tentang kata yang harus dibaca Terimakasih guruku dari hatiku Untuk semua pejuang pendidikan Dengan pendidikanlah kita bisa memperbaiki bangsa Dengan pendidikanlah nasib kita bisa dirubah Apa yang tak mungkin kau jadikan mungkin Hanya ucapan terakhir dari mulutku Di hari pendidikan nasional ini Gempitakanlah selalu jiwamu wahai pejuang pendidikan Indonesia 58. Angin Desis mendesis suara itu datang Menggugurkan suasana panas yang tak kunjung sirna Di hamparan nuansa hijau yang telah menguning dan mengering Domba domba berpayahan Merasakan panas dan teriknya nuansa matahari saat itu Domba domba itu pun tetap tak mengerti Hanya suara mbek..mbek.mbek yang mencuat dari mulut domba itu sebagai ucapan terima kasih untuk sang angin 59. Kelapa Muda Ketika haus mendahaga. Memanggil kering kerontangnya tenggorkan Mata pun tak sabar ikut berbicara Oh kaki dan tangan bisakah dikau panjatkan kelapa muda itu ? Sungguh kenikmatan tertinggi

kan kudapatkan lama setelah ku sabar menunggu di penantian jatuhnya kelapa muda itu 60. Piknik ke Angkasa Bila burung mengangkasa Dan mata memandang Hati pun pasti ikut terngiang OhTuhan kenapa bisa begitu ? Kenapa manusia hanya begini ? Bukan maksud hati untuk membanding Tapi andaikan ku punya sayap Pasti ku kan terbang lebih ,lebih dan lebih ke atas sampai ke angkasa luar Mungkin rumah juga ku bangun di sana Dan ku tinggal di luar angkasa menggapai cita yang membahana 61. Dendang Gembala Di keteduhan pohon sengon di kaki bukit terdengar ria dendang anak gembala menunggui ternak mereka yang asyik memagut segar dan hijau rumput Bunyi seruling gembala nyaring gembira lupalah haus dan lapar dalam gurau dan kelakar Dendang gembala di ambang senja hewan hewan di halau pulang

menuju ke kandang 62. Permainya Desaku Sawah mulai menguning mentari menyambut datangnya pagi ayam berkokok bersahutan petani bersiap hendak ke sawah. Padi yang hijau siap untuk dipanen petani bersuka ria beramai ramai memotong padi Gemercik air sungai begitu beningnya bagaikan zamrud khatulistiwa itulah alam desaku yang permai 63. Buat Ibu tercinta Ibu, kala aku beranjak dewasa, kala aku membutuhkan tempat bertanya, kenapa Ibu pergi? Ibu, ibu tahu tidak kalau aku sedih? ibu tahu tidak kalau aku takut? tapi kenapa Ibu pergi? Ibu, bicara dong, kenapa cuma diam saja? memang beban ini cuma milikku saja? Ibu, kalau memang begitu adanya, doakan aku supaya kuat, doakan aku supaya bijak dan tidak terinjak-injak Dari putrimu yang sangat menyayangi,

merindukan, dan membutuhkanmu. 64. Malam gulita Gelap sekali aduh.. tak tahu arah Kami berjalan mencari jalan keluar Lampu memang mati Jalan pun jadi kacau Jika begini hancurlah sudah Sirnalah harapan Kenapa, kenapa pemadaman terus terjadi ? Kami tak ingin begitu Juga tak ingin begini Melihat kenyataan ini Sedih hati ini Tapi.. kami tak mau Larut dalam gelap gulita malam Kami tetap ingin Belajar sekali lagi dan sekali lagi Sampai lampu hidup betul 65. Perjalanan jarum jam Kupandang kau bergerak Mengikuti putaran yang menjingkrak Putaranmu searah dan tak pernah berbalik arah Mengapa kau tidak pernah berbalik ? Ataukah memang tak ingin kembali Ku lihat sekali lagi kau tetap begitu Dan tetap begitu saja Dan ku tahu apapun yang terjadi Kau memang tetap begitu

Sungguh pendirianmu begitu kuat Dan tak ada sesuatupun yang menyamaimu 66. Menulis Itu Indah Hai bocah kecil Angkatlah pena itu dan goreskanlah keinginanmu dengan jelas Tuliskan apa saja yang kau ingin dan harapkan Tak usahlah kau takut mengotori kertas itu Kertas itu nanti memang jadi kotor Dan kotor di kertas itu Akan membantu dalam mewujudkan cita-citamu Apakah kau tidak tahu Tulisanmu adalah harta bagi siapa saja yang membacanya 67. Lilin Penerang Di kala gelap menimpa rumah Di saat itu hati harus tabah Berteman dengan lilin kecil pencipta benderang Pengusir hati yang sedang terkekang Meskipun lama tidak hidup Namun tetap kami tunggu dengan lapang dada Dan tak menggerutu di rasa hati kami Sedikitpun tak ada, tak ada yang mengeluh Kami hanya yakin semua kan kembali seperti sedia kala hingga waktu tiba 68. Siapa Berani Siapa berani mendaki gunung itu ? Siapa berani melewati bebatuan terjal di jalanan

menanjak itu ? Siapa berani menerjang ombak yang ada di laut itu ? dan siapa berani melawan kesemuanya itu Tahukah kawan, hanya dia sang pemberani Yang memiliki jiwa ksatria yang mampu mengalahkannya Dan apakah kau termasuk ke dalam anggota di dalamnya Hanya dirimu yang mampu menjawabnya 69. Sumpah pemuda Wahai para pemuda pendahulu.. Yang telah hidup puluhan tahun berlalu Yang telah membuat semua bersatu Mengabadikan lentera nusantaramu Di kala sekarang telah tiada Gema janji sumpahmu tetap masih meraung Meraung keras di seluruh penjuru sudut bangsa ini 28 oktober, karenamu pemuda Indonesia melebur Menjadi sebuah pedang yang diasah tajam Dan siap di gunakan untuk mengisi kemerdekaan ini Terima kasih sumpahmu 28 oktober kan kugemakan slalu sampai nanti mentari tenggelam di seberang timur 70. Terlambat sekolah Burung telah bernyanyi di kala pagi Menyanyikan lagu semangat tuk menanti hari berseri Dan bedalah manusia dengan burung itu Di balik selimut manusia bersembunyi Menyenyakkan diri melupakan kewajiban hati Aku tidaklah beda masih demikian Kemalasan telah meracuniku Hingga aku tak bisa berbuat banyak

Kesekolah tidak bisa datang tepat Aku kalah dengan seekor burung Hingga malupun aku dapat 71. Kiamat Kiamat Banyak kejadian aneh di muka bumi Kiamat Banyak anak-anak durhaka pada orang tua Kiamat Orang baik sudah tidak ada lagi Untuk temanku yang sedang termangu Marilah bersujud di hadapanNya Mohon ampun belas kasihanNya Semoga ampunan selalu dalam perlindunganNya Membawa kita masuk ke dalam surgaNya 72. Antara dunia dan akhirat Duhai teman yang ada di seberang utara wahai teman yang berada di seberang selatan Duhai teman yang ada diseberang timur Wahai teman yang berada seberang barat Bisakah keadaan semua disana diceritakan ? Kami tahu itu tak jauhlah berbeda Dengan adanya dunia dan akhirat Antara panas dan dingin Antara kaya dan miskin Dan antara manis dengan pahit 73. Petualang kecil Jalan merayap, jalan merangkak Berdiri tegap, berbadan kuat Melewati belantara terjal pegunungan

Menemani nuansa riuh berkicaunya burung Mengalahkan kejamnya tantangan alam Sang petualang kecil bertoreh keberanian Tak pernah takut ataupun sirna Melawan kesegala mara bahaya Yang bermunculan di jalanan Dan bila haus mendahagakan Mengeringkerontangkan tenggorokan Kau tetap menggeliat Mencari timbunan asamu yang masih terpendam 74. Manusia Robot Robot banyak orang memanggilmu Di jepang banyak kamu tinggal Robot kamu adalah manusia mesin Walaupun begitu apakah kamu punya perasaan sepertiku ? Tak sedikitpun kau perbuat kesalahan Unik, lucu,gesit, tak pernah putus asa dirimu berada Dan bila pekerjaan banyak menimpamu Kau akhiri segalanya dengan sesempurna kemampuanmu. 75. Tukang Batu di Desaku Oh tukang batu Sungguh heran hatiku melihatmu Jam 11 malam pun kau masih menggema Memukul batu batu di dasar rumah itu Tuk memetakan keramik lantai Menghaluskan kondisi rumah itu Kau jadi pemborong Dan memborong segalanya Untuk memolekkan rumah orang itu

Semangatmu sungguh luar biasa Bagaikan robot yang tak pernah putus asa 76. Nikmatnya berzakat Menumpuk sudah uang tabunganku Tak hilang punah semua usahaku Setelah berlama-lama kukumpulkan Kini saatnya sebagian aku zakatkan Tidak merasa hilang uangku dimasukkan Dalam kotak kecil yang begitu lusuh Lusuh dalam penglihatan manusia Namun tidak disisi Tuhan Yang Kuasa 77. Indah Senyuman Burung Kaka tua tertawa ha.ha.ha.. Begitu juga kambing tertawa hihihi Manusia cemberut menahan kerut Bila gundah dalam hati Menitikkan air mata duka lara Memang duka lara akan pergi Bila senyum kita lempar Namun tidak seperti melempar batu Ke atas langit dan ke bawah bumi jika kambing pasti tertawa dalam haus dan lapar manusia juga perlu senyum dalam duka lagi lara 78. Anak Nakal Diam kamu, jangan banyak usil Bisakah kau perhatikan sebentar ! Celotehmu hanya bikin gerah Perilakumu hanya buat mual saja Lihatlah semua guru telah mencibirmu

Dan kau selalu panaskan kejengkelan hati padanya Tak pernah secuilpun kau perbuat selaras dengan aturan hati Dunia bisa siang juga bisa malam Kau hanya perlu memilih saja Jika baik di kata kau selalu ambil Perubahan berarti pasti kau dapatkan Namun bila buruk kata selalu dipilih Sampai nanti kau takkan selalu tiada arti 79. Kehebatan Anggota Badan Kami tak bisa berucap ya Tuhan. Apa yang harus kami katakan Kau karuniakan mata, tangan, kaki , telinga, hidung Dan semua yang terkumpul dalam kekuatan maha hebat Namun dibalik itu semua ternyata tersimpan kelancangan Perilaku dan sikap Kami tak pernah mensyukur sedikitpun Tangan kami gunakan untuk merusak alam Kaki kami gunakan tuk menendang bumi Telinga dan mata kami gunakan untuk mendengar dan melihat yang seharusnya tidak kami perbuat Dan semua adalah demi berteman dengan hawa nafsu Jika memang kami dosa. Tunjukkanlah apa yang seharusnya kami lakukan Kau adalah maha perubah Ya Tuhan rubahlah perilaku kami agar tidak sedemikian itu 80. Ramdlan Ku Sayang Kau datang dengan segudang harapan Di tengah penantian berjuta manusia Senyum suka cita pun mencuat dari mulut mulut kecil

Dan bila kau pergi keramahan tiada lagi Tangis sedih mewarnai kehilanganmu Takda lagi lantunan lantunan kecil Yang menyejukkan hati Penenang jiwa nan gundah Dari hasil tilawah yang menggugah 81. Selancar Ku Lancar Bahagia diriku di kala sore Udara begitu sejuk menawan hati Angin pun kencang menerpa mengangkat ombak Melayangkan selancarku berayun ayun, mengangkasakan diriku Menikmati riuhnya ombak bergulung-gulung Membukakan hati yang berketakutan 82. Nyiur Hijau Nyiur hijau di tepi pantai Bang kuning meraya Siur siur daunnya melambai Burung-burung berpada menyanyi gembira Tanah airku tumpah darahku Tanah yang subur kaya makmur Tanah airku tumpah darahku Tanah yang indah permai nyata 83. Sekolahku Sehat Sekolahku yang sehat Betapa ku mencintaimu Terimakasih kawan kawanku Yang telah membersihkannya Akan ku kenang engkau Sekarang sekolahku indah dan sehat Betapa aku senang

Ini semua karena keikhlasanmu yang menggema 84. Taman Bungaku Tamanku taman indah permai Kurindu dan kupandang slalu Bunga pujaan hatiku Kagum tiada jemu Burung berkicau riang hinggap Di dahan-dahan sambil menari senang Alangkah indahnya tamanku Kusiram dengan tekun selalu 85. Awan Kulihat awan seputih bunga melati Kesana kemari dilangit luas Andai saja aku bisa menggapainya Agar aku bisa melihatmu Akan kuraih bila aku dapat Akankah aku bisa menggapainya Aku akan berusaha sekuat mungkin 86. Pahlawan Oh, pahlawan Engakulah yang melindungi bangsa Tiada engkau, tiada kebebasan Karenamu bangsa bebas dari penjajah Sekarang tiada engkau lagi Dan bangsa harus tetap bersatu Ku akan merindukanmu selalu Karena namamu tetap harum menyatu di kalbu 87. Bungaku Oh Bunga Engkau mekar di taman beraneka warna

Merah dan putih selau berseri Mawar dan melati berwarna warni Di atasmu penuh kumbang dan kupu Menari, menyanyi dan menghirup madumu Bagaikan mimpi dikhayalku 88. Untukmu Guru Bangsa Guru. Engakulah pengajar kami Engkau ajarkan ilmumu untuk kami Tiada bosan bosan engkau mengajar Dengan penuh kesabaran Guru .. Engkau mengajar dengan ikhlas Engkaulah pendidik putra putri bangsa Jasamu kepada kami sungguh besar Hingga aku menjadi pandai dan pintar 89. Gunungku Gunungku Engkau tinggi menjulang Penuh pepohonan kiri dan kanan Merah bungaku Hijau daunmu Coklat batangmu Tetapi mengapa manusia begitu kejam ? Menebang dengan liar Membakari hutan-hutan Sekarangpun hutan banyak yang gundul Karena perbuatan manusia yang kejam Kepahitan masa lalu pun didapatkan 90. Tugu

Tugu. Engkau menjadi saksi bisu Kehidupan dulu Yang belum kutahu Tugu.. Tetap kokoh melawan zaman Yang penuh kekerasan Jikalau malam datang Ku ingin sepertimu Tetap tegar melawan kokoh yang penuh liku 91. Laut Laut.. Engkau datar meluas Penuh air di tepi dan di dalam Ombakmu yang tinggi Warnamu yang biru Laut. Begitu indah dipandang Begitu dingin dirasakan Engkaulah salah satu buah karya Tuhan Tetapi manusia tidak merawatmu Membuang sampah dilaut Hingga tsunami meraja di Aceh Itulah wujudmu 92. Kupu dan Kumbang KupuKumbang. Engkaulah sang penghirup madu Menghirup dengan penuh kesenagan Menghirup di atas bunga-bungaku Kupu..Kumbang

Engkau terbang menari-nari Bersama kawan-kawanmu Di atas bunga, di bawah sang mentari 93. Indonesiaku Angin berdesir di pantai Angin berdesir sepoi-sepoi Burung pun ikut berkicau dengan merdu Di atas pantaiku Sawahnya yang hijau terbentang luas Gunungnya tinggi menjulang Itulah Indonesiaku Disanalah aku dilahirkan dan dibesarkan Di sanalah aku akhir menutup mata 94. Lagu Kulantunkan tembang rindu Untukmu sahabatku Di atas panggungmu Kumenari dan bernyanyi dengan riang Penuh damba dan senang di dalam hati Dengan riangnya kau mengikutiku Menyanyikan lagu Indah, merdu dan sempurna Itulah wujudmu wahai lagu 95. Gigiku Sehat Gigiku salah satu anggota tubuhku Yang berwarna putih Di dalam mulutku Yang memangjang satu persatu Oh tuhan terima kasih engkau menciptakan gigiku Hanya sebutir kata yang keluar dari mulutku

Aku bisa melumat makanan itu 96. Tepuk Tangan Berepuklah tangan Dan hempaskanlah suasana duka lara Riuh dan ricuh terdengarkan Menusuk telinga Namun membakarkan kesenduan hati Dan apakah hanya itu yang akan kau dapatkan Tidak ..tepuklah sekali lagi Semua mala akan hijrah ke angkasa 97. Beri Terbaik Segala apa yang diambil Dan Semua apa yang telah dinjak Adalah buah dari asa manusia Keberanian berjalan Keuletan berlaku Kepatutan bercermin Tiadalah metamorfosa manusia dalam hijaunya dunia Apalah yang akan dipetik Buah nangka atau durian busuk ? Pastilah yang akan dipilih adalah segala apa yang terbaik 98. Bocah Jalanan I Langit, bapaknya Bumi, ibunya Alam,pekarangannya Raga,rumahnya Waktu,menggelindingkannya Sampai jiwa kembali padaNya 99. Bocah Jalanan II Berangkat pagi diterpa angin

Menyibak kabut bertaruh nyawa Untuk menyambung hidup hari ini Belajar dari binatang buas Memburu rejeki lewat apa saja 100. Balada Dua Bocah Dua bocah dalam rumah kosong Berkelakar dan tertawa riang Tuk usir lapar Yang merongrong Selama menunggu ibu bapak pulang Mengkais rejeki disetiap peluang Dua bocah dalam rumah kosong Lelah bermain selepas petang Berbaring di lantai sambil menerawang Sementara ibu bapak terus berjuang Abaikan dahaga dan terik yang memanggang Dua bocah dalam rumah kosong Sama mimpi lihat makanan terhidang Lalu dilahap hingga perut kenyang Tepat di saat ibu bapak genggam menang Segera bawa buat buah hati sayang Tapi bocah sudah meregang Paras mereka tenang 101. Sudah KehendakNya Raja kematian datang dini hari Menjemput sukma kembali padaNya Walau sedu sedan menghiba Minta tangguh barang sejenak Tetap saja jalankan tugasnya Karena semua yang tersurat sudah kehendakNya

102. Pak Pos Biar terik atau hujan Setia datangi penerima khabar Yang menanti penuh harap Digubuk atau gedung semua pelosok Agar tragis tak berulang Seperti beliung yang memporakporandakan 103. Prinsip Keberhasilan bukanlah hadiah, Rebut, Genggam, Jangan biarkan semangat tergerus Karena, Bila tidak bisa apa-apa Tak kan pernah bisa apa-apa 104. Si Manis Si Manis.. Bulumu putih mulus Wajahmu imut Dan tebal seperti selimut Engkau kucing yang lucu Juga menggemaskan Senangnya aku melihatmu Eloknya kamu kucingku 105. Gosok Gigi Sehari aku gosok gigi Pagi , sore, malam sepanjang hari Karena aku takut gigku sakit lagi Akupun senang gigiku sehat Ayo kawan kita gosok gigi

Janganlah kau malas kawanku Maka dari itu ku memeperingatikanmu Agar gigimu tidak sakit sepertiku 106. Guruku Terima kasih guruku Kau telah memberiku pendidikan Sungguh senangnya aku Mendapat ilmu karena pendidikanmu Engkau adalah pahlawan tanpa tanda jasa Aku ingin sepertimu Walau kau keras kepadaku Aku tau kau sangat sayang padaku Terima kasih guruku tercinta 107. Suara Adzan Bila telah terdengar suaranya Mengumandang mencubit telinga Orang pun berbondong Mengambil wudlu membasuh tangan Dan merelakan kewajiban suci Menghadap ilahi mempasrahkan diri Mencari harapan untuk mengumpulkan pahala Berharap hasil di negeri kahirat 108. Habis Sudah Habis sudah harta terkuras Hilang telah semua yang terpunya Dan kini mengisap jempol Mengkhawatirkan menangiskan diri Meratapi timbunan kesedihan yang melekat Berharap ada yang membela kasihani Hanya satu yang terpukat

Kebangkrutan tidak akan datang Bila impian masih tertancapkan 109. Harus Bisa Saat waktu telah tiba Dan semua harus tekumpulkan Waktu memang terus berkejaran Tidak mau terkalahkan Bisa atau tidak ? Tahu atau tidak ? Semua adalah cobaan yang harus diterpa 110. Memohon Bantuan Derita datang Mala pun bebarengan hadir Seperti tamu tak diundang Rintihan rintihan kecil Tangis tangis pilu Menghiasi segala asa Yang memelas memohon bantuanNya Gegas gegaslah tetap Tanpa henti tiada berputus asa Tuhan adalah maha tahu Segala apa yang buruk dan baik untuk hambaNya Tetaplah bermohon kepadaNya Bila belumlah termakbulkan Teruslah sekali lagi..sekali lagi. dan sekali lagi 111. Waktu Adalah Uang Benarlah apa dikata orang Orang kaya bilang waktu adalah uang Bila berpangku tangan di ruang Apakah uang akan datang ?

Banyak orang tidak tahu Juga tidak mau tahu Kejadian yang terjadi padanya Adalah ketentuan dariNya Namun tidaklah demikian sebenarnya Orang kecil orang besar Berpeluang sama besarnya 112. Kunang-Kunang Saat malam tiba Gelap pun membumi Menutupi hingarnya dunia siang Ada satu yang menakjubkan kalbu Kunang-kunang beterbang ke kiri dan ke kanan Melintas mata manusia Membuat otak memutar pikir Memberikan pertanyaan Mengapa engkau memiliki benderang pencipta terang di kala malam ? Sadar semua berpikir Hanya Tuhan yang maha tahu Semua itu 113. Sang Juara Dia bukanlah keberuntungan Mereka tiadalah orang yang berkejora Dia dan mereka hanya bergelora Di saat pertandingan tiba Hatinya adalah mesin Berputar terus menerus Tiada henti Dalam kemunduran

Tetaplah menampakkan dan menghadiahkan Kemenangan yang tiada henti 114. Salam Sapa Menatap semut yang berpapasan Berhingar bingar dalam kerumunan Kesana kemari menampilkan pola perilaku yang menakjubkan Tetap bersalam sapa dan berjabat tangan walau berat beban makanan di atas badan Manusia, tak tahu malu menghardik, mendengki, bahkan mencibir satu sama lain Berbahagia dalam bergunjing ria adakah manusia kan membahagia ? 115. Bunga Matahari Kuning, cerah, dan menggugah Bunga matahariku di depan rumah Bila kau akan layu kukayuhkan timba Air pun kualirkan di akarmu Dan ku membahagia Menyaksikan kau hidup segar Tanpa kesakitan menahan teriknya sang mentari 116. Siklus Kemarin ada tawa dalam gelap Sekarang ada tangis dicerah cahaya Lintangku tetap saja dari selatan ke utara Seiring gelap terang sepanjang jalan Semua jadi bukan aral langkah Buat esok wujudkan impian 117. Berita Duka

Dipintu gerbang kalian berdiri Menenteng thermos sore tadi Dengan wajah kuyu dan bibir terkatup rapat Serta mata sembab oleh tangis berkepanjangan Tiada yang dapat ku katakana dari fenomena itu Karena akupun seperti kalian Tergetar oleh kuasanya Di malam yang kelewat dingin ini Terukir haru yang pekat Oleh berita duka Berpulangnya ibu tersayang 118. Nelayan Pantai Selatan Gelombang gelombang pasang telah bermain Mengosak asikkan nuansa pantai Perahu perahu di halau pulang Masuk ke pekarangan Nelayan tetaplah nelayan Tidaklah kan tetap kekurangan Walau hanya sebentar Menahan lapar dalam kelakar Bersama gelombang gelombang pasang 119. Gunung Krakatau Di selat sunda perahu berlintas lalu lalang Membawakan penumpang Menyibakkan pesona gunung Krakatau Fenomena alam Krakatau Berpenampilan gagah Membahana di lautan luas Mengepulkan asap membabibutakan

Musuh musuh yang berkeliaran 120. Pelangi Pelangipelangi.pelangi Warnamu indah berseri Merah kuning, hijau,itu warnamu Disinari oleh mentari Semua orang menyukaimu Kau pelangi terindah disini Inginnya aku melihatmu setiap hari Dan disertai burung burung terbang tinggi 121. Rembulan Saat rembulan berwajah muram Sinarnya pun amat temaram Malam tetaplah malam Malam hanyalah hitam Oh.rembulan Kau membuat hati makin bimbang Apakah kita bisa menang melawan musuh yang akan datang 122. Puncak jayawijaya Tebing tebing tebal Tertaklukkan sang pendaki Berhari-hari menahan rintihan Menahan siksaan dinginnya salju berasa puncak jaya wijaya Setapak demi setapak Kaki bertautan menahan pijak Melawan terjalnya tantangan alam jayawijaya Berlama lama melintas

Menanjak, meliku,mengganjal Guliran kaki yang menghentak Sedikit demi sedikit Dengan pelan lagi pasti Sang puncak telah terlihat Haru membahagia membahana Bendera menancap pada sang raja pegunungan

You might also like