Professional Documents
Culture Documents
. Selanjutnya bahan kering kering dicampur rata dan ditambahkan air hingga
dapat dibentuk adonan berupa bulatan. Penambahan air pada adonan tidak dapat
ditetapkan karena sangat tergantung pada komposisi tepung setiap formula. Tahap
selanjutnya adonan tersebut dikukus selama 15 menit pada air mendidih. Adonan yang
telah dikukus, diekstrusi menghasilkan snack basah. Snack basah lalu dikeringkan
dengan oven pada suhu 60
o
C selama 3 jam sehingga akan menghasilkan snack kering.
Snack kering kemudian didiamkan semalaman dengan tujuan agar ketika digoreng snack
lebih mengembang. Selanjutnya snack digoreng dengan metode deep fat fryer pada suhu
180
o
C selama 2 menit menghasilkan snack matang yang disebut makaroni sukun.
Gambar 2 menunjukkan diagram alir pembuatan snack makaroni sukun.
11
Gambar 4. Diagram alir pembuatan snack makaroni sukun
2.1.2 Penentuan Selang Faktor (Peubah)
Tahap ini bertujuan untuk menentukan kisaran minimum dan maksimum dari
variabel peubah yang akan digunakan untuk mendesain formula dalam program Design
Expert 7.0
.
Perlakuan formulasi yang digunakan yaitu persentase jumlah tepung sukun,
tepung tapioka dan tepung terigu. Perlakuan ditentukan berdasarkan trial and error pada
proses pembuatan snack makaroni mentah dan matang. Taraf formulasi yang digunakan
yaitu tepung sukun 100%, kombinasi tepung sukun dengan tepung terigu saja, kombinasi
tepung sukun dengan tepung tapioka saja, serta kombinasi dari tepung sukun, tepung
tapioka, dan tepung terigu. Snack basah yang dihasilkan dari berbagai perlakuan diamati
proses pencetakan / pembentukannya, kekompakannya dan kerapuhannya. Snack kering
1.5 g garam + 1 g cmc +
1.5 g baking soda
Ditambah tepung sukun +
tepung terigu + tepung
tapioka (sesuai formula)
+ Margarin 5 g
+ air (hingga kalis
/ dapat dibentuk
bulat)
Dicampur rata
Dikukus selama 15 menit
Diekstrusi
Snack basah
Dikeringkan pada suhu
60-70
o
C selama 3 jam
Didiamkan semalaman
Snack kering
Digoreng pada suhu 180
o
C
selama 2 menit
Snack matang
12
yang dihasilkan diamati pengembangannya, tekstur dan warnanya. Penentuan kadar
minimal dan maksimal tepung sukun terutama dilihat dari snack basah yang dihasilkan.
Snack yang diharapkan yaitu dapat dibentuk, kompak, dan tidak rapuh. Hal ini
dikarenakan jika snack basah yang dihasilkan tidak dapat dibentuk, tidak kompak dan
rapuh maka snack kering yang dihasilkan bentuknya tidak beraturan dan
penampakannya tidak menarik.
2.2 PENELITIAN OPTIMASI FORMULA SNACK MAKARONI SUKUN
2.2.1 Pembuatan Rancangan Formula dan Respon dengan Program
Design Expert 7.0
Penelitian dilanjutkan dengan tahapan pembuatan rancangan formula dan
respon dengan menggunakan peranti lunak Design Expert 7.0
tahun 2005.
Rancangan metode yang digunakan adalah Mixture design dengan rancangan D-
optimal design. Tahap ini diawali dengan penetapan komponen bahan baku yang
digunakan sebagai variabel tetap dan variabel berubah. Variabel tetap adalah
komponen bahan baku yang diasumsikan tidak akan mempengaruhi respon yang akan
didapatkan dari setiap formula. Dalam penelitian ini, komponen bahan baku yang
termasuk ke dalam variabel tetap adalah air, garam sebanyak 1.5 g, baking soda 1.5 g,
dan cmc 1 g. Sedangkan variabel berubah akan dimasukkan ke dalam pengaturan
rancangan formula karena nilainya yang berubah-ubah pada setiap formula.
Variabel berubah adalah komponen bahan baku yang diasumsikan akan
memberikan pengaruh terhadap respon yang dihasilkan pada masing-masing formula
snack makaroni. Dalam penelitian ini, komponen bahan baku yang termasuk ke dalam
variabel berubah adalah tepung sukun, tepung tapioka dan terigu. Penentuan variabel
berubah kemudian diikuti dengan penentuan kisaran minimum dan maksimum dari
variabel berubah. Berdasarkan trial and error penggunaan tepung sukun ditetapkan
berkisar 45-80% (b/b), tepung tapioka 10-45% (b/b) dan terigu 0-15% (b/b) dengan
total maksimum ketiganya adalah 100%(b/b). Batas-batas ini akan menjadi input
dalam pengaturan rancangan formula oleh program Design Expert 7.0
dengan
rancangan D-optimal design untuk mencari rancangan formula dari komponen-
komponen yang dicampurkan sehingga dihasilkan output berupa rancangan formula
snack makaroni sukun. Setelah dilakukan penentuan komponen formula, dilakukan
penentuan variabel respon yang diinginkan. Respon yang digunakan dalam penelitian
ini adalah respon obyektif berupaderajat pengembangan, tekstur menggunakan alat
Tekstur Analyzer, warna (L dan Hue) dan densitas kamba snack mentah dan
matangserta respon subyektif hasil uji rating hedonik berupa warna, bau, tekstur, rasa,
dan keseluruhan/overall.
2.2.2 Analisis Fisik dan Organoleptik
Formula snack telah dibuat kemudian diukur responnya dengan melakukan
analisis kimia, fisik, dan organoleptik yang terdiri dari (1) derajat pengembangan
snack (2) analisis tekstur dengan Tekstur Analyzer (3) Pengukuran densitas kamba,
(4) analisis warna dengan Chromameter, dan (5) uji rating hedonik. Hasil pengukuran
dan perhitungan dari keseluruhan respon kemudian akan dimasukkan ke dalam
program Design Expert 7.0
. Pada tahapan
analisis respon ini, program Design Expert 7.0
memberikan model polinomial yang
sesuai dengan hasil pengukuran setiap respon. Respon-respon yang dianalisis antara
lain pengembangan, tekstur menggunakan Texture Analyzer, hasil analisis warna (nilai
L dan Hue), skor hasil uji rating hedonik (warna, bau, rasa, tekstur dan
keseluruhan/overall), serta densitas snack goreng dan mentah.
2.2.4 Optimasi Formula
Hasil analisis dari setiap respon kemudian digunakan untuk melakukan optimasi
formula dengan program Design Expert 7.0
,
selanjutnya dilakukan verifikasi dengan pembuatan formula yang direkomendasikan
tersebut. Hal ini dilakukan untuk memperoleh nilai aktual setiap respon dari formula
yang direkomendasikan. Analisis yang dilakukan sama dengan pada tahap analisis
respon yaitu analisis pengembangan, tekstur menggunakan Texture Analyzer, hasil
15
analisis warna (nilai L dan Hue), skor hasil uji rating hedonik (warna, bau, rasa,
tekstur dan keseluruhan/overall), serta densitas snack goreng dan mentah.
Setelah dilakuakan verifikasi selanjutnya dilakukan pembandingan snack
makaroni sukun formula optimum dengan snack makaroni pasar. Pembandingan ini
dilakukan pada beberapa parameter yang sama tahap verifikasi. Hal ini dilakuakan
dengan tujuan untuk mengetahui kualitas snack makaroni sukun yang dihasilkan
dibandingkan snack makaroni pasar sebagai kontrol.
2.3 ANALISIS PROKSIMAT PRODUK SNACK MAKARONI SUKUN
HASIL OPTIMASI
2.3.1 Kadar Air (SNI 01-2981-1992)
Pengukuran kadar air pada penelitian ini menggunakan metode oven. Cawan
aluminium yang akan digunakan untuk mengukur bobot sampel, sudah dioven tersebut
kemudian ditimbang dengan neraca analitik dan dicatat nilainya (c). Simpan cawan
tersebut dalam desikator sebelum digunakan agar tidak menyerap uap air dari udara
yang menyebabkan bobotnya bertambah. Sampel yang akan diukur kadar airnya,
sebanyak 1-2 gram, ditimbang dalam cawan aluminium yang sudah disiapkan pada
tahap sebelumnya. Bobot sampel yang terbaca pada neraca analitik dicatat dan
kemudian disebut bobot basah sampel (a). Sampel beserta cawan tadi dikeringkan
dalam oven selama 3 jam pada suhu 105
o
C, kemudian didinginkan dalam desikator dan
ditimbang bobotnya. Bobot yang diperoleh kemudian disebut bobot kering
sampel+cawan (b). Data yang diperoleh kemudian dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
koJoroir (%bb) =
o (b c)
o
x 100
koJoroir (%bk) =
o (b c)
(b c)
x 100
2.3.2 Kadar Abu (SNI 01-2891-1992)
Pengukuran kadar abu pada penelitian ini menggunakan metode oven. Cawan
porselin yang akan digunakan untuk mengukur bobot sampel, dikeringkan
menggunakan tanur selama 15 menit pada suhu 105
o
C. Cawan yang sudah dikeringkan
tersebut kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang dengan neraca analitik,
catat nilainya (c). Simpan cawan tersebut dalam desikator sebelum digunakan. Sampel
yang akan diukur kadar abunya, sebanyak 2-3 gram, ditimbang dalam cawan porselin
yang sudah disiapkan pada tahap sebelumnya. Bobot sampel yang terbaca pada neraca
analitik dicatat dan kemudian disebut bobot basah sampel (b). Sampel tersebut
diabukan pada hot plate terlebih dahulu selama 30-60 menit sampai tidak berasap,
kemudian diabukan menggunakan tanur pada suhu 500
o
C selama 2 jam. Dinginkan
sampel beserta cawan porselin dalam desikator dan timbang bobotnya. Bobot yang
diperoleh kemudian disebut bobot kering sampel+cawan (a). Data yang diperoleh
kemudian dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
koJorobu(% bb) =
(o c)
b
x100
koJorobu(% bk) =
koJorobu (% bb)
100 koJoroir (% bb)
x 100
16
2.3.3 Kadar Protein (Harris 2009)
Analisis menggunakan metode Kjeldahl. Sampel yang akan diuji ditimbang
sebanyak 1.0-2.5 gram dengan menggunakan neraca analitik dan dicatat bobotnya.
Sampel tersebut kemudian dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl dan ditambahkan 1 g
campuran K
2
SO
4
, 40 mg HgO, dan 2 ml H
2
SO
4
pekat. Larutan ini kemudian dididihkan
dalam digestion system hingga larutan menjadi jernih. Labu didinginkan dan
ditambahkan sedikit air destilata. Hasil destruksi yang diperoleh kemudian dituang ke
dalam alat destilasi. Tambahkan 10 ml NaOH 60% - 5% Na
2
S
2
O
3
lakukan destilasi
selama 15 menit atau sampai volume larutan dalam wadah penampung mencapai 50
mL. Destilat ditampung dalam wadah penampung yang berisi 5 ml asam borat yang
telah dicampur dengan 2 - 4 tetes indikator MB:MM. Larutan yang diperoleh dari
proses destilasi kemudian dititrasi dengan HCL 0.02 N. Volume yang diperoleh dicatat
untuk digunakan dalam perhitungan kadar protein. Volume HCL yang digunakan untuk
titrasi blanko, diperoleh dengan prosedur yang sama namun sampel diganti dengan air
destilata. Kadar protein dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
KoJorprotcin (%bb) =
(IECl Iblonko) NECl 14.007 FK 100
Bobotconto (mg)
2.3.4 Kadar Lemak (SNI 01-2891-1992)
Pengukuran kadar lemak menggunakan metode soxhlet. Sampel yang akan diukur
kadar lemaknya dihaluskan terlebih dahulu dan ditimbang sebanyak 1-2 gram dengan
menggunakan neraca analitik, catat bobotnya (a). Masukkan sampel tersebut ke dalam
selongsong kertas saring yang dialasi kapas dan sumbat dengan kapas. Bahan ini
kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 80
o
C selama 1 jam. Sampel yang telah
dikeringkan dimasukkan ke dalam labu soxhlet yang telah diisi dengan 30 ml heksan.
Hubungkan dengan labu lemak yang telah diketahui bobot awalnya (b
o
). Lalu lakukan
refluks 5-6 jam. Setelah itu, panaskan labu lemak pada oven 105
0
C selama 30 menit
atau sampai pelarut pada labu lemak menguap semua. Labu lemak didinginkan dalam
desikator dan ditimbang bobotnya (b
1
). Kadar lemak dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut:
KoJorlcmok (%bb) =
b
1
b
0
o
100
2.3.5 Kadar Karbohidrat (metode by difference)
Kadar karbohidrat dihitung sebagai sisa dari kadar air, abu, lemak dan protein.
Pada analisis ini diasumsikan bahwa karbohidrat merupakan bobot sampel selain air,
abu, lemak dan protein. perhitungan kadar karbohidrat dengan metode by difference
menggunakan persamaan sebagai berikut:
koJorkorboiJrot (%) = 100 (koJoroir +koJorobu
+ koJorprotcin + koJorlcmok)